Anda di halaman 1dari 7

TINGKAT KECANDUAN GADGET DI USIA DINI

SEMAKIN MENGKHAWATIRKAN
Hani Nur Fajrina, CNN Indonesia | Rabu, 04/11/2015 07:02 WIB

Philadelphia, CNN Indonesia -- Kemajuan teknologi nyatanya tak hanya


merambah ke para penggiat yang disebut tech savvy, namun juga menyentuh hidup
anak-anak di bawah umur yang sudah memiliki gadget sendiri.

Sebuah survei oleh Common Sense Media di Philadelphia mengungkapkan bahwa


anak-anak mulai usia 4 tahun sudah punya perangkat mobile sendiri tanpa pengawasan
orang tua.

Survei ini diisi oleh 350 orang tua keturunan Afrika-Amerika yang kebanyakan
memiliki pendapatan rendah. Mereka mengisi pertanyaan saat sedang mengunjungi
Einstein Medical Center di Philadelphia.

Mengutip situs New York Times, 70 persen orang tua mengaku memang
mengizinkan anak-anak mereka yang usianya 6 bulan sampai 4 tahun bermain
perangkat mobile ketika mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, serta 65
persen melakukan hal yang sama untuk menenangkan si anak saat berada di tempat
umum.

Lalu satu perempat orang tua mengaku meninggalkan anak-anak mereka sendiri
dengan gadget saat menjelang tidur, padahal layar terang sebetulnya mengganggu tidur.

"Mereka berusaha menidurkan anak-anak di lingkungan yang malah membuat sulit


untuk tidur," tutur salah satu peneliti, Michael Rich dari Center on Media and Child
Health di Boston Children’s Hospital.
Sesuai catatan pimpinan penelitian Hilda Kabali, sepertiga orang tua yang anaknya
berusia 3-4 tahun mengaku anak-anak mereka doyan menggunakan lebih dari satu
perangkat mobile.

Kebanyakan orang tua juga menyatakan, anak-anak yang usianya di bawah 1 tahun
cenderung menggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain
aplikasi.

Yang jelas, sebanyak 72 persen anak usia 8 tahun ke bawah sudah menggunakan
perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan iPod sejak 2013, di mana mayoritas
usia 2 tahun lebih suka pakai tablet atau ponsel pintar tiap harinya. Dibandingkan tahun
2011 angka tersebut masih berada di 38 persen.

Menurut profesor psikolog Temple University Kathy Hirsh-Pasek yang tidak


terlibat dalam penelitian, fenomena ini sungguh membahayakan.

"Angka itu sangat besar. Jika anak-anak tak bisa lepas dari 'permen digital', kami
pun tak bisa menakar kira-kira apa konsekuensinya terhadap perkembangan sosial
mereka," ujarnya.

Dokter Rich pun menduga fenomena ini terjadi tak hanya di Philadelphia, namun
di kebanyakan tempat juga. Selain menganggap kebiasaan anak-anak yang lengket
dengan gadget sebagai hal berbahaya, tim peneliti juga menyayangkan sikap acuh tak
acuh dari orang tua.

"Kurangnya pengawasan orang tua lebih mengkhawatirkan dibanding penggunaan


gadget oleh anak-anak usia muda," tulis tim peneliti.

Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20151103093518-185-89078/tingkat-kecan
duan-gadget-di-usia-dini-semakin-mengkhawatirkan

DPR: PENGGUNAAN GADGET OLEH ANAK USIA DINI


PERLU JADI ISU NASIONAL
Fahreza Rizky, Jurnalis · Sabtu 26 Januari 2019 12:25 WIB
MARAKNYA kasus kejahatan yang melibatkan anak karena penyalahgunaan
gadget menjadi sorotan. Betapa tidak, jumlahnya saban hari kian meningkat. Padahal,
orangtua sudah melakukan pengawasan terhadap anak pemegang gawai tersebut.
Dalam konteks kasus kejahatan yang terjadi, anak bisa menjadi korban ataupun
pelaku.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Sodik Mudjahid berujar, pembatasan
penggunaan gadget bagi anak sudah diterapkan di beberapa negara maju. Hal tersebut
bertujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif yang berdampak pada anak.
Apalagi, saat ini jendela informasi semakin terbuka lebar berkat adanya gawai.

"Di beberapa negara maju sudah ada pembatasan-pembatasan. Bill Gates sendiri
pernah mengatakan harus ada pengaturan (penggunaan gawai)," ucap Sodik saat
berbincang dengan Okezone belum lama ini.

Kendati demikian, Sodik mengakui bahwa kemajuan teknologi informasi yang


termanifestasi dalam handphone tak melulu menghadirkan efek negatif. Sisi positif
penggunaan gawai bagi anak ialah menambah ilmu pengetahuan dan memberi
kemudahan, karena luasnya jendela informasi.

Namun, yang bikin mengelus dada ialah sisi negatif yang timbul akibat
penyalahgunaan pemakaian gawai. Tak ayal, di beberapa kesempatan banyak
dijumpai anak-anak tampak "menunduk" karena sedang mengakses sesuatu dari
handphone yang dimilikinya.
Tak ada percakapan antara satu sama lainnya karena asyik berkutat dengan
gadget. Pada sisi lain, banyak dijumpai anak yang keranjingan bermain handphone
sehingga tak punya hasrat belajar.

Sodik menyarankan para orangtua lebih berperan aktif memberi edukasi dan
batasan pada anak terkait penggunaan handphone. Anak tidak bisa dibiarkan sendiri
asyik dengan gawainya, sedangkan pada masa-masa tersebut mereka mesti aktif
bersosialisasi dan menyerap ilmu pengetahuan dari interaksi secara langsung.

"Jadi, poinnya adalah harus ada edukasi penggunaan hal itu, jangan bebas," kata
politikus Partai Gerindra ini.

Sodik meminta orangtua dapat lebih serius memerhatikan hal ini di tengah
kesibukannya masing-masing. Pasalnya, anak merupakan investasi masa depan yang
harus dijaga tumbuh kembangnya dengan baik. Jangan sampai karena pengaruh buruk
gadget, masa depan sang anak menjadi terbengkalai.

"Sekarang banyak (orangtua) yang sibuk atau pengasuh ingin enteng maka sering
kecolongan," ujar Sodik.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2018,


dampak dari akses internet dari gawai yang dilakukan anak, mereka bisa menjadi
pelaku maupun korban kejahatan.
Berdasarkan data KPAI 2018 misalnya, anak yang menjadi korban kejahatan
seksual online (116 kasus), anak pelaku kejahatan seksual online (96), anak korban
pornografi dan media sosial (134), anak pelaku kepemilikan media pornografi (112),
anak korban bully di medsos (109), anak pelaku bully di medsos (112).

Sodik mengaku miris melihat hal itu. Sebab, anak berpotensi menjadi pelaku
maupun korban dari pada tindakan tak terpuji tersebut. Karenanya Sodik mengimbau
agar persoalan penggunaan gadget oleh anak usia dini bisa dijadikan isu nasional
untuk mencegah hal-hal buruk terjadi sekaligus memberi edukasi.

"Ini harus menjadi komitmen bersama dengan dijadikan isu nasional melibatkan
tokoh, guru, ustaz, orangtua dan lain-lain," tuturnya.
Sejurus dengan itu, dirinya melihat persoalan ini belum perlu diatur dalam sebuah
regulasi. Cukup semua pihak berkomitmen memberi edukasi dan pencegahan agar
hal-hal buruk tidak terjadi.

Sumber :
https://nasional.okezone.com/read/2019/01/25/337/2009530/dpr-penggunaan-gadget-
oleh-anak-usia-dini-perlu-jadi-isu-nasional
Solusi:

Butuh pertimbangan lanjut bagi orang tua ketika memberikan anaknya gadget
berupa smartphone atau ponsel. Bukan karena alasan ekonomi, tetapi lebih kepada
penting atau tidaknya hal tersebut bagi si anak. Banyak hal negatif dan bahaya yang
dapat ditimbulkan dari gadget atau handphone tersebut, menjadi pertimbangan yang
sudah jelas jawabannya adalah untuk tidak memberikan anak di bawah umur gadget
atau handphone.

Terkadang anak merasa perhatian dari kedua orangtuanya kurang atau tidak ada
sama sekali. Bisa karena orang tua mereka sibuk dan tidak meluangkan waktu, atau
juga gadget dianggap “penangkal” bagi orang tua ketika anak rewel atau bosan.
Semakin lama si anak akan menjadi acuh dan tidak menghiraukan arahan dari orang
tuanya, jika ponsel selalu dijadikan alat ampuh mengatasi perilaku si anak. Hal ini
yang akan merambat ke perilaku agresif anak ketika ponsel atau handphone mereka
diambil.

Orang tua harus sadar betapa pentingnya peran mereka dalam perkembangan si
anak, sebagaimana hal yang pertama dilakukan seorang anak adalah mencotoh apa
yang disekitar mereka. Orangtua harus mencontohkan bagaimana penggunaan gadget
digunakan sesuai porsinya sehingga anak akan mengerti dan meniru perilaku dari
contoh yang diberikan kedua orang tuanya tersebut. Diperlukan sebuah kebiasaan,
dimana orang tua mengajak anak untuk berkegiatan hal positif selain menggunakan
gadget misalnya membaca buku. Dengan contoh yang diberikan oleh kedua orang tua
mereka anak-anak akan membawa kebiasaan dan memori tersebut hingga besar,
membawa hal tersebut dan menerapkannya kepada generasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai