PENDAHULUAN
1
geografis, sosiologis, dan budaya. Kesehatan bagi sebagaian penduduk yang
terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan berpendapatan
rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus dengan cara
mendekatkan akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan
mereka. Disamping itu, kesadaran masyarakat bahwa kesehatan merupakan
investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga masih harus
dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil kebijakan dan
pemangku kepentingkan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi.
Berkaitan dengan strategi tersebut, salah satu sasaran terpenting yang
ingin dicapai adalah ”Pada Akhir Tahun 2008, Seluruh Desa Telah Menjadi
Desa Siaga”. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau
dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara
gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap
siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan
masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Terjadi peningkatan strata desa siaga aktif di Kelurahan Bojong Rangkas
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi faktor penghambat perkembangan strata desa siaga aktif
di Kelurahan Bojong Rangkas.
2
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
Memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman
mengenai pedoman pelaksanaan program desa siaga beserta faktor yang
menghambat perkembangan desa siaga aktif khususnya di Kecamatan
Ciampea.
Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter
Indonesia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
5
a. Fasilitas Kesehatan
No Jenis Jumlah
A. Sarana Kesehatan Pemerintah
1 Puskesmas 1
2 Pustu -
3 Pusling 1
4 Poskesdes -
B. Sarana Kesehatan Swasta
5 Dokter Umum 4
6 Dokter Gigi 2
7 Dokter Spesialis
8 Apotek 4
9 Toko Obat
10 Radiologi
11 Optik
12 Laboratorium 1
Tabel 1. Tabel Fasilitas Kesehatan
b. Demografi Kependudukan
Berdasarkan data dari Sasaran Proyeksi Kesehatan
Puskesmas Ciampea tahun 2018, sebagai berikut :
6
2.1.2 Profil Desa Bojong Rangkas
Desa Bojong Rangkas merupakan salah satu desa binaan
puskesmas Ciampea. Desa Bojong Rangkas mempunyai batas wilayah
Utara Berbatasan dengan Desa Benteng, Bagian selatan berbatasan
dengan Desa Cicadas, Bagian Timur berbatasan dengan Desa Cibadak,
Bagian Barat berbatasan dengan Desa Tegal Waru. Desa Bojong
Rangkas merupakan jumlah penduduk terbanyak wialayah binaan
Puskesmas Ciampea yaitu 13.927 jiwa, yang terdiri dari 3.431 Kepala
Keluarga (KK). Desa Bojong Rangkas terdiri dari 9 Rukun Warga dan
41 Rukun Tangga dengan mayoritas tingkat Pendidikan Tamat SD :
4.322 orang, Tamat SMP : 2.560 orang, Tamat SMA : 3.202 orang,
Diploma 3 : 90 orang, Strata 1 : 273 orang, Strata 2 : 29 orang, Strata 3:
10 orang.
Jumlah Kader Kesehatan Desa Bojong Rangkas berjumlah 45
orang, jumlah paraji 2 orang, jumlah posyandu 10 pos, jumlah fasilitas
kesehatan terdiri dari praktek dokter 4, praktek bidan 3, praktek dokter
gigi 1. Jumlah sekolah pada Desa Bojong Rangkas terdiri dari PAUD :
3, TK : 3, SD : 5, MI : 2, MTs : 1, SMP : 2, SMA : 1.
7
Tingkat Pendidikan Masyrakat Desa Bojong
Rangkas
5000
4000
3000
2000
1000
SD SMP SMA D3 S1 S2 S3
8
b. Tujuan khusus
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan pelaksanaan kegiatan PHBS (Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat).
2) Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya)
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
9
a. Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberikan pelayanan
dasar.
b. Memiliki sistem gawat-darurat yang berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
10
masyarakat, dengan bimbingan petugas Puskemas, lintas ektor dan
lembaga terkait lainnya. Bentuk dari UKBM diantaranya:
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM guna
memberikan kemudahan kepada masyarakat, utamnya dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk menunjang
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB).
2) Posyandu Usila/Lansia
Posyandu Usila/Lansia merupakan wahana pelayanan bagi
kaum usia lanjut (usila). Titik berat pelayanannya pada upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehadilitatif.
3) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam
upaya mendekatkan dan memudahkan masyarakat memperoleh
pelayanan professional Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta
Keluarga Berencana (KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa
(BDD) dan pamong desa.
4) Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih
pengetahuan dan keterampilan tentang obat dan pengobatan
sederhana dari petugas kepada kader dan dari kader kepada
masyarakat, guna memberikan kemudahan dalam memperoleh
obat yang bermutu dan terjangkau.
5) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya
pemeliharaan kesehatan pekerja diselenggarakan oleh masyarakat
pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam
meningkatkan produktivitas kerja.
