Disusun oleh:
1.
2. Indah Nur A (P1337420517067)
Kelas: Antasena 2
4. Patofisiologi Ca Pankreas
Karsinoma pada organ pankreas lebih sering terjadi di bagian caput (70%),
corpus (20%), dan cauda (10%) pankreas. Hampir semua karsinoma pankreas (99%)
berasal dari sel duktus dan hanya sedikit (1%) yang berasal dari sel asinus. Beberapa
dapat mengeluarkan musin, dan banyak di antaranya mempunyai stroma jaringan ikat
yang padat. Neoplasia intraepitel pankreas dan tumor musinosa papilar intraduktus
diperkirakan merupakan lesi prekursor adenokarsinoma ductus pancreaticus. Hasil
analisis molekular, misalnya untuk mutasi di proto-onkogen K-ras mengisyaratkan
bahwa pada sedikitnya 95% kasus, tumor berasal dari sel monoklonal (Stephen,
2011).
Secara makroskopis, kanker pankreas bermanifestasi sebagai tumor infiltratif
induratif yang menyumbat ductus pancreaticus sehingga sering menyebabkan
peradangan kelenjar distal. Karsinoma caput pancreatis cenderung menyumbat ductus
biliaris communis pada awal perjalanan penyakitnya, yang menimbulkan ikterus dan
jika tumornya berukuran besar, dapat menyebabkan pelebaran lengkung C duodenum
pada pemeriksaan foto sinar-X kontras atau pencitraan lainnya. Tumor di corpus dan
cauda baru bermanifestasi pada stadium lanjut, sehingga cenderung berukuran sangat
besar ketika ditemukan. Kanker pankreas sering menyebabkan fibrosis berat di daerah
sekitar (reaksi desmoplastik). Tumor ini mengenai tulang punggung yang berdekatan,
meluas menembus ruang retroperitoneum, dan kadang-kadang mengadakan invasi ke
limpa dan 22 adrenal yang berdekatan. Tumor ini dalam meluas ke colon tranversum
atau lambung. Limfonodi peripankreas, gastrik, mesentrik, omentum, hepatik porta
sering ikut terlibat, dan jaringan hati sering dengan tiba-tiba ditumbuhi nodul tumor,
menyebabkan pembesaran hati sampai dua atau tiga kali ukuran normal. Metastasis
hepatik yang masif seperti ini adalah khas untuk karsinoma corpus dan cauda dari
pankreas, di sepanjang tepi pankreas. Metastasis jauh dapat terjadi, terutama ke paru-
paru dan tulang.
Secara mikroskopis, 90% kanker pankreas adalah adenokarsinoma dan sisanya
adalah karsinoma adenosquamosa, anaplastik, atau sel asinus. Kanker pankreas
cenderung menyebar ke jaringan sekitar yang menginvasi organ-organ tetangga di
sepanjang fasia perineural yang akan menimbulkan nyeri hebat. Pada stadium lanjut,
kanker caput pancreas sering bermetastasis ke duodenum, lambung, peritoneum, hati
dan kandung empedu. Kanker pankreas pada bagian cauda pankreas dapat metastasis
ke hati, peritoneum, limpa, lambung dan kelenjar adrenal kiri. Karsinoma di caput
pankreas sering menimbulkan sumbatan pada saluran empedu sehingga terjadi
kolestasis ekstra-hepatal. Disamping itu akan mendesak dan menginfiltrasi duodenum,
yang dapat menimbulkan peradangan di duodenum. Karsinoma yang letaknya di
corpus dan cauda, lebih sering mengalami metastasis ke hati dan ke limpa.
WOC Ca Pankreas
Kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, Kebiasaan merokok, diet tinggi lemak, alkohol,
alkohol, kafein dan zat karsinogen kafein dan zat karsinogen
Kanker Pankreas
1. Nyeri abdomen Merupakan keluhan tersering pada kanker pankreas. Sekitar 60%
lebih pasien datang dengan keluhan pertama sakit perut. Kekhasan dari nyeri
perut kanker pankreas adalah lokasinya lebih dalam, areanya tidak begitu tegas,
dan tersering di abdomen bagian atas yang dapat menyebar ke punggung bagian
tengah atau atas.
2. Ikterus Terutama ditemukan pada kanker kaput pankreas dengan kekhasan ikterus
kanker pankreas berupa ikterus progresif bertahap memberat, namun sebagian
pasien dapat mengalami ikterus yang fluktuatif, ketika tumor dengan peradangan
diberikan terapi obat anti radang atau terapi hormonal dapat mengalami
pengurangan sementara. Tumor-tumor yang berasal dari leher, corpus atau clauda
pankreatikus biasanya tidak menyebabkan ikterus (Townsend, 2010).
3. Hepatomegali Sekitar 50% pasien dapat mengalami hepatomegali, karena
kolestasis dan terkadang karena hipertensi portal atau metastasis kanker.
4. Pembesaran kandung empedu Ketika kanker pankreas menimbulkan ikterus
obstruktif ekstrahepatik, dapat diraba pembesaran kandung empedu.
5. Anoreksia disertai dengan penurunan berat badan Merupakan gejala tersering
yang ditemukan pada kanker pankreas (65- 90%) dengan kekhasan berupa
progresi yang cepat. 18
6. Gejala saluran pencernaan Ketika kanker mencegah pengeluaran enzim di
pankreas ke usus, maka penderita akan kesulitan mencerna makanan, khususnya
makanan yang mengandung lemak tinggi.
7. Mual dan muntah
8. Steatore Steatore dapat disebabkan oleh sekresi yang inadekuat dari enzim lipase
pankreas ataupun garam empedu.
9. Feses yang berwarna pekat dan urine yang berwarna gelap Fases yang berwarna
pekat karena cairan empedu yang tersumbat atau tidak dapat di ekresikan melalui
ampula vateri ke duodenum.
10. Gatal yang hebat Gatal yang hebat karena tingkat asam empedu yang tinggi
terakumulasi pada kulit.
11. Asites Asites timbul apabila terjadi karsinomatosis peritoneal atau oklusi vena
porta (Townsend, 2010).
12. Diabetes Melitus Sekitar 70% pasien dengan kanker pankreas mengalami
gangguan toleransi glukosa atau deabetes melitus (McPhee, 2010)
6. Penatalaksanaan Ca Pankreas
a) Terapi Farmakologis (Williams, 2011)
a Antikolinergis (terutama propantheline [Pro-banthine]) diberikan untuk
meringankan spasma dan motilitas traktus GI dan mengurangi nyeri dan
sekresi.
b Antasid (oral atau dengan pipa nasogastrik) digunakan untuk mengurangi
sekresi enzim pankreatik dan menekan aktivitas peptik, sehingga mengurangi
kerusakan mukosa gastrik yang dipicu oleh tekanan.
c Insulin diberikan untuk menyediakan suplai insulin eksogenosa yang cukup
setelah reseksi pankreatik.
d Opioid dapat diberikan untuk meringankan nyeri, namun hanya jika analgesik
tidak berhasil karena morfin, meperidine, dan kodein dapat menyebabkan
spasma traktus bilier dan meningkatkan tekanan saluran empedu umum.
e Antibiotik diberikan untuk mencegah komplikasi postoperatif.
f Enzim pankreatik diberikan untuk membantu pencernaan protein, karbohidrat,
dan lemah apabila cairan pankreatik tidak mencukupi akibat adanya
pembedahan dan obstruksi.
Pancreatin Rute dan dosis:
- Dewasa = Per oral : 1 atau 2 capsule atau tablet saat makan
- Anak-anak = Per oral : 1 atau 2 capsule atau tablet saat makan,
peningkatan jumlah atau frekuensi dan jika dibutuhkan serta jika tidak
ditemukan efek samping (Abrams, 1998).
Pankrealipase Rute dan dosis :
- Per oral 1 sampai 3 capsule atau tablet sebelum makan atau bersamaan
dengan makan (Abrams, 1998).
g Vitamin K digunakan untuk mengoreksi defisiensi protrombin.
b) Tindakan Pembedahan
Tindakan bedah yang harus dilakukan biasanya cukup luas jika ingin mengangkat
tumor terlokalisir yang masih dapat direseksi. Namun sering tidak mungkin
dilakukan karena pertumbuhan yang sudah meluas ketika tumor tersebut
terdiagnosis dan kemungkinan terdapatnya metastase khususnya di hepar, paru –
paru, dan tulang. Tindakan bedah tersebut sering terbatas pada tindakan valiatif.
Penanganan bedah paliatif kanker pankreas (Townsend, 2010) meliputi :
a Sebagian besar paliasi bedah digunakan untuk pasien-pasien yang menjalani
laparotomi untuk penyakit yang dapat diantisipasi dan didapatkan tidak
direseksi saat pembedahan. Pada situasi tersebut, dekompresi tractus biliaris
dapat dicapai dengan membuat kolesistojejunostomi atau koledokojejunostomi.
b Obstruksi duodenal dapat ditangani dengan membuat gastrojejunostomi side-
to-side yang loop jejunal antekoliknya dianastomosis ke dinding posterior
antrum lambung. Obstruksi duodenal, bahkan pada kanker pankreas lanjut,
terjadi pada kurang dari 25% pasien, masih menjadi kontroversi apakah
gastrojejunostomi profilaktik harus dilakukan sebelum terjadinya obstruksi
outlet lambung.
c Paliasi nyeri dapat dicapai intraoperatif dengan menyuntikkan alkohol ke
dalam pleksus seliak, dan beberapa ahli bedah secara rutin melakukan blok
pleksus seliak operatif pada waktu paliasi bedah. Tindakan tersebut dilengkapi
dengan menyuntikkan 15-20 ml etanol 50% ke dalam pleksus seliak kedua sisi
aorta, dan pada satu uji coba prospektif acak, pengobatan ini dilaporkan
mengurangi nyeri pascaoperasi dan kebutuhan akan analgetik pascaoperasi
pada pasien-pasien dengan kanker pankreas yang tidak dapat direseksi (oprasi
pengangkatan organ)
d Kemoterapi
Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap kemoterapi.
Selama ini operasi menjadi metode terapi tunggal, tapi angka kesembuhan
pasca operasi kurang memuaskan. Untuk meningkatkan kesembuhan pasca
operasi dan meningkatkan kualitas hidup serta masa survival pasien karsinoma
pankreas stadium lanjut, para ahli aktif mencari obat yang efektif, dahulu
sering memakai 5-FU, atau dikombinasi dengan DDP, tapi efektifitasnya
sedang.
e Radioterapi
Karsinoma pankreas adalah tumor yang kurang peka terhadap radioterapi, juga
karena pembatasan oleh lokasi anatomisnya maka selama ini radioterapi sangat
jarang digunakan dalam terapi karsinoma pankreas. Radioterapi konformal 3
dimensi dan radioterapi modulasi intensitas terencana retrograd memiliki
keunggulan seperti cepat meredakan gejala, ratio survival jangka pendek tinggi,
efek samping ringan, dll, sehingga menjadi metode pilihan pertama dalam
radioterapi karsinoma pankreas. Terapi radiasi biasanya tidak menambah
waktu bertahan hidup jangka panjang, namun dapat memperpanjang waktu
bertahan hidup dari 6-11 bulan apabila digunakan sebagai adjuvan kemoterapi
fluorouracil. Terapi radiasi juga dapat meringankan nyeri yang berkaitan
dengan tumor yang tidak dapat direseksi (Williams, 2011).
1. Lakukan
fisioterapi dada
kolaborasi dengan
ahli fisioterapi
2. Buang sekret
dengan
memotivasi klien
dengan batuk atau
menyedot lendir
3. Ajarakan kepada
klien bagaimana
agar bisa
melakukan batuk
efektif
4. Posisikan klien
untuk
meringankan
sesak nafas
Monitor TTV
2.3.10.4 Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri klien dapat teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam cairan klien terpenuhi.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nutrisi klien dapat terpenuhi.
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, ketidakefektifan pola
nafas klien kembali normal
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien tidak terkena infeksi
6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kerusakan integritas kulit
kembali normal
DAFTAR PUSTAKA
KEMENKES RI. (2015). Profil Kesehatan Indonsia Tahun 2015. Jakarta: Depkes.
Newton, S., Hickey, M., & Marrs, J. (2009). Mosby’s oncology nursing advisor: A
comprehensive guide to clinical practice. Thesis. Missouri: Mosby Elsevier.
Enskar, K., & Essen, L. (2008). Physical Problems and Psychosocial Function in Children
with Cancer.
Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition.
Missouri : Elsevier Inc
Herdman, T.H. and Kamitsuru, S. (Eds). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses :
Definition & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Kumar, Vinay, Abul K. Abbas, Nelson Fausto. 2010. Robbins & Cotran Dasar Patologis
Penyakit, Edisi 7. Jakarta : EGC
McPhee, Stephen J. & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar menuju
Kedokteran Klinis, Edisi 5. Jakarta: EGC
Townsend, Courtney M., et al. 2010. Buku Saku Ilmu Bedah Sabiston. Jakarta : EGC.