Anda di halaman 1dari 5

LANGUAGE OF POSTMODERN ARCHITECTURE

Febri Nurhidayat
1806192032

Arsitektur Postmodern adalah sebuah gerakan yang muncul sebagai respons dari
arsitektur modern yang dianggap kurang memiliki variasi dan terkesan formal seperti yang
dicerminkan dari international style yang diusung oleh Le Corbusier dan Mies van der Rohe
Kali ini saya akan membahas cara penyampaian yang terlihat pada gaya arsitektur postmodern
yang bertolak belakang dengan arsitektur modern dengan merujuk kepada pernyataan Robert
Venturi dan Las Vegas sebagai peletakan dan penggunaan ornamen memicu penulis-penulis
dalam buku “Learning from Las Vegas” menjurus ke pihak kontra dan menunjukkan
ketidaksukaan mereka pada hal ini.

Para Postmodernist merasa bahwa adanya kekurangan yang dimiliki oleh arsitektur modern baik
sebagai ideologi maupun sebagai bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu, dan
dianggap bahwa international style sudah hampir terlalu banyak digunakan dan monoton
penerapan gaya ini dalam skala besar tidak sepenuhnya meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut saya, alasan lain gaya ini mengalami kemunduran juga disebabkan keadaan pada masa
itu yang tidak memerlukan International Style lagi.

Salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnya International Style adalah hancurnya
gedung-gedung hunian akibat perang dunia sehingga dibutuhkannya hunian-hunian baru yang
dapat diproduksi secara cepat dan murah. Bangunan yang dibuat dengan International Style
menggunakan material yang terjangkau dan form nya yang sangat didasari fungsi sehingga
aspek-aspek yang tidak fungsional dan menghabiskan uang seperti ornamen hilang.

Gambar 1
Tampak Villa Savoye karya Le Corbusier
Dapat dilihat dari fasad Villa Savoye yang memiliki bentuk yang tidak menggunakan ornamen
sehingga dapat mengedepankan aspek fungsional.

Pada Complexity and Contradiction (1966), Robert Venturi mengatakan:


“Orthodox modern architects have tended to recognize complexity insufficiently or inconsistently.
In their attempt to break with tradition and start all over again, they idealized the primitive and the
elementary at the expense of the diverse and the sophisticated.”

Pernyataan ini memberikan argumen terhadap arsitek modern mengenai hasil dari bangunan
mereka yang cenderung memilih untuk menyelesaikan beberapa masalah daripada
menyelesaikan semua masalah yang ada. Seiring bertambahnya zaman, masalah menjadi kian
beragam dan lebih kompleks. Bisa dibandingkan pada zaman purba dimana masalah terbesar
berupa makanan, keamanan, dan berlindung dari cuaca, pada zaman sekarang banyak lagi
masalah yang muncul seperti kepadatan penduduk, perubahan iklim, dan lain-lain. Dalam
arsitektur, Venturi mengatakan bahwa penyederhanaan yang dipaksakan akan menghasilkan
penyederhanaan yang berlebihan, sehingga muncul pernyataannya yang menentang Mies van
Der Rohe, yaitu “Less is a bore”.

Berdasarkan dari yang saya pelajari, masalah dari desain tidak akan selesai. Setelah
menyelesaikan satu masalah, akan ada masalah lain yang muncul, dan begitu seterusnya.
Sehingga, menurut saya membuat desain arsitektur yang dapat menyelesaikan semua masalah
sesungguhnya sangat sulit, sehingga akan lebih baik untuk memilah masalah yang dapat
dipecahkan dalam membuat bangunan arsitektur. Namun bukan menjadi alasan untuk
meniadakan kompleksitas yang sebenarnya ada. Pada dasarnya hunian dibangun untuk manusia.
Manusia sendiri merupakan suatu makhluk yang sangat kompleks, tiap hunian akan bersifat
khusus untuk tiap manusia. Kompleksitas manusia berupa budaya, sifat, sejarahnya, dan aspek-
aspek lainnya harus menjadi perhatian arsitek. Saya beranggapan bahwa kompleksitas inilah
yang memunculkan corak dari bangunan sehingga suatu bangunan tidak akan bersifat monoton
dan membosankan seperti yang diutarakan Venturi.

Kompleksitas dalam membentuk bangunan dapat dilihat dari karya Venturi yaitu Vanna Venturi
House yang walaupun memiliki fasad dan bentuk yang sederhana, tetapi kompleksitasnya dapat
dilihat dari proses pembentukan dan design dan juga tampak dari sisi lainnya yang berbeda-beda
tanpa ada sisi yang sama

Gambar 2.1
Tampak Depan Vanna Venturi House
Gambar 2.2 Gambar 2.3
Tampak Selatan Vanna Venturi House Tampak Tenggara Vanna Venturi House

Jika dibandingkan dengan arsitektur modern yang memiliki fasad-fasad atau tampak yang tidak
berbeda jauh seperti pada Gambar 3, Kompleksitas dari arsitektur postmodern sangat mudah
untuk terlihat dan dirasakan

Gambar 3.1 Gambar 3.2


Tampak Depan Farnsworth House Tampak Belakang Farnsworth House

Pada buku Learning From Las Vegas, Venturi menjadikan Las Vegas sebagai contoh arsitektur
gaya post-modern. Postmodern mengembangkan kota yang dikembangkan bentuknya (morfologi)
secara kontekstual yang bahasa yang digunakan untuk penyampaian yang lebih kaya dari
arsitektur modern
Bangunan yang ada di Las Vegas lebih ‘ceria’ dan tidak monoton. Berbeda dari bangunan era
modern, bangunan Las Vegas menggunakan simbolisme untuk mengkomunikasikan fungsi dari
bangunan mereka. Dalam buku ini, Venturi mengkategorikan bangunan menjadi dua jenis, yaitu
bebek dan gudang dekoratif.

Gedung bebek yaitu gedung yang dari penampilannya saja


sudah jelas gunanya untuk apa, dan gudang dekoratif yang
mempergunakan simbol-simbol untuk menunjukkan
kegunannya.

Bangunan di Las Vegas terdiri dari dua jenis tersebut, dan


Menurut saya, Las Vegas merepresentasikan kompleksitas
manusia yang tidak bisa dengan mudahnya
disederhanakan seperti yang dilakukan pada bangunan-
bangunan era modern.

Gambar 4
Perbandingan antara dua jenis
penyampaian arsitektural dengan
simbol

Jika bangunan di Las Vegas berupa bangunan-bangunan sederhana tanpa ornamen dan
simbolismenya, orang-orang berpotensi akan bingung dan tidak tergugah untuk beraktivitas di
kota ini. Menurut saya, warna-warna dan bentuk-bentuk yang beragam akan menstimulasi
manusia sehingga manusia akan kian penasaran untuk menelusuri dan menjelajah, berbeda
dengan warna-warna monokrom dan bentuk sederhana yang sudah terlalu sederhana untuk
dijelajah lebih lanjut. Karena itulah dapat dikatakan bahwa bahasa penyampaian dan simbol yang
digunakan dalam arsitektur postmodern lebih kaya daripada yang digunakan di arsitektur modern.

Persoalan simbolisasi dan komunikasi arsitektur juga dibahas oleh Charles Jencks dalam
bukunya yaitu “Language of Postmodern Architecture” melakukan pendekatan persoalan
arsitektur dengan cara berbeda, satu cara meneropong seluruh persoalan arsitektur secara
filosofis.

Jencks melihat arsitektur lebih dari sekadar cara mendesain dan merancang sebuah bangunan.
Jencks juga melihat arsitektur sebagai sebuah teks yang menyampaikan sesuatu dan yang harus
ditafsirkan. Arsitektur juga sebuah tanda (sign) yang memiliki penanda dan petanda, serta
signifikasinya. Bangunan, ruang, permukaan adalah penanda sedangkan ide atau gagasannya
adalah petanda. Kedua aspek ini kemudian membentuk signifikansi arsitektural. Jencks juga
melihat arsitektur dalam kerangka indeks, ikon, dan simbol yang terlihat pada kata yang
digunakan dalam dekorasi arsitektur untuk mengkomunikasikan sesuatu

Dari bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa arsitektur postmodern memiliki bahasa
penyampaian dalam bentuk arsitektur yang lebih beragam sebagai bentuk dari respons terhadap
arsitektur modern yang tidak memiliki kompleksitas, sementara postmodernism menunjukkan
kompleksitas yang ditunjukan dari ornamen-ornamen yang dihasilkan dari kompleksitas manusia
yang menunjukan corak dan keceriaan pada manusia karena era ini adalah era setelah era
kebangkitan dari perang sehingga arsitektur tidak terbatas pada material dan lainnya dan dapat
mengkomunikasikan dengan lebih bebas dan kaya.

Referensi

Venturi, R. (1966). Complexity and Contradiction in Architecture. New York, NY: The Museum
of Modern Art Papers on Architecture.

Venturi, Robert; Scott Brown, Denise; Izenour, Steven (1972). Learning from Las Vegas.
Cambridge MA: MIT Press.

International Style Architecture


https://www.britannica.com/art/International-Style-architecture
Diakses Pada 18 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai