Disusun oleh:
dr. FH. Ramadhan
Pembimbing:
dr.
RSUD PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN
2019
BAB I
STATUS PASIEN
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis dengan pasien dan keluarga pasien
tanggal 16 Juli 2019
a. Keluhan Utama
Lemas disertai sakit perut bawah sejak 1 hari yang lalu.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan lemas disertai nyeri perut bawah hilang timbul
dan juga disertai keluar darah dari vagina sejak 2 hari SMRS. Darah keluar
banyak sampai lebih dari 10 kali menggantikan pembalut, pasien awalnya
mengira menstruasi biasa. Pasien tampak terlihat pucat disertai akral dingin.
c. Riwayat haid
Menarche pada usia 16 tahun, Haid teratur 28 hari, lamanya 5-6 hari, darah
haid biasa, nyeri haid tidak ada, 3 kali ganti pembalut.
d. Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, Usia perempuan saat menikah 17 tahun, usia suami saat
menikah 20 tahun.
e. Riwayat Keluarga Berencana
Menggunakan Pil KB dan Suntik KB kurang lebih 18 tahun.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada bulan Desember 2018 pasien terdiagnosa Abnormal Uterine Bleeding ec
Menometroragia saat pertama dirawat di RSU Pesanggrahan oleh dokter
kandungan. Riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi makanan dan alergi
obat-obatan disangkal oleh pasien. Pasien juga tidak pernah terpapar zat-zat
kimia ataupun sinar-x sebelumnya.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), Diabetes (-), Jantung (-), Asma (-), Alergi (-)
JENIS HASIL
Nilai Rujukan
PEMERIKSAAN 21-08-2017 12:36:33 Saat Ini
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 7.0 12.0 - 16.0 g/dL
Hematokrit 24 37 - 47 %
Eritrosit 3.50 4.3 - 6.0 juta/uL
Leukosit 9.620 4,800 - 10,800 /uL
Trombosit 486000 150,000 - 400,000 /uL
MCV 69.1 80 - 96 fL
MCH 20.0 27 - 32 pg
MCHC 38.9 32 - 36 g/dL
V. RESUME
Pasien Anemia dengan Susp. Karsinoma Serviks datang ke IGD RSU Pesanggrahan
dengan keluhan lemas, nyeri perut bawah dan perdarahan aktif dari vagina sejak 1 hari
SMRS yang hilang timbul tanpa sebab yang jelas.
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
O2 3L/menit
Cek Darah Lengkap
IVFD RL 500 cc/30 menit selanjutnya maintenance
Injeksi Asam traneksamat 500 mg
Injeksi Ranitidin 1 amp
Observasi
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
IX. ANALISA KASUS
Pasien datang ke igd dengan anemia dengan susp Ca Cervix. Pasien sebelumnya
pada bulan januari 2019 sudah pernah mengeluh hal yang sama dan pernah dirawat di RSU
Pesanggrahan kemudian sudah ada perbaikan dan disarankan untuk berobat ke RS
Fatmawati untuk tatalaksana lebih lanjut dengan fasilitas yang lengkap.
Pada pemeriksaan tanda vital dan status generalis pasien mengalmi syok
hipovolemik. Pada pemeriksaan status ginekologi inspeksi didapatkan vulva/uretra tenang,
perdarahan (+), pada pemeriksaan inspekulo portio tampak gambaran cauliflower, rapuh
dan mudah berdarah, pemeriksaan VT tidak dilakukan.
Pasien direncanakan untuk diobservasi kemudian disarankan untuk dirujuk ke RS
yang ada fasilitas lengkap untuk pemngobatan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Histologi Serviks
Serviks merupakan bagian dari uterus yang terletak di sepertiga bagian bawah
uterus. Serviks uteri terdiri atas: (1). Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio;
(2) pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran
lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks,
berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut osteum uteri internum, dan pintu di vagina disebut ostium
uteri eksternum.1
Secara histologis, permukaan serviks mempunyai dua macam epitel yaitu epitel
kolumner dan skuamosa. Epitel kolumner ini terdiri dari dua macam sel, yaitu sel yang
tidak bersilia yang memproduksi lendir atau mukus yang berfungsi membasahi kanalis
servikalis dan sel yang bersilia yang berfungsi membersihkan lendir pada endoserviks.
Epitel kedua yaitu epitel skuamosa, epitel skuamosa ini menutupi ektoserviks, terdiri dari
empat lapis sel.2
Jika terdapat mutagen pada serviks seperti HPV atau bahan lain yang mengandung
DNA pada saat fase aktif atau fase awal dari metaplasia, maka sel-sel metaplastik dapat
berubah menjadi sel-sel yang berpotensi ganas, dengan demikian dapat terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia.
