Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Watak, kepribadian, pola hidup
semuanya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kadang mereka tak pernah
menyadari dengan segala perbuatan yang dilakukannya, hingga akhirnya
membuahkan aib dan merusak citra dirinya. Berikut saya akan membahas mengenai
kehidupan jahiliyah di masa dahulu hingga yang terjadi hari ini.
Jahiliyah? Siapa yang tidak tahu dengan ini, Pengertian Jahiliyah dalam hal ini
bermakna tidak menggunakan “hati” dan atau “pikiran” mereka. Masih ingat salah
satu bait lagu Bimbo yang sangat populer “bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi
tak mendengar”. Seperti itulah gambaran Jahiliyah, mereka tahu bahwa yang mereka
lakukan itu “salah” tetapi tetap pada kesombongan, keangkuhan, kekerasan, prestise,
jabatan, dan tujuan yang akan mengalahkan segalanya. Sebagai contoh kejadian-
kejadian pada zaman Nabi Ibrahim, ajaran Nabi Ibrahim a.s kepada kaumnya,
(termasuk ayah kandungnya sendiri) tidak diindahkan sama sekali, agar tidak
menyembah dan mempertuhankan berhala-berhala. Perempuan hanya dijadikan
budak pemuas nafsunya, anak-anak ditelantarkan. Yang ada pada zaman itu hanya
peperangan-peperangan antar suku untuk mencapai tujuan.
Maka boleh jadi Jahiliyah pada zaman Arab sebelum Nabi Muhammad diutus
(Islam datang) akan dan bahkan terjadi pada zaman modern ini. Kita banyak
menyaksikan bagaimana orang-orang yang terkenal dengan kecerdasan,
keintelektualan mereka, tapi dengan semena-mena berbuat seenaknya saja demi
mencapai suatu tujuan. Mereka bukan bodoh, tetapi membodohi diri sendiri. Mereka
bukan tidak tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Dengan kecerdasannya mereka
membodohi masyarakat, terutama masyarakat bawah, dengan kekuasaanya mereka
memperbudak rakyat.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan provokasi ?
2. Bagaimana provoksi di era jahiliyah ?
3. Bagaiamana provokasi di era modern ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari provokasi
2. Untuk mengetahui provokasi di era jahiliyah
3. Untuk mengetahui provokasi di era modern

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian provokasi
Rasa penasaran tidak dapat dielakkan karena kata provokatif bermakna
merangsang untuk melakukan provokasi,membangkitkan kemarahan, tindakan
menghasut, dan pancingan (KBBI, 2008: 1108). Jelas, makna kata dari lema
pinjaman ini buruk, terbukti dari beberapa contoh kalimat yang diterakan dalam (1)
provokasi, (2) provokatif, dan (3) provokator. Sementara itu, menurut Kamus Dewan
Bahasa (2002: 1059), kata provokasi berarti membangkitkan kemarahan, minat, dan
provokatif, merupakan kata sifat. Sedangkan bentukan provokator tidak diterakan.1
Kata pertama menyodorkan contoh: sebaliknya mereka menyadari bahwa
provokasi yang ditimbulkannya itu akan mengundang pertumpahan darah; dan kedua
memberi misal kalimat: dalam suasana seperti sekarang ini, sebaiknya setiap pihak
menjauhkan diri dari perbuatan provokatif. Manakala contoh kalimat ketiga adalah
perang terselubung ini melibatkan dinas rahasia, provokator, teroris, dan pembunuh.
Kita bisa membayangkan bahwa provokasi adalah tindakan yang betul-betul jahat
sehingga pelakunya layak dihukum dengan keras.
Jadi,Provokasi adalah suatu tindakan yang menyebabkan reaksi seseorang
seperti menjadi marah atau menyebabkan seseorang untuk mulai melakukan sesuatu.

1
https://www.artikata.com/arti-346206-provokasi.html, di akses tanggal 12 desember 2019, pukul

22.45

3
Sementara arti provokator adalah orang-orang atau pihak yang melakukan tindakan
provokasi.2
Akhirnya,makna provokasi bergantung pada konteks, sebagaimana kata kritik.
Hanya, dua kata ini acap hadir dalam pengertian negatif, alih-alih positif. Apalagi, di
era hemat karakter dalam media sosial, seperti Facebook dan Twitter, kebanyakan
pengguna memanfaatkan keduanya untuk menggambarkan kenyataan dan perkataan
dalam warna hitam-putih. Tak pelak, diksi yang digunakan cenderung memancing
pembaca agar berang dan tak berusaha untuk memperlihatkan sisi baik dari yang
dikritik. Sepatutnya, isu kontroversial apa pun membayangkan pandangan bernuansa,
yang mengandaikan kerumitan relasi pengetahuan dan kekuasaan. Kegagalan
memahami hubungan ini menyebabkan orang ramai tidak berpikir kritis karena sejak
awal gagal memahami bahasa dengan cermat.

B. Provokasi Era Jahiliyah


Jahiliyah (bahasa Arab: ‫جاهلية‬, Jāhilīyyah) adalah konsep dalam
agama Islam yang menunjukkan masa di mana penduduk Mekkah berada dalam
ketidaktahuan (kebodohan). Akar istilah jahiliyyah adalah bentuk kata kerja I pada
kata jahala, yang memiliki arti menjadi bodoh, bodoh, bersikap dengan bodoh atau
tidak peduli.3
Kemudian dalam syariat Islam memiliki arti "ketidaktahuan akan petunjuk
Ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan".Keadaan tersebut
merujuk pada situasi bangsa Arab kuno, yaitu pada masa masyarakat Arab pra-
Islam sebelum diutusnya seorang rasul yang bernama Muhammad. Pengertian khusus

2
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-provokasi-dan-contohnya/.id, di akses tanggal

12 desember 2109,pukul 22.53

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Jahiliyah,di akses tanggal 13 desember 2019, pukul 00.10

4
kata jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam
dan al-Qur'an.
Ciri umum yang selalu disebut-sebut pada masyarakat Arab, suku Quraisy,
ketika Nabi Muhammad mulai diutus memperkenalkan ajaran Islam adalah jahiliyah.
Kata jahiliyah artinya adalah bodoh. Nabi Muhammad diutus di tengah masyarakat itu
oleh karena kebodohannya. Bukan disebut nakal, tetapi adalah bodoh. Bodoh lawan
katanya adalah pintar, cerdik, atau cerdas. Disebut bodoh oleh karena tidak mampu
mengunakan akal atau pikirannya. Diajari tidak nyambung, diberi sesuatu menolak,
diberi nasehat tidak mau mendengarkan,Sesuatuyang penting diangap tidak ada
gunanya, dan sebaliknya, sesuatu yang tidak ada gunanya dianggap penting.
Oleh karena kebodohannya itu, patung buatannya sendiri dianggap tuhannya.
Anak perempuan sebagai penerus keturunannya dianggap rendah, tidak ada gunanya,
dan bahkan mendatangkan rasa malu. Wanita termasuk ibunya sendiri dianggap
sekedar sebagai harta dan boleh diwaris. Maka, harkat dan martabat manusia tidak
dihargai.Selain itu, oleh karena kebodohannya itu pula, manusia dirampas
kehormatannya, dijadikan budak, dan diperdagangkan. Seseorang tatkala dijadikan
budak, maka diperlakukan apapun sesuai dengan kemauan pemiliknya. Ketika itu ada
jual beli manusia atau budak, bahkan di juga terdapat pasar manusia.4
Antar kabilah atau suku saling bersaing, perang, dan juga beradu kekuatan.
Siapa yang kuat, merekalah pemenangnya. Kehidupan manusia, pada zaman jahiliyah
tidak ubahnya kehidupan binatang. Beradu kekuatan dianggap hal biasa. Itulah
sebabnya masyarakat Arab, suku Quraisy, ketika itu disebuit sebagai masyarakat
bodoh atau jahiliyah.

4
https://www.uin-malang.ac.id/r/150701/zaman-kebodohan-atau-jahiliyah.html, diakses tanggal 13

desember 2019 pukul 00.14

5
Berbeda dengan zaman jahiliyah, masyarakat sekarang ini menamakan dirinya
modern, beradab, menghargai harkat dan martabat manusia. Kebodohan dianggap
sudah hilang, atau masa lalu. Antar manusia sudah saling memahami, menghormati,
menjalin kasih sayang, dan bertolong menolong. Siapa saja yang menggangu
kehormatan seseorang, maka diadi atas dasar hukum yang berlaku.
Namun pertanyaannya adalah, apakah sebenarnya pada masyarakat modern, ciri
kebodohan atau jahiliyah sebagaimana dikemukakan itu sudah berhasil dihilangkan.
Mari kita lihat melalui gambaran singkat berikut. Pada masyarakat modern setelah
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka antar negara juga
ternyata saling berlomba kekuatan, baik lewat ekonomi, politik, dan bahkan juga
persenjataan.
Alat-alat modern yang berfungsi untuk menghancurkan kekuatan musuh,
ternyata semakin dahsyat. Jika peperangan pada zaman jahiliyah Arab dahulu hanya
menggunakan panah, tombak, dan pedang, maka sekarang ini negara-negara maju
menggunakan peralatan yang amat canggih, berupa bom atau nuklir yang memiliki
daya pemusnah yang amat dahsyat. Hanya dalam hitungan detik, sebuah kota besar
bisa dibikin hancur tidak tersisa.
Jika pada masa jahiliyah manusia diperdagangkan, harkat dan martabat wanita
tidak dihargai, maka pada zaman modern sekarang ini, masing-masing kita bisa
melihat sendiri. Perempuan dijual belikan, bagaikan barang atau bahkan binatang,
untuk memuaskan nafsu yang tidak terkendali. Jual beli perempuan, juga diiklankan
bagaikan memasarkan barang dagangan lainnya.5
Lebih dahsyat lagi, binatang tatkala mengembangkan keturunannya tidak
melakukan kesalahan. Binatang berjenis kelamin jantan melakukan seks dengan

5
https://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/empat-kriteria-masyarakat-jahiliyah-

1.htm,di akses pada tanggal 13 desember 2019 pukul 00.24

6
betina. Seks di kalangan binatang tidak ada yang antar sejenis, tetapi justru manusia
ada yang melakukan hal itu. Homoseks dijadikan perbincangan untuk dilegalkan.
Demikian pula, obat-obatan terlarang, diperjual belikan. Belum lagi kejahatan itu
berupa korupsi, manipulasi, kong kalikong, bahkan juga pembunuhan dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan atau keselamatan dirinya.
Pada dasarnya kata jahiliyah kerap kali dihubungkan dengan jahil, yang berarti
bodoh atau kebodohan. Tentu jahiliyah yang dimaksud dalam Al-Qur’an dan hadits
tak berhenti pada definisi ini. Sebagaimana kata “shalat” yang asalnya bermakna
“doa”, kemudian memiliki definisi dalam konsep Islam sebagai berikut: “serangkaian
ibadah kepada Allah berupa ucapan dan perbuatan yang tata caranya sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW”. Demikian pula banyak kata lain seperti zakat,
iman, kufur, dan lain-lain.
Lalu, apa dan bagaimana sebenarnya karakteristik jahiliyah itu? Berikut
beberapa pengertian jahiliyah yang dimaksud dalam terminologi Islam:
1. Tidak Mengetahui Hakikat Ilahiyah
Inilah konsep jahiliyah paling kentara. Dimana kebodohan yang
dimaksud ialah ketidaktahuan tentang kepada siapa dan bagaimana kita
beribadah. Masyarakat Quraisy era awal kenabian bukanlah yang tak tahu
siapa Ilah (sembahan) mereka, tetapi mereka salah dalam tataran teknis
beribadah kepada Allah SWT. Artinya, sebenarnya benih tauhid
peninggalan Nabi Ibrahim AS sebenarnya masih ada. Perbuatan taklid
buta seorang pemimpin Bani Khuza’ah bernama Amr bin Luhay
kemudian membawa bangsa Arab menyembah berhala-berhala
bernama Hubal, Manat, Uzza, dan lain-lain. Syeikh Shafiyyurrahman Al-
Mubarakfuri menambahkan bahwa penyimpangan mereka dalam hal ini
tak hanya dari sisi ibadah ritual. Mereka juga sangat percaya kepada ath-
thiyarah, yaitu meramal sesuatu dengan perantara burung atau biri-biri.
Ini dilakukan saat akan menentukan satu di antara dua atau lebih pilihan.

7
Padahal Allah SWT yang memiliki kuasa menunjukkan mana yang lebih
baik untuk kita. Miskonsepsi tentang Ilahiyah ini pula yang pernah
menjangkiti kaum Nabi Musa AS (QS Al-A’raf: 138).

2. Terjebak pada Perbuatan Menyalahi Perintah Allah dan Hal yang


Diharamkan
Pengertian tentang ini bisa kita simpulkan dari QS Yusuf: 33. Singkatnya,
kaum jahiliyah masa itu banyak menyelisihi apa yang Allah perintahkan
sambil asyik berbuat yang telah diharamkan-Nya. Contoh sederhananya
ialah membunuh anak perempuan. Ini sudah menjadi tradisi di masa itu.
Bahkan Umar bin Khathab pernah pula melakukannya sebelum masuk
Islam. Hingga kemudian ini paham ini diberantas dengan konsep
memuliakan perempuan yang Islam bawa.

3. Berhias dan Bertingkah Laku Menyalahi Perintah Allah.


Ketika Allah SWT memerintahkan kesederhanaan serta tingkah laku yang
mulia, masyarakat jahiliyah justru saling menyombongkan antar sesama
kaum berada. Tak segan pula mereka menindas rakyat kecil jika mereka
tidak menyukainya. Firman Allah dalam QS Al-Ahzab: 33 menyiratkan
jahiliyah dalam pengertian seperti ini.

4. Berhukum dengan Selain Hukum Allah


Tentu hukum yang dimaksud di sini tak hanya dalam tataran
pemerintahan saja. Ketidakpatuhan terhadap nilai-nilai kejujuran,
keadilan, kemanusiaan, dan lain-lain yang sudah menjadi standar
universal juga masuk kategori ini. Kebanyakan apa yang mereka putuskan
hanya berdasarkan asas “siapa yang kuat, dia yang menang”. Mereka tak

8
hiraukan lagi hukum yang telah diwariskan Nabi Ibrahim AS Kita bisa
menyimpulkan hal ini dari QS Al-Maidah: 50.

Namun demikian, Syeikh Al-Mubarakfuri tak memungkiri banyak pula


masyarakat jahiliyah kala itu yang masih memiliki beberapa sikap hidup positif. Di
antara akhlaq tersebut ialah kedermawanan, memenuhi janji, pantang mundur,
keberanian, dan lain-lain. Sehingga, memang sepertinya fokus utama makna jahiliyah
lebih cocok dititikberatkan pada poin pertama. Artinya, meskipun masih ada sebagian
yang mempraktekkan akhlaq terpuji, pandangan tentang konsep ibadah kepada Allah
SWT yang salah kemudian membawa mereka kepada banyak kesalahan lain.

Empat kriteria masyarakat jahiliyah :


Pertama, tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah ta’aala. Yaitu, sikap yang
membuktikan kesatuan antara akidah dan syariat tanpa pemisahan.
Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa yang telah diturunkan Allah
ta’aala, yang berarti menuruti “hawa nafsu” manusia.
Ketiga, hadirnya berbagai thaghut di muka bumi yang membujuk manusia supaya tidak
beribadah dan tidak taat kepada Allah ta’aala serta menolak syariat-Nya. Lalu,
mengalihkan peribadatannya kepada thaghut dan hukum-hukum yang dibuat menurut
nafsunya.
Keempat, hadirnya sikap menjauh dari agama Allah ta’aala, sehingga penyelewengan
menjurus kepada nafsu syahwat. Masyarakat itu tidak melarang dan tidak merasa
berkepentingan untuk melawan perbuatan asusila.6

6
https://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/empat-kriteria-masyarakat-jahiliyah-

1.htm di akses pada tanggal 13 desember pukul 00.28

9
Itulah beberapa ciri menonjol setiap kejahiliyahan yang ada di muka bumi
sepanjang sejarah. Semuanya muncul dari cirinya yang paling pokok, yaitu
penyelewengan dari kewajiban berbakti dan menyembah Allah ta’aala sebagaimana
mestinya.
Ciri pertama suatu masyarakat jahiliyah adalah tidak adanya iman yang
sesungguhnya kepada Allah ta’aala. Sebagian masyarakat bisa jadi mengaku beriman,
mengaku muslim. Namun dalam hal mengimani Allah ta’aala, mereka mengimani Allah
ta’aala menurut selera, bukan sebagaimana Allah ta’aala memperkenalkan dirinya di
dalam Kitab-Nya. Mereka tidak tunduk kepada Allah ta’aala, malah mereka yang
mendefinisikan Allah ta’aala sesuai hawa nafsu.

C. Provokasi Era Modern


Realitas adalah satu - hakikatnya sebenarnya ia satu walau memiliki banyak
dimensi dan manusia melihatnya dari dimensi - sudut pandang yang berbeda beda,
demikian juga realitas yang ada pada rentang waktu tertentu yang manusia sebut
sebagai ‘zaman’ walau ia ditafsirkan secara berbeda beda khususnya oleh para filsuf-
saintis dan para agamawan.7
Dalam kacamata saintis - para penggiat serta pengamat teknologi, zaman
sekarang bagi mereka tentu saja adalah ‘zaman modern’ mengacu pada pencapaian
spektakuler yang telah diperoleh manusia dibidang teknologi,dan bagi para failosof
zaman ini adalah ‘era kontemporer - post mo’ dengan mengacu pada karakteristik
pemikiran yang khas yang berbeda dengan karakter pemikiran para filsuf era klasik
hingga era modern. tetapi para agamawan melihatnya dari sudut pandang lain, bagi

7
https://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/empat-kriteria-masyarakat-jahiliyah-

1.htm di akses pada tanggal 13 desember 2019 pukul 00.32

10
mereka zaman ini bisa jadi sebenarnya adalah ‘akhir zaman’ sebagaimana yang
dinubuatkan oleh para nabi zaman dahulu
Mengapa bisa berbeda pandangan (?)
Karena para saintis tentu saja melihat sebatas dari sudut pandang permukaan,
sudut pandang yang sebatas mengandalkan kekuatan pengalaman dunia panca indera
tidak mendalami hingga ke hakikat terdalam,sedang para agamawan melihat dengan
angle yang lebih mendalam,mereka melihat dengan kacamata sudut pandang hakikat
dan mereka bisa melihat beragam pertanda yang menunjukkan ciri ciri atau karakter
akhir zaman sebagaimana yang digambarkan dalam al hadits,diantaranya :
a) bila dunia telah mengkristal ke arah terbentuknya dua kutub besar yang
cenderung saling berkonfrontasi karena satu sama lain memiliki
pandangan yang saling berlawanan,dan itu adalah suatu yang pada
'permukaan kulit luarnya' seolah sudah bisa kita'raba'. mungkinkah teori
'clash of civilization' yang diungkap oleh Samuel P.Huntington adalah
sebuah 'pertanda' (?),
Analoginya,adegan ceritera film atau sandiwara ketika sudah mengkristal
kepada adanya bentuk pertarungan real antara sang hero dan sang
antagonis, atau ketika keduanya sudah saling berhadapan satu lawan
satu biasanya itu menandakan bahwa ceriteranya menjelang segera
berakhir
b) terjadinya fitnah besar yang mendunia’, yang mempengaruhi banyak
fikiran umat manusia (akibat sesuatu yang dalam anggapan umum sudah
nyaris dianggap sebagai ‘benar’ padahal sebenarnya salah atau belum
tentu benar atau baru sebatas ‘hipotesa’ semisal teori Darwin ).contoh
lain, agama yang dianggap berseberangan dengan ilmu pengetahuan gara
gara kasus Copernicus - Galileo padahal itu terjadi sebenarnya hanya
akibat kekeliruan persepsi dari kedua fihak yang berseberangan, dan fihak
tertentu membesar besarkannya sebagai ‘benturan agama vs ilmu’

11
c) berkuasanya dajjal’ dalam pengertian makin massive nya cara pandang
yang melihat dan menilai berdasar kacamata sudut pandang materialist
(cara pandang yang orientasi ke dunia alam lahiriah yang nampak mata,
cara pandang yang menjadikan paradigma empirisme sebagai parameter
kebenaran tunggal dalam melihat dan menilai segala suatu - cara pandang
yang menafikan entitas serta pengalaman abstrak - gaib). secara
umum,manusia yang menjadikan hal hal yang bersifat lahiriah - nampak
mata sebagai ‘ukuran kebenaran-ukuran kebaikan’ dan menafikan
deskripsi tentang hal hal yang bersifat abstrak – gaib
d) 'kebenaran yang terbalik',sebagaimana sabda Rasullullah : 'air akan
nampak seperti api dan api akan nampak seperti air',apa yang sebenarnya
benar akan menjadi seperti terbalik sehingga nampak seperti suatu yang
salah,sedang suatu yang salah akan seperti terbalik sehingga menjadi
suatu yang dianggap benar.
e) Jangan jauh jauh,apa yang sebenarnya salah-menyimpang-menyesatkan
saat ini oleh kelompok tertentu seringkali dibela mati matian atas nama
HAM dan demokrasi, padahal pengakuan manusia itu tak akan bisa
merubah hakikatnya sebagai salah-menyesatkan,tapi pembelaan mati
matian itu membuat citranya seolah berubah menjadi nampak sebagai
suatu yang 'baik dan benar'
Sedang apa yang sesungguhnya benar malah seringkali diserang dengan
stigma dan pencitraan negatif sehingga membuat citra seolah ia suatu
yang 'tidak baik dan tidak benar'
f) agama yang makin ‘mengulit’ dalam pengertian makin dilihat dan
difahami lebih dari permukaan kulit luarnya, agama yang makin jauh
difahami essensinya,diantaranya karena ada - kuatnya faham
penyamarataan agama - kepercayaan sehingga agama Ilahi yang dibawa

12
para nabi dipandang sama rata dengan kepercayaan yang hanya berdasar
mitos
g) memegang agama bak memegang bara api’, diantaranya akibat provokasi
stigmatis,dimana orang yang teguh memegang iman di provokasi dengan
stigma stigma pemikiran negative,sehingga memerlukan kekuatan moral -
mental dan ilmu pengetahuan untuk menghadapinya
h) merajalelanya perzinahan yang dilegalkan dan terorganisir rapi
i) kerusakan akhlak - moral yang massive diberbagai aspek kehidupan :
sosial-politik-budaya-seni-pendidikan dlsb.dan umum sudah melihatnya
sebagai suatu ‘kewajaran’.dalam politik misal, faktor akhlak - moral
sudah nyaris dikesampingkan karena yang jadi tujuan utama adalah kursi
- kedudukan - kekuasaan,dalam seni - budaya yang lebih dikedepankan
faktor ‘seni - budaya nya’ doang walau harus meminggirkan aspek akhlak
moral nya
j) wanita yang menyerupai laki laki - tampilan dan perilaku yang tidak lagi
memperlihatkan karakteristik sifat kewanitaan yang alami sesuai
kodrat,dan hal demikian malah sudah dianggap ‘trend zaman modern.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Provokasi adalah suatu tindakan yang menyebabkan reaksi seseorang seperti
menjadi marah atau menyebabkan seseorang untuk mulai melakukan sesuatu.
Sementara arti provokator adalah orang-orang atau pihak yang melakukan tindakan
provokasi.
Ciri umum yang selalu disebut-sebut pada masyarakat Arab, suku Quraisy,
ketika Nabi Muhammad mulai diutus memperkenalkan ajaran Islam adalah jahiliyah.
Kata jahiliyah artinya adalah bodoh. Nabi Muhammad diutus di tengah masyarakat itu
oleh karena kebodohannya. Bukan disebut nakal, tetapi adalah bodoh. Bodoh lawan
katanya adalah pintar, cerdik, atau cerdas. Disebut bodoh oleh karena tidak mampu

14
mengunakan akal atau pikirannya. Diajari tidak nyambung, diberi sesuatu menolak,
diberi nasehat tidak mau mendengarkan,Sesuatuyang penting diangap tidak ada
gunanya, dan sebaliknya, sesuatu yang tidak ada gunanya dianggap penting.

B. SARAN
Kita sebagai umat manusia,khususnya umat islam marilah kita jaga iman dan
takwa kita kepada ALLAH SWT. Jangan sampai kita kembali ke masa jaman
jahiliyah yang terdahulu karna pada zama modern ini banyak orang-orang barat yang
mencoba memerangi kita dengan kemajuan teknologi yang berkembang saat ini.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.artikata.com/arti-346206-provokasi.html
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-provokasi-dan-contohnya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Jahiliyah
https://www.uin-malang.ac.id/r/150701/zaman-kebodohan-atau-jahiliyah.html
https://www.dakwatuna.com/2012/02/24/18902/kita-jahiliyah-modern/#axzz67sKFVUDq
https://www.eramuslim.com/suara-langit/penetrasi-ideologi/empat-kriteria-masyarakat-
jahiliyah-1.htm
https://www.kompasiana.com/ujangbandeung/54f75308a33311d6338b4618/zaman-
modern-atau-akhir-zaman

16

Anda mungkin juga menyukai