Anda di halaman 1dari 38

2.

2Sikap (attitude)

2.4.1 Definisi Sikap


Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespon (secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi

tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir,

berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti

mempunyai daya pendorong, relatve lebih menetap dibanding emosi dan

fikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap

obyek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen emosional/afektif serta komponen konatif.


Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahuai manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang

menghasilkan pengetahuan. Komponen efektif merupakan aspek

emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui

manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang

berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to

behave).

1.4.2 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto

(Maemanah, 2014)

1. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

mengajak objek tertentu.

2. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci pada objek tertentu.

1.2.3 Ciri-ciri Sikap


Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau

dipelajari seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya.

Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada

orang itu.

3. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.4 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

1. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap

obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain untuk merespon.

4. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani ambil resiko bila ada orang lain

yang tau adanya resiko lain.

2.4.5 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup dan

Schult, 2005):

1. pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung

maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan

adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma

individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu

terhadap sesuatu tersebut.

2. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan

terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

rumah sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih

berobat kerumah sakit yang sudah dipercaya.


3. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi

(agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat

mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun menolak

sesuatu.

2.2.6 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan

sesuatu mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung

atau memihak pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favorable. Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula

berisi hal- hal negatif menganai suatu onjek sikap yang bersikap tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut

juga dengan pernyataan yang tidak favorable.

Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikia pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua gegatif yang seolah-olah memihak atau tidak memihak sama

sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap

(hadi, 1971).

1. Keadaan subjek yang diukur

2. Situasi pengukuran

3. Alat ukur yang digunakan

4. Penyelenggaraan pengukuran

5. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.2.7 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

1. Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam penyusunan alat ini

seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing

pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,

membuat skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar

100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada

orang peneliti. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat


favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai

diekspresikan melalui titik skala ranting yang dimiliki 1-11. Sangat

tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini

bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap

pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap

sistem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing

aitem. Pembuatan skala kemudian menyusun aitem mulai dari

aitem yang memiliki nilai skala terendah sampai tertinggi dalam

aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden. Responden

diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau ketidak

setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi:

ukuran sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval

skala yang sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala

mencerminkan perbedaan sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua

adalah nilai skala yang berasal dari ranting para penilai tidak

dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan

ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama terhadapa isu

tersebut.

2. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone


yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok

yaitu favorable dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral

tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.

Masing-masing responden dilakukan untuk melakukan egremen

atau disegremen untuk masing-masing aitem dalam skala yang

terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat tidak

setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun

diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal, interval,

scale).

3. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

4. Multidimensional Scaling

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini dikadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala aitem.

5. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)


1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau

dapat dilakukan oleh responden

2) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi

oleh kerelaan responden

3) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap

reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan

oleh individu yang bersangkutan

4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari

fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi

pupil mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek fisiologis

lainnya.

2.3Sikap (attitude)

2.4.1 Definisi Sikap


Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespon (secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi

tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir,

berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti

mempunyai daya pendorong, relatve lebih menetap dibanding emosi dan

fikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap

obyek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen emosional/afektif serta komponen konatif.


Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahuai manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang

menghasilkan pengetahuan. Komponen efektif merupakan aspek

emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui


manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang

berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to

behave).

1.4.3 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto

(Maemanah, 2014)

3. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

mengajak objek tertentu.

4. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci pada objek tertentu.

1.2.4 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

6. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau

dipelajari seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya.

Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

7. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada

orang itu.

8. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.


9. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

10. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.4 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

5. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

6. Merespon (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

7. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap

obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain untuk merespon.

8. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani ambil resiko bila ada orang lain

yang tau adanya resiko lain.

4.4.5 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup dan

Schult, 2005):
4. pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung

maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan

adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma

individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu

terhadap sesuatu tersebut.

5. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan

terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

rumah sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih

berobat kerumah sakit yang sudah dipercaya.

6. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi

(agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat

mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun menolak

sesuatu.

2.2.6 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan

sesuatu mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung

atau memihak pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favorable. Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula

berisi hal- hal negatif menganai suatu onjek sikap yang bersikap tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut

juga dengan pernyataan yang tidak favorable.


Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikia pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua gegatif yang seolah-olah memihak atau tidak memihak sama

sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap

(hadi, 1971).

6. Keadaan subjek yang diukur

7. Situasi pengukuran

8. Alat ukur yang digunakan

9. Penyelenggaraan pengukuran

10. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.2.7 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

2. Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam penyusunan alat ini

seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing

pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,

membuat skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar

100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada

orang peneliti. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat

favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai

diekspresikan melalui titik skala ranting yang dimiliki 1-11. Sangat

tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini

bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap

pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap

sistem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing

aitem. Pembuatan skala kemudian menyusun aitem mulai dari

aitem yang memiliki nilai skala terendah sampai tertinggi dalam

aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden. Responden


diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau ketidak

setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi:

ukuran sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval

skala yang sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala

mencerminkan perbedaan sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua

adalah nilai skala yang berasal dari ranting para penilai tidak

dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan

ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama terhadapa isu

tersebut.

3. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone

yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok

yaitu favorable dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral

tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.

Masing-masing responden dilakukan untuk melakukan egremen

atau disegremen untuk masing-masing aitem dalam skala yang

terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat tidak

setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun


diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal, interval,

scale).

4. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

5. Multidimensional Scaling

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini dikadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala aitem.

6. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)

5) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau

dapat dilakukan oleh responden

6) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi

oleh kerelaan responden

7) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap

reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan

oleh individu yang bersangkutan

8) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari

fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi

pupil mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek fisiologis

lainnya.
2.4Sikap (attitude)

2.4.1 Definisi Sikap


Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespon (secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi

tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir,

berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti

mempunyai daya pendorong, relatve lebih menetap dibanding emosi dan

fikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap

obyek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen emosional/afektif serta komponen konatif.


Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahuai manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang

menghasilkan pengetahuan. Komponen efektif merupakan aspek

emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui

manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang

berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to

behave).

1.4.4 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto

(Maemanah, 2014)

5. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

mengajak objek tertentu.

6. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci pada objek tertentu.

1.2.5 Ciri-ciri Sikap


Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

11. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau

dipelajari seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya.

Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

12. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

sikap pada orang itu.

13. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

14. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

15. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.4 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

9. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

10. Merespon (responding)


Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

11. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap

obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain untuk merespon.

12. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani ambil resiko bila ada orang lain

yang tau adanya resiko lain.

6.4.5 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup dan

Schult, 2005):

7. pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung

maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan

adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma

individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu

terhadap sesuatu tersebut.

8. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan

terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

rumah sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih

berobat kerumah sakit yang sudah dipercaya.


9. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan, kondisi

(agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan dapat

mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun menolak

sesuatu.

2.2.6 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan

sesuatu mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung

atau memihak pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favorable. Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula

berisi hal- hal negatif menganai suatu onjek sikap yang bersikap tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut

juga dengan pernyataan yang tidak favorable.

Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikia pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua gegatif yang seolah-olah memihak atau tidak memihak sama

sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap

(hadi, 1971).

11. Keadaan subjek yang diukur

12. Situasi pengukuran

13. Alat ukur yang digunakan

14. Penyelenggaraan pengukuran

15. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.2.7 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

3. Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam penyusunan alat ini

seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing

pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,

membuat skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar

100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada

orang peneliti. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat


favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai

diekspresikan melalui titik skala ranting yang dimiliki 1-11. Sangat

tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini

bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap

pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap

sistem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing

aitem. Pembuatan skala kemudian menyusun aitem mulai dari

aitem yang memiliki nilai skala terendah sampai tertinggi dalam

aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden. Responden

diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau ketidak

setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi:

ukuran sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval

skala yang sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala

mencerminkan perbedaan sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua

adalah nilai skala yang berasal dari ranting para penilai tidak

dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan

ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama terhadapa isu

tersebut.

4. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone


yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok

yaitu favorable dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral

tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.

Masing-masing responden dilakukan untuk melakukan egremen

atau disegremen untuk masing-masing aitem dalam skala yang

terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat tidak

setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun

diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal, interval,

scale).

5. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

6. Multidimensional Scaling

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini dikadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala aitem.

7. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)


9) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau

dapat dilakukan oleh responden

10) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap

dipengaruhi oleh kerelaan responden

11) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi

terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari

dilakukan oleh individu yang bersangkutan

12) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu

mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat,

dilatasi pupil mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek

fisiologis lainnya.

2.5Sikap (attitude)

2.4.1 Definisi Sikap


Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespon (secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi

tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir,

berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti

mempunyai daya pendorong, relatve lebih menetap dibanding emosi dan

fikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap

obyek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen emosional/afektif serta komponen konatif.


Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahuai manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang

menghasilkan pengetahuan. Komponen efektif merupakan aspek

emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui


manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang

berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to

behave).

1.4.5 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto

(Maemanah, 2014)

7. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

mengajak objek tertentu.

8. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci pada objek tertentu.

1.2.6 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

16. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau

dipelajari seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya.

Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

17. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

sikap pada orang itu.

18. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.


19. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

20. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.4 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

13. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

14. Merespon (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

15. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap

obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain untuk merespon.

16. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani ambil resiko bila ada orang lain

yang tau adanya resiko lain.

8.4.5 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup dan

Schult, 2005):
10. pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung

maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan

adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma

individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu

terhadap sesuatu tersebut.

11. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan

terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

rumah sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih

berobat kerumah sakit yang sudah dipercaya.

12. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan,

kondisi (agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan

dapat mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun

menolak sesuatu.

2.2.6 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan

sesuatu mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung

atau memihak pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favorable. Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula

berisi hal- hal negatif menganai suatu onjek sikap yang bersikap tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut

juga dengan pernyataan yang tidak favorable.


Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikia pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua gegatif yang seolah-olah memihak atau tidak memihak sama

sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap

(hadi, 1971).

16. Keadaan subjek yang diukur

17. Situasi pengukuran

18. Alat ukur yang digunakan

19. Penyelenggaraan pengukuran

20. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.2.7 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

4. Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam penyusunan alat ini

seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing

pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,

membuat skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar

100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada

orang peneliti. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat

favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai

diekspresikan melalui titik skala ranting yang dimiliki 1-11. Sangat

tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini

bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap

pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap

sistem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing

aitem. Pembuatan skala kemudian menyusun aitem mulai dari

aitem yang memiliki nilai skala terendah sampai tertinggi dalam

aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden. Responden


diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau ketidak

setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi:

ukuran sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval

skala yang sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala

mencerminkan perbedaan sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua

adalah nilai skala yang berasal dari ranting para penilai tidak

dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan

ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama terhadapa isu

tersebut.

5. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone

yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok

yaitu favorable dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral

tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.

Masing-masing responden dilakukan untuk melakukan egremen

atau disegremen untuk masing-masing aitem dalam skala yang

terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat tidak

setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun


diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal, interval,

scale).

6. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

7. Multidimensional Scaling

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini dikadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala aitem.

8. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)

13) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan

atau dapat dilakukan oleh responden

14) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap

dipengaruhi oleh kerelaan responden

15) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi

terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari

dilakukan oleh individu yang bersangkutan

16) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu

mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat,

dilatasi pupil mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek

fisiologis lainnya.
2.6Sikap (attitude)

2.4.1 Definisi Sikap


Sikap secara umum dirumuskan sebagai kecenderungan untuk

berespon (secara positih dan negatif) terhadap orang, obyek, dan situasi

tertentu. Dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan berfikir,

berpersepsi dan bertindak. Sikap memiliki karakteristik seperti

mempunyai daya pendorong, relatve lebih menetap dibanding emosi dan

fikiran. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluative terhadap

obyek dan mempunyai tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen emosional/afektif serta komponen konatif.


Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan

apa yang diketahuai manusia. Komponen kognitif ini adalah olahan pikiran

manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus, yang

menghasilkan pengetahuan. Komponen efektif merupakan aspek

emosional yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui

manusia. Sedangkan komponen konatif adalah aspek visional yang

berhubungan dengan kecenderungan atau kemauan bertindak (tend to

behave).

1.4.6 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif atau negatif Purwanto

(Maemanah, 2014)

9. Sifat positif kecenderungan untuk mendekati, menyayangi,

mengajak objek tertentu.

10. Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci pada objek tertentu.

1.2.7 Ciri-ciri Sikap


Ciri-ciri sikap adalah (Purwanto, 1998)

21. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan buka dibentuk atau

dipelajari seoanjang perkembangan itu dalam hubungan obyeknya.

Sifat ini membedakan dengan sifat motif-motif boigenis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

22. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari

dan sikap dapat berubah-ruban pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

sikap pada orang itu.

23. Sikap berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

24. Objek sikap itu merupaka suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

25. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.4.4 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2010), yaitu:

17. Menerima (receiving)

Bahwa seseorang (sunyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

18. Merespon (responding)


Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan,

emgerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

19. Menghargai (valuing)

Subyek atau seseorang memberi nilai yang positif terhadap

obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain untuk merespon.

20. Bertanggung jawab (presponsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakinkan.

Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinannya, dia harus berani ambil resiko bila ada orang lain

yang tau adanya resiko lain.

10.4.5 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Oskup

dan Schult, 2005):

13. pengetahuan

Pengetahuan manusia dapat diperoleh dari pengalaman langsung

maupun pengetahuan yang didapat dari sumber terpercaya. Dengan

adanya pengetahuan maka dapat mengubah keyakinan dan paradigma

individu terhadap sesuatu yang akhirnya menimbulkan sikap individu

terhadap sesuatu tersebut.

14. Kepercayaan

Sikap individu dapat dilihat sebagai cerminan dari kepercayaan

terhadap sesuatu hal. Misalnya kepercayaan keluarga terhadap pelayanan

rumah sakit tertentu akan mempengaruhi sikap keluarga untuk memilih

berobat kerumah sakit yang sudah dipercaya.


15. Kebudayaan yang diperoleh dari pengalaman, pembacaan,

kondisi (agama, pendidikan, paradigma). Peran serta kebudayaan

dapat mempengaruhi sikap individu untuk menerima maupun

menolak sesuatu.

2.2.6 Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dikalukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimay yang mengatakan

sesuatu mengenai sesuatu objek sikap, yaitu kalimat bersifat mendukung

atau memihak pada pobjek sikap. Pernyataan ini disebut dengan

pernyataan yang favorable. Sebaiknya pernytaan sikap mungkin pula

berisi hal- hal negatif menganai suatu onjek sikap yang bersikap tidak

mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut

juga dengan pernyataan yang tidak favorable.

Suatu skala sikap dapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Dengan demikia pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua gegatif yang seolah-olah memihak atau tidak memihak sama

sekali objek sikap (Azwar, 2005).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Sacara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat/pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis

kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoadmojo, 2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap

(hadi, 1971).

21. Keadaan subjek yang diukur

22. Situasi pengukuran

23. Alat ukur yang digunakan

24. Penyelenggaraan pengukuran

25. Pembacaan atau menilaian hasil pengukuran

2.2.7 Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam spikologi sosial adalah

bagaimana mengukur sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain: Skala Trustone, Likert, unobstrusive Measure, Analisis

Skalogam, dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional Scaling.

5. Skala Thurstone

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan

kontinum dari yang sangat unfavorable hingga sangat favorable

terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang

tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat

favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam penyusunan alat ini

seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan perhitungan ukuran

yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing

pernyataan, derajat (ukuran) favoribilitas disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap,

membuat skala harus membuat sample pernyataan sikap sekitar

100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu diberikan kepada

orang peneliti. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat


favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai

diekspresikan melalui titik skala ranting yang dimiliki 1-11. Sangat

tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 sangat setuju tugas penilai ini

bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya mereka terhadap

pernyataan itu.

Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap

sistem ini kemudian dijadikan sebagai nilai skala masing-masing

aitem. Pembuatan skala kemudian menyusun aitem mulai dari

aitem yang memiliki nilai skala terendah sampai tertinggi dalam

aitem-aitem tersebut, pembuat skala kemudian memilih aitem

untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya. Dalam penelitian,

skala yang telah dibuat ini diberikan kepada responden. Responden

diminta untuk menunjukan beberapa besar kesetujuan atau ketidak

setujuan pada masing-masing aitem tersebut.

Tehnik ini disusun oleh Thrustone didasarkan pada asumsi-asumsi:

ukuran sikpa seseorang itu dapat digambarkan dengan interval

skala yang sama. Perbedaan yang sama pada suatu skala

mencerminkan perbedaan sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua

adalah nilai skala yang berasal dari ranting para penilai tidak

dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai melakukan

ranting terhadap aitem dalam tatanan yang sama terhadapa isu

tersebut.

6. Skala likert

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala thurstone


yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi dua kelompok

yaitu favorable dan unfavorable. Sedangkan aitem yang netral

tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test yang lain.

Masing-masing responden dilakukan untuk melakukan egremen

atau disegremen untuk masing-masing aitem dalam skala yang

terdiri 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat

tidak setuju). Semua aitem favorable kemudian diubah nilainya

dalam angka yaitu untuk sangat setuju nilainya 5, sangat tidak

setuju nilainya 1 sebaliknya, untuk aitem yang unfavorable nilai

skala sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak

setuju nilainya 5. Seperti halnya skala thurstone, skala rikert disusun

diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal, interval,

scale).

7. Unobstrusive Measure

Metode ini berakat dari suatu situasi dimana seseorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

sikapnya dalam pertanyaan.

8. Multidimensional Scaling

Tehnik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini dikadangkala

menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur

dimensional kurang valid terutama apabila diterapkan pada orang

lain, lain isu, dan lain skala aitem.

9. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung)


17) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan

atau dapat dilakukan oleh responden

18) Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap

dipengaruhi oleh kerelaan responden

19) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi

terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari

dilakukan oleh individu yang bersangkutan

20) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu

mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat,

dilatasi pupil mata, dekat jnatung, dan beberapa aspek

fisiologis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai