Anda di halaman 1dari 1

Pilihanku

“Fiuh...akhirnya selesai juga.” Itulah kata-kata yang pertama kali kuucapkan setelah
menyelesaikan sesi latihan malam. Rasa lelah yang teramat sangat melandaku, tapi itu
sekarang sudah menjadi rutinitasku sehari-hari. Latihan 2 kali sehari dan bertanding 1 kali
dalam seminggu merupakan jadwal tetap ku setiap hari. Bergelut dengan bola sepak, seakan
sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. “Terima kasih, Mas. Saya pamit pulang dulu ya.”
Ucapku kepada seluruh tim pelatih serta rekan-rekan kerjaku yang telah 6 bulan ini berjuang
bersamaku. Kupacu sepeda motorku di jalanan yang sepi, yah memang sudah pukul 22.30,
saatnya orang-orang untuk beristirahat. Sekitar 15 menit kemudian, sampailah ku di depan
rumah kost. Ya, memang sudah 3 bulan ini aku memutuskan untuk tinggal di rumah kost.
Memang bukan hunian yang mewah, namun aku merasa sudah sangat nyaman tinggal disini.
“Selamat malam, Pak.”ucapku. ”Malam, Mas Yos. Bagaimana latihan hari ini? Lusa rencana
main ya?” balas Pak Firman. “Lancar, Pak latihan hari ini, kami fokus untuk meningkatkan
stamina kami dan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk pertandingan lusa, Pak.
Mohon doanya, Pak.”Pak Firman merupakan pemilik rumah kost dimana aku tinggal dan aku
sangat menghormati beliau. Beliau merupakan mantan pelatih sepak bola dan beliaulah yang
menyelamatkanku dari kerasnya jalanan 3 bulan yang lalu. “Pasti, Mas. Saya doakan yang
terbaik untuk tim lah. Tetap ingat, Mas. Selalu berdoa sebelum dan sesudah bertanding.” Aku
pun mengangguk setuju dengan Pak Firman lalu pamit masuk ke dalam kamar. Kubuka pintu
kamarku nomor 7, kunyalakan lampu, serta AC kamarku. Entah kenapa hari ini aku sangat
lelah sehingga aku langsung terbaring di atas ranjangku. “Ah, tidur dulu lah sejam.”Aku
memutuskan untuk tidur terlebih dahulu sebelum melakukan hal lain. Tidak lama aku pun
terlelap dalam tidurku. “Ah, aku dimana? Oh, sepertinya aku kenal tempat ini.” ucapku
terheran. Aku terbangun di halaman rumahku. Kulihat taman bunga yang selalu ibuku rawat,
serta anjing peliharanku dan ayahku, Molly. “Molly!”Aku bergegas menghampirinya. “Aku
kangen banget sama kamu, Molly...” Saat ku bercengkerama dengan Molly, tiba-tiba
terdengar suara teriakan dari dalam rumah. “Kalau kamu masih mau tinggal disini, jangan
jadi pemain bola!!!” itulah bunyi teriakan tersebut. Aku pun menengok ke dalam rumah. “Ya
Tuhan...”

Ya, inilah pilihan hidupku, sebagai pemain sepak bola profesional di tanah yang keras ini.
Pilihan yang penuh dengan drama dan kontroversi, namun sangatlah berart bagiku.

Anda mungkin juga menyukai