BAB I
PENDAHULUAN
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuaii dengan tingkat usia
seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingakat metabolisme air lebih tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif
luas dan persentase air tubuh lebih tinggi dibandingkan dngan orang dewasa, kebutuhan
cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam sel, sisa
metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh,
mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, elektrolit
(natrium, kalium, kalsium, klrorida, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan
asam basa, konduksi saraf, kontraksi muscular dan osmolitas. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan
komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan, salah satunya karena penyakit.
Cairan yang bersirkulasi diseluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel
mengandung elektrolit, mineral, dan sel. Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit
berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses
yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respons terhadap penyakit,
keseimbangan asam basa dan respons terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit
berpindah melalui difusi, osmosis, transprt aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut
bergantung pada permeabilitas membran sel atau kemampuan membran untuk ditembus
cairan dan elekrtolit.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ
tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan
seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui
pemberian cairan peroral atau intravena.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan sebuah kateter (pipa plastik yang lunak kira-
kira seukuran dengan jarum) atau jarum dimasukkan kedalam vena, biasanya ditangan dan
lengan dimana kateter dan jarum tersebut dihubungkan dengan selang dan botol cairan yang
berfungsi sebagai jalan untuk memberikan obat dan cairan. Tindakan ini dilakukan pada klien
yang memerlukan cairan melalui intravena (infus).
B. TUJUAN
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung : air, elektrolit, protein,
karbohidrat dan lemak.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki volume komponen darah.
4. Jalan masuk dalam pengobatan.
5. Memonitor tekanan vena sentral.
C. INDIKASI
Pemberian cairan infus diberikan pada :
– Pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat
– Pasien yang mengalami syok
– Intoksikasi berat
– Pra dan pasca bedah
– Sebelum tranfusi darah
– Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
D. KONTRAINDIKASI
Ekstermitas dengan shunt atau baru mengalami operasi.
o KA-EN MG3
Indikasi :
• Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
• Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
• Mensuplai kalium 20 mEq/L
• Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
o KA-EN 4A
Indikasi :
• Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
• Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
• Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000ml) :
• Na 30 mEq/L
• K 0 mEq/L
• Cl 20 mEq/L
• Laktat 10 mEq/L
• Glukosa 40 gr/L
o KA-EN 4B
Indikasi:
• Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
• Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
• Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
• Na 30 mEq/L
• K 8 mEq/L
• Cl 28 mEq/L
• Laktat 10 mEq/L
• Glukosa 37,5 gr/L
o Otsu-NS
Indikasi:
• Untuk resusitasi
• Kehilangan Na > Cl, misal diare
• Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)
o Otsu-RL
Indikasi:
• Resusitasi
• Suplai ion bikarbonat
• Asidosis metabolik
o MARTOS-10
Indikasi:
• Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
• Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres
berat dan defisiensi protein
• Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
• Mengandung 400 kcal/L
o AMIPAREN
Indikasi:
• Stres metabolik berat
• Luka bakar
• Infeksi berat
• Kwasiokor
• Pasca operasi
• Total Parenteral Nutrition
• Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
o AMINOVEL-600
Indikasi:
• Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
• Penderita GI yang dipuasakan
• Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
• Stres metabolik sedang
• Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
o PAN-AMIN G
Indikasi:
• Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
• Nitrisi dini pasca operasi
• Tifoid
H. PERSIAPAN ALAT
1. Pengalas
2. Manset tangan / tourniquet
3. Kapas alkohol dalam tempatnya
4. Betadin
5. Kom tutup + kasa steril
6. Plester
7. Gunting
8. Bengkok
9. Infus set
10. Jarum infus ( abocath, wing needle )
11. Cairan infus
12. Sarung tangan steril
I. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan.
2. Pilih vena dengan tepat ( dari distal ke proksimal ).
3. Pasang pengalas.
4. Bebaskan lengan pasien dari baju.
5. Letakkan manset/tourniquet 5-15 cm diatas tempat tusukan.
6. Periksa label cairan dengan tepat menggunakan 5 benar pemberian obat.
7. Buka set infuse, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya.
8. Tusukkan infuse set ke dalam kantung cairan.
9. Isi bilik tetesan dan selang dengan mengalirkan cairan sampai tidak ada udara dalam
selang, kemudian klem. Pertahankan sterilitas.
10. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangan.
11. Kencangkan tourniquet atau jika menggunakan manset sampai di bawah tekanan sistolik.
12. Pasang sarung tangan sekali pakai.
13. Bersihkan kulit yang akan ditusuk dengan alkohol kemudian betadin dari daerah yang
akan ditusuk kea rah luar.
14. Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 3-5 cm bagian distal tusukan.
15. Pegang jarum dengan sudut 30 dengan vena, kemudian tusukkan.
16. setelah keluar darah, sudut diperkecil kemudian masukkan.
17. Lepaskan manset/ tourniquet.
18. Buka klem infus sampai cairan mengalir.
19. Oleskan salep betadin pada tempat tusukan kemudian letakkan kasa steril di atasnya.
20. Lepaskan sarung tangan.
21. Fiksasi jarum melalui atas kasa dan ujung selang dengan hipafix.
22. Atur tetesan infus sesuai kebutuhan.
23. Berikan stiker tanggal pemasangan pada balutan IV.
24. Cuci tangan.
25. Evaluasi.
26. Dokumentasi.
Contoh :
Jika dibutuhkan cairan infuse 1000cc dalam 8 jam dengan tetesan 20 tetes/ cc berapa tetes
permenit cairan tersebut harus diberikan.?
Jawab:
1000 cc x 20
8 x 60 menit
d. Tetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit
dengan jam ,kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan
infuse .periksa kecepatan ini setiap jam.
Perhatian
• Cairan IV yang tidak dapat diinfuskan tepat waktu mungkin merupakan tanda dini infiltrasi
.
• Jika digunakan pompa infuse , kecepatan aliran larutan IV harus dipantau minimal setiap
jam.
K. Prinsip Kerja Cairan infus
Dinding sel darah merah mempunyai ketebalan ± 10 nm dan pori berdiameter ± 0,8 nm.
Molekul air berukuran ± setengah diameter tersebut, sehingga ion K+ dapat lewat dengan
mudah. Ion K+ yang terdapat dalam sel juga berukuran lebih kecil dari pada ukuran pori
dinding sel itu, tetapi karena dinding sel bermuatan positif maka ditolak oleh dinding sel. Jadi
selain ukuran partikel muatan juga faktor penentu untuk dapat melalui pori sebuah selaput
semipermiabel.
Cairan sel darah merah mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,92%.
Dengan kata lain cairan sel darah merah isotonik dengan NaCl 0,92%. Jika sel darah merah
dimasukkan kedalam larutan NaCl 0,92%, air yang masuk keluar dinding sel akan setimbang
(kesetimbangan dinamis). Akan tetapi jika sel darah merah dimasukkan kedalam larutan Nacl
yang lebih pekat dari 0,92% air akan keluar dari dalam sel dan sel akan mengerut. Larutan
yang demikian dikatakan hipertonik. Sebaliknya jika sel darah merah dimasukkan kedalam
larutan NaCl yang lebih encer dari 0,92%, air akan masuk kedalam sel dan sel akan
menggembung dan pecah(plasmolisis). Larutan ini dikatakan sebagai hipotonik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pungsi vena adalah tekhnik penusukan vena melalui transkutan dengan stilet tajam yang
kaku, seperti angiokateter atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit.
Pemberian cairan melalui melalui infus dilakukan pada klien yang memerlukan masukan
cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan
mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus
dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena
sefalika, basilika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau vena yang ada di
kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak). Selain pemebrian infus
pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok,
intoksikasi berat, pra dan pascabedah, sebelum transfusi darah, atau yang membutuhkan
pengobatan tertentu.
Cairan infus yang akan diberikan pada pasien juga sangat penting untuk diperhatikan karena
dapat berakibat fatal bila terjadi kesalahan pemberian cairan. Kecepatan infuse juga harus
dihitung untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan yang bisa menyebabkan terjadinya
kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok, serta mencegah kelebihan
cairan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A.Aziz dkk.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC
Goodner, Brenda.1994.Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.Jakarta:EGC
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta : EGC
LaRocca, Joanne C.1998.Terapi Intavena.Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Volume 1
Edisi 4. Jakarta : EGC
Stanhope, Marcia dkk.1997.Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan
Rumah.Jakarta:EGC