Anda di halaman 1dari 20

KESEPIAN DAN PENGUNGKAPAN DIRI MELALUI

MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA

Muhammad Lathief Syaifussalam


Susilo Wibisono

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kesepian pada
mahasiswa dengan pengungkapan diri melalui media sosial. Hipotesis yang diajukan
adalah ada hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri pada mahasiswa. Artinya,
semakin tinggi kesepian yang di alami mahasiswa maka semakin tinggi pula
pengungkapan diri melalui media sosial. Responden berjumlah 196 orang. Rentang usia
antara 18-23 tahun berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mahasiswa perguruan
tinggi Universitas Islam Indonesia (UII), laki-laki 29,1% dan perempuan 70,9%. Data
diperoleh dari skala pengungkapan diri Revised Self-Disclosure Scale (RSDS) whelees
& Grotz, 1978 (Leung, 2002) dan skala kesepian R- UCLA loneliness scale (Russel, dkk
1980). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi
Product moment untuk menguji apakah terdapat hubungan atau tidak antara
pengungkapan diri dan kesepian pada mahasiswa di Universitas Islam Indonesia, dengan
menggunakan fasilitas program SPSS versi 20.0 sebagai alat bantu analisis secara
statistik. Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0.053 dan p=
0.459 (p>0.05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara pengungkapan diri melalui
media sosial dengan kesepian pada mahasiswa. Jadi, hipotesis tidakditerima.

Kata kunci: Pengungkapan diri, media sosial, kesepian, mahasiswa


Hidup dalam era teknologi menjalin hubungan sudah serba difasilitasi.

Komunikasi yang mengharuskan untuk saling tatap muka telah menjadi hal yang

mudah diabaikan dan digantikan dengan fasilitas media sosial. Facebook,

Twitter, Blackberry Messanger, WhatsApp atau Line telah menjadi alasan

mengapa orang tidak perlu untuk berinteraksi secara langsung.

Mahasiswa membutuhkan kehidupan sosial yang baik. Artinya mahasiswa

perlu memiliki kemampuan hubungan dengan banyak orang serta dapat membina

jaringan sosial yang bagus melalui hubungan yang terjalin. Dalam usaha

meciptakan hubungan yang baik diantaranya melalui pengungkapan diri secara

langsung. Namun, Penelitian Alia (2003) menemukan bahwa 49, 51%

keterbukaan diri subjek berada pada tingkat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

seseorang cenderung enggan untuk terbuka pada orang lain. Sulitnya membuka

perasaan disebabkan karena kondisi yang tidak nyaman dan cenderung membuat

mereka jauh dari keluarga, tetangga, masyarakat, karang taruna, teman

mahasiswa. Sedangkan, menurut Sprecher dan Hendrick (2004) menemukan

bahwa hasil positif ditemukan antara pengungkapan diri dan harga diri. Jika

pengungkapan diri dilakukan salah satu dari dua orang secara intim akan

mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap orang lain yang mengungkapkan

diri dan responsiveness. Artinya orang yang mengungkapkan diri cenderung

1
2

memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap orang lain lebih tinggi.

Pengungkapan diri juga positif berhubungan dengan kualitas hubungan

(kepuasan, cinta, dan komitmen).

Bargh, McKenna dan Fitzsimons (2002), yang dianggap sebagai “diri

sejati” akan lebih mudah diungkapkan melalui media sosial online dibandingkan

dengan bertatap muka oleh subjek yang pemalu dan mempunyai keterampilan

sosial yang rendah. Orang berkepribadian introvert berbagi informasi lebih intim

pada bagian mereka dibandingkan ekstrovert, orang dengan kepribadian tertutup

signifikan lebih tinggi dalam keterbukaan diri melalui update status (Schmit,

2012).

Pengguna Twitter di Indonesia berada di urutan tertinggi kelima di dunia,

dengan 19,5 juta pengguna. Sedangkan untuk total pengguna jasa internet di

Indonesia sebanyak 55 juta orang. Penggunaan jejaring sosial yang berlebihan ini

termasuk masalah sosial yang terjadi di Indonesia (Sasongko, 2012). Data terakhir

dilansir Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Sesuai survei

APJII tahun 2012, 63 juta masyarakat Indonesia terhubung dengan Internet.

Sebanyak 95 persen aktivitas populasi itu saat mengakses dunia maya adalah

membuka media sosial (Ardyan, 2013). Tingkat keintiman di dunia nyata telah

direduksi oleh adanya komunikasi melalui media sosial karena seseorang tidak

bisa secara langsung mengidentifikasi perilaku, ekspresi, suara serta tampilan

fisik seseorang (Abadi, Sukmawan dan Utari, 2013). Altman menyatakan bahwa

pengungkapan diri yang tinggi melalui media sosial akan berdampak negatif pada

aspek privasi dalam diri seseorang. Menurut Westin, aspek privasi berfungsi
3

untuk membantu evaluasi diri, mengembangkan identitas pribadi,

mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi (personal autonomy) berupa

kebebasan, kesadaran dalam memilih serta kemerdekaan karena terbebas dari

orang lain (Prabowo, 1998).

Pengungkapan diri membutuhkan timbal balik (Barak & Gluck-Ofri, 2007;

Joinson, 2001b; Rollman & Parente, 2001 dalam Blau, 2011). Pengungkapan diri

akan mendapatkan timbal balik yang sesuai karena melalui komunikasi secara

langsung untuk mempererat kehidupan sosial sekelompok orang. Mahasiswa yang

memiliki kontrol emosi yang baik dan dapat mengungkapkan diri dengan baik

memiliki kapasitas perilaku yang dapat menangani emosi negatifnya (Paramitasari

& Alfian, 2012). Oleh karena itu, kontrol emosi dan pengungkapan diri yang tepat

pada mahasiswa akan berdampak positif bagi dirinya.

Didukung oleh hasil observasi peneliti lakukan pada beberapa pengguna

sosial media seperti Facebook, Twitter, Blacberry Messanger, Line, dan

WhatsApp menunjukkan bahwa pengungkapan diri yang dilakukan mahasiswa di

media sosial adalah pengungkapan diri yang hanya sekadar untuk berkomunikasi

melalui tulisan. Komunikasi tersebut tidak sama sekali masuk ke dalam hal-hal

yang mendalam tentang diri individu yang hanya dapat diketahui melalui

pengungkapan diri secara verbal atau secara langsung. Sehingga, pengungkapan

diri yang dilakukan melalui media sosial tidak mempunyai dampak yang berarti

terhadap permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa. Sedangkan,Weidler

dan Clark (2011) menemukan bahwa kehadiran orang lain dalam pengungkapan

diri mempunyai andil dalam kualitas komitmen dan kepuasan dalam hubungan.
4

Hasil tersebut memperkuat bahwa pengungkapan diri akan membuat seseorang

untuk berkomunikasi dengan orang lain yang ada di lingkungan mereka. Seperti

kita ketahui bahwa kepribadian introvert jarang sekali berkomunikasi, sehingga

update status sering dipandang sebagai sarana yang tepat untuk mengungkapkan

diri mereka.

Berdasarkan apa yang sudah diketahui, maka penelitian akan mengkaji

lebih jauh lagi mengenai hubungan antara pengungkapan diri (self-disclosure)

melalui media sosial dengan kesepian (loneliness) pada mahasiswa, karena ketika

mahasiswa merasa kesepian media sosial sering menjadi sarana untuk

mengungkapkan diri agar mendapatkan kepuasan atau perhatian secara tulisan

dari kontak yang ada dalam media sosial.

