Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Timbulnya masalah-masalah kesehatan dan bencana yang sangat
sering terjadi akhir-akhir ini ditengarai dipengaruhi oleh menurunnya
kepedulian dan kemampuan masyarakat untuk mengenal tanda bahaya atau
faktor risiko secara dini dan menanggulangi masalah yang telah berlangsung.
Mengendornya pendampingan dari Pemerintah dalam hal ini tim pembina
lintas sektor, antara lain Puskesmas juga sangat mempengaruhi kemunduran
fungsi UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat).
Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
574/Menkes/SK/IV/2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan,
yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun
2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup
bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Sejak dicanangkannya Visi Indonesia Sehat 2010 telah banyak
kemajuan yang dicapai. Akan tetapi kemajuan-kemajuan itu tampaknya
masih jauh dari target yang ingin dicapai pada tahun 2010.
Tingginya angka kematian, terutama kematian ibu dan kematian bayi
menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga
dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai dengan
munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti campak diphteri, dan
tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru bersifat pandemik
seperti HIV/AIDS, SAR dan flu burung: serta belum hilangnya penyakit-
penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah. Keadaan ini diperparah
dengan timbulnya berbagai kejadian bencana karena faktor alam seperti
gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin puting beliung maupun
bencana alam seperti banjir tanah longsor dan kecelakaan massal.
Sementara itu, kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum
menjadi milik setiap manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala

1
geografis, sosiologis, dan budaya. Kesehatan bagi sebagaian penduduk yang
terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan
rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus dengan cara
mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka. Disamping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan
investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga masih harus
dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil kebijakan dan
pemangku kepentingkan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
Berkaitan dengan strategi tersebut, salah satu sasaran terpenting yang
ingin dicapai adalah ”Pada Akhir Tahun 2008, Seluruh Desa Telah Menjadi
Desa Siaga”. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau
dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap
siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.

1.2 Pernyataan Masalah


Bagaimana upaya meningkatkan strata desa siaga aktif di Kelurahan Bojong
Rangkas?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Terjadi peningkatan strata desa siaga aktif di Kelurahan Bojong Rangkas
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi faktor penghambat perkembangan strata desa siaga aktif
di Kelurahan Bojong Rangkas.

2
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
 Memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman
mengenai pedoman pelaksanaan program desa siaga beserta faktor yang
menghambat perkembangan desa siaga aktif khususnya di Kecamatan
Ciampea.
 Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter
Indonesia.

2. Manfaat bagi Puskesmas


Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan tentang
program atau intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah desa siaga
aktif di Kelurahan Bojong Rangkas

3. Manfaat bagi Masyarakat


Membantu terwujudnya masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap
terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di
desanya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi
pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis,
demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber
daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus
memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas
tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan
sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan
sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah
kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator
pembangunan kesehatan di kecamatan.
Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan
kesehatan kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan
pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi
baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program
kesehatan yang dijalankan oleh setiap Puskesmas, di harapkan pada akhirnya
akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap individu, keluarga dan
masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta berperan aktif

4
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2.1.1 Profil Puskesmas Ciampea


Secara geografi wilayah yang yang ada di Puskesmas Ciampea
berada pada ketinggian ± 300 mdpl, suhu udara berkisar antara 20º -
30º C dan curah hujan 278 mm/t dalam 22 hari. Luas wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Ciampea sekitar 15.574,4 Ha. dengan perbatasan
wilayah ;
 Sebelah Utara : Kecamatan Rancabungur
 Sebelah Selatan : Kecamatan Tenjolaya
 Sebelah Barat : Kecamatan Cibungbulang
 Sebelah Timur : Kecamatan Dramaga
Wilayah Puskesmas Ciampea terdiri dari 4 desa, 32 RW dan 170
RT, topografi wilayah Kecamatan Ciampea yaitu sebagian berupa
daerah dataran rendah dan sebagian dataran berbukit.
Untuk lebih jelasnya gambaran geografi Puskesmas ditunjukan
pada gambar berikut:

Gambar 1. Peta Kelurahan Ciampea

5
a. Fasilitas Kesehatan

No Jenis Jumlah
A. Sarana Kesehatan Pemerintah

1 Puskesmas 1
2 Pustu -
3 Pusling 1
4 Poskesdes -
B. Sarana Kesehatan Swasta

1 Balai Pengobatan 24 Jam 4


2 Rumah Bersalin 9
3 Praktek Bidan 9
4 Batra

5 Dokter Umum 4
6 Dokter Gigi 2
7 Dokter Spesialis

8 Apotek 4
9 Toko Obat

10 Radiologi

11 Optik

12 Laboratorium 1
Tabel 1. Tabel Fasilitas Kesehatan

b. Demografi Kependudukan
Berdasarkan data dari Sasaran Proyeksi Kesehatan
Puskesmas Ciampea tahun 2018, sebagai berikut :

JENIS KELAMIN JUMLAH


NO DESA
L P
1 Benteng 5.948 5.715 11.663
2 Bojong Rangkas 7.569 7.272 14.841
3 Ciampea 6.139 5.898 12.037
4 Cibanteng 7.281 6.995 14.276
TOTAL 26.937 25.880 52.817
Tabel 2. Data Penduduk Kecamatan Ciampea Berdasarkan Sasaran
Proyeksi Kesehatan Tahun 2018

6
2.1.2 Profil Desa Bojong Rangkas
Desa Bojong Rangkas merupakan salah satu desa binaan
puskesmas Ciampea. Desa Bojong Rangkas mempunyai batas wilayah
Utara Berbatasan dengan Desa Benteng, Bagian selatan berbatasan
dengan Desa Cicadas, Bagian Timur berbatasan dengan Desa Cibadak,
Bagian Barat berbatasan dengan Desa Tegal Waru. Desa Bojong
Rangkas merupakan jumlah penduduk terbanyak wialayah binaan
Puskesmas Ciampea yaitu 13.927 jiwa, yang terdiri dari 3.431 Kepala
Keluarga (KK). Desa Bojong Rangkas terdiri dari 9 Rukun Warga dan
41 Rukun Tangga dengan mayoritas tingkat Pendidikan Tamat SD :
4.322 orang, Tamat SMP : 2.560 orang, Tamat SMA : 3.202 orang,
Diploma 3 : 90 orang, Strata 1 : 273 orang, Strata 2 : 29 orang, Strata 3:
10 orang.
Jumlah Kader Kesehatan Desa Bojong Rangkas berjumlah 45
orang, jumlah paraji 2 orang, jumlah posyandu 10 pos, jumlah fasilitas
kesehatan terdiri dari praktek dokter 4, praktek bidan 3, praktek dokter
gigi 1. Jumlah sekolah pada Desa Bojong Rangkas terdiri dari PAUD :
3, TK : 3, SD : 5, MI : 2, MTs : 1, SMP : 2, SMA : 1.

Gambar 2. Peta Wilayah Desa Bojong Rangkas

7
Tingkat Pendidikan Masyrakat Desa Bojong
Rangkas
5000

4000

3000

2000

1000

SD SMP SMA D3 S1 S2 S3

Grafik 1. Grafik Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Bojong Rangkas

2.2 Desa Siaga


2.2.1 Pengertian Desa Siaga
Desa Siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah
dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan secara mandiri (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2006:3).
Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang
diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2.2.2 Tujuan Desa Siaga


Menurut Sulistyorini at all. (2010:81) tujuan desa siaga yaitu :
a. Tujuan Umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan
tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) di desanya.

8
b. Tujuan khusus
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan pelaksanaan kegiatan PHBS (Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat).
2) Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya)
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

2.2.3 Sasaran Desa Siaga


Menurut Syarifudin dan Hamidah (2009:196) Sasaran
pengembangan desa siaga adalah mempermudah intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap
permasalahan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif
bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk
tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader, serta petugas
kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti kepala
desa, camat , pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik
kepentingan lainnya.

2.2.4 Ciri-ciri pokok Desa Siaga


Adapun ciri-ciri pokok Desa Siaga menurut Syarifudin dan Hamidah
(2009:195) yaitu :

9
a. Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberikan pelayanan
dasar.
b. Memiliki sistem gawat-darurat yang berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat

2.2.5 Kriteria Desa Siaga


Menurut Sulistyorini at all.( 2010:81 ) kriteria Desa Siaga terdiri dari :
A. Memiliki Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
POSKESDES merupakan salah satu sarana pelayanan
kesehatan dasar bagi desa yang tidak memiliki akses ke
puskesmas/pustu dalam rangka menyediakan/mendekatkan pelayanan
kesehatan daar bagi masyarakat desa. POSKESDES yang harus
dimilki oleh desa. Pelayanannya meliputi upaya-upaya pomotf,
preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan,
perawat, tenaga gizi dan sanitarian) dengan melibatkan kader dan
sukarela lainnya.
Kegiatan dari POSKEDES diantaranya :
1) Melakukan pengamatan epidemiologis penyakit menular dan
yang berpotensi menjadi Kejadian Luasr Biasa (KLB) serta
faktor-faktor resikonya.
2) Melakukan penanggulangan penyakit menular dan yang
berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi.
3) Melakukan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
4) Melakukan pelayanan kesehatan dasar, sesuai kompetensinya.

B. Memiliki berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya


Masyarakat (UKBM)
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM)
merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, dan untuk bersama

10
masyarakat, dengan bimbingan petugas Puskemas, lintas ektor dan
lembaga terkait lainnya. Bentuk dari UKBM diantaranya:
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM guna
memberikan kemudahan kepada masyarakat, utamnya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk menunjang
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).
2) Posyandu Usila/Lansia
Posyandu Usila/Lansia merupakan wahana pelayanan bagi
kaum usia lanjut (usila). Titik berat pelayanannya pada upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehadilitatif.
3) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam
upaya mendekatkan dan memudahkan masyarakat memperoleh
pelayanan professional Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
Keluarga Berencana (KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa
(BDD) dan pamong desa.
4) Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih
pengetahuan dan keterampilan tentang obat dan pengobatan
sederhana dari petugas kepada kader dan dari kader kepada
masyarakat, guna memberikan kemudahan dalam memperoleh
obat yang bermutu dan terjangkau.
5) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya
pemeliharaan kesehatan pekerja diselenggarakan oleh masyarakat
pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja.

11
6) Sakha Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dan
keterampilan di bidang kesehatan bagi generasi muda, khususnya
anggota Gerakan Pramuka, untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat di lingkungan sekitar.
7) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Poskestren adalah wahana dalam mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pondok pesantren dengan prinsip
dari, oleh, dan untuk warga pondok pesantren, yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.

C. Memilki sistem pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-


faktor risiko yang berbasis masyarakat.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pemantauan yang
dilakukan oleh masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan dan
faktor-faktor risiko yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah
tersebut.
1) Tujuan Umum
Terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di
masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan
masalah-masalah kesehatan yang akan mengancam dan
merugikan masyarakat yang bersangkutan.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbul
penyakit atau masalah-masalah kesehatan lain, dan
melaporkannya kepada petugas kesehatan.
b) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan
timbulnya masalah lingkungan diwilayahnya sebagai faktor
risiko.
c) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan
timbulnya masalah gizi sebagai faktor risiko.

12
d) Masyarakat mengetahui secara dini berkembangnya perilaku
hidup di kalangan warga yang merugikan kesehatan, baik
perorangan, keluarga maupun masyarakat, sebagai faktor
risiko.

D. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan


kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
Kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana berbasis masyarakat adalah upaya yang dilakukan masyarakat
untuk mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan sehari-hari dan
bencana, melalui langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Titik berat dari konsep kesiapsiagaan masyarakat adalah kegiatan
pencegahan dan promosi kesehatan.

E. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.


1) Dana Masyarakat yang Bersifat Aktif
Dana masyarakat yang bersifat aktif adalah dana yang secara
khusus digali atau dikumpulkan oleh masyarakat yang digunakan
untuk membiayai upaya kesehatan. Sering disebut Dana Sehat.
Dana masyarakat yang bersifat aktif dapat dikumpulkan
dengan berbagai cara diantaranya :
a) Iuran, yaitu pengumpulan sejumlah uang atau benda dari
masyarakat secara berkala atas dasar kesepakatan
masyarakat.
b) Sumbangan, yaitu berupa pemberian sukarela dari
perorangan, kelompok, lembaga masyarakat, badan social,
dan perusahaan yang berbentuk uang atau modal, benda tak
bergerak (tanah, bangunan) atau saranan yang dibutuhkan.
c) Jimpitan, yaitu pengumpulan bahan makanan pokok
(biasanya beras) dari masyarakat dalam jumlah tertentu
biasanya diambil secara harian.

13
d) Arisan, yaitu pengumpulan sejumlah uang atau barang untuk
upaya kesehatan oleh peserta arisan secara berkala sesuai
dengan kesepakatan.
e) Penyisihan hasil usaha, yaitu pengumpulan sejumlah uang
hasil usaha atau hasil pertanian/perternakan
2) Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif
Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif adalah pemanfaatan dan
yang sudah ada di masyarakat untuk membiayai upaya kesehatan.
Salah satu dana pasif adalah dana sosial keagamaan dan dana social
kemasyarakatan.

F. Memiliki lingkungan yang sehat


Aspek-aspek yang perlu dicukupi dalam pengembangan
lingkungan sehat adalah sebagai berikut :
1) Perumahan
Mengupayakan terciptanya rumah-rumah penduduk yang sehat
(rumah sehat) dengan lingkungan pemukiman yang nyaman,
aman, dan sehat.
2) Udara
Menjaga agar udara tetap segar dan bersih, bebas dari polusi
udara.
3) Air
Menjaga agar mata air, air sungai dan sumber air lain bersih dan
bebas dari polusi.dan mengupayakan adanya penyediaan air
bersih yang layak minum bagi penduduk desa.
4) Limbah Padat dan Cair
Mengupayakan agar pembuangan sampah rumah tangga dan
limbah cair dari rumah tangga dikelola dengan baik sehingga
tidak mencemari lingkungan.
5) Tempat Umum
Mengupayakan agar tempat-tempat umum memenuhi syarat-
syarat kesehatan serta dikelola dengan baik dan benar.

14
G. Masyarakat Sadar Gizi
Pengembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah
pengembangan keluarga yang berperilaku gizi seimbang, serta mampu
mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya.
Sedangkan perilaku gizi seimbang adalah perilaku yang dilandasi
pengetahuan dan sikap yang sesuai, meliputi perilaku mengkonsumsi
makanan seimbang serta perilaku hidup bersih dsn sehat.
Tujuan pengembangan kadarzi adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dann perilaku keluarga tentang
gizi seimbang.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengenali dan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
3) Meningkatkan keadaan gizi keluarga.
4) Kegiatan dapat memobilisasin masyarakat untuk memperbaiki
keadaan gizi dan kesehatan.

H. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah
semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat.
PHBS terbagi dalam beberapa kelompok diantaranya :
1) Kelompok PHBS bidang obat dan farmasi, yaitu misalnya: tidak
menyalahgunakan NAPZA, memelihara taman obat keluarga, dan
lain-lain.
2) Kelompok PHBS bidang KIA dan secara KB, yaitu misalnya:
meminta memeriksakan kehamilan teratur, pertolongan tenaga
kesehatan untuk persalinan, menjadi akseptor KB, dan lain-lain.
3) Kelompok PHBS bidang penyakit dan Kesehatan Lingkungan,
yaitu misalnya: memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif
dalam UKBM, memanfaatkan Puskesmas, dan lain-lain.

15
4) Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu
misalnya: memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif dalam
UKBM, memanfaatkan Puskesmas, dan lain-lain. PHBS
merupakan tujuan yang akan dicapai oleh Promosi Kesehatan.

2.2.6 Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Keberhasilan upaya pengembangan desa siaga dapat dilihat dari
empat kelompok indikatornya menurut syarifudin dan Hamidah
(2009:200) yaitu indikator masukan, indikator proses, indikator keluaran,
dan indikator dampak. Adapun uraian untuk masing-masing indikator
adalah sebagai berikut :
a. Indikator masukan. Indikator masukan adalah indikator untuk
mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka
pengembangan desa siaga. Indikator masukan terdiri dari hal-hal
sebagai berikut :
1) Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
2) Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau
peralatannya.
3) Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4) Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
5) Ada/tidaknya kader aktif
6) Ada/tidaknya sarana bangunan/poskesdes sebagai pusat
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
7) Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat
yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakkan surveilans
berbasi masyarakat (mis., kentongan, bedug, dll.)

b. Indikator proses. Indikator proses adalah indikator untuk mengukur


seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka
pengembangan desa siaga. Indikator proses meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.

16
2) Berfungsi/tidaknya UKBM poskesdes.
3) Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED.
4) Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
5) Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penangguangan
kegawat-daruratan dan bencana.
6) Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
7) Ada/tidaknya Berfungsi/tidaknya kegiatan kunjungan rumah
kadarzi dan PHBS.
8) Ada/tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.

c. Indikator keluaran. Indikator keluaran adalah indikator untuk


mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang di capai dari suatu desa
dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator keluaran terdiri dari
hal-hal berikut :
1) Cakupan pelayanan dasar (utamanya KIA).
2) Cakupan pelayanan UKBM lainnya.
3) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan.
4) Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan oleh kadarzi
dan PHBS.
5) Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.

d. Indikator dampak. Indikator dampak adalah indikator untuk


mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan desa dalam rangka
pengembangan desa siaga. Indikator desa terdiri dari hal-hal berikut :
1) Jumlah penduduk yang menderita sakit.
2) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
3) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
4) Jumlah balita dengan gizi buruk.
5) Tidak terjadinya KLB.
6) Respon cepat masalah kesehatan

17
2.2.7 Tahapan Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus
memiliki forum desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya
sarana/akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa
Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga :

Tabel 3. Kriteria Desa Siaga

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis secara
deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer yaitu hasil wawancara
dan laporan kegiatan serta program yang diperoleh dari puskesmas. Dari data
yang diperoleh, didapatkan bahwa program Desa Siaga tahun 2018 masih
Desa Siaga Aktif tahap madya. Penulis kemudian melakukan wawancara
dengan pemegang program. Dari hasil wawancara tersebut, penulis
mendapatkan beberapa masalah yang berkaitan dengan tidak tercapainya
program tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciampea, Kabupaten Bogor. Waktu
pelaksanaan kegiatan ini mulai dari 25 November 2019 – 20 Desember 2019.

19
BAB IV
PENYAJIAN DATA

TAHAPAN
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
Kriteria

Forum masyarakat desa Ada, tetapi Berjalan, Berjalan Berjalan setiap


belum berjalan tetapi belum setiap bulan
rutin setiap Triwulan
triwulan
KPM/Kader Kesehatan Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
minimal 2 orang orang orang atau
orang lebih
Kemudahan Skses Pelayanan
Kesehatan Dasar Ya Ya Ya Ya
Posyandu & UKBM lainnya Posyandu ya, Posyandu & 2 Posyandu & 3 Posyandu & 4
aktif UKBM UKBM UKBM UKBM
lainnya tidak lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
aktif
Dukungan dana untuk Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
kegiatan kesehatan di Desa dana dari dana dari dana dari dana Dari
dan Kelurahan : Pemerintah Pemerintah pemerintah pemerintah
- Pemerintah Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan
Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan
- Masyarakat serta belum serta satu serta dua serta dua
- Dunia usaha ada sumber sumber dana sumber dana sumber dana
dana lainnya lainnya lainnya lainnya
Peran serta masyarakat Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
dan Organisasi aktif aktif aktif aktif
Kemasyarakatan masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
dan tidak ada dan peran dan peran dan peran aktif
peran aktif aktif satu aktif dua lebih dari dua
ormas ormas ormas ormas
Peraturan Kepala Desa atau Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
peraturan Bupati/Walikota direalisasikan direalisasikan direlaisasikan

20
Pembinaan PHBS di Rumah Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
Tangga PHBS kurang PHBS minimal PHBS PHBS minimal
dari 20% 20 % rumah minimal 40 % 70 % rumah
rumah tangga tangga yang rumah tangga tangga yang
yang ada ada yang ada Ada
Tabel 4. Pembahasan Kriteria Desa Siaga

Berdasarkan kriteria persyaratan desa siaga aktif yang mencakup 8


(delapan) kriteria maka Kelurahan Siaga Aktif Bojong Rangkas dapat dianalisis
sebagai berikut :
1. Forum Masyarakat Desa (FMD)
Dalam penyelenggaraan FMD masih di tingkat madya. Hal ini
kemungkinan dikarenakan minimnya dana yang ada serta tingginya tingkat
kesibukan masyarakat. Kepedulian pemerintah desa atau kelurahan dan
pemuka masyarakat terhadap desa dan kelurahan siaga aktif yang tercermin
dari keberadaan dan keaktifan forum desa dan kelurahan. Forum mengangkat
masalah spesifik yang masih menjadi kendala bagi peningkatan kinerja desa.
2. Adanya kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan
Kader teknis penyelenggara kegiatan desa siaga aktif telah mencapai
taraf madya. Kader-kader tersebut umumnya adalah anggota masyarakat
umum yang peduli akan kesehatan masyarakat. Peningkatan perhatian dari
Puskesmas mungkin dapat ditempuh untuk menggairahkan kegiatan mereka,
setidak-tidaknya jangan sampai menurunkan semangat, yakni melalui sistem
reward. Bentuk penghargaan bisa berbentuk mengajak kader dalam kegiatan
silaturahim dengan para pemegang program di puskesmas yang bisa
dilakukan tiap 6 bulan sekali dan dalam kegiatan tersebut bisa diisi materi
penyegaran kader. Selain itu, juga dengan pemberian bingkisan saat hari raya
kepada para kader sesuai anggaran yang ada. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar para kader merasa terperhatikan sehingga bisa lebih terpacu untuk
menjalankan tugasnya.

21
3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar
Dalam hal kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar telah sampai
pada taraf mandiri, artinya masyarakat telah mendapatkan kemudahan yang
cukup ideal.
4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif
Kelurahan Bojong Rangkas telah di tingkat purnama dalam hal
kegiatan UKBM. Dalam hal UKBM kader yang memiliki latar belakang
pendidikan atau pekerjaan di luar kesehatan memang harus mendapatkan
pembinaan ekstra intensif, karena mengembangkan kegiatan yang bukan
bidangnya adalah tidak mudah. Oleh sebab itu upaya pembinaan oleh bidan
desa atau petugas kesehatan lainnya sangat diperlukan untuk membimbing,
membina dan mengarahkan terbentuknya UKBM di desa mereka masing-
masing.
5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa
Terkait dengan dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa,
kelurahan Bojong Rangkas di tingkat Purnama. Ketersediaan dan dukungan
dana dapat diciptakan melalui komunikasi yang baik dengan penyandang
dana baik dari Pemeritah Desa (ADD) maupun APBD Desa, yang berarti
usulan ke Pemerintah Kabupaten dimulai dari usulan dari bawah (bottom up
planning) yaitu FMD.
6. Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
Terkait dengan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
ini, kelurahan Bojong Rangkas di tingkat madya. Peningkatan peran serta
masyarakat kearah purnama akan lebih mudah dilaksanakan melalui pelibatan
organisasi tersebut lebih-lebih apabila pemahaman tentang pentingnya desa
siaga aktif telah mereka kuasai setelah mendapat pencerahan oleh tenaga-
tenaga khususnya langsung dari Puskesmas.
7. Peraturan Kepala Desa atau peraturan Bupati
Kelurahan Bojong Rangkas telah didukung oleh peraturan Desa
sebagai landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kinerja desa
siaga aktif, namun belum direalisasikan. Hal ini berarti pelaksanaan peraturan
tersebut masih perlu ditingkatkan. Permasalahan pelaksanaanya masih

22
terletak pada penggerakan FMD dalam memicu terencananya program
prioritas serta pelaksanaannya.
8. Pembinaan PHBS rumah tangga
Penyuluhan bersamaan dengan observasi tentang pelaksanaan PHBS
ditargetkan 40% untuk mendapatkan desa siaga mandiri di bidang PHBS. Di
Desa Bojong Rangkas telah tercapai pada tingkat purnama. Pelaksanaan
dalam mencapai target ini memang cukup berat bagi Puskesmas, oleh sebab
itu keterlibatan pihak ketiga seperti Organisasi Kemasyarakatan, Perguruan
Tinggi dan sebagainya perlu ditingkatkan untuk mengejar target tersebut.

23
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Masalah

PENTAHAPAN DESA
SIAGA AKTIF
NO DESA

PURNAMA
PRATAMA

MANDIRI
MADYA
1 Benteng √

2 Bojongrangkas √

3 Ciampea √

4 Cibanteng √

Tabel 5. Identifikasi Masalah

Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan


mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan
lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya
mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya.

24
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
Berbagai masalah fisik dan non fisik di atas kemudian ditetapak urutan
prioritas masalah berdasarkan metode USGP, dimana modifikasi metode ini
mengacu pada 4 indikator sebagai berikut.
 Urgency (mendesaknya)
 Seriousness (kegawatannya)
 Growth (perkembangannya)
 Potency (sumber daya)
Masing-masing indikator diberi skor 1-5. Hal tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan dalam memberikan penilaian pada setiap masalah yang
ada.

a. Urgency (mendesaknya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
b. Seriousness (kegawatannya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
c. Growth (perkembangannya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
d. Potency (sumber daya)
Nilai 1: Tidak mendesak

25
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan hasil penjumlahan dari keempat
indicator di atas. Masalah kesehatan yang mempunyai total nilai tertinggi
merupakan prioritas utama. Urutan prioritas masalah tersebut terdapat dalam
table berikut ini.

Kriteria
Ranking
No Pemecahan Masalah U S G P Jumlah
Prioritas

1.
1
Benteng 1 2 2 4 9 III

2 Bojongrangkas 4 5 4 4 17 I

3 Ciampea 3 3 3 4 13 II

4 Cibanteng 1 1 2 4 8 IV

Tabel 6. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

1.3 Menentukan Akar Penyebab Masalah


Setelah mennetukan prioritas masalah dengan metode Reinke diatas,
selanjutnya akar penyebab dari masalah tersebut, yang dapat diidentifikasi
dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) dari Ishikawa yang
dijelaskan pada gambar dibawah ini.

No. Input Kelebihan Kekurangan


1. Man Kader kesehatan sudah Masih terdapat kader
ada untuk menjalankan dengan tugas banyak
kegiatan desa siaga. program

26
2 Money Dukungan dana untuk Rendahnya tingkat ekonomi
kegiatan kesehatan di masyarakat sehingga
desa dan kelurahan anggaran dana desa siaga
siaga sudah ada dana hanya bersumber dari
dari pemerintah dan pemerintah dan 1 ormas.
satu sumber dana
3 Method  Posyandu dan kegian Kurang menariknya agenda
UKBM lainnya yang pertemuan forum desa

aktif berjumlah 3
 Forum masyarakat
desa sudah ada
4 Machine Peraturan Kepala Desa Walaupun sudah ada
Atau Pemerintah sudah peraturan kepala desa dan
pemerintah sudah ada tetapi
di realisasikan
belum seluruhnya
direalisasikan

5 Material Pembinaan PHBS di Tidak ada masalah


rumah tangga sudah
berada di tingkat
purnama
6 Motivation Peran serta masyarakat • Kurangnya kesadaran
dan organisasi masyarakat mengenai
masyarakat sudah ada pentingnya desa siaga
tetapi hanya satu ormas • Tingginya tingkat
yang aktif kesibukan masyarakat
sehingga rendahnnya
tingkat inisiatif
masyarakat untuk
berpartisipasi dalam
program kesehatan.

7 Market Kemudahan akses Tidak ada masalah

27
pelayanan kesehatan
dasar sudah mencapai
ketingkat purnama
Tabel 7. Analisis Penyebab Masalah (Input)

NO. Proses Kelebihan Kekurangan


1 P1 Pemantauan indikator Kurangnya inisiatif dari
desa siaga sudah masyarakat untuk ikut
(Perencanaan)
dilakukan oleh berpartisipasi dalam
pemegang program program desa siaga
kesehatan di
puskesmas
2 P2  Pelaksanaan forum  Pelaksanaan forum
desa sudah ada desa belum berjalan
(Pelaksanaan)
 Posyandu dan rutin di karenakan
UKBM lainnya kurangnya koordinasi
sudah ada lintas sektoral
 Kurang menariknya
agenda agenda yang
dilaksanakan pada
saat forum desa

3 P3 Pengawasan tenaga Pengawasan tenaga


kesehatan dalam kesehatan dalam
(Pengawasan,
pelaksanaan desa pelaksanaan desa
Pengendalian dan
siaga sudah siaga sudah dilakukan
Penilaian)
dilakukan hanya saja harus
dilakukan secara
berkala
Tabel 8. Analisis Penyebab masalah (Proses)

28
Analisis dengan metode Fish Bone

INPUT

Man: rendahnya pendidikan masy sehingga kurangnya


Method: Posyandu dan kegian UKBM lainnya yang aktif belum
informasi dan pengetahuan mengenai program
mencapai ke tingkat purnama, Kurang menariknya agenda
kesehatan, Tingginya tingkat kesibukan masyarakat
pentemuan rutin
sehingga rendahnnya tingkat inisiatif masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program kesehatan.
Motivation: Kurangnya kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya desa siaga
Money: Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat

P1: Kurangnya inisiatif dari masyarakat untuk ikut


berpartisipasi dalam program desa siaga P3: Walaupun sudah ada peraturan kepala desa dan
pemerintah sudah ada tetapi indikator desa siaga
belum tercapai ke tahap purnama
P2: Dengan melihat permasalahan yang ada, maka ada
beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat
dilakukan, antara lain:
PROSES

Gambar 3. Analisis dengan metode Fish Bone

29
5.4 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah

Bedasarkan uraian diatas, saya merumuskan masalah dalam pencapauan


tingkat purnama pada desa siaga di Desa Bojong Rangkas adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya partisipasi masyarakat.
2. Kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
desa siaga.
3. Minimnya alokasi dana untuk mengadaan forum desa.

5.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Dengan melihat permasalahan yang ada, maka ada beberapa alternatif


pemecahan masalah yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Membuat jadwal rutin dan agenda menarik pada saat pertemuan forum
desa.
2. Pemberian materi penyegaran kepada para kader.
3. Penggalangan dana masyarakat.

5.6 Perincian Intervensi Pemecahan Masalah

 Penggalangan dana masyarakat


Tujuan : Untuk dana pengadaan forum desa secara rutin
Pelaksana : Pemegang program dan kader
Sasaran : Seluruh warga Desa Bojong Rangkas
Metode : Melalui musyawarah saat FMD dengan membahas
nominal yang disetujui semua warga serta menunjuk
penanggung jawab yang mengelola dan
mengumpulkan dana tersebut.

 Pemberian materi kesehatan penyegaran kepada para kader


Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan para kader
Pelaksana : Pemegang program dan dokter Puskesmas

30
Sasaran : Seluruh kader
Metode : Melalui pemberian materi kesehatan yang dirasakan
perlu.

 Pemberian materi mengenai desa siaga kepada masyarakat


Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai pentingnya desa siaga.
Pelaksana : Pemegang program dan dokter Puskesmas
Sasaran : Seluruh masyarakat
Metode : Melalui siaran radio untuk membahas mengenai desa
siaga.

31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Program desa siaga di Kelurahan Bojong Rangkas pada tahun 2019 masih
pada tingkat madya
2. Hambatan dan permasalahan pelaksanaan desa siaga di Kelurahan Bojong
Rangkas berupa kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya informasi
dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya desa siaga, minimnya
alokasi dana untuk mengadaan forum desa. Usulan yang bisa dilakukan
antara lain membuat jadwal rutin dan agenda menarik pada saat pertemuan
forum desa, pemberian materi penyegaran kepada para kader,
penggalangan dana masyarakat.

6.2 Saran
1. Saran untuk semua pihak yang terkait dengan desa siaga yang masih dalam
tingkat madya perlu penekanan kegiatan berupa adanya pertemuan untuk
berbagi meteri bagi kader dan tokoh masyarakat serta pembinaan dan
monitoring kegiatan.
2. Terhadap permasalahan dan hambatan yang masih dijumpai dalam
pengembangan kegiatan desa siaga, maka saran untuk Kades, tokoh
masyarakat, bidan desa dan kader untuk dapat mengatasi permasalahan
tersebut secara bertahap dengan meningkatkan partisipasi masyarakat.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes., Jawa Timur, (2007). Pedoman Pengembangan Desa Siaga.


Dinkes Jawa Timur. Surabaya.
2. Dinkes., Jawa Timur, (2008). Buku Pedoman Pengembangan Desa Siaga
Bagi Kader. Surabaya; Program Promkes Subdin PSD.
3. Depkes., R.I., (2007). Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh
Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
4. Depkes., R.I., (2006). Buku Saku Bidan Poskesdes Untuk Mewujudkan
Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
5. Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Kesehatan
dan Tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I.
Jakarta.
6. Depkes., R.I., (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes
dalam Pengembangan Desa Siaga. Depkes R.I. Jakarta.
7. Depkes., R.I., (2008). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Puskesmas. Depkes R.I. Jakarta.
8. Depkes, R.I., (2007). Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga.
Depkes R.I. Jakarta.
9. Notoadmodjo, S., (1995). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta.
10. Notoatmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta. Jakarta

33
34
35
36

Anda mungkin juga menyukai