11
6) Sakha Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dan
keterampilan di bidang kesehatan bagi generasi muda, khususnya
anggota Gerakan Pramuka, untuk membaktikan dirinya kepada
masyarakat di lingkungan sekitar.
7) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Poskestren adalah wahana dalam mendekatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pondok pesantren dengan prinsip
dari, oleh, dan untuk warga pondok pesantren, yang
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
12
d) Masyarakat mengetahui secara dini berkembangnya perilaku
hidup di kalangan warga yang merugikan kesehatan, baik
perorangan, keluarga maupun masyarakat, sebagai faktor
risiko.
13
d) Arisan, yaitu pengumpulan sejumlah uang atau barang untuk
upaya kesehatan oleh peserta arisan secara berkala sesuai
dengan kesepakatan.
e) Penyisihan hasil usaha, yaitu pengumpulan sejumlah uang
hasil usaha atau hasil pertanian/perternakan
2) Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif
Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif adalah pemanfaatan dan
yang sudah ada di masyarakat untuk membiayai upaya kesehatan.
Salah satu dana pasif adalah dana sosial keagamaan dan dana social
kemasyarakatan.
14
G. Masyarakat Sadar Gizi
Pengembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah
pengembangan keluarga yang berperilaku gizi seimbang, serta mampu
mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota keluarganya.
Sedangkan perilaku gizi seimbang adalah perilaku yang dilandasi
pengetahuan dan sikap yang sesuai, meliputi perilaku mengkonsumsi
makanan seimbang serta perilaku hidup bersih dsn sehat.
Tujuan pengembangan kadarzi adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dann perilaku keluarga tentang
gizi seimbang.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengenali dan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
3) Meningkatkan keadaan gizi keluarga.
4) Kegiatan dapat memobilisasin masyarakat untuk memperbaiki
keadaan gizi dan kesehatan.
15
4) Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu
misalnya: memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif dalam
UKBM, memanfaatkan Puskesmas, dan lain-lain. PHBS
merupakan tujuan yang akan dicapai oleh Promosi Kesehatan.
16
2) Berfungsi/tidaknya UKBM poskesdes.
3) Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED.
4) Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
5) Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penangguangan
kegawat-daruratan dan bencana.
6) Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
7) Ada/tidaknya Berfungsi/tidaknya kegiatan kunjungan rumah
kadarzi dan PHBS.
8) Ada/tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
17
2.2.7 Tahapan Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus
memiliki forum desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya
sarana/akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya Desa
Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria Desa Siaga :
18
BAB III
METODE PENELITIAN
19
BAB IV
PENYAJIAN DATA
TAHAPAN
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
Kriteria
20
Pembinaan PHBS di Rumah Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
Tangga PHBS kurang PHBS minimal PHBS PHBS minimal
dari 20% 20 % rumah minimal 40 % 70 % rumah
rumah tangga tangga yang rumah tangga tangga yang
yang ada ada yang ada Ada
Tabel 4. Pembahasan Kriteria Desa Siaga
21
3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar
Dalam hal kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar telah sampai
pada taraf mandiri, artinya masyarakat telah mendapatkan kemudahan yang
cukup ideal.
4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif
Kelurahan Bojong Rangkas telah di tingkat purnama dalam hal
kegiatan UKBM. Dalam hal UKBM kader yang memiliki latar belakang
pendidikan atau pekerjaan di luar kesehatan memang harus mendapatkan
pembinaan ekstra intensif, karena mengembangkan kegiatan yang bukan
bidangnya adalah tidak mudah. Oleh sebab itu upaya pembinaan oleh bidan
desa atau petugas kesehatan lainnya sangat diperlukan untuk membimbing,
membina dan mengarahkan terbentuknya UKBM di desa mereka masing-
masing.
5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa
Terkait dengan dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di desa,
kelurahan Bojong Rangkas di tingkat Purnama. Ketersediaan dan dukungan
dana dapat diciptakan melalui komunikasi yang baik dengan penyandang
dana baik dari Pemeritah Desa (ADD) maupun APBD Desa, yang berarti
usulan ke Pemerintah Kabupaten dimulai dari usulan dari bawah (bottom up
planning) yaitu FMD.
6. Peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
Terkait dengan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
ini, kelurahan Bojong Rangkas di tingkat madya. Peningkatan peran serta
masyarakat kearah purnama akan lebih mudah dilaksanakan melalui pelibatan
organisasi tersebut lebih-lebih apabila pemahaman tentang pentingnya desa
siaga aktif telah mereka kuasai setelah mendapat pencerahan oleh tenaga-
tenaga khususnya langsung dari Puskesmas.
7. Peraturan Kepala Desa atau peraturan Bupati
Kelurahan Bojong Rangkas telah didukung oleh peraturan Desa
sebagai landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kinerja desa
siaga aktif, namun belum direalisasikan. Hal ini berarti pelaksanaan peraturan
tersebut masih perlu ditingkatkan. Permasalahan pelaksanaanya masih
22
terletak pada penggerakan FMD dalam memicu terencananya program
prioritas serta pelaksanaannya.
8. Pembinaan PHBS rumah tangga
Penyuluhan bersamaan dengan observasi tentang pelaksanaan PHBS
ditargetkan 40% untuk mendapatkan desa siaga mandiri di bidang PHBS. Di
Desa Bojong Rangkas telah tercapai pada tingkat purnama. Pelaksanaan
dalam mencapai target ini memang cukup berat bagi Puskesmas, oleh sebab
itu keterlibatan pihak ketiga seperti Organisasi Kemasyarakatan, Perguruan
Tinggi dan sebagainya perlu ditingkatkan untuk mengejar target tersebut.
23
BAB V
PEMBAHASAN
PENTAHAPAN DESA
SIAGA AKTIF
NO DESA
PURNAMA
PRATAMA
MANDIRI
MADYA
1 Benteng √
2 Bojongrangkas √
3 Ciampea √
4 Cibanteng √
24
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
Berbagai masalah fisik dan non fisik di atas kemudian ditetapak urutan
prioritas masalah berdasarkan metode USGP, dimana modifikasi metode ini
mengacu pada 4 indikator sebagai berikut.
Urgency (mendesaknya)
Seriousness (kegawatannya)
Growth (perkembangannya)
Potency (sumber daya)
Masing-masing indikator diberi skor 1-5. Hal tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan dalam memberikan penilaian pada setiap masalah yang
ada.
a. Urgency (mendesaknya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
b. Seriousness (kegawatannya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
c. Growth (perkembangannya)
Nilai 1: Tidak mendesak
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
d. Potency (sumber daya)
Nilai 1: Tidak mendesak
25
2: Kurang mendesak
3: Cukup mendesak
4: Mendesak
5: Sangat mendesak
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan hasil penjumlahan dari keempat
indicator di atas. Masalah kesehatan yang mempunyai total nilai tertinggi
merupakan prioritas utama. Urutan prioritas masalah tersebut terdapat dalam
table berikut ini.
Kriteria
Ranking
No Pemecahan Masalah U S G P Jumlah
Prioritas
1.
1
Benteng 1 2 2 4 9 III
2 Bojongrangkas 4 5 4 4 17 I
3 Ciampea 3 3 3 4 13 II
4 Cibanteng 1 1 2 4 8 IV
26
2 Money Dukungan dana untuk Rendahnya tingkat ekonomi
kegiatan kesehatan di masyarakat sehingga
desa dan kelurahan anggaran dana desa siaga
siaga sudah ada dana hanya bersumber dari
dari pemerintah dan pemerintah dan 1 ormas.
satu sumber dana
3 Method Posyandu dan kegian Kurang menariknya agenda
UKBM lainnya yang pertemuan forum desa
aktif berjumlah 3
Forum masyarakat
desa sudah ada
4 Machine Peraturan Kepala Desa Walaupun sudah ada
Atau Pemerintah sudah peraturan kepala desa dan
pemerintah sudah ada tetapi
di realisasikan
belum seluruhnya
direalisasikan
27
pelayanan kesehatan
dasar sudah mencapai
ketingkat purnama
Tabel 7. Analisis Penyebab Masalah (Input)
28
Analisis dengan metode Fish Bone
INPUT
29
5.4 Menentukan Prioritas Penyebab Masalah
30
Sasaran : Seluruh kader
Metode : Melalui pemberian materi kesehatan yang dirasakan
perlu.
31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Program desa siaga di Kelurahan Bojong Rangkas pada tahun 2019 masih
pada tingkat madya
2. Hambatan dan permasalahan pelaksanaan desa siaga di Kelurahan Bojong
Rangkas berupa kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya informasi
dan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya desa siaga, minimnya
alokasi dana untuk mengadaan forum desa. Usulan yang bisa dilakukan
antara lain membuat jadwal rutin dan agenda menarik pada saat pertemuan
forum desa, pemberian materi penyegaran kepada para kader,
penggalangan dana masyarakat.
6.2 Saran
1. Saran untuk semua pihak yang terkait dengan desa siaga yang masih dalam
tingkat madya perlu penekanan kegiatan berupa adanya pertemuan untuk
berbagi meteri bagi kader dan tokoh masyarakat serta pembinaan dan
monitoring kegiatan.
2. Terhadap permasalahan dan hambatan yang masih dijumpai dalam
pengembangan kegiatan desa siaga, maka saran untuk Kades, tokoh
masyarakat, bidan desa dan kader untuk dapat mengatasi permasalahan
tersebut secara bertahap dengan meningkatkan partisipasi masyarakat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
35
36