Anda di halaman 1dari 13

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi

dan Good Governance


==========================================================
Oleh: Yasril Yunus

ABSTRACT
Actually, decentralization is autonomization of a society. It is not
only an end but also as an instrument of services distribution and
development to increase social prosperity. In the case of “good
governance” distribution of public services need to involve private
sector and other communities with the implementation of principles
of transperancy, accountability, efficiency, justice, and law
enforcement.

Kata Kunci: desentralisasi, demokratisasi, otonomi daerah, good


governance

I. PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan yang dianut oleh pencanangan kedua produk hukum.
suatu negara merupakan hasil Hal ini juga tidak berarti untuk
pemilihan dari masalah-masalah besar mengakhiri dianutnya sentralisasi
(great issues) yang dijumpai dalam dalam penyelenggraan pemerintahan.
proses politik, yakni apakah suatu Sesungguhnya desentralisasi te-
negara akan memilih pemusatan lah berlangsung satu abad yang lalu
kekuasaan (centralization) ataukah sejak ditetapkannya UU desentralisasi
pembagian (local autonomy) kekuasa- tahun 1903. Desentralisasi dan
an. Bila pilihan jatuh pada local sentralisasi tidaklah bersifat dikotomi
autonomy berarti Pemerintahan Pusat melainkan kontinum. Oleh sebab itu
harus menyelenggarakan desentrali- kita tidak dapat memilih salah satu
sasi. Dengan perkataan lain penye- alternatif bagi organisasi negara
lenggaraan desentralisasi merupakan Indonesia. Tidak ada desentralisasi
konsekuensi dari pemilihan yang dalam organisasi apapun.
dijatuhkan pada local autonomy. Pemberian otonomi kepada
Sejak tahun 1999 pemerintah pemerintahan lokal sering menjadi
pasca Orde Baru menggulirkan agenda sumber konflik kepentingan antara
desentralisasi melalui dua buah produk pusat dan daerah di sejumlah negara.
legeslatif. Dengan agenda tersebut Hal merupakan ini konsekuensi logis
tidak berarti pemerintah mulai menye- akibat terjadinya pengurangan keter-
lenggrarakan desentralisasi melalui gantungan daerah terhadap pusat

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 81


yang sekaligus akan mengurangi kekuasaan yang sentralistik dan
kewenangan pusat. Konflik kepen- kekuasaan yang desentralistik. Diakui
tingan bisa menjadi berlarut-larut bahwa pemerintahan yang sentralistik
apabila kompromi yang rasional, tidak populer lagi, karena ketidak-
objektif dan adil belum ditemukan. mampuannya untuk memahami secara
Pada hakekatnya agenda desen- tepat nilai-nilai daerah atau sentimen
tralisasi yang digulirkan merupakan aspirasi lokal.
reformasi administrasi publik atau Beberapa faktor yang melatar-
reformasi Pemerintahan Daerah. Re- belakangi perlunya desentralisasi
formasi Pemerintahan Daerah bukan khususnya di negara-negara berkem-
perubahan otomotis, tetapi perubahan bang termasuk Indonesia muncul dari
berencana dan dilakukan secara sadar dua segi yaitu dari dalam dan dari luar
mengenai aspek-aspek utama dari negara yang dapat dirangkum sebagai
Pemerintahan Daerah di Indonesia. berikut :
Ada berbagai keterbatasan a) Untuk mempercepat terwujud-nya
desentralisasi baik dari sisi konsep, keadilan yang merata dan mampu
ruang lingkup maupun mekanisme memenuhi kebutuhan dasar ma-
sehingga secara kualitas menjadi syarakat miskin serta memperluas
menurun dan dalam aplikasinya partisipasi dalam proses pem-
kembali menjadi sentralisasi. Secara buatan kebijakan pembangunan.
konseptual desentralisasi (otonomi b) Untuk mengintegrasikan daerah-
daerah) dipahami dengan berbagai daerah yang beragam kondisi
ragam makna, sesuai dengan derajat sosial ekonominya, pengembang-
kebebasan atau keleluasaan (dis- an sumber daya dalam rangka
creation) yang dimiliki daerah dalam mengatasi persoalan kemiskinan
mengelola kegiatan kemasya-rakatan di daerah.
atau pemerintahan. c) Desentralisasi merupakan strategi
Inti persoalannya adalah sebe- untuk mendemokratisasikan sistem
rapa jauh keleluasaan diberikan politik, sedangkan otonomi daerah
kepada daerah sehingga berfungsi merupakan bentuk pemerintahan
sebagai daerah otonom yang terkemas yang akan datang.
dalam kerangka demokrasi dan good d) Tidak ada pemerintah dari negara
governance untuk kesejahteraan ma- yang luas akan mampu secara
syarakat. efektif membuat public policies
disegala bidang ataupun mampu
II. PARADIGMA DESENTRALISASI melaksanakan public policies
DAN OTONOMI DAERAH secara efisien di seluruh wilayah
Sangat sulit untuk menentukan negara tersebut.
formula yang tepat dan seimbang e) Derajat otonomi daerah tidak
untuk menemukan titik temu antara tergantung pada bentuk negara

82 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


melainkan tergantung pada pola gevernment“ bahwa dalam otonomi
pemerintahan yang dianut negara daerah terdapat three sets of values,
tersebut. however, are generally perceived to
be essential to it: liberty, or
Faktor lain yang mempengaruhi
otonomy, democracy or partici-
derajat otonomi daerah adalah
pation and effeciency.
kecilnya pendapatan daerah, besarnya
Pertama, bahwa otonomi
bantuan pusat, kurang kuatnya pajak
sebagai nilai utama dari teori local
daerah, dan sistem pemungutan
self-government, dimaknai sebagai
pendapatan serta, luasnya lingkup
adanya kebebasan masyarakat untuk
pengawasan pusat. Jadi derajat
membatasi ikut campurnya peme-
otonomi daerah sangat tergantung
rintah untuk bertindak dalam
kepada kondisi geografis, sejarah,
pemecahan masalah bersama. Kedua,
kebudayaan, ekonomi dan sistem
partisipasi atau demokratis berarti
politik suatu negara.
bahwa untuk memperkuat demo-
Menurut Koswara 1 penekanan-
kratisasi dalam masyarakat diperlukan
nya harus mempertimbangkan "kri-
adanya partisipasi aktif masyarakat itu
teria kepentingan lokal" yang akan
sendiri, baik dijadikan sebagai tujuan
melahirkan corak pemerintahan
maupun sebagai alat. Efisiensi sebagai
yang desentralistik dan juga mem-
unsur ketiga otonomi daerah adalah
pertimbangkan "kriteria kepentingan
merupakan hasil dari terlaksananya
nasional" yang tetap menjamin
kedua unsur otonomi daerah di atas.
identitas dan keutuhan bangsa.
Sementara itu Wahab3, menya-
Perwujudan asas desentralisasi
takan sifat pemerintah adalah
dalam penyelenggaraan pemerin-
intervensionis dalam pelayanan publik
tahan merupakan penerapan konsep
dan Kingsley4 mensinyalir peran
areal division of power yang
besar pemerintah sering kaku,
membagi kekuasaan suatu negara
secara vertikal menjadi kekuasaan inefisien dan sering korup. Oleh sebab
itu otonomi daerah memberi kebe-
“pemerintahan pusat” dan “peme-
basan kepada rakyat untuk menggali
rintahan daerah”. Sedangkan oto-
sumberdaya, mempersiapkan atau
nomi daerah diistilahkan oleh
merencanakan program yang sesuai
Kjellberg2 sebagai “local self-
1 3
Koswara, E. 1999. Otonomi Daerah yang A. Wahab, Solichin. 1999. Reformasi Pela-
Berorientasi Kepada Kepentingan Rakyat. yanan Publik: Kajian dari Perspektif Teori
Makalah. UNIBRAW. Malang. Governance. PT Danar Wijaya, Brawijaya
University Press.
2 4
Kjellberg, Francesco. 1995. The Chaling Kingsley, G, Thomas. 1996. Perspective on
Values of Local Government" ANNALS, Devolution. Journal of the American
AAPSS, 540, July 1995. American Planning Association, Vol. 62 No. 4
Academy. p.40-50. Autumn.

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 83


dengan kebutuhan masyarakat dan ment menjadi self local governance
mampu mengelola usaha tanpa sebagaimana yang dinyatakan Stoker7
menunggu dari pemerintah. melalui teori governance, melainkan
Toune5 agak berbeda dari juga harus ditindaklanjuti dengan
Kjellberg. Ia menyatakan ada empat restrukrisasi pelaksanaan otonomi
hal dalam otonomi daerah yaitu daerah yang sarat dengan nilai-nilai
terbentuknya lembaga lokal yang kebebasan (liberty), partisipasi,
representatif; adanya sumber-sumber demokrasi, akuntabilitas dan efisiensi.
keuangan lokal yang memadai; dan Perubahan akibat reformasi
adanya tanggungjawab administratif dapat disimak dari pergeseran
pemerintah daerah dalam bidang sejumlah model dan paradigma
keamanan, kesejahteraan sosial dan Pemerintahan Daerah dari structural
pembangunan ekonomi; serta adanya efficiency model yang menekan
kebebasan untuk mengambil inisiatif efisiensi dan keseragaman pemerintah
yang berbeda dari lokalitas lain. Lebih lokal ditinggalkan dan dianut local
lanjut, Henry Toune dalam artikelnya democracy model yang menekankan
yang berjudul "Local Government and nilai demokrasi dan keberagaman
Democratic Political Development" dalam penyelenggaraan pemerintahan
menjelaskan bahwa otonomi politik lokal. Seiring dengan pergeseran
lokal yang partisipatoris dan lembaga- model tersebut terjadi pula pergeseran
lembaga yang representatif dan dari mengutamakan dekonsentrasi ke
bertanggung jawab kepada rakyat pengutamaan desentralisasi.
sangat menentukan hubungan antara Pengejawantahan desentrali-
pemerintahan lokal dan demokratisasi, sasi adalah otonomi daerah dan
dan satu prasyarat penting lainnya daerah otonom.baik dalam definisi
bagi otonomi daerah, yaitu personil daerah otonom mapun otonomi
yang berkualitas untuk mampu daerah mengandung elemen wewe-
melaksanakan fungsi-fungsi pemerin- nang mengatur dan “mengurus”
tahan lokal secara layak6. merupakan subsatnsi otonomi dae-
Dengan demikian otonomi rah. Aspek spasial dan masyarakat
daerah bukan hanya sekedar re- yang memiliki dan terliputi dalam
orientasi paradigma self local govern- otonomi daerah telah jelas sejak
pembentukan daerah otonom. Oleh
5
Toune, Henry, 1995. "Local Government
sebab itu tercakup dalam konsep
and Democratic Political Development" desentralisasi adalah penyerahan
dalam ANNALS, AAPSS, 540, July 1995. materi wewenang atau lazim
American Academy. p.11-23. disebut urusan pemerintah. Berarti
6
Tordoff, William. 1994. Decentralisation:
Comparative Experience in Commonwealth
7
Africa Journal of Modern African Studies. Dalam Kjellberg, Francesco. 1995; dan
Cambridge University Press.P. 555-580. Kingsley, G, Thomas. 1996. Op cit.

84 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


terjadi distribusi urusan pemerin- independent dan coordinat, yaitu
tahan yang secara implisit distribusi perubahan dari dianutnya integrated
wewenang antara Pemerintah dan prefectoral system yang utuh ke
daerah otonom. integrated prefectoral system yang
Krisis multidimensi yang parsial pada tataran provinsi. Dalam
berkepanjangan sekalipun menimbul- pemerintahan kepada daerah otonom,
kan keterpurukkan bagi bangsa dan yang pada mulanya dianut ultra-vires
rakyat Indonesia, namun membawa doctrine dengan merinci daerah
hikmah positif dengan timbulnya ide otonom menjadi general competence
dan pemikiran dasar yang menumbuh- atau open end arrangement yang
kan reformasi total di dalam segala merinci kompetensi Pemerintah dan
aspek kehidupan bernegara dan Provinsi.dalam keuangan daerah
berbangsa. Fokus utama reformasi otonom terjadi pergeseran dari
total adalah untuk terciptanya masya- specific grant ke block grant.
rakat madani (civil society) dalam Di samping pemberian kewe-
kehidupan berpemerintahan, bernegara nangan otonomi daerah yang
dan bermasyarakat yang memiliki diberikan kepada Kabupaten dan Kota
nilai-nilai Good Governance yang melalui asas desentralisasi tidak
memunculkan nilai-nilai demokrasi hanya sebatas pelaksanaan desentrali-
dan sikap keterbukaan, kejujuran sasi birokrasi pemerintahan daerah
(honesty), keadilan yang berorientasi saja, melainkan secara operasional
kepada rakyat, serta bertanggung harus menyentuh pelaksanaan
jawab (akuntabel) kepada rayat. desentralisasi kepada masyarakat
Perubahan yang dikehendaki yang dimplementasikan melalui peran
oleh UU No. 22/1999 dan UU No. masyarakat dan pemberdayaan
25/1999 yang digantikan dengan UU masyarakat. Peran serta masyarakat
No. 34/2004 dan UU No. 35/2004 dalam proses pemerintahan tidak
tergolong perubahan yang radikal hanya ikut serta dalam proses
(radical change) atau drastis (drastic perencanaan, pengambilan keputusan
change) dan bukan perubahan yang dan pelaksanaan, melainkan juga
gradual (gradual change). Oleh karena harus ikut sebagai pemegang saham
itu konflik, krisis, dan goncangan yang (share holders).
menyertai reformasi tersebut lebih Terjadinya perubahan para-
besar dari pada serangkaian reformasi digma dalam sistem Pemerintahan
yang pernah terjadi. Daerah berdasarkan UU No. 34/2004
Hubungan antara Daerah yang dipengaruhi oleh tuntutan
Tingkat II dengan Daerah Tingkat I masyarakat dan nuansa globalissi
yang semula dependent dan subor- mendorong terjadinya pergeseran nilai
dinat kini hubungan antara Kabupaten/ dalam organisasi Pemerintahan Dae-
kota dengan Provinsi menjadi rah. Oleh sebab itu Pemerintahan

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 85


Daerah masa depan antara lain ditentukan oleh kesanggupan daerah
bercirikan : untuk menciptakan kondisi-kondisi
1. Pemerintahan Daerah yang ber- yang kondusif: 1) kondisi politik dan
corak wirausaha (entrepreneurial administrasi; 2) kondisi keorga-
government). Suatu pemerintahan nisasian; 3) kondisi sumber-sumber
yang memanfaatkan ketiga kompo- yang cukup; 4) kondisi perilaku
nen sumber daya yaitu pemerin- 1. Kondisi Politik dan administrasi;
tahan, swasta dan lembaga swadaya yang menguntungkan antara lain :
masyarakat.
2. Pemerintahan Daerah yang memi- a. Kesepakatan dan dukungan
liki akuntabilitas publik (public politik yang kuat dari pejabat-
accountability) dan masyarakat pejabat pusat/daerah untuk men-
sebagai pemilik pemerintahan transfer wewenang.
(people own government) yaitu b. Kesediaan pemimpin politik dan
kewajiban pemerintahan untuk pemerintahan untuk memberi-
menjawab/ menerangkan kinerja/ kan peluang partisipasi dalam
tindakan aparatur/organisasi peme- perencanaan bagi organisasi-
rintahan kepada masyarakat yang organisasi yang berada di luar
berhak meminta jawaban/kete- kontrol pemerintah.
rangan. c. Dukungan dan kesepakatan ter-
3. Pemerintahan Daerah yang ber- hadap desentralisasi dari
cirikan good goververnment dan birokrat yang memiliki wewe-
good governance. Hal ini mengan- nang komando dan kesedian
dung makna bahwa pengelolaan pejabat pemerintah untuk men-
kekuasaan harus didasarkan kepada transfer fungsi-fungsi yang
aturan-aturan hukum yang berlaku, semula mereka laksanakan
pengambilan kebijaksanaan secara kepada satuan-satuan admi-
transparan serta pertanggungja- nistrasi lokal.
waban kepada masyarakat. d. Kemampuan teknis dan
4. Pemerintahan Daerah yang trans- administratif badan-badan pe-
paransi. Transparansi artinya bukan merintah pusat untuk men-
berarti ketelanjangan, tetapi keter- dukung para pelasaksana pada
bukaan dalam arti yang sebenarnya tingkat level terendah dalam
yaitu memberikan kesempatan perancanaan sampai pada pelak-
kepada masyarakat untuk menge- sanaan fungsi-fungsi otonomi.
tahui berbagai aktifitas pemerin- e. Adanya saluran-saluran politik
tahan daerah yang berkaitan dengan yang efektif bagi penduduk
kehidupan masyarakat. daerah pedesaan yang mem-
perkokoh otonomi daerah.
Kemampuan Daerah untuk
melaksanakan otonomi daerah sangat

86 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


2. Faktor-faktor Organisasi c. Sistem pemukiman yang cukup
terartikulasi dan terpadu guna
a. Tersedianya fungsi-fungsi pe-
meningkatkan interaksi ekono-
rencana yang tepat di berbagai
mi, sosial politik dan admi-
tingkatan pemerintahan dan
nistrasi antara pemukiman di
tersedianya potensi sumber-
pedesan dan kota.
sumber kemampuan pelaksana-
an dari masing-masing ting- 4. Kondisi-kondisi perilaku
katan pemerintahan. a. Adanya perubahan perilaku dan
b. Adanya peraturan perundang- sikap dari pejabat-pejabat peme-
undangan, regulasi dan petunjuk rintahan pada semua tingkat
otonomi yang jelas dan tegas pemerintahan.
guna menjalankan kerangka b. Menciptakan suatu tingkat
hubungan timbal balik antara kepercayaan dan penghormatan
tingkat-tingkat pemerintahan. tertentu di antara warga
c. Prosedur dan perencanaan diru- masyarakat dan pejabat-pejabat
muskan dengan jelas dan tidak pemerintahan.
rumit guna membangkitkan c. Mempertahankan adanya pe-
partisipasi tokoh-tokoh masyara-
mimpin-pemimpin yang kuat
kat dan warga masya-rakat. dalam lingkungan pemerintahan
d. Tersedianya hubungan komuni- dan masyarakat.
kasi yang timbal balik antara
satuan-satuan administrasi pe- III. DEMOKRASI DAN GOOD
merintahan lokal. GOVERNANCE
e. Tersediannya lembaga-lembaga
penunjang yang mampu mem- Perubahan besar-besaran akibat pro-
berikan dukungan pada Peme- ses globalisasi dan interna-sionalisasi
rintahan Daerah. sangat drastis terutama di bidang
pemerintah, yang sebenarnya telah
3. Kondisi sumber Daya dimulai pertengahan dasa warsa 70-an
a. Adanya penyerahan wewenang yang disebut dengan “krisis kemam-
yang cukup kepada satuan- puan memerintah” (governability
satuan administrasi atau peme- crisis). Dalam pemahaman teori
rintahan di daerah guna mening- governance, yaitu teori yang mencoba
katkan/ memperoleh sumber- menjelaskan secara makro proses
sumber keuangan. perubahan dalam kepemerintahan.
b. Tersedianya prasana fisik dan Krisis kemampuan memerintah
hubungan transportasi serta disebabkan kuatnya hegomoni negara
komunikasi antara satuan-satuan yang ditandai oleh dominannya
administrasi di daerah. pengaruh negara atas segala aspek
kehidupan masyarakat. Akar per-

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 87


soalannya menurut teori governance yang sedang mengalami perubahan9.
terletak pada model pemerintahan Menghadapi stuasi yang demikian
yang berciri struktur yang vertikal, sangat diperlukan keputusan politik
birokrasi yang kental dengan watak dari pihak pemerintah mereformasi
yang intervensionis. kebijakan pemerintah untuk men-
Perkembangan paradigm sift cermati dan membenahi mekanisme
dari government ke governance dapat pengaturan kelembagaan yang ada,
dilihat dari kecenderungan globalisasi yang harus menjangkau perubahan
yang paralel dengan perkembangan yang mendasar dalam rutinitas kerja
masyarakat ke arah suatu masyarakat administrasi, budaya birokrasi guna
madani/ masyarakat warga, sistem memungkinkan dikembangkannya ke-
politik yang lebih demokratis, meng- pemimpinan yang berwatak kewira-
hargai hak asasi manusia (HAM) dan usahaan pada birokrasi publik.
rule of law, dari ekonomi perencanaan Dengan arti kata bahwa pilihan kita
sentral ke arah ekonomi pasar global. dalam penyelenggaraan pemerintahan
Dalam Good Governance yang tidak lagi pemerintah yang: ’banyak
berperan tidak lagi pemerintah, tetapi memerintah” atau pemerintah yang
juga warga, masyarakat dan terutama “sedikit memerintah” atau sekedar
sektor swasta8. Jadi ada pengelolaan “pemerintahan yang baik”, sebagai-
pemerintah, pengelolaan swasta, mana yang dikemukakan oleh Osborn
bahkan oleh organisasi masyarakat dan Gaebler10 dalam Reinventing
(LSM). Pemerintahan lebih berperan government: (1) sebagai pengarah
facilitating dan enabling. Sektor bukan sebagai pelaksana; (2)
swasta menciptakan pekerjaan, kelom- memberdayakan masyarakat ketim-
pok masyarakat berpartisipasi dalam bang hanya melayani; (3) memberi-
dalam aktiviats sosial, ekonomi dan kan semangat kompetitif bukan hanya
politik dengan menjaga rules of the monopoli pelayanan; (4) bebas
games dan rules of the ethics, berkreasi untuk mewujudkan misi
hubungan berdasarkan partnership bukan dipasung dengan segala aturan;
(kemitraan). Pada pokoknya ada (5) berorientasi hasil bukan hanya
sharing, interaksi dalam proses yang terfokus pada masukan; (6) memen-
transparan agar hasilnya accountable. tingkan terpenuhinya kepuasan ma-
Model pemerintahan tradisional
seperti itu tidak mampu meng- 9
Kazancigil dalam A. Wahab, Solichin. 1999.
adaptasikan diri dengan lingkungan Op cit.
10
yang ekonomi, sosial dan kultural Osborne, David dan Ted Gaebler.1998.
Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing
Government): Mentransformasikan
8
Tjokroamidjojo. 2001. Good Governance Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor
Paradigma Manajemen Pembangunan. Publik. Terjemahan PT. Pustaka Binaman
Jakarta Pressindo. Jakarta.

