Anda di halaman 1dari 10

TIGA CABANG FILSAFAT ILMU DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI

(ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu Oleh Prof. Dr. Bambang Sugeng, S.E, M.A., M.M Ak

Disusun Oleh:

Nurchita Arliza

190421862409

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DESEMBER 2019
TIGA CABANG FILSAFAT ILMU DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI

(ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

PENDAHULUAN

Pada karya tulis ini, akan membahas mengenai filsafat ilmu pada bidang akuntansi
dalam tiga cabang dari filsafat ilmu dan dua paham paradigma atau aliran pemikiran suatu ilmu
pengetahuan. Sebelum berbicara mengenai filsafat ilmu, sebaiknya kita mengetahui terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan suatu analisa
pemikiran secara logis dan mendalam terkait suatu konsep kajian untuk mendapatkan
gambaran secara keseluruhan atau secara general (umum). Filsafat memiliki tiga cabang yang
terdiri dari ontologi, epistimologi dan aksiologi. Dimulai dari cabang filsafat ontologi, jadi
filsafat jika dilihat dari segi ontologi merupakan suatu subtansi awal mula objek dari kajian itu
sendiri secara realitas. Objek apa yang sebenarnya ingin diketahui dan ditelaah secara
mendalam dan lebih lanjut. Selanjutnya cabang filsafat epistimologi, merupakan suatu tahapan
proses dan metode apa yang digunakan dalam mengembangkan suatu kajian yang dijadikan
objek kajian untuk mengetahui dan memperoleh sebuah pengetahuan. Terakhir cabang filsafat
aksiologi, merupakan suatu cabang filsafat yang mejelaskan mengenai manfaat apa saja yang
didapatkan dari suatu kajian objek, jadi dilihat dari penerapan hasil kajian serta
kebermanfaatannya untuk apa dan siapa terkait hasil objek kajian yang dikaji tersebut (Bahrum,
2013). Sehingga dari ketiga cabang filsafat yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi dapat
melahirkan sebuah paradigma yang dapat menghasilkan sebuah teori yang nantinya menjadi
acuan atau dasar untuk pengembangan suatu ilmu menjadi pengetahuan yang bermanfaat untuk
umat manusia.

Jika diparagraf sebelumnya, sudah membahas mengenai filsafat dan cabang-cabang


dari filsafat. Selanjutnya terkait filsafat sebagai ilmu, seperti yang diketahui bersama bahwa
filsafat ilmu merupakan sebuah pondasi atau dasar dari berkembangnya suatu ilmu
pengetahuan, begitu juga dibidang ilmu akuntansi. Filsafat ilmu merupakan induk dari
sekumpulan beberapa pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang berawal dari suatu
pemecahan masalah secara general dari nilai dan realitas yang terjadi dengan cara berspekualsi
tanpa melakukan suatu pengamatan atau observasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat
ilmu ini mempunyai sifat yang abstrak dan dipandang sebagai suatu kajian atau ilmu yang sulit
untuk dipahami karena keabstrakannya. Filsafat ilmu dikatakan abstrak karena hanya
berdasarkan spekulatif terhadap suatu masalah, sehingga hasil dari spekulasi ini dapat
dikatakan benar dan juga dapat dikatakan salah, inilah yang dikatakan bahwa filsafat ilmu
bersifat abstrak. Akan tetapi dikatakan abstrak bukan berarti suatu kajian filsafat ilmu hanya
sebatas spekulasi tanpa dasar atau hanya omong kosong belaka. Berspekulasi yang dimaksud
dalam berfilsafat disini yaitu sebuah perenungan dan penalaran dalam berpikir secara logis dan
kritis mengenai hakikat dari suatu objek yang menjadi objek kajiannya secara mendalam,
mendasar dan universal untuk memperoleh suatu kebenaran secara realitas atau kenyataan dari
segala sesuatu yang ada di alam semesta yang dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia.

Dari pemikiran-pemikrian filsafat ilmu ini menjadikan dan melahirkan sebuah


pengetahuan, dimana pengetahuan dimaksudkan segala sesuatu yang dapat diketahui oleh
manusia dalam panca indranya. Pengetahuan inilah yang menjadi bagian dari ilmu yang ada
saat ini, karena ilmu itu sendiri merupakan suatu kumpulan dari beberapa pengetahuan yang
saling terkait dan tersusun secara sistematis untuk memberikan suatu penjelasan dan kajian
mengenai objek tertentu. Lalu bagaimana jika filsafat ilmu ini dikaitkan dengan ilmu dibidang
akuntansi, apakah ada suatu hubungan yang berkaitan dengan filsafat ilmu dan akuntansi.

PEMBAHASAN

Akuntansi

Akuntansi awal diperkenalkan oleh Luca Paciola yaitu seorang ahli matematika dari
Italia pada tahun 1440an (Wikipedia). Sedangkan di Indonesia awal mula diperkenalkannya
akuntansi yaitu, pada saat zaman penjajahan Belanda. Belanda telah memperlakukan
pencatatan keuangan double entry seperti yang diperkenalkan oleh Luca Pacioli pada saat
menjajah Indonesia (Heryansyah, 2017). Berbicara mengenai sebuah pengertian akuntansi
sangat banyak pendapat yang mendefinisikan “akuntansi”, tergantung pada pemikiran dan
pandangan yang dianut oleh seseorang. Akuntansi sebagai penggerak suatu organisasi.
Pandangan mengenai akuntansi ada yang menyebutnya sebagai suatu seni dan ada yang
mengatakan akutansi sebagai sains atau pengetahuan. Jika akuntansi diartikan sebagai suatu
seni maka dapat kita telaah pengertian dari kata “seni” itu sendiri. Seni dapat dikatakan proses
kreativitas dan keterampilan manusia pada suatu kegiatan tertentu. Sehingga yang
dimaksudkan akuntansi sebagai seni disini sebagai suatu kreativitas dan keterampilan manusia
yan diperoleh dari latihan untuk menyusun informasi menjadi sebuah laporan keuangan yang
bermanfaat bagi pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan, karena akuntansi
menurut “seni” merupakan sebuah pandangan bahwa akuntansi tidak ada yang baku jadi
tergantung bagaimana seseorang dengan keterampilan dan kreativitasnya menyusun transaksi
menjadi sebuah informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

Akuntansi sebagai “sains” atau pengetahuan merupakan sebuah pandangan terkait gejala-
gejala akuntansi dari realitas kejadian (transaksi-transakisi) yang dirancang membentuk
pengetahuan, dimulai dari proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklasifikasian dan penyajian keuangan yang menjadi informasi bagi pemangku
kepentingan ketepatan dalam pengambilan keputusan (Kushariadi, 2010). Selain pandangan
akuntansi sebagai seni dan sains, ada beberapa pandangan lain yang memaknai definisi
akuntansi.Menurut Mickhail ,akuntansi dikatakan sebagai suatu mesin, dipandang sebagai
“mesin” disini dianggap bahwa akuntansi dijadikan sebagai mesin atau alat yang digunakan
oleh manajer untuk mengetahui suatu informasi keuangan dalam pengambilan keputusan. Ada
juga yang mengatakan bahwa akuntansi dipandang sebagai suatu organism, maksudnya disini
bahwa akuntansi dapat digunakan untuk mengendalikan sebuah organism dalam mengatur
strategi-strategi untuk mecapai tujuan. Akuntansi juga dianggap sebagai otak, dimana otak
disini digambarkan menjadi sebuah titik saraf. Sehingga dapat diartikan bahwa akuntansi
merupakan titik saraf perusahaan terkait informasi-informasi yang ada di dalam perushaaan
khususnya terkait keuangan.

Dari beberapa gagasan atau pandangan terkait akuntansi dapat disimpulkan bahwa tujuan
akuntansi sebagai suatu penyedia informasi terkait laporan keuangan dan non keuangan di
suatu perusahaan atau organisasi. Informais yang dihasilkan dari akuntansi ini dinamakan
laporan keuangan, dimana laporan keuangan ini merupakan produk utama dari akuntansi.
Laporan keuangan yang umumnya terdiri dari, laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
laporan posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (CaLK). Selain
laporan keuangan, ada juga informasi terkait laporan non keuangan seperti kegiatan sosial dan
lingkungan yang dilakukan perusahaan yang biasanya tercantum pada annual report. Produk
akuntansi ini memberikan suatu informasi historis atau kejadian dimasa lalu teentang kinerja
keuangan perusahaan selama periode tersebut untuk membantu dalam pengambilan keputusan
oleh para pemangku kepentingan. Dalam akuntansi terdiri dari macam-macam bidang
akuntansi yang meliputi akuntansi keuangan, akuntansi biaya, akuntansi manajemen, akuntansi
sektor publik dan organisasi nirlaba (nonprofit oriented), akuntansi perpajakan, pemeriksaan
akuntansi (audit) dan sistem informasi akuntansi.
Filsafat Ilmu Akuntansi

Filsafat ilmu merupakan sebuah pondasi atau dasar dari berkembangnya suatu ilmu
pengetahuan, begitu juga dibidang ilmu akuntansi. Filsafat ilmu merupakan suatu upaya
pengkajian secara mendalam terakit ilmu. Dari pemikiran-pemikiran filusuf mengenai filsafat
ilmu dibiadang akuntansi memunculkan beberapa paradigma yang akan memberikan arahan
dalam memaparkan perkembangan ilmu akuntansi. Filsafat ilmu akuntansi juga didasarkan
pada tiga cabang filsafat seperti yang dibahas dipendahuluan yaitu ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Dikaji dari ontologinya menjadi sebuah pertanyaan apa yang menjadi subtansi atau
apa hakikat ilmu serta bagaimana seharusnya akuntansi itu. Hal ini dapat dikaitkan dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang dijadikan salah satu pedoman dalam membentuk sebuah
standart akuntansi dalam penyusunana laporan keuangan dan jenis laporan keuangan apa saja
yang diperlukan dan yang dianggap benar dan seharusnya serta disepakati bersama oleh
pembuat atau pencipta standart akuntansi (Dewan Pembuat Standart Akuntansi). Mengapa
diperlukan standar dalam penyusunan laporan keuangan dikarenakan ketika tidak ada standart
yang mengatur penyusunan laporan keuangan maka akan banyak model atau konsep dalam
penyusunannya. Sehinnga akan sulit untuk membandingkan laporan keuangan yang satu
dengan yang lainnya, alasan lain terkait keambiguan atau ketidakpastian suatu penyajian
laporan keuangan ketika tidak ada standar yang mengatur dan akan berdampak pada kesalahan
pengambilan keputusan serta tingkat resiko pelanggaran akan semakin tinggi. Maka dari itu
para filosof akuntansi mempertimbangkan apa saja yang perlu dijadikan acuan dalam
penentuan standart akuntansi. Prinsip akuntansi awalnya menggunakan prinsip dari GAAP
(Generally Accepted Accounting Principles) yang berbasis aturan (rule base) sekarang
berkembang dan berubah menjadi IFRS (International Financial Reporting Standart) yang
berbasis prinsip (principle base).

Selanjutnya, filsafat ilmu akuntansi dikaji dari epistimologinya merupakan suatu


tahapan proses dan metode apa yang digunakan serta asumsi-asumsi dasar dalam
mengembangkan suatu ilmu akuntansi, sehingga membentuk karakter pengetahuan akuntansi.
Epistimologi i menentuka apa yang seharusnya dan kebenaran seperti apa yang harus diterima
dan mana yang seharusnya tidak diterima. Jadi dalam perspektif epistimolgi dalam ilmu
akuntansi berkaitan dengaan penggunaan metode sesuai dengan kebutuhan. Misalnya
penggunaan metode postivisme digunakaan pada saat akan membuat sebuah laporan keuangan
yang diharuskan menggunakan data yang benar atau sesuai fakta objektif dan realitasnya
berupa kwitansi, nota dsb sebagai suatu bukti yang akurat yang menjadikan laporan keuangan.
Sedangkan untuk metode induktif digunakaan pada saat manajer melihat laporan keuangan
tersebut, maka langkah strategi apa yang akan diambil jadi berfokus pada suatu pengambilan
keputusan.

Terakhir filsafat ilmu dikaitan dengan cabang filsafat yaitu aksiologi, merupakan suatu
cabang filsafat yang mejelaskan suatu nilai terkait manfaat apa saja yang didapatkan dari suatu
kajian ilmu akuntansi. Dari pendekatan perspektif aksiologi memungkinkan mengungkapkan
kegunaan ilmu akuntansi bagi manusia dan dapat dijadikan dasar untuk pengembangan ilmu.
Kegunaan dan manfaat ilmu akuntansi dapat dirasakan oleh para pemangku kepentingan baik
dari pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan.

Dari pihak internal perusahaan yaitu manajer dan karyawan. Manajer dapat
menggunakan ilmu akuntansi dalam menilai laporan keuangan perusahaan apakah kinerja
perusahaan baik atau buruk, serta apa yang perlu dikembangkan dan diperbaiki dari kinerja
perusahaan tersebut. Manajer membutuhkan laporan keuangan dan informasi akuntansi lainnya
untuk membuat suatu keputusan strategi yang akan digunakan untuk perbaikan serta
perkembangan sebuah organisasi atau perusahaan. Dari pihak karyawan membutuhkan
informasi akuntansi bertujuan untuk melihat kestabilan dan profitabilitas perusahaan serta
kemampuan perusahaan dalam memberikan pembayaran pensiun dan tinggi rendeahnya
kesempatan kerja.

Sedangkan untuk pihak eksternal, informasi akuntansi banyak digunakan oleh berbagai
pihak. Pihak eskternal yang membutuhkan informasi akuntansi khususnya laporan keuangan
yaitu investor, kreditor, pemerintah, pemasok, masyarakat dan pelanggan. Investor
membutuhkan laporan keuangan untuk menilai dan menganalisis seberapa banyak laba yang
dihasilkan dan perbandingan dengan deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan serta
bagaimana prospek perusahaan kedepannya sehingga investor akan memutuskan apakah akan
membeli, menjual atau menahan sahamnya di perusahaan tersebut. Kreditor membutuhkan
informasi akuntansi berupa laporan keuangan untuk menilai apakah perusahaan atau organisasi
ini mampu melunasi hutangnya dalam jangka waktu jatuh tempo yang ditentukan, misalnya
dengan melihat perbandingan aset lancar dengan hutang lancarnya. Kreditor biasanya akan
meminta laporan keuangan pada organisasi atau perusahaan pada saat akan mengajukan kredit,
sebagai bukti untuk meyakinkan kreditor akan kesanggupan pembayaran pinjaman dalam
jangka waktu tempo jangka pendek maupun jangka panjang. Pemerintah membutuhkan
informasi akuntansi dan laporan keuangan untuk menentukan dan menetapkan kebijakan pajak
serta berapa besar pajak yang harus ditanggung dan dibayarkan oleh organisasi atau perusahaan
tersebut kepada negara. Pemasok membutuhkan laporan keuangan untuk menilai apakah
perusahaan mampu melunasi hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo. Masyarakat dan
pelanggan, terkadang membutuhkan informasi akuntansi dan laporan keuangan dalam hal
mengetahui informasi kelangsungan hidup perusahaan terutama yang mempunyai perjanjian
(kontrak sosial) dan untuk menilai seberapa banyak kontribusi suatu organisasi atau perusahaan
dalam memakmurkan masyarakat disekitar perusahaan dilihat dari segi sosial dan
lingkungannya atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility).

Pada pendekatan peneltian akuntansi terdiri dari penelitian kualitatif dan penelitian
kuantitaif, lalu apa hubungan dari pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif terhadap
cabang ilmu (ontologi, epistimologi dan aksiologi). Penelitian merupakan suatu metode untuk
menemukan suatu kebenaran dari sebuah ilmu pengetahuan, baik itu kualitatif (meneliti satu
objek) atau kuantitatif (penellitian untuk menemukan hasil yang dapat digeneralisasikan)
sehingga penelitian tersebut dapat mengemukakan secara kritis apa yang menjadi permasalahan
atau fenomena dan apa yang ditemukan dari hasil penelitian tersebut. Menurut Rahardjo (2010),
relevansi penelitian dengan ilmu pengetahuan, berkembang dari upaya pikiran-pikran manusia
dalam mencari jawaban dari berbagai pertanyaan. Dorongan keingintahuan manusia yang besar
dalam mendapatkan jawaban mengenai permasalahan yang hasilnya menjadi ilmu pengetahuan
yang sistematis dan terorganisir. Jadi terdapat hubungan anatara cabang ilmu dengan
pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam yaitu ontologis, epistimologis dan
aksiologi. Sehingga penelitian jika dilihat dari segi ontologis menjadi pertanyaan dari suatu
ilmu, sebenarnya apa yang menjadi suatu fenomena dalam suatu permasalahan penelitian.
Setalah itu akan dilakukan suatu pengembangan secara (epistimologis), bagaimana cara dalam
mengembangkan suatu fenomena agar bisa menjadi jawaban sekaligus pengetahuan yang baru
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Sehingga didapatkan hasil dari suatu peneltian
(aksiologi) memiliki kebermanfaatan bagi suatu pengetahuan umat manusia.

Mengenai filsafat ilmu dibidang akuntansi memunculkan beberapa paradigma atau


aliran pemikiran yang akan memberikan arahan dalam memaparkan perkembangan ilmu
akuntansi yaitu paradigma postivisme dan paradigma post postivism. Dua aliran paradigma ini
selalu menjadi perdebatan dikalangan para peneliti dengan pemikiran-pemikirannya, karena
saling bertolak belakang. Paradigma postivisme merupakan paradigma atau aliran pemikiran
yang pertama muncul dalam ilmu pengetahuan, paham paradigma positivisme ini lebih ke
paham “ontologi” atas “realisme” yang memandang realitas sebagai pengetahuan yang bersifat
objektif dan universal. Objektif yang dimaksud berarti, sebuah pengetahuan yang bersifat
sesuai dengan apa adanya terlepas dari bagaimana subyektifitas individu yang mengamatinya,
karena paradigma postivisme ini bersifat tunggal atau bersifat umum dan dapat
digeneralisasikan. Dalam aliaran paradigma positivisme, dalam mengamati suatu fenomena di
dunia nyata yang selanjutnya akan dirumuskan beberapa dugaan jawaban sementara atau
hipotesis dari pengamatan fenomena tersebut dan menarik suatu kesimpulan.

Sedangkan, paradigma post positivisme berpaham nominalisme yang memandang


realitas pengetahuan bersifat subjektif, jamak dan konstektual. Jamak yang dimaksud disini
memiliki artian “ragam makna” atau ideografi yaitu makna yang berbeda antar individu atau
lingkungan masyarakat. Karena paradigma post postivisme merupakan realitas yang subjektif
maka paham paradigma ini tidak bisa digeneralisasikan ke semua konteks pengetahuan. Aliran
paradigma post positivisme ini muncul kritikan paradigma yang sebelumnya yaitu paradgima
positivisme. Pada aliran paradigma post positivisme ini mempertimbangkan alternatif
“subjektif” karena akuntansi merupakan suatu ilmu yang digolongkan pada “ ilmu sosial dan
humaniora”, dimana akan ada permasalahan kognitif atau potensi yang kompleks sehingga
tidka dpaat berasumsi bahwa manusia akan selalu bertindak secara objektif dan rasional.

KESIMPULAN

Filsafat merupakan suatu analisa pemikiran secara logis dan mendalam terkait suatu
konsep kajian untuk mendapatkan gambaran secara keseluruhan atau secara general. Filsafat
ilmu merupakan sebuah pondasi atau dasar dari berkembangnya suatu ilmu pengetahuan,
begitu juga dibidang ilmu akuntansi. Dari pemikiran-pemikiran filusuf mengenai filsafat ilmu
dibidang akuntansi memunculkan beberapa paradigma yang akan memberikan arahan dalam
memaparkan perkembangan ilmu akuntansi yaitu paradigma postivisme dan paradigma post
postivism. Dua aliran paradigma ini selalu menjadi perdebatan dikalangan para peneliti dengan
pemikiran-pemikirannya, karena saling bertolak belakang. Paradigma postivisme merupakan
paradigma atau aliran pemikiran yang menekankan pada “ontologi” atas “realisme” yang
memandang realitas sebagai pengetahuan yang bersifat objektif dan universal. Sedangkan,
paradigma post positivisme berpaham nominalisme yang memandang realitas pengetahuan
bersifat subjektif, jamak dan konstektual. Jamak yang dimaksud disini memiliki artian “ragam
makna” atau ideografi yaitu makna yang berbeda antar individu atau lingkungan masyarakat.

Filsafat ilmu akuntansi juga didasarkan pada tiga cabang ilmu filsafat yaitu ontologi,
epistimologi dan aksiologi. Dikaji dari ontologinya menjadi sebuah pertanyaan apa yang
menjadi subtansi atau apa yang menjadi hakikat ilmu serta bagaimana seharusnya akuntansi
itu. Epistimologinya dari ilmu akuntansi merupakan suatu tahapan proses dan metode apa yang
digunakan serta asumsi-asumsi dasar dalam mengembangkan suatu ilmu akuntansi, sehingga
membentuk karakter pengetahuan akuntansi. Sedangkan, aksiologi dari ilmu akuntansi
mejelaskan suatu nilai terkait manfaat apa saja yang didapatkan dari suatu kajian ilmu
akuntansi. Dari pendekatan perspektif aksiologi memungkinkan mengungkapkan kegunaan
ilmu akuntansi bagi manusia.

Pandangan terakit ilmu akuntansi ini memiliki berbagai macam perspketif, diantaranya
akuntansi sebaga seni, akutansi sebagai sains, akuntansi sebagai mesin, dan akuntansi sebagai
otak. Jika akuntansi diartikan sebagai suatu seni maka dapat dikatakan sebagai proses
kreativitas dan keterampilan manusia yang diperoleh dari latihan untuk menyusun informasi
menjadi sebuah laporan keuangan yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan untuk
pengambilan keputusan. Akuntansi sebagai “sains” atau pengetahuan merupakan sebuah
pandangan terkait gejala-gejala akuntansi dari realitas kejadian (transaksi-transakisi) yang
dirancang membentuk pengetahuan, dimulai dari proses pengidentifikasian, pengesahan,
pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian dan penyajian keuangan yang menjadi informasi
bagi pemangku kepentingan ketepatan dalam pengambilan keputusan. Akuntansi dipandang
sebagai mesin, maksudnya sebagai alat yang digunakan oleh manajer untuk mengetahui suatu
informasi keuangan dalam pengambilan keputusan. Akuntansi juga dianggap sebagai otak,
dapat diartikan bahwa akuntansi merupakan titik saraf perusahaan terkait informasi-informasi
yang ada di dalam perushaaan khususnya terkait keuangan.

Dari pernyatan tersebut, dasar filosofi akuntansi beranggapan bahwa jika dilihat dari
pembahasan sebelum terkait aspek perspektif akuntansi yaitu sebagai seni, sains, mesin dan
otak serta penekanan pada cabang ilmu ontologi, epistimologi dan aksiologinya. Dari berbagai
perspektif ini berkembang menjadi suatu standart akuntansi sehingga akuntan dapat
menentukan informasi apa saja yang diperlukan dalam pengungkapan suatu pelaporan
keuangan secara etis atau etika yang baik “tidak ada kecurangan atau pemanipulasian” agar
laporan keuangan dapat dipercaya oleh para pengguna informasi akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrum. 2013. "Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi". Sulesena, Vol. 8, No. 2, hlm: 35-45.

Heryansyah, T. R. 2017. Sejarah Akuntansi di Dunia dan Indonesia: Ruang Guru.


https://blog.ruangguru.com/sejarah-akuntansi-di-dunia-dan-indonesia

Kushariadi. 2010. Definisi Akuntansi sebagai Seni, Sains, atau Teknologi: Blogspot.
http://kushariyadi.blogspot.com/

Mickhail, G. "The Kabuki Accounting Of Philosophy ". Laboratoire Orleinaise De Gestion,


Vol. 0, No. 0, hlm: 1-15.

Rahardjo, M. 2010. Penelitian Dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Malang: UIN Maulana
Malik Ibrahim.https://www.uin-malang.ac.id/r/100301/penelitian-dan-pengembangan-
ilmu-pengetahuan.html

Wikipedia.Luca Pacioli:Wikipedia Ensiklopedia.https://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:


Luca_Pacioli

Anda mungkin juga menyukai