Anda di halaman 1dari 6

Nama : Bella Ramadani putri

Nim : 17.01.031.022

RESUME

ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN

Etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi.Dalam zaman informasi seperti ini,
baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat. Menurut penelitian, seorang konsumen
yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Sementara yang puas, hanya
akan menyebarkan kepada 3 orang disekitarnya. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok,
pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat
bertahan di dalam dunia bisnis sekarang. Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang
dalam sebuah bisnis. Bisnis apapun, tentu akan melalui tahap-tahap sebelum akhirnya bisa dinikmati
oleh publik. Salah satu prosesnya adalah produksi dan pemasaran.

Produksi adalah tahapan yang cukup penting dalam proses bisnis. Dimana pebisnis bisa menuangkan
idenya dalam sebuah produk yang siap dipasarkan.Sementara pemasaran bisa dikatakan salah satu urat
nadi dalam pencapaian hasil. Segala macam produksi atau output dengan hasil terbaik, tidak akan
optimal diserap oleh konsumen jika teknik dan pelaksanaan pemasarannya tidak bagus. Berbagai cara
bisa dilakukan dalam memasarkan suatu produk sehingga sampai di tangan konsumen. Salah satu yang
memiliki peranan penting saat ini adalah penggunaan iklan. Iklan akan dianggap sebagai metode yang
ampuh untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak mengenai suatu produk yang dihasilkan
dalam bisnis.

Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan produk dalam bisnis, terselip beberapa
permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Etika yang dimaksud adalah content serta visualisasi
iklan yang dianggap sebagai pembodohan serta penipuan terhadap konsumen.

A. Pasar dan Perlindungan Konsumen

Dalam konsep pendekatan pasar persaingan bebas, pasar bebas mendukung alokasi penggunaan, dan
distribusi barang-barang yang dalam artian tertentu secara adil, mengharagai hak dan kewajiban serta
nilaiutilitas maksimum bagi para pengguna pasar atau yang berpartisipasi dalam pasar. Dari uraian
tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dalam pasar, perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh keinginan
dari paa konsumen. Produsen yang mampu memenuhi keinginan para kosumen akan memperoleh
insentif dengan kenaikan tingkat penjualan produknya dan begitu pula sebaliknya.
“Konsumen, dengan cita rasa mereka yang diekspresikan dalam pilihan atas produk, mengarahkan
bagaimana sumberdaya masyarakata disalurkan.”

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam pasar perlindunan konsumen adalah suatu komoditi
yang amat penting yang menjadi perhatian dan prioritas dari para produsen. Produk yang yang lebih
aman akan menjadi preferensi oleh konsumen dimana para konsumen berani membayar lebih untuk itu.

Tujuh karateristik pasar yang mampu memberikan keuntungan yang secarautuh terhadap konsumen,
antara lain:

a. Banyak pembeli dan penjual

b. Semua orang bebas keluar masuk pasar

c. Semua orang memiliki informasi yang lengkap

d. Semua barang di pasar sama

e. Tidak ada biaya ekternal

f. Semua pembeli dan penjual adalah pemaksimalan utilitas

g. Pasar tidak diatur

Namun pada orientasinya, kondisi pasar tidaklah tergambar sedemikian adanya, contoh pada point c,
tidak semua orang memiliki informasi yang relevan terhadap kegunaan barang yang dibeli ataupun
akibat-akibat yang mungkin terjadi akibat pemakaian produk tersebut.

Fakta lain adalah masalah yang terdapat pada option a, yaitu banyaknya para penjual dan pembeli di
pasar. Hal ini memang benar adanya, tetapi ada beberapa hal yang tidak bisa diabaikan dengan menutup
mata bahwa sebagian besar pasar adalah pasar yang bersifat monopoli atau oligoli.Hal ini yang menjadi
penyangkal bahwa terjadi pasar bebas yang mampu menciptakn keadilan bagi para konsumen.

Semua hasil penelitian menunjukkan bahwa semua konsumen cenderung kurang tepat, tidak
rasional dan tidak konsisten saat menentukan pilihan berdasarkan perkiraan probabilitas.Konsumen
biasanya mengabaikan resiko resiko dari aktivitas yang berbahaya bagi kehidupan, seperti mengemudi,
merokok, atau makan makanan berlemak dll.

Riset menunjukkan bahwa penilaian probabilitas konsumen menjadi kacau karena beberapa alasan
seperti :

1. Probabilitas sebelumnya di abaikan saat informasi baru tersedia, sekalipuin informasi ityu tidak
relevan
2. Penekanan pada Penyebab mengakibatkan kita mengabaikan bukti yang relevan dengan probabilitas,
namun tidak dianggap sebagai penyebab

3. Generalisasi dibentuk dengan berdasarkan jumlah sampel yang kecil

4. Keyakinan ditempatkan pada hukum rata rata yang selalu diperbarui, namun sebenarnya tidak ada

5. Orang-orang percaya bahwa mereka memiliki kendali atas peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya
hanya kebetulan.

C. Teori Due Care

Teori ‘due care’ tentang kewajiban perusahaan terhadap konsumen didasarkan pada gagasan bahwa
pembeli dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan-kepentingan konsumen sangat
rentan terhadap tujuan-tujuan perusahaan yang dalam hal ini memiliki pengetahuan dan keahlian yang
tidak dimiliki konsumen.Karena produsen berada dalam posisi yang menguntungkan, maka berkewajiban
untuk menjamin bahwa kepentingan-kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk yang mereka
tawarkan.

Perhatian juga bisa dimasukkan dalam desain produk, proses pembuatan, proses kendali mutu yang
dipakai untuk menguji dan mengawasi produksi, serta peringatan, label, dan instruksi yang ditempelkan
pada suatu produk. Pada semua aspek tersebut menurut pandangan due care pihak perusahaan yang
dalam hal ini lebih ahli dan lebih mengetahui produk mereka memiliki kewajiban untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa produk mereka aman saat keluar dari pabrik,
dan konsumen punya hak untuk memperoleh jaminan ini.

Menurut teori due care (memberi perhatian) perusahaan dikatakan memberi perhatian yang memadai
jika mereka melakukan langkah2 untuk mencegah pengaruh2 merugikan yang dapat diperkirakan terjadi
akibat penggunaan produk mereka oleh konsumen, setelah melakukan pengamatan atas cara bagaimana
produk tersebut diginakan dan setelah mengantisipasi kemungkinan kesalahan penggunaannya. Jadi
seorang produsen tidak bisa dikatakan secara moral lalai, apabila ada orang lain yang di rugikan oleh
produknya jika kerugian tersebut tidak bisa diperkirakan atau di cegah sebelumnya.

3 aspek tanggung jawab produsen menurut due care:

1. Desain. Produsen harus memastikan apakah desain sebuah produk mengandung bahaya dilengkapai
dengan perangkat pengamanan yang diperlukan dan apakah menggunakan bahan2 yang memadai untuk
keperluan penggunaan produk tersebut. Staf teknisi harus mengetahui bahaya yang mungkin terjadi dari
penggunaan waktu yang lama, serta memberitahu konsumen tentang kemungkinan bahaya2nya

2. Produksi. Manajer produksi perlu mengawasi proses pemanufakturan untuk menyingkirkan produk2
yang cacat, mengidentifikasi kelemahan yang muncul selama produksi dan memastikan bahwa kegiatan
mengganti material dengan bahan yang lebih murah ataupun langkah2 ekonomis lain tidak terjadi
selama proses pemanufakturan yang dalam hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir produk.

3. Informasi. Produsen perlu melampirkan label,peringatan atau instruksi pada produk yang
memberitahu pemakaian tentang semua bahaya penggunaan atau penyalah gunaan suatu produk dan
yang memungkinkan mereka menjaga diri. Instruksi harus jelas dan sederhana.

Kelemahan Teori Due Care

Hambatan utama teori due care adalah tidak ada metode yang jelas untuk menentukan kapan
seseorang atau produsen telah memberikan perhatian yang memadai. Dengan kata lain tidak ada
peraturan yang tetap guna menentukan sejauh mana sebuah perusahaan perlu memberikan jaminan
keamanan atas produknya.

Hambatan kedua muncul karena teori ini mengasumsikan bahwa produsen mampu menemukan
resiko yang muncul dalam penggunaan sebuah produk sebelum konsumen membeli dan
menggunakannya , pada kenyataannya dalam masyarakat dengan inovasi teknologi yang tinggi produk2
baru yang kerusakannya tidak bisa di deteksi sebelum dipakai selama beberapa tahun atau beberapa
decade akan terus disalurkan ke pasar.

Hambatan ketiga, teori due care terlihat paternalistic, teori ini mengasumsikan bahwa produsen
adalah pihak yang mengambil keputusan penting bagi konsumen, setidaknya dalam kaitannya dengan
tingkat resiko yang layak di terima oleh konsumen.

D. Pandangan Biaya Sosial tentang Kewajiban Perusahaan

Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus membayar biaya kerugian yang di akibatkan oleh semua
kerusakan atau cacat dalam produk, sekalipun perusahaan telah memberikan semua perhatian dan
dalam proses pembuatannya telah mengambil langkah untuk memperingatkan konsumen tentang
kemungkinan bahayanya. Menurut teori ini perusahaan wajib menanggung semua kerugian termasuk
kerugian yang di akibatkan oleh produk yang tidak bisa diperhitungkan atau diketahui sebelumnya.

Masalah dengan pandangan biaya social

Kritik utama terhadap pandangan biaya social tentang kewajiban perusahaan adalah karena pandangan
ini di anggap tidak adil, karena melanggar norma2 keadilan kompensatif.Keadilan kompensatif
mengimplikasikan bahwa seorang wajib memberikan ganti rugi pada pihak yang dirugikan hanya jika
mampu memperkirakan dan melakukan tindakan untuk mencegahnya.

Kritik kedua atas teori biaya social ditujukan pada asumsi bahwa membebankan semua biaya kerugian
pada perusahaan akan mengurangi kecelakaan, sebaliknya karena konsumen tidak dibebani tanggung
jawab atas kecelakaan yang mereka alami berarti mendorong konsumen untuk bertindak ceroboh.
Kritik ketiga di fokuskan pada beban financial yang diberikan teori ini pada pihak perusahaan dan
asuransi, para kritikus mengklaim bahwa saat ini semakin banyak konsumen yang berhasil mengajukan
tuntutan pada perusahaan untuk memperoleh ganti rugi atas kecelakaan yang mereka alami saat
menggunakan produk tertentu meskipun perusahaan telah melakukan langkah2 yang diperlukan untuk
menjamin keamanannya, tidak hanya tuntutan pertanggung jawaban penuh yang naik namun nilai ganti
rugi yang diberikan juga semakin kecil, lebih jauh lagi menurut para kritikus kenaikan biaya ganti rugi
yang di ciptakan memunculkan krisis dalam industry asuransi.

E. Etika Iklan

Iklan komersial di definisikan sebagai salah satu bentuk informasi dan yang memasang iklan adalah yang
memberikan informasi kepada komsumen, akan tetapi defines ini tidak dapat membedakan antara iklan
dengan misalnya publikasi lain seperti consumer report yang membandingkan, menguji dan
mengevaluasi secara objektif daya tahan, tingkat keamanan, kerusakan dan kegunaan berbagai produk.

Iklan sering tidak memuat banyak informasi objektif karena alasan sederhana yaitu bahwa fungsi
utamanya bukan memberikan informasi yang tidak bias, dan fungsi sesungguhnya adalah untuk menjual
sebuah produk kepada para calon pembeli dan apapun informasi yang dibawa iklan tersebut sifatnya
hanya tambahan dari fungsi dasar.

1. Pengaruh Sosial Iklan

Para kritikus iklan menyatakan bahwa iklan memberikan sejumlah pengaruh buruk pada masyarakat,
menurunkan cita rasa manusia, merupakan pemborosan sumber daya dan menciptakan monopoli.

2. Pengaruh Psikologis Iklan.

Satu kritik yang biasa di ajukan adalah iklan merendahkan cita rasa public dengan cara menyajikan
tampilan2 yang menjengkelkan dan secara estetik tidak menyenangkan, agar bisa efektif, iklan kerap kali
harus intrusive (mengganggu) mencolok dan di tampilkan berulang ulang.

3. Iklan dan pemborosan.

Pakar ekonom kadang membedakan antara biaya produksi dengan biaya penjualan, biaya produksi
adalah biaya sumber daya yang di gunakan untuk memproduksi atau meningkatkan kualitas produk.Biaya
penjualan adalah biaya tambahan atas sumber daya yang tidak di ajukan untuk mengubah produk,
namun di investasikan untuk membujuk calon konsumen agar membeli produk tersebut.

4. Iklan dan kekuatan Pasar.

Usaha iklan yang massif dari perusahaan2 modern memungkinkan mereka mencapai dan
mempertahankan monopoli atas pasar.

Iklan dan Pembentukan Keinginan Konsumen.


Iklan semacam ini dikatakan memanipulasi sejauh meniadakan penalaran sadar dan berusaha
memengaruhi konsumen untuk melakukan apa yang diinginkan pembuat iklan dan bukan apa yang
diinginkan konsumen sendiri.

F. Privasi Konsumen

Secara umum hak memperoleh privasi adalah hak untuk tidak digangu. Dalam arti sempit, hak
privasi dapat didefenisikan sebagai hak seorang untuk memutuskan apa, pada siapa, dan beberapa
banyak informasi tentang dirinya yang boleh diungkapkan pada pihak lain.

Beberapa pertimbangan diusulkan sebagai kunci untuk menyembangkan kebutuhan bisnis dengan
hak privasi diantaranya : 1) relevansi, 2) pemberitahuan, 3) persetujuan, 4) ketepatan, 5) tujuan, 6)
penerima dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai