Anda di halaman 1dari 9

47

Jurnal Produksi Tanaman


Vol. 6 No. 1, Januari 2018: 47 - 55
ISSN: 2527-8452

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI [Glycine max (L.) Merr.]


DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBERIAN AIR

THE GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN [Glycine max (L.) Merr.] WITH
VARIAN ON IN THE RATE OF WATER SUPPLY

Veby Anggrainy*), Anna Satyana Karyawati dan Syukur Makmur Sitompul

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail : vebyanggrainy@gmail.com

ABSTRAK jumlah biji per tanaman dan 58% untuk


bobot 100 biji.
Tanaman kedelai yang umumnya ditanam
tanpa pengairan pada akhir musim Kata kunci: Kedelai, Cekaman Air,
penghujan setelah padi sering mengalami Pemberian Air dan Kapasitas Lapang
kekurangan air khususnya pada masa
reproduktif. Suatu penelitian dilakukan ABSTRACT
untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai dengan tingkat Soybean plant, which is normally planted
penyediaan air yang berbeda pada masa without irigation at the end of rainy season
vegetatif dan reproduktif. Penelitian ini after paddy, often experiences water crisis
dilaksanakan pada bulan November 2015 especially in the reproductive time. A
sampai bulan Januari 2016 di rumah kaca research was conducted to study the
kebun percobaan Fakultas Pertanian soybean growth and yield with different
Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, water supplies in the vegetative and
Kabupaten Malang. Perlakuan terdiri dari reproductive times. The research was
Fase vegetatif - generatif 100% KL (K0), conducted from November 2015 to January
Fase vegetatif - generatif 75 % KL (K1), 2016 in the green house of Experimental
Fase vegetatif - generatif 50% KL (K2), Field of Agriculture Faculty, Brawijaya
Fase vegetatiftif 100 % - Fase generatif 75 University, Jatikerto Village, Malang
% KL (K3), Fase vegetatif 100 % - Fase Regency. The treatments consisted of
generatif 50 % KL (K4), Fase vegetatif 75 % Vegetative – Generative phases 100% of
- Fase generatif 100 % KL (K5), Fase FC (K0), Vegetative – Generative phases
vegetatif 50% - Fase generatif 100% KL 75% of FC (K1), Vegetative – Generative
(K6) yang ditempatkan dalam rumah kaca phases 50% of FC (K2), Vegetative phase
berdasarkan Rancangan Acak Kelompok. 100% of FC – Generative phase 75% of FC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (K3), Vegetative phase 100% of FC –
kekurangan air pada fase generatif lebih Generative phase 50% of FC (K4),
mempengaruhi penurunan pertumbuhan Vegetative phase 75% of FC – Generative
dan hasil tanaman kedelai daripada phase 100% of FC (K5), Vegetative phase
kekurangan air pada fase vegetatif. 50% of FC – Generative phase 100% of FC
Perlakuan pemberian air pada fase (K6), which were placed in the green house
vegetatif 100% KL - generatif 50% KL (K4) based on Block Randomized Design. The
menyebabkan penurunan pada hasil research results showed that water crisis in
dengan presentase sebesar 56% untuk the generative phase affected the decrease
jumlah polong per tanaman, 63% untuk of soybean growth and yield rather than the
bobot polong per tanaman, 40% untuk water crisis in the vegetative phase. The
48

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 47 – 55

water provision treatment of Vegetative merosotnya panen dan luas pertanaman


phase 100% of FC – Generative phase kedelai, karena kedelai termasuk tanaman
50% of FC (K4) caused the decrease of yang tidak tahan kekeringan (Ahmad,
yield with the percentages of 56% for pod 2007). Dengan demikian kekurangan air
number per plant, 63% for pod weight per pada media tanam kedelai menyebabkan
plant, 40% for seed number per plant and pertumbuhan dan hasilnya menurun.
58% for 100-seed weight. Cekaman air berpengaruh langsung
Keywords: Soybean, Water Stress, terhadap tanaman. Secara langsung dapat
Provision Water and Field Capacity menyebabkan penurunan turgor tanaman.
Tekanan turgor sangat berperan dalam
PENDAHULUAN menentukan ukuran tanaman, berpengaruh
terhadap pembesaran dan perbanyakan sel
Kedelai [Glycine max (L.) Merr.] tanamn, membuka dan menutupnya
adalah komoditas pangan terpenting ketiga stomata, perkembangan daun,
setelah padi dan jagung dan mempunyai pembentukan dan perkembangan bunga
posisi strategis dalam kebijakan pangan (Mubiyanto, 2007). Sedangkan secara tidak
nasional dengan perannya sangat penting langsung berpengaruh terhadap proses
dalam menu pangan penduduk Indonesia. fisiologis seperti fotosintesis, metabolisme
Kedelai dapat juga diolah menjadi bahan nitrogen, absorbsi hara dan translokasi
makan lain seperti tempe, tahu, dan kecap fotosintat (Nurhayati, 2009).
yang menjadi bahan makanan sehari-hari Tanaman kedelai membutuhkan
bagi masyarakat Indonesia. Beragamnya sejumlah air setiap fase pertumbuhan dan
penggunaan kedelai tersebut perkembangannya. Menurut Nielsen et al.
mengakibatkan meningkatnya konsumsi (2002) pengaruh kekurangan air yang
kedelai. Secara keseluruhan, kebutuhan terjadi pada fase generatif lebih menekan
kedelai pada tahun 2004 mencapai 2,02 hasil dibandingkan bila kekurangan air yang
juta ton, sedangkan produksinya baru 0,71 terjadi pada fase vegetatif. Selanjutnya
juta ton, sehingga diperlukan impor 1,31 Soverda, (2007) menambahkan bahwa
juta ton. Bahkan pada tahun 2006 kekurangan air pada fase pembungaan
ketergantungan Indonesia terhadap kedelai kedelai akan menyebabkan gagalnya
impor sangat tinggi yaitu lebih dari 60 pembentukan polong.Kedelai merupakan
persen. Proyeksi konsumsi kedelai tanaman C3 yang tidak tahan kekeringan
menunjukkan bahwa total kebutuhan terus dan penggenangan air. Kondisi air tanah
mengalami peningkatan dari 2,35 juta ton yang baik untuk tanaman kedelai adalah air
pada tahun 2009 menjadi 2,71 juta ton tanah dalam kapasitas lapang sejak
pada tahun 2016 dan 3 juta ton pada tahun tanaman tumbuh hingga polong berisi
2017. penuh (Hapsoh, 2005).
Terjadi ketidakseimbangan antara
kemampuan petani dalam memproduksi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
dengan kenaikan permintaan kedelai oleh
masyarakat. Satu dari beberapa faktor yang Penelitian ini dilakukan pada bulan
mengakibatkan ketidakseimbangan ini ialah November 2015 sampai bulan February
rendahnya hasil yang disebabkan oleh 2016 di Green House Kebun Percobaan
rendahnya tingkat ketersediaan air tanah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya,
Air adalah salah satu komponen fisik yang Desa Jatikerto, Kabupaten Malang. Alat
sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah yang digunakan pada penelitian ini adalah
besar untuk pertumbuhan dan cangkul, cetok, selang air, polybag,
perkembangan tanaman (Kobraee, 2011). penggaris, timbangan, alat tulis, papan
Ketersediaan air secara optimal bagi nama, gelas ukur, kamera. Sedangkan
tanaman kedelai selama pertumbuhannya bahan yang digunakan dalam penelitian ini
jarang sekali ditemukan di lapangan. adalah benih kedelai varietas Grobogan
Ketersediaan air yang tidak terjamin dan media air. Pada penelitian ini
merupakan salah satu penyebab menggunakan Rancangan Acak Kelompok
49

Anggrainy, dkk, Tingkat Pemberian Air…….

(RAK). Perlakuan yang diberikan ialah masih dapat meningkatkan tinggi tanaman
tingkat pemberian air yang dihitung jika dibandingkan dengan pemberian air
berdasarkan total kebutuhan air tanaman. fase vegetatif 100% KL – fase generatif
Adapun perlakuannya sebagai berikut : 50% KL. Pemberian air pada fase vegetatif
K0 = Fase vegetatif - generatif 100% KL 50% KL – fase generatif 100% KL
K1 = Fase vegetatif - generatif 75% KL memberikan peningkatkan tinggi tanaman
K2 = Fase vegetatif - generatif 50% KL sedangkan pemberian air pada fase
K3 = Fase vegetatiftif 100% - Fase vegetatif 100% KL – fase generatif 50% KL
generatif 75% KL menurunkan tinggi tanaman. Berdasarkan
K4 = Fase vegetatif 100% - Fase generatif hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
50% KL air optimal bagi tanaman kedelai ialah
K5 = Fase vegetatif 75% - Fase generatif sebesar 75% KL hingga 100% KL pada
100% KL fase generatif, sedangkan pemberian air
K6 = Fase vegetatif 50% - Fase generatif 50% KL dapat menurunkan tinggi tanaman
100% KL kedelai.
Pengamatan dilakukan destruktif dan
non destruktif sedangkan pengamatan hasil Pada pengamatan jumlah daun
dilakukan dengan pengamatan panen. pemberian air fase vegetatif 100% KL –
Pengamatan non destruktif dan destruktif fase generatif 75% KL mulai menurunkan
dilakukan pada saat tanaman berumur 28, jumlah daun kemudian pemberian air fase
42, 56 dan 70 hst. Pengamatan non vegetatif 100% KL – fase generatif 50% KL
destruktif meliputi tinggi tanaman, jumlah mampu menurunkan jumlah daun secara
daun, jumlah cabang dan saat muncul drastis, akan tetapi pemberian air fase
bunga. Pengamatan destruktif meliputi luas vegetatif 50% KL – fase generatif 100% KL
daun, bobot segar total tanaman dan bobot mampu menambah jumlah daun pada
kering total tanaman. Sedangkan tanaman kedelai. Pemberian air 75% KL
pengamatan hasil meliputi jumlah polong, secara terus – menerus pada fase vegetatif
bobot polong, jumlah biji dan bobot 100 biji. sampai generatif memberikan jumlah daun
Data pengamatan yang diperoleh yang sama pada pemberian air fase
dianalisa dengan menggunakan analisa vegetatif 50% KL – fase generatif 100% KL.
ragam (uji F) pada taraf 5%. Jika ada Pemberian air 50% KL secara terus-
perbedaan nyata akan diuji lanjut dengan menerus pada fase vegetatif - generatif
BNT 5%. memberikan jumlah daun terendah
(Gambar 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengamatan jumlah cabang
pemberian air 75% KL secara terus –
Berdasarkan hasil yang telah menerus pada fase vegetati-generatif
diperoleh perlakuan Tingkat pemberian air jumlah cabang akan stabil dan berhenti
pengaruh nyata pada tanaman kedelai yang pada umur vegetatif kemuadian pemberian
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, air 50% KL secara terus – menerus pada
jumlah cabang, luas daun serta berat segar fase vegetati-generatif memberikan jumlah
dan kering total tanaman. Hasil tanaman cabang yang paling rendah. Pemberian air
yang diamati dengan jumlah polong dan pada fase vegetatif 50% KL – fase generatif
jumlah biji per tanaman serta bobot 100 biji 100% KL mampu meningkat jumlah cabang
waktu pembentukan bunga tidsk berbeda halnya dengan pemberian air pada
dipengaruhi oleh tingkat pemberian air. fase vegetatif 100% KL – fase generatif
Tanaman yang diberi cukup air 50% KL memberikan jumlah yang rendah.
selama pertumbuhan tanaman (100% Kl Pengurangan jumlah air pada fase generatif
pada fase vegetatif dan generatif) dapat menurunkan jumlah cabang
menunjukkan tinggi tanaman yang dibandingkan dengan pengurangan jumlah
meningkat secara terus-menerus dengan air pada fase vegetatif. Hal ini menunjukkan
waktu (Gambar 1). Pemberian air fase bahwa jumlah cabang akan terus tumbuh
vegetatif 100% KL – fase generatif 75% KL jika diberikan air 75% KL sampai 100%
50

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 47 – 55

A B

Gambar 1. Perkembangan tinggi tanaman dengan umur pada pemberian air yang sama pada
fase vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
(B) (V: vegetatif, G: Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL).

A B

Gambar 2. Perkembangan jumlah daun dengan umur pada pemberian air yang sama pada fase
vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
(B) (V: vegetatif, G:Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL)
51

Anggrainy, dkk, Tingkat Pemberian Air…….

A B

Gambar 3. Perkembangan jumlah cabang dengan umur pada pemberian air yang sama pada
fase vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
(B) (V: vegetatif, G: Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL).

A B

Gambar 4. Perkembangan luas daun dengan umur pada pemberian air yang sama pada fase
vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
(B) (V: vegetatif, G: Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL).
52

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 47 – 55

jika diberikan air 75% KL sampai 100% KL bobot segar total tanaman. Pemberian air fase
pada fase generatif (Gambar 3). vegetatif 75% KL – fase generatif 100% KL
Pada pengamatan luas daun perbedaan akan lebih meningkatkan jika dibandingkan
terlihat pada perlakuan pemberian air 50% dengan pemberian air fase vegetatif 100% KL
pada vase vegetatif dengan luas daun paling – fase generatif 75% KL. Hal ini dapat
rendah, sedangkan perlakuan dengan luas disimpulkan bahwa pengurangan jumlah air
daun paling tinggi ialah pemberian air 100% pada fase vegetatif serta penambahan air
KL pada fase generatif. Pemberian air pada pada fase generatif masih dapat
fase vegetatif 75% KL–fase generartif 100% meningkatkan bobot segar total tanaman
KL mampu memberikan peningkatkan luas (gambar 5).
daun yang baik sedangkan pemberian air fase Pada pengamatan bobot kering total
vegetatif 100% KL–fase generatif 50% KL tanaman Pemberian air fase vegetatif 100%
dapat menurunkan luas daun. Pemberian air KL – fase generatif 75% KL mulai menurunkan
fase vegetataif 50% KL–fase generartif 100% bobot kering total tanaman sedangkan
KL lebih meningkatkan luas daun jika pemberian air fase vegetatif 50% KL – fase
dibandingkan dengan pemberian air fase generatif 100% KL mampu menambah bobot
vegetatif 100% KL–fase generatif 75% KL kering total tanaman. Pemberian air 75% KL
(Gambar 4). secara terus – menerus pada fase vegetatif
Pada pengamatan bobot segar total sampai generatif memberikan bobot kering
tanaman pemberian air 75% KL secara terus– total tanaman yang sama pada pemberian air
menerus pada fase vegetatif–generatif masih fase vegetatif 50% KL – fase generatif 100%
dapat memberikan bobot segar total tanaman KL. Pemberian air 50% KL secara terus-
yang tinggi pada tanaman kedelai sedangkan menerus pada fase vegetatif - generatif
pemberian air fase vegetatif 100% KL – fase memberikan bobot kering total tanaman
generatif 50% KL akan sangat menurunkan terendah. pemberian air kurang dari 100% KL

A B

Gambar 5. Perkembangan bobot segar dengan umur pada pemberian air yang sama pada fase
vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
` (B) (V: vegetatif, G:Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL).
53

Anggrainy, dkk, Tingkat Pemberian Air…….

B
A

Gambar 6. Perkembangan bobot kering dengan umur pada pemberian air yang sama pada
fase vegetatif-generatif
Keterangan: (A) pemberian air yang berbeda pada fase vegetatif-generatif
(B) (V: vegetatif, G:Generatif, 100: 100% KL, 75:75% KL, 50: 50% KL).

bagi tanaman kedelai di fase generatif Pada perlakuan pemberian air fase
kurang optimal dilakukan karena dapat vegetatif- generatif 50% KL menurunkan
menurunkan bobot kering total tanaman jumlah polong cukup besar yaitu 69,8%
(Gambar 6). Pada pemberian air 100% KL secara
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terus – menerus pada fase vegetatif –
tingkat pemberian air pada pertumbuhan generatif memiliki jumlah polong tertinggi
tanaman kedelai tidak berpengaruh dan berbeda nyata pada pemberian air 50%
terhadap munculnya bunga. Pengamatan KL secara terus – menerus pada fase
munculnya bunga pada tanaman kedelai vegetatif – generatif , kemudian pemberian
menunjukkan bahwa pemberian air 100% air fase vegetatif 75% KL- fase generatif
KL secara terus- menerus pada fase 100% KL dan pemberian air fase vegetatif
vegetatif – generatif dapat mempercepat 50% KL- fase generatif 100% KL keduanya
proses mumculnya bunga. Pemberian air tidak berbeda nyata dan memiliki jumlah
50% KL pada fase vegetatif dapat polong yang cukup tinggi. Jumlah polong
memperhambat proses munculnya bunga. terendah ialah pemberian air 50% KL
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa secara terus – menerus pada fase vegetatif
variabel jumlah polong per tanaman, – generatif dan pemberian air fase vegetatif
pemberian air fase vegetatif – generatif 100% KL – fase generatif 50% KL. Dapat
50% KL dan pemberian air fase vegetatif disimpulkan bahwa pengurangan jumlah air
100% KL – fase generatif 50% KL pada fase generatif lebih berpengaruh
menunjukkan rata-rata jumlah polong yang terhadap rendahnya jumlah polong
lebih sedikit dibandingkan dengan dibandingkan dengan pengurangan jumlah
perlakuan lain. Pemberian air fase air yang dilakukan pada saat fase vegetatif.
vegetatif- generatif 75% KL mulai
menurunkan jumlah polong sebesar 19,5%.
54

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 47 – 55

Tabel 1 Nilai Rata-rata Munculnya Bunga Tanaman Kedelai Akibat Pengaruh Tingkat Pemberian
Air
Perlakuan Saat Muncul Bunga (hst)

Fase vegetatif - generatif 100% KL 30


Fase vegetatif - generatif 75% KL 31,34
Fase vegetatif - generatif 50% KL 30,08
Fase vegetatif 100% KL - Fase generatif 75% KL 30,08
Fase vegetatif 100% KL - Fase generatif 50% KL 31,92
Fase vegetatif 75% KL - Fase generatif 100% KL 31,08
Fase vegetatif 50% KL - Fase generatif 100% KL 32,33
BNT 5% tn
Keterangan: - hst: hari setelah tanam; tn : tidak nyata.

Tabel 2. Nilai Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman, Bobot Polong per Tanaman, Jumlah Biji
per Tanaman dan Bobot 100 Biji akibat Pengaruh Tingkat Pemberian Air
Perlakuan Jumlah Bobot Jumlah Bobot
Polong 100 Biji
Polong (g) Biji (g)
Fase vegetatif - generatif 100% KL 47.75 b 11,50 b 47,17 b 18,93 c
Fase vegetatif - generatif 75% KL 38,42 b 9,25 b 42,00 b 13,68 a
Fase vegetatif - generatif 50% KL 14,42 a 2,58 a 10,92 a 6,71 a
Fase vegetatif 100% KL - Fase generatif 75% KL 36,75 b 9,83 b 39,75 b 14,08 b
Fase vegetatif 100% KL - Fase generatif 50% KL 20,75 ab 4,17 a 28,17 ab 7,84 a
Fase vegetatif 75% KL - Fase generatif 100% KL 42,50 b 9,92 b 29,25 ab 15,10 bc
Fase vegetatif 50% KL - Fase generatif 100% KL 46,00 b 13,25 b 41,00 b 16,20 bc
BNT 5% 16,85 4,77 18,69 4,59
Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata, berdasarkan uji BNT 5%, KL: Kapasitas Lapang.

Pada bobot polong per tanaman pemberian menunjukkan hasil yang berbeda – beda.
air fase vegetatif-generatif 50% KL dan Pemberian air 100% KL secara terus –
pemberian air fase vegetatif 100% KL- fase menerus pada fase vegetatif – generatif
generatif 50% KL masih menjadi yang dapat menghasilkan jumlah biji terbanyak,
terendah dalam pengamatan bobot polong sedangkan jumlah biji terendah terdapat
per tanaman.pemberian air pada fase pada pemberian air 50% KL secara terus –
vegetatif-generatif 75% KL mulai menerus pada fase vegetatif – generatif
menurunkan bobot polong per tanaman dan dapat menurunkan jumlah biji yang
sebesar 19,6%. Pemberian air fase cukup besar yaitu 76,8%. Pada pemberian
vegetatif 50% KL – fase generatif 100% KL air fase vegetatif 100 KL – fase generatif
tidak berbeda nyata pada pemberian air 75% KL masih dapat meningkatkan jumlah
fase vegetatif-generatif 100% KL namun biji pertanaman dan tidak berbeda nyata
dapat meningkatkan bobot polong per dengan pemberian air fase vegetatif 50 KL
tanaman sebesar 13,2%. Pada pemberian – fase generatif 100% KL. Pada pemberian
air 50% KL secara terus-menerus pada air fase vegetatif 100% KL – fase generatif
fase vegetatif sampai generatif menurukan 50% KL dapat menurunkan jumlah biji per
bobot polong per tanaman yang cukup tanaman sebesar 40,3%. Hal ini
besar yaitu 77,5%. Untuk jumlah polong menunjukkan bahwa jumlah biji pertanaman
tertinggi terdapat pada pemberian air 100% akan meningkat dengan penambahan air
KL secara terus – menerus pada fase pada fase generatif dan akan menurun
vegetatif – generatif. apabila terjadi pengurangan air pada fase
Pengamatan jumlah biji per tanaman generatif.
pada pengaruh tingkat pemberian air
55

Anggrainy, dkk, Tingkat Pemberian Air…….

Pada bobot 100 biji tanaman kedelai Kedelai. Penerbit. Penebar Swadaya.
pemberian air fase vegetatif 50% KL – fase Jakarta.
generatif 100% KL dan pemberian air fase Ahmad, R. 2007. The Effect of Water
vegetatif 75% KL – fase generatif 100% KL Deficit in Typical Soil Types on the
masih dapat memberikan hasil yang cukup Yield and Water Requirement of
tinggi pada bobot 100 biji. Pemberian air Soybean (Glycine max (L.) Merril) in
100% KL secara terus-menerus pada fase Indonesia. Jurnal Bisnis Darmajaya.
vegetatif - generatif memberikan bobot 100 41 (1): 47-52.
biji yang paling tinggi, sedangkan bobot 100 Evita. 2012. Pertumbuhan dan Hasil
biji tanaman kedelai yang paling rendah Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.)
dengan pemberian air 50% KL secara terus Pada Perbedaan Tingkat Kandungan
- menerus pada fase vegetatif – generatif. Air. Jurnal Agronomi. 1 (1): 26-32.
Pemberian air fase vegetatif – generatif Hamim. 1996. Beberapa Karakteristik
50% KL dan pemberian air fase vegetatif Morfologi dan Fisiologi Kedelai
100% KL – fase generatif 50% KL masing- Toleran dan Peka Terhadap
masing dapat menurunkan bobot 100 biji Cekaman Kekeringan. Jurnal Hayati.
tanaman kedelai sebesar 64,5% dan 3 (1): 30-34.
58,6%. Berdasarkan hal ini dapat Hapsoh. 2005. Hasil Beberapa Genotip
disimpulkan bahwa pemberian air optimal Kedelai yang Diinokulasi MVA pada
bagi bobot 100 biji tanaman kedelai ialah Berbagai Tingkat Cekaman
sebesar 75% KL hingga 100% KL pada Kekeringan Tanah Ultisol. Jurnal
fase generatif, sedangkan pemberian air Ilmiah Pertanian KULTURA. 40 (2):
50% KL dapat menurunkan bobot 100 biji 1-7.
tanaman kedelai. Kobraee, S. 2011. Soybean Production
Under Water Deficit Conditions.
KESIMPULAN Analysis of Biology Journal. 2 (2):
423-434.
Kekurangan air pada fase generatif Mubiyanto, B.M. 2007. Tanggapan
lebih mempengaruhi penurunan Tanaman Kopi terhadap Cekaman
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai Air. Warta Puslit Kopi dan Kakao.
daripada kekurangan air pada fase Jurnal Produksi Tanaman 13 (2): 83-
vegetatif. Perlakuan pemberian air pada 95.
fase vegetatif 100% KL - generatif 50% KL Nielsen, D.C., L.L.R. Ahuja and G.
(K4) menyebabkan penurunan pada hasil Hoogenboom. 2002. Simulating
dengan presentase sebesar 56% untuk Soybean Water Stress Effect.
jumlah polong per tanaman, 63% untuk Agronomi Journal. 10 (94): 1234-
bobot polong per tanaman, 40% untuk 1243.
jumlah biji per tanaman dan 58% untuk Nurhayati. 2009. Pengaruh Cekaman Air
bobot 100 biji. pada Dua Jenis Tanah terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
DAFTAR PUSTAKA (Glycine max (L.) Merril). Jurnal
Produksi Tanaman. 4 (1): 55-64.
Abayomi, Y.A. 2002. Sugarbeet Leaf Soverda, N. 2007. Pengaruh Berbagai
Growth and Yield Response to Soil Kadar Air Tanah terhadap
Water Deficit. African Crop Science Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Journal 10 (1): 51–66. Kedelai yang Diberi Mikoriza
Adisarwanto, T. 2009. Budidaya Dengan Vesikular Arbuskular. Jurnal
Pemupukan Yang Efektif dan Agronomi. 11 (2): 85-90.
Pengoptimalan Peran Bintil Akar

Anda mungkin juga menyukai