Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat telah dikenal sejak abad V SM. Penyakit asam urat adalah istilah
yang sering digunakan untuk menyebut salah satu jenis penyakit rematik artikuler
(Utami, 2003). Asam urat merupakan substansi hasil akhir nucleic acid atau
metabolisme purin dalam tubuh.

Prevalensi gout tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja tetapi juga
dibeberapa negara berkembang, seperti di Indonesia (Walker dan Edward, 2003).
Data terakhir dari Rumah Sakit Umum Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
menunjuk-kan terjadi kenaikan penderita sekitar 9 orang dari tahun 1993 sampai
1994 dan sekitar 19 orang dari 1994 sampai 1995 (Utami, 2003). Pada tahun
2007, menurut data pasien yang berobat di klinik RS CIPTO Mangun Kusumo
(RSCM) Jakarta, penderita asam urat sekitar 7% dari keseluruhan pasien yang
menderita penyakit rematik (Anonim, 2007).

Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat merupakan hasil


katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan xantin oksidase
(Shamley, 2005). Asam urat yang berlebihan tidak akan tertampung dan ter-
metabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi peningkatan kadar asam
urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia. Hiperurisemia yang lanjut
dapat berkembang menjadi gout (Klippel, 2000).

Penggunaan obat tradisional di Indonesia pada hakekatnya merupakan bagian


kebuda-yaan bangsa Indonesia. Keuntungan dari peng-gunaan obat tradisional
adalah efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern, juga dapat
digunakan sebagai senyawa penun-tun untuk menemukan obat baru (Wijayaku-
suma, 1996). Daun salam (Eugenia polyantha Wight) yang biasa dimanfaatkan
oleh masyara-kat Indonesia sebagai pelengkap bumbu dapur juga mempunyai
khasiat sebagai obat antara lain sebagai obat asam urat (Wijayakusuma, 2002).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana kadar asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan
kecamatan kerek?
2) Bagaimana pengaruh sebelum diberikan rebusan daun salam terhadap
penurunan asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan kecamatan
kerek?
3) Bagaimana pengaruh sesudah diberikan rebusan daun salam terhadap
penurunan asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan kecamatan
kerek ?
4) Bagaiman pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan kecamatan kerek?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh Rebusan Daun Salam dalam menurunkan kadar asam
urat darah Pada Lansia
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia umur 60 th di desa
padasan kecamatan kerek
2) Mengidentifikasi sebelum diberikan rebusan daun salam terhadap
penurunan asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan
kecamatan kerek
3) Mengidentifikasi sesudah diberikan rebusan daun salam terhadap
penurunan asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan
kecamatan kerek
4) Menganalisis pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan kadar
asam urat pada lansia umur 60 th di desa padasan kecamatan kerek
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat lansia
dengan gout
1.4.2 Bagi Institusi

2
Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi referensi tambahan
untuk pengembangan pengetahuan dalam pendidikan dan perlengkapan bahan
pustaka tentang pengaruh pemberian rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia.
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya dan memperluas tentang pengaruh pemberian rebusan daun
salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep lansia


2.1.1 Definisi lansia

Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang yang


berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi merupakan tahap
akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh
(Bandiyah, 2009.).

2.1.2 Batasan usia lanjut


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)

a) pengelompokkan lansia menjadi :


b) Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
c) Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
d) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
2.1.3 Proses menua
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

4
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatmah, 2010).
2.1.4 Teori-teori proses menua
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat
dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori fisiologis.
1. Teori Biologi
a) Teori seluler
b) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
c) Keracunan Oksigen
d) Sistem Imun
2. Teori Psikologis
a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
b) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
2.2 Konsep daun salam
2.2.1 Definisi daun salam
Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan
nama ilmiah syzygium polyantha Wight (Tresno, 2006). Menurut falsafah
jawa tanaman salam mempunyai makna yang tersirat, filosofi yang dapat
diambil dari pohon salam yang berarti keselamatan. Ciri-ciri biologi pohon
salam tumbuh tegak lurus setinggi >25 meter, daun salam berwarna hijau
dengan ujung tajam, memiliki bunga warna putih dan wangi yang tumbuh
di dahan dan tidak berdaun, buah pohon salam berukuran kecil dan
berwarna kehitaman. Tanaman salam mudah dibudidayakan di berbagai
jenis tanah (Mardiana, 2013).
2.2.2 Sifat-sifat kimia dan efek farmakologis
Daun salam memiliki daun yang wangi sehingga banyak masyarakat
banyak yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain
untuk pengobatan daun salam juga dapat digunakan sebagai tanaman

5
herbal. Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa
digunakan sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang,
namun yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam
(Putra, 2016). Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal
salah satunya gout atritis, daun salam telah ditetapkan oleh badan POM
sebagai salah satu dari sembilan tanaman herbal yang telah di uji secara
klinis untuk mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut Mardiana
(2013) beberapa sifat kimia dan efek farmakologis meliputi :
1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur
kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin,
antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai deuritik
sehingga memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai
anti inflamasi sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan
pada tulang
2. Kandungan vitamin pada daun salam juga bermanfaat untuk
meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit dan meningkatkan
imunitas pada tubuh.
3. Kandungan zat tanin pada daun salam dapat menurunkan tekanan
darah tinggi
4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan
rasa nyeri ketika berjalan
2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan
1. Menurunkan kadar asam urat
Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan sebagai
deuretik (zat peluruh) dan penghilang nyeri (analgetik). (Tresno,
2006).
2. Menurunkan kadar LDL
3. Mengurangi dislipidemia, khusunya hipertrigliseridemia
2.3 Konsep asam urat
2.3.1 Definisi
Asam urat adalah asam berbentuk kristal yang merupakan produk akhir
dari metabolisme atau pemecahan purin (bentuk turunan nukleoprotein),

6
yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel
tubuh. Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada
makanan dari sel hidup, yaitu makanan dari tanaman (sayur,buah, kacang-
kacangan) maupun dari hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Setiap orang
memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat (Dhalimarta S, 2008)
2.3.1 Etiologi Asam Urat
1. Makanan dan minuman tinggi purin
2. Alkohol
3. Minuman bersoda
4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu
2.3.2 Gejala Asam Urat
1. Kesemutan dan linu
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas
dan nyeri luar biasa pada malam dan pagi.
2.3.3 Klasifikasi Asam Urat
1. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3-7 mg/dl
2. Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,5-6 mg/dl.
(Suherman, 2010)
2.4 Self Care (Perawatan Diri) berdasarkan (Dorotea E. Orem 1971)
Self care agency adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh
seorang individu untuk mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan dan
melaksanakan self care (Alligod & Tomey 2006; Taylor Renpenning, 2011).
Orem mengidentifikasi sepuluh faktor dasar yang memengaruhi self care agency (
basic conditioning factor) yaitu usia, gender, tahap perkembangan, tingkat
kesehatan, pola hidup, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga, dan
lingkungan eksternal ( Alligod & Tomey, 2006).
Usia yang semakin bertambah akan memengaruhi tingkat kemampuan dan
kekuatan untuk merawat dirinya sendiri. Dalam tahap penyembuhan penyakit
yang diderita oleh seseorang yang sakit dibutuhkan pola hidup yang sehat dan

7
seimbang. Dukungan dan motivasi dari keluarga juga sangat dibutuhkan untuk
memberikan semangat pada keluarga yang sakit.
Self care agency perlu ditingkatkan oleh individu karena pelaksanaan self
care membutuhkan pembelajaran, pengetahuan, motivasi dan skill (Taylor &
Renpenning, 2011). Untuk penggunaan daun salam sebagai penurunan kadar asam
urat pada lansia penderita Gout dibutuhkan pengetahuan yang mendasari dan
terbukti secara ilmiah, dibutuhkan pembelajaran dan percobaan yang lebih lanjut
sebelum diterapkan kepada manusia, dan dibutuhkan skill yang baik untuk
menunjang pengobatan undur-undur terhadap penderita Gout pada lansia.

8
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhi Self Cares


self cares (Dorotea E. Orem
Agency meningkat
1971)
1. Faktor Predisposisi
(Predisposting factors):
-Pengetahuan
-Sikap
-Pendidikan
-Keyakinan
-Pekerjaan

2. Faktor Pemungkin
(Enabbling factors):
p.p.
- Rebusan daun salam

1. Faktor Pendorong Pemberian Rebusan Daun Salam kepada


(Reinforcing factors): Lansia untuk menurunkan kadar asam urat
-Petugas kesehatan
-Dukungan Keluarga
-Kelompok Tenaga
Kesehatan

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Salam


Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Desa Padasan
Kecamatan Kerek

9
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Design
Design penelitian menggunakan pra-pascates (one-group pra-post test design)
4.2 Pendekatan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2019 di Desa Padasan
Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban.
4.3 Identifikasi Variabel
4.3.1 Variabel independent : pemberian rebusan daun salam
4.3.2 Variabel dependent : kadar asam urat pada lansia 60th
4.4 Definisi Operasional

VARIABEL DO INDIKATOR ALAT SKALA UKUR SKOR KODE


UKUR
Varibel Senyawa kimia Daun salam Lembar Nominal  Ya
independent : yang terkandung observasi  Tidak
Ekstrak dalam tanaman
Rebusan Daun salam ini adalah
Salam minyak atsiri,
antioksidan, asam
larut, dan vitamin
A, vitamin B dan
flavonoid.
Senyawa yang
bertanggung jawab
terhadap
penurunan kadar
asam urat
Variabel Asam urat adalah :  Rendah :  GCU Ordinal  Turun
Dependent : subtansi hasil akhir <2 mg/dl  Lembar  Tidak
Kadar Asam nucleic acid atau  Normal : observa turun
Urat pada metabolsme purin 2mg/dl- si
Lansia 60th dalam tubuh yang 8mg/dl
dibantu oleh enzim  Tinggi : >
guanase dan xantin 8mg/dl
oksidase

4.5 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo,2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lanjut usia 60 tahun bersedia menjadi responden, mengalami

10
peingkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yang
dapat menurunkan kadar asam urat di Desa Padasan Kecamatan Kerek
4.6 Sample dan Sampling
4.6.1 Sample
Sampel adalah bagian populasi yang menjadi subjek dalam penelitian
melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang ditentukan
(Nursalam, 2017). Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar sample
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑁
n=
1+𝑁(𝑑)2

Keterangan
n = perkiraan besar sample
N = perkiraan besar populasi
d = tingkat signifikan (p)
30
n=
1+30(0,05)2
30
n=
1+30(0,0025)
30
n=
1,075

n= 27,9=>28 responden
Sample dalam sinopsis ini adalah sebanyak 28 responden
4.6.2 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsidari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2017). Tehnik pengambilan sampling
dalam sinopsis ini adalah probability sampling dengan jenis simple
random sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan
menuliskan nama responden dalam kertas kemudian diambil secara acak.
4.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumupulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan proses
pungumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan
penelitian dan tehnik instrumen yang digunakan (Burns dan Grove, 1999).

11
4.7.1 Tugas dalam pengumpulan data
a. Memilih subjek
Subjek dalam sinopsis ini adalah lansia yang berumur 60 tahun
b. Mengumpulkan data secara konsisten
Konsistensi tersebut perlu untuk mempertahankan pola pengumpulan
data pada setiap tahap berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
c. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian
Peneliti perlu memerhatikan dan mengendalikan adanya variabel-
varibel yang tidak diteliti tetapi mempunya pengaruh terhadap variabel
yang diteliti
d. Menjaga integritas/validitas penelitian
Untuk dapat melaksanakannya, peneliti harus selalu cermat terhadap
adanya setiap perubahan atau upaya merubah suatu rencana yang telah
ditetapkan agar tidak terjadi ketidaksinambungan
e. Memecahkan masalah
Jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menyelesaikan masalah pada
pengumpulan data adalah perlu adanya orang lain untuk memberikan
masukan dan berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik, agar
tujuan penelitian dapat dicapai
4.7.2 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk variabel daun salam
adalah : Daun Salam 7 lembar (dalam setiap rebusan dan diberikan pada
pagi hari), Air 700 ml, Gendok (Gerabah yang terbuat dari tanah liat),
Tungku. Untuk variabel asam urat : lembar observasi, GCU, Alkohol
swab.
4.8 Analisis Data
1. Univariat
Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan dengan tujuan untuk
menjelaskan karakteristik variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat
dalam penelitian bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing
variabel yang diteliti, pada penelitian ini adalah penurunan kadar asam

12
urat. Kadar asam urat diukur dengan menggunakan GCU. Hasil
pemeriksaan di interpretasikan menjadi :
a) Kadar asam urat meningkat
b) Kadar asam urat turun
c) Kadar asam urat tetap
(Sevilia & Mumpuni 2014)
2. Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

13
DAFTAR PUSTAKA

Burns N & Grove, S.K. 1999. Understanding Nursing Research. 2nd ed.
Philadelphia: W.B. Saunders.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika.

Polit DF & Back, CT.2012. Nursing Research. Generating and Assessing


Evidence for Nursing Practice. 9th ed. Philadelphia: JB. Lippincott.

Rafii’. 1993. Metode Statistik analisis untuk Penarikan Kesimpulan. Jakarta:


Penerbit Bina Cipta Anggota IKAPI.

Windu Purnomo. 2002. Pengolahan dan Analisis Data pada Riset Kuantitatif.
Makalah Seminar Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Riset Keperawatan.
PPNI Jawa Timur, Surabaya, 25-28 Maret 2002.

14

Anda mungkin juga menyukai