Bruno (2000) mengungkapkan bahwa kesepian (loneliness) adalah

perasaan sepi yang dialami oleh seseorang. Keadaan tersebut dikarenakan hal-hal

seperti kurangnya komunikasi, ketrampilan sosial, cacat fisik, dan dapat

mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh

Solano, Batten dan Parish (Sears, Freedman & Peplau, 1994) menyatakan bahwa

mahasiswa yang kesepian biasanya memiliki pola pengungkapan diri yang tidak

wajar, mencurahkan isi hati kepada seseorang yang baru saja dikenal atau

mengungkapkan hal yang luarnya saja tentang dirinya sendiri. Orang-orang yang

sangat rentan terhadap kesepian sering pemalu, introvert, kurang mau mengambil

risiko sosial, lebih cemas, depresi, neurotik (Hojat, 1982;. Peplau & Perlman,

1982, p 9; Solano & Koester, 1989; Stokes, 1985 dalam Sawir 2007). Oleh karena

itu, tingkat kesepian berkaitan dengan aktifitas komunikasi. Facebook dianggap


sebagai media yang berguna untuk mengungkapkan diri secara sosial dan

terkoneksi. Itulah yang dilihat oleh individu-individu yang mengalami

kesepian (Jin,2013 dalam Clayton, Osborne, Miller, dan Oberle, 2013)

Kesepian adalah keadaan yang bersifat menetap dan mendalam.

Kesepian yang dialami subjek dapat mendorong subjek untuk

mengungkapkan diri, akan tetapi karena lemahnya keterampilan sosial dan

komunikasi dari orang yang kesepian maka media sosial sering digunakan

untuk mengungkapkan diri.

Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitiannya adalah

apakah ada hubungan antara kesepian (loneliness) pada mahasiswa dengan

pengungkapan diri (self-disclosure) melalui media sosial internet? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini akan menggunakan

pendekatan korelasional karena penelitian ini unuk menguji apakah

variabel bebas mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap variabel

tergantung. Subjek dari penelitian ini adalah Mahasiswa laki-laki dan

perempuan di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan

perempuan angkatan 2012-2015 usia 17-24 tahun di Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.

1
2

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif,

sedangkan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode angket. Metode pengumpulan data menggunakan skala

pengungkapan diri dan skala kesepian. Metode penyusunan skala penyesuaian diri

dan skala dukungan sosial menggunakan skala sikap model Likert. Skala

penyesuaian diri memiliki 5 alternatif pilihan jawaban yang dimana subjek

diminta untuk mengisi sejumlah pertanyaan dengan memilih salah satu dari

keempat jawaban yang paling sesuai atau sama dengan kondisi yang dialami

subjek. Penyekoran pernyataan favourable dari 1 – 5, sedangkan untuk

penyekoran pernyataan unfavourable bergerak dari 5 – 1. Skala dukungan sosial

memiliki 5 alternatif pilihan jawaban yang dimana subjek diminta untuk mengisi

sejumlah pertanyaan dengan memilih salah satu dari kelima jawaban yang paling

sesuai atau sama dengan kondisi yang dialami subjek. Penyekoran pernyataan

favourable dari 1 – 5, sedangkan untuk penyekoran pernyataan unfavourable

bergerak dari 5 – 1 .

Alat Ukur

A. Kesepian

Variabel kesepian akan diukur dengan menggunakan R-UCLA loneliness

scale (Ru ssel, dkk 1980) merevisi skala dengan 20-item mengukur kesepian yang

berisi dua sub-skala yang bernama "intimate others" dan "social others". (russel,

dkk 1980). Skala ini menggunakan 20 pernyataan dengan 10 pernyataan

favourable dan 10 pernyataan unfavourable. Berikut distribusi skala Kesepian:


3

Tabel 2
Distribusi Pernyataan pada Skala Penelitian Kesepian
Nomor Pernyataan Terseleksi
Aspek Favourable Unfavourable Jumlah
Personality (17) (6),9,10, (15) 5
Social Desirability 2,7,8,12 1,5,20 7
Depression 3,11,13,14,18 4,16,19 8
Jumlah 10 10 20

B. Pengungkapan Diri

. Variabel pengungkapan diri akan diukur dengan skala pengungkapan diri

Revised Self-Disclosure Scale (RSDS) Wheeles dan Grotz 1978 (Leung, 2002).

Skala ini menggunakan 19 pernyataan dengan 13 pernyataan favourable dan 6

pernyataan unfavourable. Berikut distribusi skala pengungkapan diri:

Tabel 1
Distribusi Pernyaataan pada skala Penelitian Pengungkapan Diri
Nomor Pernyataan Terseleksi Jumlah
Aspek Favourable Unfavourable
Kedalaman (intimacy) 1,2,3,5,6,7 4 8
Ketepatan dan kejujuran 8,10,11 9 4
Jumlah (amount) 13,(14) 12 3
Valensi (valence) 15,16,17 3
Maksud (intention) 18,19 2
Jumlah 13 6 19

Metode Analisis Data

Metode Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode teknik korelasi Pearson

Correlation dari Pearson. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan

SPSS version 20.0. Uji asumsi dilakukan dengan melakukan uji normalitas dan uji
4

linieritas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data pada masing-

masing variabel. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis

Kolmogorov-Smirnov.

Selain uji asumsi, uji reliabiltas juga dilakukan dalam penelitian ini.

Analisis reliabiltas dilakukan dengan melihat besarnya skor koefisien reliabilitas

Cronbach’s Alpha.

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Subjek Penelitian

Jumlah keseluruhan dalam penelitian ini adalah 196 mahasiswa

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya dan Fakultas Ilmu Agama Islam

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Berikut ini tabel deskripsi subjek

penelitian:

Tabel 3
Deskripsi Subjek Penelitian
No Keterangan Jumlah Presentase
Laki-laki 57 29,1%
1 Jenis Kelamin
Perempuan 139 70,9%
Usia 17-20 178 90,9%
2
21-23 18 9,1%
0,5%
2010 1
7,1%
2012 14
Angkatan 16,8%
3 2013 33
32,7%
2014 64
42,9%
2015 84
5

B. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh gambaran

mengenai data penelitian yang berisi fungsi-fungsi dasar statistik.

Deskripsi dari data penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4
Deskripsi Data Penelitian

Hipotetik Empirik
Variabel
Min Max Rerata SD Min Max Rerata SD
PENGUNGKAPAN
18 60 36 8 1,08 4,33 2,6475 0,50794
DIRI *
KESEPIAN 19 95 57 12,67 1,00 3,89 2,3609 0,44183

Dari hasil penelitian akan disajikan lima kategorisasi yang akan

diungkap, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

Kategorisasi diperlukan untuk melihat berapa banyak frekuensi

keberagaman seluruh subjek yang mengisi skala penyesuaian diri dan

skala dukungan sosial.

Tabel 5
Norma Kategorisasi
Norma Kategorisasi Kategori
X<P20 Sangat Rendah
P20 < X < P40 Rendah
P40 < X < P60 Sedang
P60 < X < P80 Tinggi
X > 80 Sangat Tinggi

Tabel 6
Distribusi Skor Pengungkapan Diri Subjek Penelitian
Norma Kategorisasi Kategori Jumlah Presentase
X < 21,6 Sangat Rendah 8 4,08%
21,6 ≤ x ≤ 31,2 Rendah 85 43,37%
31,2< x ≤ 40,8 Sedang 92 46,94%
40,8< x ≤ 50,4 Tinggi 10 5,10%
x ≥ 50,4 Sangat Tinggi 1 0,51%
Jumlah 196 100%
6

C. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri atas uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi

dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran

data dari skor jawaban subjek normal atau tidak. Pengujian normalitas

dilakukan terhadap distribusi skor pengungkapan diri kesepian dengan

menggunakan teknik One Sample Kolmogorov Smirnov. Tes data

dilakukan menggunakan program komputer SPSS for windows 20.0.

kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data adalah jika p>0.05 maka sebaran dinyatakn normal, namun jika

p<0.05 maka sebaran data dinyatakan tidak normal. Dari hasil

pengolahan data pegungkapan diri di media sosial diperoleh koefisien

K-SZ= 1,028 dengan p= 0,241 (p>0.05). Sedangkan hasil pengolahan

data kesepian mahasiswa K-SZ= 1,038 dengan p= 0,232 (p>0.05).

Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data pengungkapan

diri dan interaksi sosial terdistribusi secara normal.

Tabel 7
Hasil Uji Normalitas
Statistik
Variabel Taraf Signifikansi Keterangan

Pengungkapan
1,028 0.241 Normal
Diri*
Kesepian 1.038 0.232 Normal
7

b) Uji Linieritas

Uji inieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel

bebas dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui

apakah hubugan antara variabel pengungkapan diri dengan kesepian

mengikuti garis linier atau tidak dengan menggunakan program

komputer SPSS for windows 20.0. Dari hasil pengolahan data

diperoleh F= 0.930 dengan P= 0.630. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa hubungan antara pengungkapan diri dengan kesepian bersifat

linier atau mengikuti garis lurus.

Tabel 8
Hasil Uji Linieritas
Koefisien Taraf
Variabel Keterangan
Linearitas (F) Signifikansi (p)

Penungkapan Diri*
0.930 0.630 Linier
Kesepian

D. Uji Hipotesis

Uji normalitas dan uji linieritas sebelumnya menunjukkan bahwa

data penelitian memenuhi syarat normalitas yaitu skor kedua variabel

berdistribusi normal sedangkan data menunjukkan korelasi tidak linier. Uji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson

Correlation elasi product moment dari Pearson tidak terpenuhi. Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kesepian

dan pengungkapan diri melalui media sosial online. Pengujian tehadapt


8

hipotesis tersebut menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada

program komputer SPSS for Windows 20.0.

Tabel 9
Hasil Uji Hipotesis
Taraf
Koefisien
Variabel r2 Signifikansi Keterangan
Korelasi (r)
(p)
Pengungkapan
-0.053 0.0028 0.459 Tidak
Diri*
Signifikan
Kesepian

Hasil analisis data di atas menunjukkan korelasi antara variabel

pengungkapan diri dan kesepian r = -0.053 dengan p = 0.459 (p > 0.05). Hasil

tersebut menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengungkapan diri dan kesepian , sehingga hipotesis yang diajukan tidak

diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian tidak terdapat hubungan antara

kesepian pada mahasiswa dan pengungkapan melalui media sosial.

Ditolaknya hipotesis salah satu penyebabnya adalah kelemahan dalam

penelitian yang harus diperbaiki. Penelitian tentang kesepian dan

pengungkapan diri melalui media sosial memang belum banyak dilakukan.

Hal ini merupakan salah satu yang membuat peneliti sedikit menemui

kendala seperti alat ukur yang digunakan, teori yang mendukung, referensi

dan dinamika yang terjadi antara kesepian pada mahasiswa dengan

pengungkapan diri melalui media sosial. Akan tetapi, kekurangan dari

peneliti menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.


9

Subjek dalam penelitian ini mahasiswa laki-laki dan perempuan

dengan presentase 29,1% dan 70,9% rentang usia antara 17-24 tahun.

Menurut Hurlock (1990) mengatakan pada usia tersebut masuk dalam masa

usia remaja akhir dan dewasa awal. Masa ini dimulai pada umur 18 tahun

sampai kira-kira umur 40 tahun, yang mana pada masa ini individu

menurut Erickson dalam Monks, Knoers & Haditono (2001)

mengungkapkan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa

awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan

atau tidak melibatkan kontak seksual. Pada masa dewasa awal ini juga

individu sudah mulai matang dalam mengendalikan perasaan pribadi.

Artinya, seseorang yang

matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh

perasaan- perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan

orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi

mempertimbangkan pula perasaan- perasaan orang lain. Penelitian ini

melibatkan 90,9% subjek yang termasuk dalam usia dewasa awal.

Akhirnya, penelitian dengan menggunakan subjek pada masa usia ini

kurang tepat. Kesepian yang dialami dapat secara signifkan berhubungan

dengan kesepian jika terjadi pada remaja (Butaran dan Helmi, 2015).

Penelitian tentang kesepian dan pengungkapan diri dilakukan oleh Leung

(2002) level penggunaan ICQ “I seek You” yang merupakan sebuah

aplikasi percakapan di dunia maya tidak berhubungan dengan kesepian

pada mahasiswa di kebanyakan universitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa


10

usia sangat mempengaruhi keberhasilan dalam penelitian, terutama

penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Butaran dan Helmi (2015)

bahwa terdapat kaitan antara kesepian dan pengungkapan diri yang

dimoderasi oleh kepercayaan interpersonal pada remaja pengguna situs

jejaring sosial online dan didapatkan bahwa kesepian terkait dengan

penungkapan diri seseorang karena adanya kepercayaan interpersonal.

Alat ukur dalam penelitian juga dapat menjadi alasan mengapa

penelitian tidak terbukti hipotesisnya. Alat ukur dalam penelitian dapat

juga menjadi faktor yang menyebabkan hipotesis tidak diterima. Peneliti

menggunakan alat ukur adaptasi dari Russel dkk, (1980) yaitu R-UCLA

loneliness scale untuk mengukur variabel kesepian dan Wheeless dan

Grotz,1976 dalam leung, 2002 untuk mengukur variabel pengungkapan

diri. Memang alat ukur adaptasi akan dinilai telah teruji validitasnya

dan reliabilitasnya. Namun, kemampuan peneliti mengadaptasi alat ukur

yang menjadi alat ukur mungkin menjadi kurang sesuai dengan konteks

budaya, nilai, dan persepsi subjek di mana penulis tinggal. Kita ketahui

bahwa tahapan adaptasi tidak hanya melakukan ekuivalensi dalam hal

bahasa namun juga semantik atau makna berdasarkan apa yang dimaksud

dalam budaya tertentu. Selain itu, peneliti harus memperhatikan kosep alat

ukur adaptasi yang akan digunakan pada budaya yang berbeda.

Mempertimbangkan variabel penelitian dapat memperkecil tidak

terbuktinya hipotesis. Artinya, variabel psikologis penelitian tidak selalu

ada dalam konteks di belahan dunia lain yang berbeda secara geografis,
11

budaya, bahasa dan kehidupan sosial.

Pengungkapan diri melalui media sosial tidak semata karena subjek

kesepian. Solano, Batten dan Parish (Sears, Freedman & Peplau, 1994)

menyatakan bahwa orang yang kesepian biasanya memiliki pola

pengungkapan diri yang tidak wajar, mencurahkan isi hati kepada

seseorang yang baru saja dikenal atau mengungkapkan hal yang luar biasa

sedikit tentang dirinya sendiri. Dalam penelitian ini rerata hipotetik

variabel pengungkapan diri mahasiswa lebih tinggi dibandingkan rerata

empirik. Artinya, subjek mempunyai tingkat pengungkapan diri yang

cukup tinggi. Pengguna media sosial memang mengungkapkan informasi

lebih banyak di media sosial, tetapi aspek kontrol informasi dan privasi

tetap penting bagi mereka. Selain itu, kebutuhan untuk populer atau

branding tentang suatu profesi yang dimiliki, menambah kepercayaan

diri, tingkat kepercayaan individu juga dapat menjadi penyebab

pengungkapan diri melalui media sosial juga (Christofides, Muise,

Desmarais, 2009).

Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan mampu mengungkap

variabel lain yang mempengaruhi individu untuk menggunakan media

sosial sebagai alat mengungkapkan diri. Memilih alat ukur skala psikologi

yang tepat, lebih baik lagi menggunakan alat ukur yang paling baru, karena

alat ukur yang terbaru karena adanya peneliti yang mengetahui kelemahan-

kelemahan alat ukur yang lama sehingga peneliti berusaha melakukan

perbaikan atau penyempurnaan alat ukur tersebut.


12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri

melalui media sosial pada mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

sehingga hipotesis tidak diterima.

SARAN

Dalam penelitian ini tentunya masih ada beberapa kekurangan sehingga

peneliti merasa perlu adanya saran-saran yang membangun ditujukan kepada

beberapa pihak. Agar manfaat yang diperoleh lebih komprehensif dan aplikatif

saran-saran tersebut ditujukan kepada:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik ingin mengkaji tema

pengungkapan diri di media sosial dengan kesepian diharapkan agar

mempertimbangakan variabel-variabel lain. Terungkapnya variabel-

variabel lain yang berkaitan dengan kesepian akan memperkaya

referensi mengenai kesepian. Penelitian dengan metode lain seperti

kualitatif dan menggunakan metode analisis yang mendetail seperti

studi kasus sebaiknya juga bisa dilakukan jika ingin menggunakan

variabel yang sama. Selain itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya

bisa menemukan teori yang baru dan relevan dengan subjek

penelitian. Peneliti selanjutnya juga perlu memperhatikan karakteristik

subjek-subjek yang digunakan agar lebih spesifik.


13

DAFTAR PUSTAKA

Bargh, J. A., McKenna, K. Y. A., & Fitzsimons, G. M. (2002). Can you see the
real me? Activation an expressionof the “true self” on the internet. Journal
of Social Issues, 58(1),33-48

Buntaran, Firman Alamsyah Ario, Helmi, Avin Fadilla.2015. Peran


Kepercayaan Interpersonal Remaja yang Kesepian dalam Memoderasi
Pengungkapkan Diri pada Media Jejaring Sosial Online. Gadjah Mada
Journal Of Psychology, (1) 2, 106-119

Bruno. F. J. 2000. Menaklukkan Kesepian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Blau, I. (2011). Application Use, Online Relationship Types, Self-Disclosure,


and Internet Abuse Among Children And Youth: Implications For
Education and Internet Safety Programs. Journal Educational Computing
Research, 45(1) 95-116.

Christofides, Emily, Muise, Amy & Desmarais, Serge,(2009). Information


Disclosure and Control on Facebook: Are They Two Sides of the Same
Coin or Two Different Processes?. Cyberpsychology & Behavior
.12(3),341-345

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang


rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Jin, B. (2013). How lonely people use and perceive Facebook. Computers in
Human Behavior, 29(6)2463-2470.

Leung, Louis.2002. Loneliness, Self-Disclosure, and ICQ (“I Seek You”)


Use. Cyberpsychology & Behavior, 5(3), 241-251

Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan:


Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Muhamad, Ardyan.2013. Di 5 media sosial ini, orang Indonesia pengguna


terbesar sedunia. http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-
orang- indonesia-pengguna-terbesar-dunia.html. Diakses pada 26 Januari
2016
14

Sprecher, S & Hendrick, S.S.(2004). Self–Disclosure In Intimate Relationships:


Associations With Individual and Relationship Characteristics Over Time.
Journal of Social and Clinical Psychology, 23(6), 857-877.

Schmit, L .(2012). Personality and Its Effects On Facebook and Self-


Disclosure. Stylus, 3.(2). 23-29.

Sears, D. O., Jonathan L. F., & Anne, L. P. (1994). Psikologi sosial Jilid 1. Alih
bahasa: Michael Adryanto, Savitri Soekrisno. Jakarta: Erlangga.
Weidler, D. J. &Clark, E. M.(2011). A Distinct Association: Inclusion of Other
in the Self and Self-Disclosure. The New School Psychology Bulletin, 9 (1),
24-34.

Sasongko (2013).Index.Php/Search/All/Berita+Penggunaan+Media+S osial.


Diakses pada 13 april 2014
15

IDENTITAS PENULIS

Nama : Muhammad Lathief Syaifussalam

Alamat Kampus : Jalan Kaliurang KM 14,5 Ngaglik, Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta

Alamat Rumah : Jalan Selokan Mataram, Dabag, Condongcatur, Depok,

Sleman, Yogyakarta

Nomor Telepon/HP : 085758641838

Alamat e-mail : lathiefsyaifussalam@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai