JMF Aspal

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Rofi, dkk.

, PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT


Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT AC-WC DARI JOB


MIX FORMULA DENGAN VARIASI JUMLAH LINTASAN
PEMADATAN

Abstrak

Proses pelaksanaan penghamparan AC-WC akan mempengaruhi perbedaan hasil persen


gradasi agregat AC-WC. Pengaruh jumlah lintasan pada saat pelaksanaan di lapangan akan
berpengaruh terhadap perubahan gradasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: mengetahui
perbandingan gradasi agregat AC-WC dari rancangan campuran (JMF) dan setelah
pelaksanaan di lapangan dengan variasi lintasan 8 lintasan, 12 lintasan, dan 16 lintasan.
Berdasarkan hasil penelitian terjadi perubahan gradasi agregat AC-WC dengan variasi
jumlah lintasan pemadatan, dimana antara core (8 lintasan) dengan core (12 lintasan)
terjadi deviasi rerata +0,21%. Dan antara core (12 lintasan) dengan core (16 lintasan) terjadi
deviasi rerata +0,4%. Dari pengujian ini dapat disimpulkan perubahan gradasi agregat
dipengaruhi oleh variasi jumlah lintasan pemadatan, nilai abrasi agregat, dan nilai
kepipihan agregat. Sehingga disarankan menggunakan material yang memiliki nilai abrasi
kecil. Partikel kepipihan agregat tidak boleh melebihi nilai yang disarankan oleh
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 revisi 2 (dua) yaitu maksimal 10%.

Kata kunci : gradasi, lintasan pemadatan, abrasi agregat, dan kepipihan agregat
Abstract

112
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

1. PENDAHULUAN Pemadatan awal atau breakdown rolling


harus dilaksanakan baik dengan alat
Dalam campuran beraspal, pada spesifikasi pemadat roda baja. Pemadatan awal harus
2010 rancangan dan perbandingan dioperasikan dengan roda penggerak
campuran untuk gradasi agregat gabungan berada di dekat alat penghampar.
harus mempunyai jarak terhadap batas- Pemadatan kedua atau utama harus
batas yang telah diberikan. Variasi jumlah dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
lintasan pemadatan mempengaruhi sedekat mungkin dibelakang penggilas
perubahan gradasi agregat AC‐WC. awal. Pemadatan akhir atau penyelesaiannya
harus dilaksanakan dengan alat pemadat
Dengan mengkaji kemungkinan- roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila
kemungkinan yang akan terjadi pada hamparan aspal tidak menunjukkan bekas
perbedaan gradasi agregat, sehingga jejak roda pemadatan setelah pemadatan
nantinya dapat menjadi acuan bagi mereka kedua, pemadatan akhir bisa tidak
yang terlibat dalam pelaksanaan dilakukan.
pembangunan konstruksi jalan, sehingga
dapat dicarikan solusi penyelesaiannya. Indeks Kepipihan
Untuk pengujian gradasi agregat dilakukan Suatu partikel agregat dapat dikatakan
dengan pengujian analisa saringan. pipih apabila agregat tersebut memiliki
Berdasarkan keterangan di atas untuk dimensi (ukuran) lebih kecil dari dua
penelitian ini penulis akan mengkaji dimensi lainnya. Agregat pipih yaitu
mengenai gradasi agregat sebelum dan agregat yang memiliki dimensi lebih kecil
setelah dihampar dengan variasi jumlah dari 0.6 kali rata-rata dari lubang saringan
lintasan pemadatan. yang mana membatasi ukuran fraksi dari
partikel tersebut (Aminsyah, 2010).
Agregat
Agregat atau batuan didefinisikan secara Agregat pipih yaitu agregat yang memiliki
umum sebagai formasi kulit bumi yang dimensi lebih kecil dari 0,6 kali rata-rata dari
keras dan solid. Agregat merupakan lubang saringan yang membatasi ukuran
komponen utama dari lapisan perkerasan fraksi partikel tersebut. Suatu partikel
jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat dapat dikatakan pipih apabila
agregat berdasarkan persentase berat atau agregat tersebut memiliki dimensi (ukuran)
75% - 85% agregat berdasarkan persentase lebih kecil dari dua dimensi lainnya
volume ( Sukirman, 1999). (Aminsyah, 2010).

Peralatan Pemadat Abrasi Agregat


Menurut spesifikasi umum Bina Marga Abrasi atau keausan agregat adalah proses
2010 revisi 2, setiap alat penghampar harus penghacuran atau pecahnya agregat dalam
disertai paling sedikit satu alat pemadat hal ini agregat kasar akibat proses
roda baja (steel wheel roller) dan satu alat mekanis seperti gaya-gaya yang terjadi
pemadat roda karet (tyre roller). Dimana selama proses pelaksanaan pembuatan
semua alat pemadat harus mempunyai jalan (penimbunan, penghamparan,
tenaga penggerak sendiri. pemadatan), pelayanan terhadap beban
lalu lintas dan proses kimiawi, seperti
Pemadatan campuran beraspal harus terdiri pengaruh kelembaban, kepanasan, dan
dari tiga operasi yang terpisah berikut ini: perubahan suhu sepanjang hari (Arifin,
1. Pemadatan Awal dkk, 2007).
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir Nilai abrasi adalah nilai yang
menunjukkan daya tahan agregat kasar

113
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

terhadap penghancuran (degradasi) akibat deviasi -1,07% dari JMF, saringan 3/8”
dari beban mekanis. Nilai abrasi terjadi deviasi +3,78% dari JMF, saringan
ditentukan dengan melakukan percobaan No 4 terjadi deviasi +3,83% dari JMF,
abrasi (Abration Los Angeles Test) di saringan No 8 terjadi deviasi +3,78% dari
laboratorium dengan menggunakan alat JMF, saringan No 16 terjadi deviasi
abrasi Los Angeles (Arifin, dkk, 2007). +3,84% dari JMF, saringan No 30 terjadi
deviasi +2,93% dari JMF, saringan No 50
2. METODOLOGI terjadi deviasi +1,19% dari JMF, saringan
Penelitian ini dilaksanakan dengan No 100 terjadi deviasi +0,67% dari JMF,
menggunakan pengujian di laboratorium dan saringan No 200 terjadi deviasi
dan pengujian di lapangan pada Jalan Kebun +1,88% dari JMF. Persentase perubahan
Durian-Gunung Sahilan-Gunung Sari, gradasi terbesar terjadi pada saringan No
Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten 16 dengan deviasi +3,84 % dari JMF, yang
Kampar Provinsi Riau. Bahan yang menandakan gradasi agregat banyak lolos
digunakan agregat gradasi halus quarry pada saringan No 16.
Bangkinang.
Deviasi negatif terhadap gradasi JMF
Tahapan pelaksanaan yang dilakukan berarti kurva gradasi berada di atas gradasi
meliputi persiapan bahan dan alat, JMF dan deviasi positif terhadap gradasi
pengujian yang dilakukan yaitu pengujian JMF berarti kurva gradasi berada di
pemadatan lapisan AC-WC dengan variasi bawah gradasi JMF dan di atas batas
jumlah lintasan, pengeboran inti lapisan speksifikasi minimum Bina Marga Tahun
AC-WC yang telah dipadatkan, pengujian 2010 revisi 2 (dua). Gambar perbandingan
kadar aspal hasil ekstraksi (SNI 03-6894- antara gradasi ekstraksi agregat di core (8
2002), dan pengujian analisa saringan (SNI lintasan) dengan gradasi JMF dapat dilihat
03-1968-1990). pada Gambar 1.

Ekstraksi dilakukan untuk campuran


setelah pelaksanaan di lapangan. Variasi
lintasan pemadatan lapangan yaitu 8
lintasan, 12 lintasan, dan 16 lintasan.
Agregat yang didapat setelah ekstraksi
ditentukan gradasinya melalui analisa
saringan, kemudian dilihat perbandingan
dari masing-masing sample.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Gradasi agregat % lolos
Hasil Pengujian Gradasi Agregat AC- saringan ekstraksi AC-WC dari core
WC Setelah Pemadatan dengan 12 8 lintasan terhadap JMF.
Lintasan
Data material asli dari rancangan campuran Gradasi ekstraksi agregat dari core (8
(JMF) dapat dilihat pada Lampiran A. lintasan) dengan JMF berada di bawah
Rekapitulasi hasil pengujian gradasi hasil gradasi JMF, hal ini disebabkan karena
ekstraksi dari core (8 lintasan), degradasi agregat kasar menjadi halus akibat
dibandingkan dengan gradasi dari JMF pelaksanaan pekerjaan di lapangan mulai
diberikan pada Lampiran B. dari penghamparan sampai proses
Gradasi ekstraksi agregat dari core (8 pemadatan, pelayanan beban lalu lintas
lintasan), untuk saringan 1/2” terjadi
sehingga terjadi degradasi agregat

114
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

(Sukirman, 2003), nilai yang didapat jauh


di bawah JMF dan hampir mendekati batas
speksifikasi minimum Spesifikasi Umum
Bina Marga Tahun 2010 revisi 2 (dua).

Hasil Pengujian Gradasi Agregat AC-


WC Setelah Pemadatan dengan 12
Lintasan

Tabel rekapitulasi gradasi hasil ekstraksi


Dari core (12 lintasan), dibandingkan
dengan gradasi dari JMF diberikan pada
Gambar 2. Gradasi agregat % lolos
Lampiran C.
saringan ekstraksi AC-WC dari core 12
lintasan terhadap JMF.
Terlihat gradasi hasil ekstraksi agregat dari
core (12 lintasan), untuk saringan 1/2”
Hasil Pengujian Gradasi Agregat AC-
terjadi deviasi -1,96% dari JMF, saringan
WC Setelah Pemadatan dengan 16
3/8” terjadi deviasi +3,66% dari JMF,
Lintasan
saringan No 4 terjadi deviasi +3,94% dari Tabel rekapitulasi gradasi hasil ekstraksi
JMF, saringan no 8 terjadi deviasi +3,82% dari core (16 lintasan), dibandingkan dengan
dari JMF, saringan no 16 terjadi deviasi gradasi dari JMF diberikan pada Lampiran
+4,31% dari JMF, saringan No 30 terjadi D.
deviasi +2,98% dari JMF, saringan No 50
terjadi deviasi +1,38% dari JMF, saringan Terlihat gradasi agregat dari core (16
No 100 terjadi deviasi +1,88% dari JMF, lintasan), untuk saringan 1/2” terjadi
dan saringan No 200 terjadi deviasi deviasi -2,74% dari JMF, saringan 3/8”
+2,03% dari JMF. Persentase perubahan terjadi deviasi +2,79% dari JMF, saringan
gradasi terbesar terjadi pada saringan No No 4 terjadi deviasi +4,5% dari JMF,
16 dengan deviasi +4,31% dari JMF, yang saringan No 8 terjadi deviasi +4,26% dari
menandakan gradasi agregat banyak lolos JMF, saringan No 16 terjadi deviasi
pada saringan No 16. +4,36% dari JMF, saringan No 30 terjadi
deviasi +3,13% dari JMF, saringan No 50
Perbandingan antara gradasi di core (12 terjadi deviasi +1,68% dari JMF, saringan
lintasan) dengan gradasi JMF dapat dilihat No 100 terjadi deviasi +2,23% dari JMF,
pada Gambar 2. Gradasi agregat hasil dan saringan No 200 terjadi deviasi
ekstraksi dari core (12 lintasan) dengan JMF +2,23% dari JMF. Persentase perubahan
berada di bawah gradasi JMF, hal ini gradasi terbesar terjadi pada saringan No 4
disebabkan karena degradasi agregat kasar dengan deviasi +4,5% dari JMF, yang
menjadi halus akibat pelaksanaan menandakan gradasi agregat banyak lolos
pekerjaan di lapangan dan penambahan pada saringan No 4.
jumlah lintasan pemadatan, nilai yang
didapat jauh di bawah JMF dan makin Gambar perbandingan antara gradasi di core
mendekati batas speksifikasi minimum 16 lintasan terhadap gradasi JMF dapat
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun dilihat pada Gambar 3. Gradasi agregat dari
2010 revisi 2 (dua). core (16 lintasan) dengan JMF berada di
bawah gradasi JMF, hal ini disebabkan
karena degradasi agregat kasar menjadi
halus akibat pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dan penambahan

115
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

jumlah lintasan pemadatan, nilai yang pelaksanaan di lapangan mulai dari


didapat jauh di bawah JMF dan makin penghamparan sampai proses pemadatan,
mendekati batas speksifikasi minimum pelayanan beban lalu lintas sehingga
Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun terjadi degradasi agregat (Sukirman, 2003).
2010 revisi 2 (dua).
Deviasi negatif tertinggi yaitu -0,87% pada
saringan 3/8” dan deviasi positif tertinggi
+0,56% pada saringan No 4. Secara
keseluruhan penjumlahan semua deviasi
tersebut menghasilkan deviasi total sebesar
+0,4%. Perubahan gradasi ini diakibatkan
karena proses pelaksanaan di lapangan
mulai dari penghamparan sampai proses
pemadatan, pelayanan beban lalu lintas
sehingga terjadi degradasi agregat
(Sukirman, 2003).

Gambar 3. Gradasi agregat % lolos


saringan ekstraksi AC-WC dari core
16 lintasan terhadap JMF

Gambar 5. Perubahan gradasi dari core


12 lintasan ke core 16 lintasan.

Hubungan Antara Perubahan Gradasi


Dengan Variasi Jumlah Lintasan
Pemadatan
Gambar 4. Perubahan gradasi dari core 8 Variasi jumlah lintasan pemadatan
lintasan ke core 12 lintasan. mempengaruhi perubahan gradasi agregat
pada campuran aspal. Semakin banyak
Agregat mulai pecah pada saringan no 1/2" jumlah lintasan pemadatan, gradasi agregat
karena pada saringan tersebut ukuran banyak mengalami degradasi yaitu
agregat besar, sehingga banyak yang perubahan gradasi akibat pecahnya butir-
mengalami degradasi. Kemudian butir agregat (Sukirman, 2003). Hal ini
didistribusikan pada saringan yang ada disebabkan karena agregat yang digunakan
dibawahnya. Deviasi negatif tertinggi yaitu memiliki nilai abrasi yang kecil yaitu
-0,89% pada saringan 1/2” dan deviasi 20,90 %, dimana nilai yang disarankan
positif tertinggi +0,47% pada saringan No oleh Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun
16. Secara keseluruhan penjumlahan 2010 revisi 2 (dua) yaitu maksimal 40%.
semua deviasi tersebut menghasilkan Selain itu pengaruh kepipihan agregat juga
deviasi total sebesar +0,21%. Perubahan mempengaruhi perubahan gradasi agregat,
gradasi ini diakibatkan karena proses dimana nilai yang disarankan oleh

116
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun Marga Tahun 2010 revisi 2 (dua).
2010 revisi 2 (dua) yaitu maksimal 10%. sementara pada core (16 lintasan) hasilnya
Untuk agregat yang digunakan pada sangat mendekati batas bawah speksifikasi.
perkerasan ini yaitu mengguakan agregat Dan untuk core (8 lintasan) grafiknya juga
Bangkinang, dimana nilai kepipihan masih masuk dalam Spesifikasi Umum
agregat yaitu 9,57%. Dapat disimpulkan Bina Marga Tahun 2010 revisi 2 (dua),
bahwa perubahan gradasi agregat tetapi untuk pelaksanaan di lapangan
dipengaruhi oleh jumlah lintasan kondisi 8 lintasan ini menjadikan perkerasan
pemadatan dan daya tahan agregat, dimana aspal masih belum padat.
agregat yang memiliki nilai abrasi kecil
memiliki daya tahan agregat yang besar
4. KESIMPULAN
walaupun ada beban mekanis dari luar.
begitu juga sebaliknya agregat yang Dari penelitian dan pembahasan mengenai
memiliki nilai abrasi besar, daya tahan Komparasi Gradasi Agregat AC‐WC Dari
agregatnya akan kecil terhadap beban Job Mix Formula Dengan Variasi Jumlah
mekanis. Makin banyak lintasan dengan Lintasan Pemadatan, dapat diambil
nilai abrasi yang besar tentunya kesimpulan terjadi perubahan gradasi
mempengaruhi perubahan gradasi, dimana agregat AC-WC antara core (8 lintasan)
gradasi agregat banyak menjadi halus, hal dengan core (12 lintasan) terjadi deviasi
ini disebabkan karena ketahanan agregat rerata +0,21%. Dan antara core (12
terhadap beban mekanis dari luar kecil lintasan) dengan core (16 lintasan) terjadi
sehingga agregat akan mudah mengalami deviasi rerata +0,4%. Perubahan gradasi
degradasi (Sukirman, 2003). agregat dipengaruhi oleh variasi jumlah
lintasan pemadatan, nilai abrasi agregat,
Pengaruh kepipihan juga mempengaruhi dan nilai kepipihan agregat.
perubahan gradasi agregat. Agregat pipih
pada dasarnya tidak tahan menahan beban DAFTAR PUSTAKA
yang berulang-ulang. Hal ini dikarenakan Agung, 2012, Penyelidikan Propertis
tipisnya agregat akan bertambah pecah bila Distribusi Void, Indirect Tensile
kena beban sehingga akan merubah gradasi Strenght dan Marshall Campuran
agregat tersebut. Agregat pipih pada Asphalt Concrete Terhadap Benda Uji
dasarnya tidak tahan menahan beban yang Hasil Pemadatan APRS, Seminar
berulang-ulang. Hal ini dikarenakan Nasional Teknik Sipil UMS.
tipisnya akan bertambah pecah bila kena Aminsyah,M, 2010, Pengaruh Kepipihan
beban sehingga akan merubah gradasi Dan Kelonjongan Agregat Terhadap
agregat dalam lapisan konstruksi, sehingga Perkerasan Lenyur Jalan Raya, Jurnal
secara cepat dapat mengganggu kestabilan Rekayasa Sipil. Universitas Andalas
dan akan mengakibatkan konstruksi rusak Padang, Padang.
sebelum umur rencana (Sumiati, dkk, Ariawan, 2010, Pengaruh Gradasi Agregat
2012). Terhadap Karakteristik Campuran
Laston, Jurnal Rekayasa Sipil,
Semakin banyak lintasan tentunya tidak Universitas Udayana Denpasar,
hemat energi, dikarenakan banyak Denpasar.
menghabiskan bahan bakar. Sehingga dari Arifin, Syamsul, dkk, 2007, Pengaruh
hasil penelitian ini direkomendasikan Nilai Abrasi Agregat Terhadap
menggunakan 12 lintasan pada saat Karakteristik Beton Aspal, Smartek,
pelaksanaan di lapangan. Dimana dari hasil Palu.
penelitian yang didapat perubahan gradasi Departemen Pekerjaan Umum, Standar
pada core (12 lintasan) nilainya masih Nasional Indonesia, Metode Pengujian
masuk dalam Spesifikasi Umum Bina Kadar Aspal dari

117
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT
Prosiding AC-WC
Konferensi DARI JOB
Nasional MIX Sipil
Teknik FORMULA DENGAN VARIASI
dan Perencanaan (KN-TSP) 2017
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN
“Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5

Campuran Beraspal dengan Cara Sukirman, S, 1999, Perkerasan Lentur


Sentrifus, SNI 03-6894-2002. Jalan Raya, Nova, Bandung.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010, Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran
Spesifikasi Umum Binamarga 2010 Panas, Granit, Bandung.
Revisi 2, Kementrian Pekerjaan Umum Sulaiman, 2012, Ketahanan Agregat Alam
Direktorat Jenderal Bina Marga, Krueng Peudada Pada Campuran
Jakarta. Laston AC-WC Berdasarkan Variasi
Standar Nasional Indonesia. Spesifikasi Tumbukan, Jurnal, Program Studi
Timbangan yang Digunakan pada Teknik Sipil Politeknik Negeri
Pengujian Bahan, SNI 03-6414-2002. Lhokseumawe.

Lampiran A: Data JMF Hasil Rancangan Campuran AC-WC


No Uraian Pemeriksaan dan Sifat- Satuan Hasil Tes Spesifikasi Umum
Sifat Campuran Bina Marga REV. 2

1 Kadar Aspal % 5,80 ± 0, 3


2 Rongga Udara (VIM) % 4,50 3-5
3 Rongga Udara Agregat (VMA) % 15,89 Min 15
4 Rongga Terisi Aspal (VFA) % 67,17 Min 65
5 Stabilitas Marshall Kg 1319,0 Min. 800
6 Kelelehan Plastis (Flow) mm 3,40 Min 3
7 Hasil Bagi Marshall Kg/mm 3,8 Min 250

Lampiran B: Rekapitulasi Hasil Pengujian Ekstraksi % Lolos Saringan AC-WC dari core
8 Lintasan dengan JMF

GRADASI EKSTRAKSI

1 Ukuran Saringan (mm) Satuan 19 12,5 9,53 4,76 2,38 1,19 0,6 0,3 0,149 0,075

% Lolos dari core (8


2 lintasan) % 100,00 93,35 76,45 56,44 40,43 32,25 24,12 17,05 10,36 5,39

3 Job Mix Formula % 100,00 92,28 80,23 60,27 44,21 36,09 27,05 18,24 12,03 7,27

Spesifikasi Maks. 100,00 100,00 69,00 69,00 53,00 40,00 30,00 22,00 15,00 10,00
4
Gradasi Agregat Min. 90,00 72,00 54,00 54,00 39,10 31,60 23,10 15,50 9,00 4,00

Lampiran C: Rekapitulasi Hasil Pengujian Ekstraksi % Lolos Saringan AC-WC dari core
12 Lintasan dengan JMF
GRADASI EKSTRAKSI

1 Ukuran Saringan (mm) Satuan 19 12,5 9,53 4,76 2,38 1,19 0,6 0,3 0,149 0,075

% Lolos dari core (12


2 lintasan) % 100,00 94,24 76,57 56,33 40,39 31,78 24,07 16,86 10,15 5,24

3 Job Mix Formula % 100,00 92,28 80,23 60,27 44,21 36,09 27,05 18,24 12,03 7,27

Spesifikasi Maks. 100,00 100,00 69,00 69,00 53,00 40,00 30,00 22,00 15,00 10,00
4
Gradasi Agregat Min. 90,00 72,00 54,00 54,00 39,10 31,60 23,10 15,50 9,00 4,00

118
Rofi, dkk., PERBANDINGAN GRADASI AGREGAT AC-WC DARI JOB MIX FORMULA DENGAN VARIASI
JUMLAH LINTASAN PEMADATAN

Lampiran D: Rekapitulasi Hasil Pengujian Ekstraksi % Lolos Saringan AC-WC dari core
16 Lintasan dengan JMF

GRADASI EKSTRAKSI

1 Ukuran Saringan (mm) Satuan 19 12,5 9,53 4,76 2,38 1,19 0,6 0,3 0,149 0,075

% Lolos dari core (16


2 % 100,00 95,02 77,44 55,77 39,95 31,73 23,92 16,56 9,80 5,04
lintasan)

3 Job Mix Formula % 100,00 92,28 80,23 60,27 44,21 36,09 27,05 18,24 12,03 7,27

Spesifikasi Maks. 100,00 100,00 69,00 69,00 53,00 40,00 30,00 22,00 15,00 10,00
4
Gradasi Agregat Min. 90,00 72,00 54,00 54,00 39,10 31,60 23,10 15,50 9,00 4,00

119

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai