Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas Semester IV

Dosen Pengampu : Sofiyati,M.Kep

Disusun oleh Tingkat 2C Kelompok 4 :

1. M. Faisal
2. Ika Komalasari
3. Intan Puspitasari
4. Kiki Rijani
5. Mutiara Khairunnisa
6. Nindi Dwi Yuliama

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjakan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Intranatal’’. Penyusunan makalah
ini bertujuan sebagai penunjang mata kuliah Keperawatan Maternitas yang
nantinya dapat digunakan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengetahuannya.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses prnyusunan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunanya.
Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, masukan, saran, kritik, dan usul yang sifatya untuk perbaikan
dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu sangat diharapkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Dan harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Cirebon, 26 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMANi .............................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ... ....................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Tujuan . ...................................................................................... 2
1.3 Sistematika Penulisan ................................................................. 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................... 3

2.1 Pengertian Masa Intranatal .......................................................... 3


2.2 Tujuan Keperawatan Ibu Masa Intranatal ................................... 7
2.3 Adaptasi Fisiologis Ibu Masa Intranatal Normal dan Bermasalah
............. ....................................................................................... 8
2.4 Kebutuhan Ibu Bersalin dihubungkan dengan Adaptasi
Fisiologis/Psikologis ................................................................... 11

BAB 3 PENUTUP .................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 17


3.2 Saran .... ....................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama persalinan, rahim berkontraksi leher rahim menjadi tipis


(penipisan) dan membuka (melebar), bayi berotasi dan bergerak kebawah
kejalan lahir dan Anda melahirkan bayi, plasenta, tali pusat, serta ketuban.
Seluruh proses ini yang biasanya berlangsung beberapa jam atau satu atu
beberapa hari, adalah suatu periode peralihan untuk menjadi orang tua dan
peralihan menjadi makhluk yang mandiri bagi bayi anda. Persalinan adalah
klimaks dari kehamilan, dimana berbagai sistem yang tampaknya tidak saling
berhubung bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.

Kesiapan bayi Anda untuk hiup diluar tubuh Anda bertepatan dengan
kemampuannya memproduksi berbagai substansi yang akan memberi umpan
balik pada peredaran darah Anda dan memainkan peran penting dalam memicu
perubahan yang mengawali persalinan. Kesiapan diri sendiri baik secara fisik
maupun emosional untuk menghadapi persalinan juga penting. Biasanya, saat
waktu yang tepat untuk Anda maupun bayi tiba, persalinan akan dimulai.

Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran


hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan tidak iketahui,
walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan profesional
perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan pada kondisi
tertentu.

Tanda dan gejala menjelang persalinan, ada sejumlah tanda dan gejala
peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seseorang wanita sedang
mendekati berbagai kondisi berikut, mungkin semua, atau malah tidak sama
sekali. Dengan mengingat tanda dan gejala tersebut terbantu ketika menangani

1
wanita yang sedang hamil tua sehingga anda dapat memebrikan konseling dan
bimbingan antisipasi yang tepat.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui masa intranatal
2. Untuk mengetahui tujuan keperawatan ibu masa intranatal
3. Untuk mengetahui fisiologis ibu masa intranatal normal dan
bermasalah
4. Untuk mengetahui kebutuhan ibu bersalin dihubungkan dengan
fisiologis/psikologis

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tugas pembuatan makalah ini sebagai


berikut: Bab 1 pendahuluan. bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan
makalah, dan sistematika penulisan. Bab 2 pembahasan bab ini berisi tentang
masa intranatal, tujuan keperawatan ibu masa intranatal, fisiologis ibu masa
intranatal normal dan bermasalah dan kebtuhan ibu bersalin dihubungkan
dengan fisiologis/psikologi. Bab 3 penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan
dan saran.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Intranatal


Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan
pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan tidak diketahui,
walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan profesional
perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan pada kondisi
tertentu.

Tanda dan gejala menjelang persalinan, ada sejumlah tanda dan gejala
peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seseorang wanita sedang
mendekati berbagai kondisi berikut, mungkin semua, atau malah tidak sama
sekali. Dengan mengingat tanda dan gejala tersebut terbantu ketika menangani
wanita yang sedang hamil tua sehingga anda dapat memebrikan konseling dan
bimbingan antisipasi yang tepat. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara
lain:

1. Lightening (perasaan distensi abdomen berkurang)


Lightening, yang mulai dirasa kira- kira dua minggu sebelum persalinan,
adalah penurunan sebagai presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada
presentasi saflik, kepala bayi biasanya menancap (enganged) setelah
lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai “kepala bayi sudah
turun”. Sesak napas yang dirasakan sebelumnya selama trisemester ketiga
kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan menciptakan ruangan
yang lebih besar didalam abdomen atas untuk ekspansi paru. Namun, tetap
saja lightening menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan
bagian presentasi pada struktur diarea pelvis minor. Hal- hal spesifik
berikut akan dialami ibu:

3
 Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
 Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensansi terus menerus
bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi.
 Kram tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagaian presentasi pada
saraf yang menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke
tungkai.
 Peningkatan stasis vena yang menghasilkan edema dependen akibat
tekanan bagian presentasi paa pelvis minor menghambat aliran balik
vena dari ekstremitas bawah.

Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama


dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini, anda
tidak lagi dapat melakukan pemeriksaan ballote terhadap kepala janin yang
sebelumnya dapat digerakan diatas simfisis pubis pada palpasi abdomen.
Pada langkah keempat pemeriksaan Leopold ini, jari- jari anda yang
sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar.

2. Perubahan pelviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama
masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang, dan lunak, sekarang
serviks masih lunak, konsistensi seperti pudding, dan mengalami sedikit
penipisan dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks
akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya sebagai contoh, pada
masa hamil, serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2
cm, sedangkan pada primagravida dalam kondisi normal serviks menutup.
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi
Braxton Hiks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda beda
sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasi kesiapannya untuk
persalinan.

4
3. Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara
intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan
sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami kurang
tidur dan kekurangan energi dalam menghadapinya. Wanita tersebut tidak
tahu cara memastikan apakah ia benar-benar mengalami persalinan yang
sebenarnya karena hal tersebut hanya dapat dipastikan dengan
pemeriksaan dalam. Kemunculan ulang persalinan palsu secara intermiten
serta perjalanan pulang-pergi ke klinik atau rumah sakit tempat praktik
bidan dapat sangat melelahkan dan membuat frustasi bagi wanita dan
keluarganya. Dalam menghadapi situasi ini, semua personel yang melihat
wanita tersebut dalam perjalanan ke tempat praktik bidan diharapkan
memiliki pemahaman, kesabaran, dan bersedia memberi dukungan dan
banyak penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan. Bagaimanapun,
persalinan palsu juga mengindikasi bahwa persalinan sudah dekat.
4. Ketuban pecah dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan.
Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut
Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil.
5. Bloody Show
Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang
dimaksud sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat
sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan
dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika melihat rabas tersebut,
wanita seringkali berpikir bahwa ia “melihat tanda persalinan”. Kadang-
kadang seluruh plak lendir dikeluarkan dalam bentuk massa. Plak yang
keluar pada saat persalinan berlangsung dan terlihat pada vagina seringkali

5
disangka tali pusat yang lepas oleh tenaga obstetri yang belum
berpengalaman. Padahal, umumnya tali pusat dikeluarkan dalam satu
sampai dua hari.
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi,
biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi, bloody show bukan
merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina
sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap, atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai
48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu
merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu
hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Umumnya, para wanita
ini merasa enerjik selama beberapa jam sehingga mereka semangat
melakukan berbagai aktivitas, seperti membersihkan rumah, mencuci dan
menyetrika tirai, menyikat lantai, memasak dan membekukan makanan,
dan melakukan berbagai tugas rumah tangga lain, yang sebelumnya tidak
mampu mereka lakukan, tetapi saat ini mereka merasa perlu
melakukannya sebelum kedatangan bayi. Akibatnya, mereka memasuki
masa persalinan dalam keadaan letih dan sering kali persalinan menjadi
sulit dan lama.
Terjadinya lonjakan energi belum dapat dijelaskan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiah, yang memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini dan diarahkan
untuk menahan diri menggunakannya dan justru menghematnya untuk
persalinan.
7. Gangguan saluran cerna
Ketika ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual,
dan muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang

6
persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa wanita
mengalami satu atau beberapa gejala tersebut.

