Anda di halaman 1dari 3

Cacing Tambang

A. Epidemiologi
Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang
bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan
atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan
yang berdarah dan berlangsung lama, setelah gigitan dilepas dapat menyebabkan anemia
yang lebih berat. Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk
kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini. Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum untuk
Necator americanus 28-32˚C, sedangkan untuk Ancylostoma duodenale 23-25˚C. Untuk
menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.

B. Daur Hidup Parasit


Hospes parasit ini adalah manusia, cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan
giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur
sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,
cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.
Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja,
setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam
waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan
dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira
60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat
beberapa sel, larva rabditiformpanjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva
filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran
darah ke jantung lalu ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke
bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam
usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi apabila larva filariform menembus
kulit atau ikut tertelan bersama makanan.

C. Patofisiologi
Cacing tambang hidup di rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding usus
dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara
perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat
menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap
sebagai cacingan karena kekurangan darah bias terjadi oleh banyak sebab.

D. Gejala

Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang di akibatkan oleh darah pada
usus halus secara kronik. Julah darah yang hilang setiap hari tergantung pada (1) jumlah
cacing,terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler
arteri; (2) species cacing : seekor A. duodenale yang lebih besar dari pada N. americanus
mengisap 5x lebih banyak darah; (3) lamanya infeksi. Terjadi anemia tergantung pada
keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari makanan.
Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi parasit. Beratnya penyakit
cacing tambang tergantung pada beberapa factor, antara lain umur “wormload”, lamanya
penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing tambang menahun dapat di bagi dalam
tiga golongan:

I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun penderita
mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain dalam 3 golongan :

I. infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala walaupun penderita
mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.

II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan penderita
kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mental kurang
baik.

III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung dengan
segala akibatnya.

Gejala lainnya adalah ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bias muncul di
tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas mengi(bengek) bias terjadi
akibat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di
perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam
darah bias terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yg berat dan berlangsung lama,
bias menyebabkan pertumbuhan yg lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang
meluas pada anak-anak (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No:
424/MENKES/SK/VI,2006:11)

Anda mungkin juga menyukai