Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain
agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas
manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya
satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka.
Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan
terungkap.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik
Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[2] Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia dari tahun
1945-1972.
b. Mahasiswa dapat mengetahui bukti-bukti yang

1
BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak dulu
sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan, tetapi pasti, berkembang dan tumbuh terus.
Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian pesatnya sehingga
bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya akan kosakata dan mantap
dalam struktur.
Pada 28 oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda. Naskah
Putusan Kongres Pemuda Indonesia Tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad
sebaagai berikut:
Pertama : kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,bangsa
Indonesia
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
 Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
satra.
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia.
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun pedagang
yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
 Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa
Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan
dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu
tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan dalam arti yang luas.

2
2.2 Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahas persatuan bangsa
indonesia. Bahasa indonesia di resmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor
Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagi bahasa kerja. Dari sudut pandang Linguistik, bahasa
indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah
bahasa Melayu-Riau dari abad ke-19.

Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagi bahasa kerja


di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Penamaan “Bahasa Indonesia” di awali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928, untuk menghindari kesan “Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap di
gunakan.

Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
di gunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, bahasa indonesia merupakan
bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun
penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Meskipun di pahami dan di tuturkan oleh lebih
dari 90% warga indonesia, bahasa indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya.
Sebagian besar warga indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di
indonesia sebagai bahasa Ibu. Penutur Bahasa indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-
hari (kolokial) atau mencampur adukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa Ibunya.

Meskipun demikian , bahasa indonesia di gunakan di gunakan sangat luas di perguruan-


perguruan. Di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum
publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa indonesia di gunakan oleh semua
warga indonesia. Bahasa Melayu dipakai dimana-mana diwilayah nusantara serta makin
berkembang dengan dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai
didaerah-daerah diwilayah nusantara dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh corak budaya daerah.
Bahasa Melayu menyerap kosa kata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa sanskerta,
bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa.

Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu diwilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya
rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komikasi rasa persaudaraan dan persatuan
bangsa Indonesia. Komunikasi antar perkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Untuk memperoleh bahasa
nasionalnya, Bangsa Indonesia harus berjuang dalam waktu yang cukup panjang dan penuh
dengan tantangan.

Perjuagan demikian harus dilakukan karena adanya kesadaran bahwa di samping fungsinya
sebagai alat komunikasi tunggal, bahasa nasional sebagai salah satu ciri cultural, yang ke dalam
menunjukkan sesatuan dan keluar menyatakan perbedaan dengan bangsa lain.

3
2.3 Tonggak Proklamasi 1945
Pengertian Tonggak Sejarah

Tonggak sejarah merupakan peristiwa yang bermakna bagi bergerak majunya


ummat manusia atau masyarakat atau suatu bangsa dalam perkembangan atau pembangunan
yang diupayakannya. Peristiwa yang justru menggambarkan kemunduran atau setback bukan
suatu milestone atau tonggak sejarah. Suatu peristiwa diakui sebagai tonggak sejarah apabila
peristiwa tersebut secara kosisten ta’at asas serta bermakna dalam mencapai tujuan yang hendak
diwujudkan oleh ummat manusia, masyarakat atau bangsa.

Tonggak sejarah adalah suatu peristiwa atau momentum penting yang memiliki
makna bagi perkembangan adab dan budaya ummat manusia atau suatu bangsa, karena peristiwa
tersebut mampu merobah pola pikir, pola sikap dan tindak manusia atau bangsa yang
bersangkutan menuju kemajuan ummat manusia atau bangsa. Salah satu contoh misalnya
penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1788 merupakan milestone peradaban ummat
manusia. Sejak sa’at itu terjadilah perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia.
Tenaga kerja yang semula dipercayakan pada kekuatan yang terdapat pada manuisia dan
binatang berubah menjadi kekuatan mesin yang berkembang sampai dewasa ini dengan sangat
pesat yang tidak terbayangkan oleh James Watt sendiri. Sebagai akibat pola pikir, pola sikap
manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Demikian pula penemuan chip dalam bidang
microelektronika membuat loncatan-loncatan besar dalam teknologi informasi dan komunikasi
yang merubah pola pikir, pola sikap dan peri laku manusia.

Marilah kita mencoba untuk menemukan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia, dalam
hal ini kami hanya membatasi pada periode abad yang terakhir.

Tonggak Sejarah Pertama

Tonggak sejarah pertama yang diangkat oleh bangsa Indonesia dalam rangka
mewujudkan suatu Negara-bangsa modern yang adil dan makmur adalah tahun 1908, tepatnya
tanggal 20 Mei 1908, yakni kelahiran suatu organisasi kemasyarakatan yang diberi nama Boedi
Oetomo. Tahun itu disebut oleh bangsa Indonesia sebagai tahun kebangkitan nasional
bangsa Indonesia. Berdirinya organisasi Boedi Oetomo mendorong atau memicu lahirnya
berbagai organisasi pemuda seperti Tri Koro Dharmo yang kemudian berkembang menjadi Jong
Java, yang diikuti oleh lahirnya organisasi pemuda-pemuda dari luar Jawa seperti Jong
Soematranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagainya. Organisasi-
organisasi pemuda tersebut tidak berorientasi politik praktis secara nyata, meskipun tujuannya
tiada lain adalah berdirinya suatu Negara Indonesia Merdeka. Di samping organisasi pemuda
yang besifat nasional, terdapat juga organisasi pemuda yang berorientasi keagamaan, yakni Jong
Islamieten Bondyang lebih berorientasi pada politik praktis. Organisasi-organisasi pemuda
tersebut yang pada tahun 1928 bersatu padu mendeklarasikan ”Sumpah Pemuda.”

Tonggak Sejarah Kedua

Tonggak sejarah kedua adalah Deklarasi Sumpah Pemuda yang berlangsung pada
Kongres Pemuda Indonesia ke II pada tanggal 28 Oktober 1928. Isi deklarasi tersebut adalah
pernyataan para pemuda: bertanah air yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia; menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sumpah pemuda ini
merupakan peristiwa yang sangat mendasar dan monumental bagi bedirinya negara-bangsa
Indonesia; merupakan peristiwa heroik yang dilancarkan oleh para pemuda yang memerlukan
keberanian dengan mengandung penuh resiko, karena pada waktu itu bangsa Indonesia masih
dijajah oleh Belanda.

4
Sumpah pemuda ini menjadi pendorong bagi para pemuda untuk berjuang lebih keras
lagi dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka. Berdirilah berbagai partai politik yang
berhaluan non kooperatif dengan pihak penjajah Belanda, sehingga banyak pemuda yang
ditangkap dan diasingkan ke berbagai tempat yang sangat terpencil agar tidak dapat
berhubungan dengan masyarakat pendukungnya. Namun semangat untuk merdeka tidak pupus,
tumbuh terus di hati para pemuda dengan keyakinan bahwa waktu untuk merdeka sudah di
ambang pintu.

Tonggak Sejarah Ketiga

Menurut hemat kami tonggak sejarah berikut bagi bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan adalah :”Pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945, di depan Sidang BPUPKI.”
Bung Karno pada waktu itu mengusulkan dasar negara bagi negara yang akan didirikan, yang
beliau sebut Pancasila. Dan setelah melalui perdebatan dan musyawarah yang cukup intens,
akhirnya dengan beberapa perubahan, rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara dan
dicantumkan dalam Pembukaan UUD, meski tidak dengan menyebut kata Pacasila. Bangsa
Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan telah mengalami beberapa kali perubaan
UUD, namun demikian rumusan Pancasila selalu terdapat dalam Pembukaan atau Mukaddimah
UUD yang bersangkutan.

Sementara itu pada masa pemerintahan Presden Sokarno dan pemerintahan Presiden
Soeharto diupayakan untuk mengimplementasikan Pancasila secara nyata dalam kehidupan
bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Pancasila disamping sebagai dasar negara, didudukkan
pula sebagai ideologi nasional dan pandangan hidup rakyat Indonesia. Dengan demikian
kedudukan Pancasila sangat sentral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
bagi bangsa Indonesia.

Tonggak Sejarah Keempat

Tonggak sejarah keempat adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal


17 Agustus 1945, suatu peristiwa yang maha penting bagi kehidupan suatu negara-bangsa. Sejak
sa’at itu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, suatu kemerdekaan yang dicapai
dengan perjuangan putra-putri bangsa, bukan suatu pemberian dari bangsa atau negara lain.
Bung Karno menyebutnya kemerdekaan ini sebagai jembatan emas, di seberang jembatan ini
bangsa Indonesia membangun bangsanya menjadi bangsa yang serba kecukupun, orang Inggris
menyebutnya sebagai afluent society. Ternyata proklamasi saja tidaklah cukup, karena berdirinya
suatu negara harus mendapat pengakuan dari dunia internasional.

Tonggak Sejarah Kelima

Proklamasi kemerdekaan Indonesia ini tidak dapat diterima oleh Belanda yang ingin
menguasai kembali negara jajahannya setelah usainya perang Asia Timur Raya. Dengan
mengerahkan kekuatan militernya pemerintah Belanda berusaha menguasai kembali wilayah
demi wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Yogyakarta, yang
menjadi pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia diserbu, Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta ditahan oleh Belanda. Tentara Nasional Indonesia menyisih ke luar kota
untuk menyusun kekuatan kembali dalam rangka merebut kembali wilayah yang dikuasai
Belanda.

Pada tanggal 1 Maret 1949 terjadilah Serangan Umum di kota Yogyakarta, yang
berdampak terbukanya mata dunia, bahwa Indonesia masih ada, dan memiliki tentara yang
terkoordinir, sehingga dapat menguasai kota Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa jam saja.
Peristiwa ini mendukung berlangsungnya diplomasi antara pemerintah Belanda dan wakil
pemerintah Indonesia untuk mengakui berdirinya Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 27
Desember 1949 berlangsung pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia dalam bentuk

5
Negara Indonesia Serikat. Obessi para pejuang untuk mendirikan negara kesatuan tidak kunjung
padam, ternyata Negara Indonesia Serikat tidak berumur lebih dari satu tahun. Pada tanggal 15
Agustus 1950 Presiden Soekarno membacakan Piagam terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Tonggak Sejarah Keenam

Meskipun sejak tanggal 15 Agustus 1950, telah terwujud Negara Kesatuan Republik
Indonsia, namun sistem pemerintahan yang diterapkan masih berpola pada sistem pemerintahan
parlementer. UUD yang berlaku adalah Undang-Undang Dasar Sementara yang lebih bersifat
liberalistis. Sebagai akibat tidak terjadinya kemantapan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan berdalih bahwa situasi penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan pada waktu itu
dinilai membahayakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dan Bangsa, serta merintangi
pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka Presiden
Republik Indonesia/ Panglima Tertingi Angkatan Perang menetapkan berlakunya kembali UUD
1945. Peristiwa tersebut yang biasa disebut sebagai :”Dekrit Kembali ke UUD 1945,” yang
berlangsung pada tanggal 5 Juli 1959. Sejak saat itu Negara Republik Indonesia menerapkan
UUD 1945, baik pemerintahan Presiden Soekarno, maupun Presiden Soeharto berusaha untuk
menerapkan UUD 1945 sesuai interpretasi masing-masing. Ada pihak-pihak yang menyatakan
terjadi penyimpangan dalam aktualisasi UUD 1945, namun realitas menunjukkan bahwa pada
masa Orde Lama maupun Orde Baru adaupaya untuk mengaktualisasikan UUD 1945 dalam
kenyataan.

Perlu dicatat bahwa pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun. Pada
tanggal 18 September 1948 Partai Komunis Indonesia/Front Demokrasi Rakyat merebut kota
Madiun, dan pada tanggal 19 September 1948 memproklamasikan negara ”Soviet Republik
Indonesia,” dengan Muso sebagai pemimpinnya. Peristiwa ini tidak dapat didudukkan sebagai
tonggak sejarah bangsa Indonesia, karena tidak memiliki pengaruh lebih jauh bagi
perkembangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Orang biasa mendudukkan sebagai
lembaran hitam sejarah bangsa Indonesia. Memang sangat mungkin bagi anggota Partai Komunis
Indonesia, yang telah dibubarkan pada tahun 1966, memandang peristiwa Madiun sebagai
tonggak sejarah perjuangan mereka.

2.4 Perkembangan Angkatan 1945-1972

Angkatan 45

Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu
lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.

Ciri-ciri Angkatan 45 adalah:


a) Terbuka
b) Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
c) Corak isi lebih realis, naturalis
d) Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
e) Penghematan kata dalam karya
f) Ekspresif
g) Sinisme dan sarkasme
h) Karangan prosa berkurang, puisi berkembang

6
Contoh sastra pada masa Angkatan 45:

a) Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)


b) Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
c) Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
d) Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
e) Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
f) Tandus (S. Rukiah)
g) Puntung Berasap (Usmar Ismail)
h) Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
i) Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
j) Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
k) Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945

Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu


Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Kerikil Tadjam, 1946)
Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Berkaitan Dengan Bahasa Indonesia.

 Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang


salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
 Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti
ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

7
 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia
untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai
bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
 Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan
Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
 Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan
Nusantara).

2.5 Penggunaan ejaan


Ejaan adalah aturan atau cara menulis kata-kata dengan menggunakan huruf menurut
disiplin ilmu bahasa. Ejaan ini diharapkan kepada para pemakai untuk memakai bahasa
Indonesia dengan benar sesuai dengan aturan. Yang pada akhirnya dapat terbentuk kalimat
serta kata yang mudah dan dapat untuk dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Sesuai dengan
apa yang telah terjadi mengenai penyempurnaan ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia terdiri
atas :

Ejaan van Ophuijsen

Ejaan van Ophuijsen adalah ejaan bahasa Melayu yang dengan huruf Latin. Charles Van
Ophuijsen dibantu Moehammad Taib Soetan Ibrahim serta Nawawi Soetan Ma’moer untuk
menyusun ejaan baru pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang dikenal ejaan van Ophuijsen
tersebut resmi diakui pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan van
Ophuijsen :

1) Memakai ï untuk pembeda huruf i yang dipakai untuk akhiran dan digunakan sebagai
pengganti huruf y.

2) Menggunakan huruf oe untuk pengganti u dalam kata-kata antara lain : boeang, soeka,
goeroe, boeloe, tidoer, dan lain sebagainya.

3) Menggunakan huruf j untuk pengganti huruf y dalam kata-kata antara lain: sajang, jang, dan
lain sebagainya.

4) Menggunakan diakritik seperti petik satu sebagai pengganti huruf k seperti : ma’moer, pa’,
dan lain sebagainya.

Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi ialah ejaan dari sejarah bahasa Indonesia yang berlaku pada tanggal 17 Maret
1947. Ejaan Soewandi menggantikan ejaan yang sebelumnya. Ejaan Soewandi berlaku hingga
tahun 1972, yang kemudian diganti dengan EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan oleh menteri
Mashuri Saleh pada masa itu. Pada tanggal 23 Mei 1972 menteri Mashuri mengesahkan
penggunaan EYD dan menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai seorang menteri, Mashuri

8
menandai dengan pergantian ejaan tersebut dengan mencopot nama jalan di depan kantor
departemennya, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap. Ciri-ciri ejaan Soewandi antara lain :

1) Huruf oe sudah tidak digunakan, digantikan dengan huruf u.

2) Penggunaan petik satu yang digunakan untuk bunyi sentak diganti dengan huruf k seperti :
tidak, sentak, dan lain sebagainya.

3) Dapat menggunakan angka 2 untuk kata yang diulang, contohnya : makan2, lain2, main2, dan
lain sebagainya.

4) Tidak ada perbedaan antara awalan menggunakan di- dengan kata depan di.

Ejaan Yang Disempurnakan

Ejaan Yang Disempurnakan merupakan ejaan dari sejarah bahasa Indonesia yang diberlakukan
pada tahun 1972. Ejaan Yang Disempurnakan menggantikan ejaan Soewandi. Tanggal 23 Mei
1972, sebuah pernyataan bersama yang telah sudah ditandatangani oleh Tun Hussien Onn
(Menteri Pelajaran Malaysia) serta Mashuri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia). Dengan adanya pernyataan bersama tersebut didalamnya mengandung persetujuan
untuk melakukan asas yang sebelumnya telah disepakati oleh ahli-ahli kedua negara mengenai
Ejaan Yang Disempurnakan dan Ejaan Baru. Tanggal 16 Agustus 1972, dengan berdasarkan
adanya Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, diberlakukan sistem ejaan Latin untuk bahasa
Melayu dan bahasa Indonesia. Ciri-ciri ejaan yang disempurnakan antara lain :

1) Menggunakan huruf c yang mengganti tj seperti : contoh, cacing, dan lain sebagainya.

2) Menggunakan huruf j untuk mengganti huruf Dj seperti: juta, jalan, jual, dan lain sebagainya.

3) Menggunakan kh untuk mengganti ch.

4) Perubahan dari awalnya penulisan nj menjadi ny.

5) Perubahan dari sj menjadi sy.

6) Perubahan dari huruf j menjadi y.

9
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/09/14/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/

http://sitiaminiharis31.blogspot.co.id/2016/01/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa.html
http://senseleaf.blogspot.co.id/2012/03/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa.html
http://elsmnru.blogspot.co.id/2013/06/peresmian-nama-bahasa-indonesia.html

10
11

Anda mungkin juga menyukai