2.2 Tujuan Keperawatan Ibu Masa Intranatal


Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya. Hal ini
dilakukan melalui bebagai upaya yang terintegrasi dan lengkap, serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.
Focus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran
paradigm. Dahulu focus utamanya adalah menunggu dan menangani
komplikasi, amun sekarang focus utamanya adalah mencegah terjadinya
komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir. Focus tersebut adalah
untuk mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta nbayi baru lahir.
Perubahan paradigma ini diakui dapat membawa perbaikan kesehatan
ibu di Indonesia. Penyesuaian tersebut sangat penting dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir karena sebagian besar
persalnan di Indonesia masih terjadi pada tingkat primer yang tingkat
keterampilan dan pengetahuannya belum memadai. Deteksi dini dan
pencegahan komplikasi dapat dimanfaatkan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Jika semua tenaga penolong
persalinan dilatih agar mampu mencegah atau mendeteksi dini komplikasi
yang mungkin terjadi., menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan
waktu, baik sebelum atau sesaat masalah terjadi, serta segera melakukan
rujukan saat kondisi ibu masih optimal maka para ibu dan bayi baru lahir akan
terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian. Selain hal tersebut, tujuan lain
dari asuhan persalinan antara lain.
1. Meningkatkan sikap positif terhadap keramahan dan keamanan dalam
memberikan pelayanan persalinan normal dan penanganan awal penyulit
beserta rujukannya.

7
2. Memberikan pengetahuan dan keterampilan pelayanan persalinan normal
dan penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas dan sesuai
dengan prosedur standar.
3. Mengidentifikasi praktik – praktik terbaik bagi penatalaksanaan persalinan
dan kelahiran, yang berupa:
a. Penolong yang terampil,
b. Kesiapan menghadapi persalinan, kelahiran, dan kemungkinan
komplikasinya,
c. Partograf,
d. Episiotomy yang terbatas hanya pada indikasi, dan
e. Mengidentifikasi tindakan-tindakan yang merugikan dengan maksud
menghilangkan tindakan tersebut.
2.3 Adaptasi Fisiologis Ibu Masa Intranatal Normal dan Bermasalah
1. Adaptasi janin
a. Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat
digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan
oksigenasi, djj rata-rata pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas
normalnya adalah 110 sampai 160 denyut / menit. Pada kehamilan yang
lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-rata 160 denyut / menit.
b. Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah dan aliran darah tali
pusat, kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres
ini, biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus
atau posisi janin.
c. Pernafasan dan gerakan janin
Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas
keluar dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan
karbondioksida arteri meningkat, gerakan janin masih sama seperti masa
kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah.
2. Adaptasi ibu

8
a. Perubahan kardiovaskuler
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada
beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang
menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke
pembuluh darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat,
dan frekuensi denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan,
kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik sampai sekitar 10 mmHg.
Oleh karena itu pemeriksan tekanan darah diantara kontraksi memberi data
yang lebih akurat. Pada tahap kedua, kontraksi dapat mengingkatkan
tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg.
Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit
meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki risiko
hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti
perdarahan otak.
Wanita harus tahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver
Valsava (menahan nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk
mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan
intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena.
Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat
untuk sementara. Selama wanita melakukan manuver Valsava, janin dapat
mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden
tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi
supine, jika pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar,
hidramnion, obesitas , atau dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu, rasa
cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat
menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) meningkat, seringkali sampai =
25.000/mm3. Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah SDP
meningkat masih belum diketahui, tetapi diduga hal itu terjadi akibat stres
fisik atau emosi atau trauma jaringan. Persalinan sangat melelahkan.
Melakukan latihan fisik saja dapat meningkatkan jumlah SDP.

9
Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan
sebagai respons terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah
ibu oleh janin yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas
atau dingin, dan terjadi prolaps hemoroid.
b. Perubahan pernafasan
Sistem pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan
peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi
pernafasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH
meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbon dioksida menurun). Pada
tahap kedua persalinan, jika wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan
mengonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga
meningkatkan pemakaian oksigen.
c. Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila
terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama
persalinan, wanita dapat menglami kesulitan utnk berkemih secara
spontan akibat berbagai alasan., edema jaringan akibat tekanan bagian
presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat
dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot
akibat kerja fisik selama persalinan.
d. Perubahan integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat
distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu
dapat meregang, namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit
sekitar introitus vagina seklipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak
terjadi laserasi.
e. Perubahan muskuloskeletal
Sistem muskuloskletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis,
keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri
sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin

10
renggangnya sendi pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan
gerakan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
f. Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman
selama persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap
pertama persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula
ia mungkin mearasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan
kemudian mengalami amnesia diantara traksi selama tahap kedua.
Akhirnya, wanita merasa sangat senang atau merasa letih setelah
melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip morfin yang diproduksi
tubuh secara alami) meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan
sedasi. Selain itu, anestesia fisiologis jaringan perineum, yang
ditimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan persepsi nyeri.
g. Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut
dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan
sebagai respons emosi terhadap persalianan. Selama persalinan, motilitas
dan absorpsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung
menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan
makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga
terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat
mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat meraba tinja tinja
yang keras atau tertahan pada rektum.
h. Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar
glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan

2.4 Kebutuhan Ibu Bersalin dihubungkan dengan Fisiologis/Psikologis


2.4.1 Kebutuhan Dasar Ibu
2.4.1.1 Makan dan cairan

11
Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberianmakanan
padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas,
absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan
makanan dapat tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi
pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih
diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat
dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi seperti jus.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten
persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian
makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena
memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat
menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu,
anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi,
anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum
pada ibu selama persalinan. Namun ibu disarankan untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang bisa menimbulkan bau yang menyengat
seperti jengkol dan petai.
Makanan yang dianjurkan :
• Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik
diberi selai ataupun madu.
• Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
• Nasi tim.
• Biskuit.
• Yogurt rendah lemak.
• Buah segar atau buah kaleng.
Minuman yang dianjurkan :
• Minuman yogurt rendah lemak.
• Es blok.
• Jus buah-buahan.
• Kaldu jernih.
• Diluted squash drinks.
• Air mineral.

12
• Cairan olahraga atau cairan isotonic
(Sulistyawati2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. . Hlm: 41-61)

2.4.1.2 Posisi dan Aktivitas


Posisi Meneran Posisi meneran adalah posisi yang nyaman bagi
ibu bersalin. Ibu bersalin dapat berganti posisi secara teratur selama
persalinan kala II, karena hal ini sering kali memepercepat kemajuan
persalinan dan ibu mungkin merasa dapat meneran secara efektif pada
posisi tertentu yang dianggap nyaman bagi ibu. Tujuan Posisi Meneran :
1. Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan
2. Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi
3. Mempercepat kemajuan persalinan

Keuntungan dan Manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin :

1. Mengurangi rasa sakit dan ketidak nyamanan


2. Lama kala II lebih pendek
3. Laserasi perineum lebih sedikit
4. Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan

Macam-macam Posisi dan Keuntungan

1. Setengah duduk atau duduk


 Membantu turunnya kepala janin jika persalinan berjalan lambat dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
 Memberi kesempatan untuk beristirahat diantara kontraksi
 Mengurangi rasa nyeri hebat.
 Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan
mengamati atau mensupport perineum
2. Jongkok
 Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah
mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh
akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
 Membantu penurunan kepala bayi

13
 Memperbesar ukuran panggul : menambah 28% pintu bawah panggul
(ruang outletnya)
 Memperbesar dorongan untuk meneran ( bisa memberi kontribusi pada
laserasi perineum )
3. Merangkak
 Posisi yang baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung
 Membantu janin dalam melakukan rotasi
 Mencegah peregangan perineum
 Mengurangi keluhan haemorroid
4. Tidur miring ke kiri
 Berbaring miring kekiri merupakan posisi yang baik bagi ibu jika
kelelahan karena ibu bisa beristirahat dengan mudah diantara kontraksi,
sehingga ibu lebih santai
 Oksigenasi lebih baik untuk bayi
 Membantu mencegah terjadinnya laserasi
 Memberi rasa santai bagi ibu yang letih
5. Berdiri, berjalan, dan bersandar
 Efektif membantu stimulasi kontraksi uterus
 Posisi ini manfaatnya gaya gravitasi sehingga mempengaruhi turunnya
kepala
 Menggurangi rasa nyeri yang hebat

2.4.1.3 Pengenalan tanda dan bahaya

Pengenalan tanda bahaya

1. Perubhanan pada kecepatan denyut jantung, jantung meningkat,


melambat, melemah, mengalami ketakteraturan
2. Jumlah perdarahan vagina
3. Keluaran vagina yang mengandung meconium kehitaman atau hijau,
kecuali presentasi sungsang yang sedang dinantikan
4. Kontraksi uterus terus-menerus (tetani) atau kontur yang tidak lajim

14
5. Tali pusat atau bagian janin yang lain selain presentasi kepala pada
perineum
6. Perdarahan
7. Kejang
8. Demam, menggigil, keluar lender dan berbau
9. Persalinan lama
10. Mal presentase
11. Plasenta tidak lahir dalam 30 menit
2.4.2 Manajemen Nyeri kala I dan II Persalin
Nyeri persalinan merupakan suatu bagian normal dari proses
persalinan dan kelahiran normal. Terdapat dua jenis nyeri pada masa
persalinan yaitu nyeri viseral dan nyeri somatik (Gorrie, et. all, 1998).
Nyeri viseral bersifat perlahan, dan dalam. Nyeri ini mendominasi
sepanjang kala I pada masa persalinan. Pada kala I persalinan, kontraksi
rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks, serta iskemia rahim.
Hal tersebut disebabkan oleh kontraksi arteri miometrium menyebabkan
impuls rasa nyeri pada tahap awal persalinan ditransmisi melalui segmen
saraf spinalis T 11-12 dan saraf-saraf asesoris torakal bawah, serta saraf
simpatik lumbal atas (Bobak, 1995). Saraf-saraf ini berasal dari korpus
uterus dan serviks. Nyeri ini terasa pada bagian bawah abdomen dan
menyebar ke daerah lumbar punggung serta sampai ke paha. Biasanya
ibu mnengalami nyeri viseral hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa
nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, et.all, 1995).
Nyeri lainnya yang dirasakan semasa persalinaan, yaitu nyeri
somatik atau nyeri perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum timbul
akibat peregangan jaringan perineum agar janin dapat melewati bagian
ini, juga akibat adanya tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal
saat kontraksi (Bobak, et.all, 1995). Nyeri somatik ini bersifat cepat,
tajam, dan terlokalisasi pada suatu tempat, di mana biasanya terjadi
selama masa akhir kala I dan kala II masa persalinan. Impuls nyeri ini
dihantarkan oleh S 1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Rasa

15
tidak nyaman ini terjadi seiring turunnya janin yang menyebabkan
adanya tekanan langsung pada jaringan maternal (Gorrie, et. all, 1998).

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri
dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan tidak
diketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan
profesional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi persalinan
pada kondisi tertentu.
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup
dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya. Hal ini
dilakukan melalui bebagai upaya yang terintegrasi dan lengkap, serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

3.2 Saran
Sebagai seseorang perawat dalam melakukan tindakan dan
pendokumentasian keperawatan intra haruslah sesuai dengan tandard
asuhan keperawatan agar dapat dipertanggungjawabkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hamilton, Marry Persis. 1995. Dasar – dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6.


Jakarta: EGC

Doengoes, Marylin. 2001. Rencana Perawatan Maternal Edisi 2. Jakarta : EGC


Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Sulistyawati. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta. EGC

18

Anda mungkin juga menyukai