Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “terapi aktivitas kelompok defisit
perawatan diri”ini dengan lancar.penulisan proposal ini bertujuan untuk
memenuhi salahsatu tugas yang di berikan oleh RSJ MENUR JAWA TIMUR

Proposal ini di tulis dari hasil penyusunan referensi buku yang telh kami
peroleh dari berbagai buku yang berkaitan dengan konsep Terapi Aktivitas
Kelompok,tak lupa kami bag terima kasih kepada CI lahan kami atas bimbingan
dan arahan beliau kami dapat menyelesaikan penulisan proposal ini.

Kami berharap,dengan membaca proposal ini dapat memberi manfaat bagi


kita semua,dan dapat menambah wawasan kita mengenai Terapi Aktivitas
Kelompok .memang proposal ini masih jauh dari sempurna,maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menujun arah yang
lebih baik.

Surabaya,30 Januari 2020

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................1

Daftar isi .................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................................3


1.2 Tujuan ............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian…………………………………………………………………5
2.2 Jenis-jenis Perawatan diri ………………………………………………...5
2.3 Etiologi Defisit Perawatan Diri …………………………………………..6
2.4 Dampak Masalah Personal Hygiene ……………………………………..7
2.5 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri …………………………………8
2.6 Klien ……………………………………………………………………..9
2.7 Terapi Aktifitas Kelompok Defisit Perawatan Diri …………………….10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara
kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok;
tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
sebagian besar peserta dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan
terapi aktivitas kolektif.
Pemahaman akan jati diri pada seorang pasien akan sangat menentukan
penentuan terhadap citra diri positif pasien. Pengembangan dan eksplorasi
mendalam terhadap kekuatan dan kelemahan diri akan sangat penting artinya
dalam pencapaian pemahaman obyektif terhadap realitas diri dan sekaligus
modal dasar pembangunan citra diri untuk kemudian mengembangkan peran
diri. Pemahaman yang benar dan realtistis terhadap kekuatan dan kelemahan
diri merupakan salah satu kunci peningkatan konsep diri positif sebagai salah
satu modal dalam pengelolaan gangguan jiwa; khususnya yang dipengaruhi
adanya citra diri negatif seperti rasa tidak mampu, kekurangan fisik,
kekurangan fisiologis, rasa minder dan sebagainya.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka Terapi aktivitas kelompok ini
bertujuan untuk mengembangkan citra diri positif melalui eksplorasi kekuatan
dan kelemahan diri.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu
memahami tentang cara melakukan perawatan personal hygiene yang
benar.
2. Tujua Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu
menjawab pertanyaan tentang :
a. Manfaat membersihkan diri

3
b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut)
c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygene),
berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
( Poter. Perry , 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).

2.2 Jenis-jenis Perawatan diri


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan.

5
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79 ).

2.3 Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000), Penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah
:
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,

6
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi


Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.4 Dampak Masalah Personal Hygiene


Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:

7
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.5 Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


a. Mandi/hygene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
memprsiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan
dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi makan, mencerna

8
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a. Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan
kotor Gigi kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

2.6 Klien
1. Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien yang bisa membaca
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.
d. Klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik devisit perawatan
diri.

9
c. Mengumpulkan klien yang termasuk dari karakteristik masalah
devisit perawatan diri untuk mengikuti TAK.

2.7 Terapi Aktifitas Kelompok Defisit Perawatan Diri


1. Tempat : Ruang TAK
2. Hari /tanggal : Sabtu, 1 Januari 2020
3. Waktu : 10.00 - 10.30 WIB
4. Lamanya : ± 30 menit
5. Jumlah anggota : 7 orang.
6. Pengorganisasian
a. Leader : Feny Prastiwi
Tugas :
1) Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim
terapi
2) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4) Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan dan
memperaktek kan cara perawatan kebersihan diri (kulit, mulut,
dan rambut)
b. Co. Leader : Dhea Pratiwi
Uraian Tugas Pelaksana
 Mendampingi Leader
 Mengambilalih posisi leader jika leader bloking.
 Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
 Menutup acara diskusi.

c. Fasilitator : Fransiska Rida Resita, Deswita Menia Putri dan


Fatimatus Yustikasari
Tugas:
1) Memotivasi peserta yang kurang aktif.
2) Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan.
d. Observer : Dhyah Ayu Wandhini

10
Tugas :
1) Mengamati proses kegiatan
2) Menilai jalannya TAK.
3) Menyimpulkan hasil kegiatan.
A. Metode
1. Ceramah , Praktek dan Tanya jawab.
2. Media yang digunakan : kertas putih, spidol, pulpen, bola dan Hand
phone.

B. Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan
agar klien berperan aktif dalam TAK.
2. Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang
akan meninggalkan ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada
perawat.
b. Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk mengikuti
TAK tapi setelah TAK selesai temui klien dan tanyakan mengapa
tadi ia meninggalkan TAK.

C. Proses Evaluasi
1. Waktu
2. Kehadiran
3. Topik diskusi
4. Isu, ide dan pendapat anggota
5. Strategi leader
6. Rencana strategi berikutnya
7. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.

D. Bentuk Formasi Kelompok


Formasi Kelompok : Membentuk lingkaran.

11
E. Proses Pelaksanaan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalan di mulai oleh leader dilanjutkan oleh fasilitator, dan
observer.
3) Perkenalan oleh masing-masing klien dengan menyebutkan
nama, asal ruangan perawatan
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main.
1) Penjelasan aturan main dan tujuan terapi oleh leader
Sebelum memulai permainannya, saya menjelaskan tujuan dari
permainan ini yaitu supaya kita menjaga kebersihan diri kita
dengan mandi,menggosok gigi, dan mencuci rambut. Aturan
mainnya yaitu teman-teman disini diharapkan mengikuti
kegiatan TAK dari awal sampai akhir, jika ada teman-teman
yang ingin meninggalkan permainan TAK ini atau kekamar
mandi, teman-teman harus minta izin dengan Leader.
2) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder
/suster akan memberikan bola, dan berputar searah jarum jam,
lalu musik berhenti dan bola pun berhenti pada salah satu teman-
teman. lalu teman yang memegang bola berdiri dan memberikan
salam, menyebutkan nama
3) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka
di berikan identitas berupa papan nama.

2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan.
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang : Manfaat
membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator.

12
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka
yang memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk
pertama kali diawali oleh leader.
d. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah dapat
menyebutkan manfaat membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali
menulis alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh
fasilitator
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang memegang
bola wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang dimulai oleh
leader.
g. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu sudah dapat
menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk mandi ”
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah
membersihkan diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut),
bagi yang memegang bola saat music berhenti, maka wajib untuk
menyebutkan, yang dimulai oleh leader dan dilanjutkan oleh
anggota TAK.
i. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah menyebutkan
langkah mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.

3. Fase Teminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
b. Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu setelah kita bermain
TAK selama 30 menit?
c. Coba bapak/ibu sebutkan langkah-langkah mandi, menggosok gigi
dan mencuci rambut.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan
terapi psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan
diselenggarakan secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam
kegiatan aktivitas kelompok; tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan
dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar peserta dan sedikit banyak
dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Sesi yang digunakan untuk
terapi aktivitas kelompok pada defisit perawatan diri yaitu sesi
memperkenalkan diri, sesi manfaat pentingnya perawatan diri, sesi tata cara
makan dan minum, sesi toileting dan sesi tata cara berhias.

14
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.


Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia

15

Anda mungkin juga menyukai