Aplikasi Rapid Survey
Aplikasi Rapid Survey
Kegiatan survai seringkali memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang besar
maupun prosedur yang rumit apabila mencakup pada skala yang luas. Tentunya
tehnik survai tersebut menjadi kurang memadai apabila harus dilakukan, terutama
perlu dikembangkan adanya suatu bentuk metode survai yang sederhana, relatif
murah, cepat dan tepat sehingga informasi yang didapatkan adalah informasi
yang cukup akurat. Bagaimanapun informasi yang cepat tetapi didapatkan hanya
survai yang cepat dan murah untuk mengevaluasi program imunisasi. Tehnik
survai ini dikenal sebagai metode survai cepat (Rapid Survey Method) dan
ternyata ini juga dapat digunakan untuk evaluasi program kesehatan lain.
pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple
(population based information) pada skala tingkat kabupaten. Ciri khas dari
2. Pengambilan sampel secara cluster dua tahap, dimana untuk tiap kabupaten
6. Analisis data, penyajian data dan hasil survai disajikan dengan memakai tehnik
statistik yang sederhana dengan tetap memperhatikan kaidah statistik yang
berlaku
1. Menentukan masalah dan tujuan survai secara jelas dan ringkas. Tujuan survai
meskipun ringkas tetapi harus bisa dirinci dengan baik karena hal ini berkaitan
dengan variabel atau pertanyaan dalam kuesioner dan analisis data yang akan
dilakukan.
5. Analisis, interpretasi dan laporan. Data yang telah ada sebaiknya segera diolah
dan dianalisis yang dilakukan dengan cara sederhana. Cukup dengan Epi Info
dan Csurvey saja karena program ini dibuat secara sederhana. Tidak dianjurkan
untuk analisis yang rumit misalnya multivariate, karena hal ini akan mempersulit
analisis, waktu menjadi lama dan diperlukan program komputer yang canggih.
Maka laporan yang dibuat dari survai cepat ini cukup ditampilkan yang
penting-penting saja.
Pengertian populasi dan sampel pada survai cepat ini adalah sama dengan
survai atau penelitan pada umumnya. Perbedaan terpenting adalah pada saat
Unit sampling :Yaitu kumpulan elemen yang tidak overlapping dari populasi
Hasil yang didapat dari sampel survai memang tidak akan sama dengan hasil
dilakukan survai yang mengambil data dari seluruh populasi. Perbedaan nilai
sampel dengan nilai populasi disebut sebagai samplinq error. Kesalahan ini
selalu terjadi pada survai, namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara:
memilih sampel yang tidak bias dan sampel yang cukup besar. Sampel
yang memenuhi azas peluang (acak), memastikan bahwa semua orang yang ada
di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Agar
dapat memilih sampel yang memenuhi azas peluang maka dibutuhkan kerangka
sampel, yaitu daftar semua unit sampling (pada survai umumnya unit sampling
bisa perorangan, rumah tangga atau kepala keluarga). Pada survai cepat ini
data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk atau jumlah Kepala Keluarga (KK)
(bukan daftar nama penduduk atau KK) pada tiap desa atau kecamatan. Cara
sampel klaster 2 tahap. Pada tahap pertama dipilih sejumlah klaster, dan pada
Pada survai cepat ini, pada tahap pertama memilih klaster yang diambil
secara random sebagai sampel adalah 30 klaster, dan selanjutnya pada tahap
ke dua, masing-masing klaster diambil subyek survai bisa berupa perorangan atau
KK sebanyak 7 s.d 10 responden. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah
sampel sebanyak 30 x 7 s.d 10 responden, (30 klaster / desa. 7 s.d 10 orang tiap
klaster / desa) sudah mencukupi untuk estimasi proporsi kejadian berkisar 15% -
85%, sehingga total sampel yang terkumpul adalah 30 x 7 s.d 10 = 210 s.d 300.
Agar pemilihan sampel dapat secara adil, besar sampel pada tiap klaster
harus sebanding dengan besar relatif klaster tersebut, artinya tiap klaster / desa
yang terpilih jumlah subyek juga berbeda. Hal ini tidak praktis dan perlu modifikasi
agar tiap klaster jumlah subyek yang terpilih bisa sama. Caranya pemilihan klaster
pada tahap pertama menggunakan cara probabilitas proporsional dengan besar
jumlah penduduk lebih besar maka kemungkinan untuk menjadi klaster yang
terjadi juga lebih banyak, misalnya desa dengan penduduk kecil kemungkinan
hanya terjadi 1 klaster, sedangkan penduduk yang jumlah banyak bisa menjadi
beberapa klaster sesuai dengan proporsi besar klaster.
E. Pemilihan Sampel di Tingkat Cluster.
Setelah klaster terpilih secara acak (cara pengambilan sampel bisa dilakukan
dengan bantuan komputer Csurvey), maka tahap selanjutnya adalah memilih 7 s.d
10 responden pada tiap klaster. Secara ideal pemilihan sampel di tingkat klaster
adalah menggunakan metode acak sederhana, ini artinya harus mempunyai
kerangka sampel pada tiap klaster, kemudian dipilih 7 s.d 10 responden secara
acak sederhana tiap klaster. Tetapi cara ini tidak praktis karena untuk membuat
kerangka tersebut bukan hal yang mudah. Cara yang telah diuji cobakan dan
sering dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:
pusat klaster atau pusat desa adalah balai desa, alun-alun, ataupun pusat
kegiatan lainnya).
dipilih secara acak bisa dipilih salah satu, ke kiri, ke kanan, ke depan atau ke
belakang, cara paling mudah adalah dengan lempar koin untuk memilih arah
jalan secara acak). Kemudian pewawancara berjalan sesuai arah sampai batas
klaster.
yang ada di kiri dan kanan jalan yang dilewati, apabila pada saat pemetaan,
pewawancara melewati persimpangan jalan sebelum mencapai batas klaster,
pewawancara dapat menggunakan koin lagi untuk menentukan arah, sehingga
apabila telah selesai dibuat pemetaan hasilnya misalnya sebagai berikut
5. Bila rumah pertama yang dipilih secara acak memenuhi syarat sebagai sampel,
artinya dalam rumah tersebut terdapat responden yang sesuai dengan kriteria
sampel, maka wawancara dapat dilakukan, apabila tidak memenuhi syarat
maka pindah ke rumah berikutnya.
sebelumnya, akan tetapi lebih baik bila rumah berikutnya tersebut juga diambil
secara acak. Ada banyak cara untuk menentukan rumah berikutnya tersebut,
misalnya mencari rumah berikutnya diambil rumah pertama terdekat, cara lain
adalah mendatangi rumah berikut dengan jarak 3 rumah atau jarak 5 rumah
yang terdekat dari rumah yang telah didatangi, cara lain misalnya hasil
pemetaan dibagi menjadi 4 titik bagian dan masing-masing titik bagian diambil 2
responden.
G. Besar Sampel.
Unruk menemukan besar sampel pada Rapid survey, ada dua konsep
Dimaksud dengan Deff adalah rasio antara varians yang diperoleh pada tehnik
survey dengan sampel yang kompleks dengan varians yang diperoleh jika survey
dilakukan dengan tehnik simple random sampling (SRS), deff ini juga dapat
diartikan sebagai inflasi varians akibat rancangan survey yang non acak
Jika deff atau ROH diketahui, dapat dihitung besar sampel untuk survey cepat
dengan menggabungkan dua rumus yaitu rumus dari besar sampel untuk
tehnik sampel acak sederhana dan rumus untuk estimasi nilai ROH.
kejadian populasi dan d adalah presisi yang diukur dalam setengah confidence
Perhitungan varians untuk Rapid survey harus dikoreksi dengan cara rumus 2
m. Besar sampel total pada rapid Survey adalah n x m, sehingga varians untuk
d2 / Z2 = (p x q / n x m) x Deff. ………………..(3)
Maka dengan demikian maka rumus varians untuk Rapid survey adalah :
Rumus (6) digunakan untuk menghi tung var ians dar i jumlah sampel
memadai.
Untuk besar sampel, digunakan ROH dan bukan Def f karena ROH lebih
mudah diperkirakan dari pada Deff. Nilai deff berkisar antara nol sampai tak
terhingga, dan sulit diterjemahkan, sedangkan nilai ROH umumnya berkisar
antara nol dan satu.
ROH nilai nol artinya responden dalam klaster sangat heterogen atau
karakteristik antar klaster homogen, sedangkan ROH nilai 1 artinya responden
dalam klaster sangat homogen atau karakteristik antar klaster heterogen. Rumus
tersebut di atas adalah untuk melihat besarnya masalah atau digunakan untuk
menghi tung / est imasi besarnya proporsi suatu kejadian, sedangkan untuk
dibandingkan dengan nol. Jika batas bawah confidence l imit lebih besar
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut ³strategi´,
yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiridari
3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau
mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat
keputusantersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupuninformal.
Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminartentangissu atau usulan
program yangingin dimintakan dukungan dari para pejabat yangterkait. Kegiatan advokasi
secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang
diusulkan, untuk secarainformal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau
mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat di simpulkan bahwa
sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupunlegislatif, di berbagai tingkat
dan sektor, yangterkait dengan masalah kesehatan (sasarantertier).
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut.Oleh sebab itu,
strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar,lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah paratokoh
masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)
3. PemberdayaanMasyarakat (Empowerment)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataanlain, agar kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya,
selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.Misalnya, ada peraturan atau
undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota,
agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya
perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat
umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bbagi tempat-tempat umum
lainnya: tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya
air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan
perkataan lain, para pengelola tempat- tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api,
bandara, pelabuhan, malldan sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk
mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di
dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan.
Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
4. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat
oleh klien.
5. Intersectoral ( antar sektor ) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya
atau organisasi.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok
sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :
Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan Masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
Kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam
golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,dll
b. Metode Pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar,umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium,diraba dan dicoba)