2.2. Karsinoma serviks
Karsinoma serviks adalah salah satu keganasan pada wanita, menempati urutan
pertama di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia dan sebagai penyebab
kematian utama.5
Banyak kasus baru yang ditemukan setiap tahunnya dan hampir 80 % terjadi di
negara berkembang. Menurut dr. Fielda Djuita, SpRad (K) Onk. Rad dari bagian Instalasi
Radioterapi RS Kanker Dharmais, Jakarta, karsinoma serviks merupakan keganasan
pertama pada wanita pada periode 1995 – 2002. Dari data 13 pusat patologi di Indonesia,
angka kejadian karsinoma serviks mencapai 28,7 %. Jumlah pasien di RS Kanker
Dharmais, pada tahun 1995 – 2002, angka kejadiannya mencapai 1259 pasien. Sedangkan
pada periode 2003 – 2004, angkanya sudah mencapai 402 pasien. Sedangkan data
Departemen Kesehatan menyebutkan di Indonesia terdapat 90 – 100 kasus baru karsinoma
serviks per 100.000 penduduk. Setiap tahunnya terjadi 200.000 kasus baru karsinoma
serviks di Indonesia. Sebagian besar kasus terdiagnosis pada stadium invasif lanjut dengan
keadaan umum dan sosial ekonomi relatif rendah dan disertai oleh berbagai penyulit.5
Berbeda dengan negara maju seperti Amerika Serikat, didapatkan data pada tahun
2007 terdapat 11.150 kasus baru dan angka kematian mencapai 3670. Angka kejadian
berbeda pada negara maju seperti Belanda. Insidensi karsinoma serviks mencapai 10 –12
kasus baru tiap 100.000 wanita tiap tahun. Kematian oleh karsinoma serviks adalah 5,8
tiap 100.000 wanita tiap tahun. Dengan kata lain, di Belanda tiap tahun mencapai 325
wanita meninggal sebagai akibat karsinoma serviks.5
Seharusnya angka penderita penyakit ini bisa ditekan bila lebih awal diketahui
adanya karsinoma serviks. Masalahnya lebih dari 70% penderita datang terlambat
memeriksakannya ke dokter. Padahal keterlambatan pemeriksaan bisa berpengaruh pada
harapan hidup, selain biaya yang dibutuhkan lebih besar.6
HPV exposure
Glandular
Intraepitelial lesion
Low Grade : High Grade : (adenocarcinoma in situ) High- and High-
risk HPVs
low risk High-risk HPVs
HPVs 16, 18, 45
Rare
Smoking, oral contraceptives, high parity, altered
immune status, Host gene alterations, time
2.8 Terapi
Kanker serviks invasiv bermetastase secara limfogen dan perkontinuatum.
Pengobatan pasien dengan kanker serviks dibutuhkan bukan hanya mengambil jaringan
serviks saja, melainkan jaringan sekitar dan KGB nya. Terapi ini meliputi histerektomi
radikal dan limfadenektomi pelvis, radiasi dengan kemoterapi atau terapi kombinasi.10,12,13
Keadaan khusus:
Stage IA1
Diagnosis definitif dari kanker mikroinvasiv squamous cell dapat ditegakkan
dengan konisasi. Pasien dapat diterapi dengan histerektomi abdominal yang simpel atau
histerektomi vaginal. Untuk wanita muda yang masih ingin punya keturunan, konisasi saja
dapat diterima bila ca mikroinvasiv squamous cell dengan kedalamna < 3mm dan tidak
didapatkan invasi ke runag limphovaskuler. Jika dengan kuretase didapatkan tepi dan
endoserviks (+), resiko berulang dapat meningkat sebesar 33%. Staging FIGO tidak
berguna dengan keadaan invasi, yang biasanya terjadi pada 10% pasien staging IA1.
Pasien ini mempunyai sedikit resiko tetapi signifikan untuk metastase KGB ke
parametrium dan KGB pelvis. Pasien ini dapat diobati seperti staging IA2.10,12,13
Radical Trachelectomy
Selama dekade terakhir, radikal trachelectomy menjadi alternatif radikal
histerektomi untuk pasien tertentu; pasien wanita muda dengan stage awal (IA2/IB1 kecil)
yang masih menginginkan keturunan. Lymphadenektomi dibutuhkan setelah reseksi
serviks. Kehamilan berikutnya melalui SC dapat terjadi pada setengah dari prosedur ini.
Infertil dan keguguran trimester ke 2 meningkat 25% setelah prosedur ini.10,12,13
Bulking Ca Cervix
Terapi ini dilakukan pada stage IB2 dan IIA yang luas (bulking). Tetapi terapi ini
masih dalam perdebatan.
1. Terapi radiasi primer dengan kemoterapi konkomitan dan pilihan lanjutan untuk
histerektomi ekstrafasial
Terapi radiasi dianjurkan unutk pasien dengan bulking ca cervix, biasanya ditambah
kemoterapi. Tumor memiliki daerah yang hipoksia yang tidak berespon baik dengan
radiasi, dan 15-35% menjadi menyebar ke panggul. Dengan histerektomi lanjutan
setelah radiasi, dapat mengurangi penyebaran ke panggul 2-5%.
2. Histerektomi radikal primer dan limfadenektomi, diikuti radiasi dengan kemoterapi
berdasar adanya penemuan patologis
3. Neoadjuvan kemoterapi diikuti radikal histerektomi dan limfadenektomi dan
kemoradiasi lanjutan berdasar adanya penemuan patologis.10,12,13