88 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


syarakat dari pada kepuasan sendiri; Penyelenggaraan pemerintahan
(7) menghasilkan ketimbang membe- daerah sesuai dengan UU No.
lanjakan; (8) mencegah timbulnya 34/2004 adalah menganut model
masalah ketimbang meredam masalah; demokrasi yaitu menuntut partisipasi
(9) model kerja partispatif dan kerja dan kemandirian masyarakat daerah
sama; (10) berorientasi kepada pasar dalam menyelenggaraan pemerin-
bukan kepada organisasi. tahan daerah yang berhak mengatur
Dengan mencermati isu-isu urusan pemerintahan yang bersifat
sentral tersebut, maka kata kuncinya lokalitas menurut prakarsa sendiri
adalah kemampuan pemerintah untuk berdasarkan aspirasi masyarakat.
mengatur penyediaan pelayanan Tuntutan pemenuhan kebutuhan
publik yang responsif, kompetitif dan masyarakat tentang penyelenggaraan
berkualitas kepada rakyat. Partisipasi pemerintahan daerah yang bersih,
sebagian besar rakyat merupakan berwibawa dan bebas dari KKN
legitimasi, kredibilitas dan sekaligus malah dicemari oleh perilaku yang
kapasitas politik pemerintah. Public tercela (kasus DPRD Riau, Sumbar,
bureaucracy /public governance juga Jawa Barat, Surabaya), yang meng-
harus berubah dari sikap bureaucratic akibatkan bertambah rumitnya perso-
menjadi lebih enterpreneural, ini yang alan untuk mewujudkan pemerintahan
disebut governance11. daerah yangefektif dan efisien.
Beragamnya institusi pemerin- Beberapa penyebab yang dapat
tah serta kekuatan masyarakat madani diidenfikasi sehubungan persoalan
(civil society) yang berpartisipasi tersebut adalah:
dalam prose pembuatan kebijakan, 1. pengaruh sistem sistem pemerin-
maka hasil akhir (outcome) yang tahan daerah model efisien
memuaskan tidak akan tercapai bila struktural sebelumnya menyebab-
hanya diadalkan dari sektor kan tingginya ketergantungan
pemerintah saja. Oleh sebab itu terhadap pusat, kemandirian daerah
kbjakan publik dari sudut teori dalam penyelenggaran pemerin-
governance adalah produk sinergi tahan dan pengelolaan keuangan
interaksional dari beragam aktor dan masih rendah.
intitusi. Pemerintah tidak lagi diyakini 2. kualitas sumberdaya manusia
sebagai satu-satunya institusi/aktor (SDM) di lingkungan pemerin-
yang mampu secara efisien, ekonomis, tahan daerah sekalipun telah ada
dan adil menyediakan berbagai peningkatan kualitas melalui
kebutuhan masyarakat12 (Rhoders program pendidikan dan pelatihan
dalam Wahab, 1999) masih belum berdampak signi-
fikan.
11
Tjokroamidjojo. 2001. Op cit.
12
Rhoders dalam A. Wahab, Solichin. 1999. Op
cit.

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 89


3. masih rendahnya kemampuan merupakan salah satu alternatif
dalam menyelenggarakan pemerin- untuk meningkatkan kinerja peme-
tahan secara efektif efisien dan rintahan daerah agar lebih efektif
ekonomis serta rendahnya pemi- dan efisien. Oleh sebab itu organi-
likian responsibilitas, responsivitas sasi publik perlu memangkas
dan representativitas dalam peme- berbagai institusi yang tidak
nuhan tuntutan kebutuhan masya- efisien, mulai dari tingkat pusat
rakat. sampai pada tingkat daerah.
4. belum adanya kontrol dan meka- Sektor privat memiliki peluang
nisme secara melembaga dari yang besar dalam memberikan jasa
masyarakat sehingga memung- pelayanan publik. Oleh karena itu
kinkan terjadinya penyimpangan menurut Savas14, terdapat beberapa
dan inefisiensi dalam penyeleng- alasan penting pemerintahan daerah
garaan pemerintahan. melakukan privatisasi yaitu mengarah
kepada efektifitas pelayanan publik;
Berdasarkan kondisi yang
mengurangi ketergantungan kepada
demikian pemerintahan daerah perlu
pemerintah; mengurangi beban peme-
menyelenggarakan pemerintahan tidak
rintahan atau pemerintah hanya
saja berdasarkan prinsip birokrasi
menyediakan pelayanan yang tidak
effective, efficient, dan economics,
dilakukan swasta; pengeluaran peme-
(three E’s) tetapi juga berdasarkan
rintah untuk kepentingan ekonomis
pada prinsip ideologi demokrasi yang
dapat diarahkan pada berperannya
memiliki responsiveness, responsibili-
perusahaan privat dan masyarakat
ty, dan representativeness (three R’s)
diberi kebebasan untuk menentukan
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan
kebutuhan termasuk penyederhanaan
masyarakat13.
struktur birokrasi.
Seperti telah dikemukakan
Pelaksanaan pemerintahan yang
terdahulu ada tiga domain dalam
good governance yaitu sektor pub- berasaskan desentralisasi dapat di-
lakukan secara efisiensi terhadap
lik, sektor swasta/privat dan organi-
aparatur pemerintahan dengan me-
sasi masyarakat justru itu untuk
ningkatkan profesionalisme dan
meningkatkan kinerja pemerintahan
menyerahkan sebagian tugas peme-
daerah perlu menerapkan prinsip-
rintah kepada sektor swasta melalui
prinsip three E’s dan three R’s
hubungan berbagai kontrak (part-
tersebut dalam bentuk privatisasi
nership) dan privatisasi. Di lain
untuk mengurangi beban pemerin-
tulisannya Savas menyatakan bahwa
tah. Dengan kata lain privatisasi

13 14
Hughes, Owen E. 1994. Pablic Management Savas. 2000. Pravatization and Public
and Administration, an Introduction. St. Private Partnerships. Chatham House
Martin’s Press. Publishers. New York

90 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


strategi pelaksanaan privatisasi adalah UU No. 32/2004) dengan cara mende-
untuk memperoleh better government, sentralisasikan kewenangan pengam-
less government, more business dan bilan keputusan, baik yuridis maupun
better society : politis. Pada pemerintahan daerah
perlu disosialisasikan orientasi peme-
1. mendorong pasar dan swasta
rintahan daerah yang berpusat pada
untuk menyediakan barang dan
rakyat (citizen centered local). Pada
jasa yang sebelumnya disediakan
aspek perilaku (behavioural) perlu
oleh pemerintah
ditanamkan semangat kewirausahaan
2. pengalihan kerja kepada swasta
dan sikap inofatif pada diri admi-
secara bertahap melalui kontrak
nistrator publik mulai pada
kerja
manajemen puncak (Bupati/Wali-
3. bila memungkinkan melakukan
kota).
pemungutan kepada pemakai
Secara politis otonomi daerah
barang dan jasa
yang lebih luas sebagaimana janji UU
4. mendorong iklim kompetitif
No. 34/2004 mengandung makna
dengan menghindari monopoli.
memobilisasi peran pemerintahan
Dengan dimensi-dimensi terse- daerah (mobilizing of local govern-
but pemerintahan daerah menghadapi ment) dalam menggunakan segala
banyak kendala diantaranya keter- sumber aktual maupun potensial,
batasan sumberdaya potensial, minim- mekanisme dan instrumen. Namun hal
nya kemampuan ABPD bahkan ini tergantung pada komitmen elit
adanya kendala moralitas aparatur daerah (eksekutif dan legeslatif) dan
sehingga makin jauh dari prinsip eksponen-eksponen masyarakat dae-
efektifitas dan efisiensi. Daerah- rah itu sendiri. Pada tataran
daerah pada umumnya memiliki pemerintahan pusat, peme-rintah
sumber pendapat yang terbatas, perlu mengformat ulang misi dan visi
pemerintah pusatpun cenderung tidak institusi-institusi publiknya15. Oleh
memberi kebebasan untuk menggali sebab itu pemerintahan daerah dilihat
sumber pendapatan secara bebas, dari perspektif governance perlu
sehingga sistem grant (bantuan) sulit mempub-likasikan rencana kerja dan
diterapkan. Di sisi lain pemerintahan laporan tentang kinerja instansi serta
daerah juga terkendala dengan hak membangun sistem one stop service
monopolitik pemerintahan pusat, guna penyederhanaan administrasi
seperti penyediaan kebutuhan publik perizinan16. Di balik itu semua yang
untuk jenis pelayanan bahan bakar tak kalah pentingnya adalah mem-
minyak, listrik, air minum dan lain- bangun hubungan politik yang
lain pelayanan. transformatif antara publik daerah
Memperhatikan kondisi yang
demikian, maka diperlukan mengede- 15
A. Wahab, Solichin. 1999. Op cit.
pankan otonomi daerah (berdasarkan 16
Kingsley, G, Thomas. 1996. Op cit.

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 91


dengan politisi daerah yang Arah otonomi daerah yang
menduduki DPRD yang didukung oleh tertuang dalam kedua UU Peme-
civic infrastructure17. Justru itu politisi rintahan Daerah tersebut dapat
daerah harus tetap sensitif dan dipandang cukup sehat. Oleh karena
responsif pada tuntutan publik daerah, itu, perlu dilakukan prinsip efisiensi
sembari memberdayakan publik dae- dan efektivitas dalam penyeleng-
rah dalam proses perumusan kebijakan garaan Pemerintahan Daerah serta
baik sebagai pengguna pelayanan melaksanakan prinsip governance un-
mapun sebagai warga negara yang tuk dapat mewujudkan pemerintahan
aktif, sehingga tumbuhnya kekuatan- daerah yang demokratik, transparan,
kekuatan di luar birokrasi. berkeadilan dan berkelanjutan. Di
samping itu pemerintah perlu meng-
III. PENUTUP hilangkan praktek-praktek birokrasi
Kebijakan otonomi menurut UU No. yang negatif, seperti halnya struktur
34/2004 dan UU No. 35/2004 birokrasi hierarkhikal dengan biaya
merupakan strategi baru dalam operasional yang lebih mahal (high
memasuki era reformasi. dan dalam cost economy) dibanding keuntungan
menghadapi tantangan era globalisasi yang diperoleh..
karena memuat prinsip-prinsip demo- Pemerintahan yang desentralis-
kratisasi peran serta rakyat, pember- tis membuka wadah demokrasi bagi
dayaan masyarakat, dan pemerataan masyarakat untuk berperan serta
keadilan. Namun dalam pelaksanaan- dalam menentukan nasib sendiri
nya kebijakan otonomi ini penuh melalui pemerintahan daerah yang
dengan tantangan, karena di satu pihak akuntabel, terpercaya, jujur dan
memiliki otonomi, tetapi di lain pihak terbuka serta dapat memberdayakan
memiliki kendala keterbatasan. masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat madani.

17
Frederickson, H. George. 1994. Administrasi
Negara Baru. L3ES. Jakarta

92 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


DAFTAR KEPUSTAKAAN

A. Wahab, Solichin. 1999. Reformasi Pelayanan Publik: Kajian dari Perspektif Teori
Governance. PT Danar Wijaya, Brawijaya University Press.
Frederickson, H. George. 1994. Administrasi Negara Baru. L3ES. Jakarta
Hughes, Owen E. 1994. Pablic Management and Administration, an Introduction.
St. Martin’s Press.
Koswara, E. 1999. Otonomi Daerah yang Berorientasi Kepada Kepentingan
Rakyat. Makalah. UNIBRAW. Malang.
Kjellberg, Francesco. 1995. The Chaling Values of Local Government" ANNALS,
AAPSS, 540, July 1995. American Academy. p.40-50.
Kingsley, G, Thomas. 1996. Perspective on Devolution. Journal of the American
Planning Association, Vol. 62 No. 4 Autumn.
Osborne, David dan Ted Gaebler.1998. Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing
Government): Mentransformasikan Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor
Publik. Terjemahan PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
_____.1987. Privatization, The Key to Better Governmen. New Jersey. Chatham
House Publishers Inc
Savas. 2000. Pravatization and Public Private Partnerships. Chatham House
Publishers. New York
Toune, Henry, 1995. "Local Government and Democratic Political Development"
dalam ANNALS, AAPSS, 540, July 1995. American Academy. p.11-23.
Tordoff, William. 1994. Decentralisation: Comparative Experience in
Commonwealth Africa Journal of Modern African Studies. Cambridge
University Press.P. 555-580.
Tjokroamidjojo. 2001. Good Governance Paradigma Manajemen Pembangunan.
Jakarta

Desentralisasi dalam Kerangka Demokratisasi … 81

Anda mungkin juga menyukai