Anda di halaman 1dari 19

APLIKASI RAPID SURVEY

A. Pengertian Rapid Survai

Survai merupakan kegiatan atau usaha pengumpulan informasi dari sebagian


populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Informasi dari masyarakat dapat
diperoleh dengan alat bantu atau dikenal sebagai instrumen penelitian baik yang
berupa kuesioner maupun peralatan lain untuk pengukuran misalnya timbangan
untuk mengukur berat, meteran untuk mengukur panjang atau tinggi subyek
penelitian. Informasi yang bisa didapat berupa informasi tentang cakupan atau
prevalensi suatu kejadian, bisa juga informasi mengenai hubungan antar variabel.

Kegiatan survai seringkali memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang besar
maupun prosedur yang rumit apabila mencakup pada skala yang luas. Tentunya
tehnik survai tersebut menjadi kurang memadai apabila harus dilakukan, terutama

apabila informasi yang dibutuhkan adalah bersifat segera. Untuk itu

perlu dikembangkan adanya suatu bentuk metode survai yang sederhana, relatif

murah, cepat dan tepat sehingga informasi yang didapatkan adalah informasi
yang cukup akurat. Bagaimanapun informasi yang cepat tetapi didapatkan hanya

berdasarkan laporan kegiatan rutin saja kurang dapat memenuhi kebutuhan


informasi yang dibutuhkan.

World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu tehnik

survai yang cepat dan murah untuk mengevaluasi program imunisasi. Tehnik

survai ini dikenal sebagai metode survai cepat (Rapid Survey Method) dan

ternyata ini juga dapat digunakan untuk evaluasi program kesehatan lain.

Metode survai cepat pertama kali dikembangkan pada proyek Expanded

Programme on Immunization dari WHO. Metode ini menerapkan rancangan


sampel klaster dua tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama secara

probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua, yaitu

pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple

random) atau dengan menerapkan rumah terdekat.

Dalam perkembangannya metode survai cepat telah cukup banyak digunakan


terutama dikalangan penelit i dan prakt isi untuk perencanaan dan

mengevaluasi keberhasilan program. Setelah melalui berbagai uji coba maka


secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode ini layak untuk diterapkan
sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat

(population based information) pada skala tingkat kabupaten. Ciri khas dari

survai cepat adalah:

1. Digunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat.

2. Pengambilan sampel secara cluster dua tahap, dimana untuk tiap kabupaten

diambil sebanyak 30 klaster dan masing-masing klaster diambil sebanyak 7


sampai dengan 10 responden saja.

3. Jumlah pertanyaan cukup 20 - 30 pertanyaan saja dan bersifat sederhana, (Hal


ini karena survai ini bersifat cepat).

4. Rancangan sampel, memasukkan data, pengolahan dan analisis data


dilakukan dengan bantuan komputer (Program yang bisa digunakan adalah Epi
Info dan CSurvey).

5. Waktu sejak pelaksanaan sampai pelaporan bisa dilaksanakan secara singkat.

6. Analisis data, penyajian data dan hasil survai disajikan dengan memakai tehnik
statistik yang sederhana dengan tetap memperhatikan kaidah statistik yang
berlaku

B. Prosedur Pelaksanaan Rapid Survai.


Prosedur untuk pelaksanaan survai cepat (rapid) tidak berbeda dengan survai
pada umumnya. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan adalah:

1. Menentukan masalah dan tujuan survai secara jelas dan ringkas. Tujuan survai
meskipun ringkas tetapi harus bisa dirinci dengan baik karena hal ini berkaitan
dengan variabel atau pertanyaan dalam kuesioner dan analisis data yang akan
dilakukan.

2. Menentukan besar dan metode pengambilan sampel.

3. Mengembangkan instrumen survai. Instrumen survai yang dibutuhkan relatif


sederhana, bisa berupa kuesioner atau alat pengukur tertentu yang sederhana.
Sebaiknya sebelum pelaksanaan suvai perlu dilakukuan uji coba dulu agar
dapat diketahui kekurangan baik instrumen survai maupun pelaksana di
lapangan.

4. Pengorganisasian dan pelaksanaan survai Bagian ini cukup penting, termasuk


melihat apakah pengumpul data sudah paham tentang tata cara pemilihan
responden di lapangan (lihat mengenai metode pengambilan sampel) serta
menguasai pertanyaan pada kuesioner.

5. Analisis, interpretasi dan laporan. Data yang telah ada sebaiknya segera diolah
dan dianalisis yang dilakukan dengan cara sederhana. Cukup dengan Epi Info
dan Csurvey saja karena program ini dibuat secara sederhana. Tidak dianjurkan
untuk analisis yang rumit misalnya multivariate, karena hal ini akan mempersulit
analisis, waktu menjadi lama dan diperlukan program komputer yang canggih.
Maka laporan yang dibuat dari survai cepat ini cukup ditampilkan yang
penting-penting saja.

C. Konsep Populasi dan Sampel

Pengertian populasi dan sampel pada survai cepat ini adalah sama dengan

survai atau penelitan pada umumnya. Perbedaan terpenting adalah pada saat

penentuan besar sampel dan teknik pengambilan sampel. Untuk mengingat


kembali berikut ini adalah pengertian Populasi dan sampel.

Populasi : Yang dimaksud dengan populasi dalam statistika adalah kumpulan

semua elemen dimana suatu generalisasi hendak dilakukan.


Terpenting adalah peneliti mampu mendefinisikan populasi secara
cermat dan lengkap sebelum melakukan penarikan sampel.

Unit sampling :Yaitu kumpulan elemen yang tidak overlapping dari populasi

yang mencakup populasi keseluruhan. Secara ideal, survai


harus mencakup semua orang yang termasuk dalam populasi,
apabila survai dilakukan pada tingkat kabupaten, hal itu jelas
tidak memungkinkan karena memerlukan waktu, biaya dan
tenaga yang banyak.

Hasil yang didapat dari sampel survai memang tidak akan sama dengan hasil
dilakukan survai yang mengambil data dari seluruh populasi. Perbedaan nilai

sampel dengan nilai populasi disebut sebagai samplinq error. Kesalahan ini

selalu terjadi pada survai, namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara:

memilih sampel yang tidak bias dan sampel yang cukup besar. Sampel

yang memenuhi azas peluang (acak), memastikan bahwa semua orang yang ada
di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Agar

dapat memilih sampel yang memenuhi azas peluang maka dibutuhkan kerangka

sampel, yaitu daftar semua unit sampling (pada survai umumnya unit sampling

bisa perorangan, rumah tangga atau kepala keluarga). Pada survai cepat ini

sebagai kerangka sampel menggunakan unit sampling yang lebih tinggi

bisa daftar nama desa atau kecamatan.

D. Metode Sampling pada Rapid Survey.


Telah diuraikan bahwa sebagai kerangka sampel pada survai cepat ini
menggunakan unit sampling berupa desa atau kecamatan sebagai dasar

pengambilan cluster. Masing-masing unit sampling yaitu desa atau kecamatan,

data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk atau jumlah Kepala Keluarga (KK)

(bukan daftar nama penduduk atau KK) pada tiap desa atau kecamatan. Cara

pengambilan sampel yang dilakukan menurut WHO adalah cara

sampel klaster 2 tahap. Pada tahap pertama dipilih sejumlah klaster, dan pada

tahap kedua barulah dipilih subyek survai.

Pada survai cepat ini, pada tahap pertama memilih klaster yang diambil

secara random sebagai sampel adalah 30 klaster, dan selanjutnya pada tahap

ke dua, masing-masing klaster diambil subyek survai bisa berupa perorangan atau
KK sebanyak 7 s.d 10 responden. Secara praktis dapat dikatakan bahwa jumlah
sampel sebanyak 30 x 7 s.d 10 responden, (30 klaster / desa. 7 s.d 10 orang tiap
klaster / desa) sudah mencukupi untuk estimasi proporsi kejadian berkisar 15% -
85%, sehingga total sampel yang terkumpul adalah 30 x 7 s.d 10 = 210 s.d 300.

Agar pemilihan sampel dapat secara adil, besar sampel pada tiap klaster
harus sebanding dengan besar relatif klaster tersebut, artinya tiap klaster / desa
yang terpilih jumlah subyek juga berbeda. Hal ini tidak praktis dan perlu modifikasi
agar tiap klaster jumlah subyek yang terpilih bisa sama. Caranya pemilihan klaster
pada tahap pertama menggunakan cara probabilitas proporsional dengan besar

klaster (probability Proportionate to size/ PPS), yaitu pada desa dengan

jumlah penduduk lebih besar maka kemungkinan untuk menjadi klaster yang
terjadi juga lebih banyak, misalnya desa dengan penduduk kecil kemungkinan
hanya terjadi 1 klaster, sedangkan penduduk yang jumlah banyak bisa menjadi
beberapa klaster sesuai dengan proporsi besar klaster.
E. Pemilihan Sampel di Tingkat Cluster.

Setelah klaster terpilih secara acak (cara pengambilan sampel bisa dilakukan

dengan bantuan komputer Csurvey), maka tahap selanjutnya adalah memilih 7 s.d
10 responden pada tiap klaster. Secara ideal pemilihan sampel di tingkat klaster
adalah menggunakan metode acak sederhana, ini artinya harus mempunyai
kerangka sampel pada tiap klaster, kemudian dipilih 7 s.d 10 responden secara
acak sederhana tiap klaster. Tetapi cara ini tidak praktis karena untuk membuat
kerangka tersebut bukan hal yang mudah. Cara yang telah diuji cobakan dan
sering dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Di klaster yang terpilih, pengumpul data mendatangi pusat klaster (biasanya

pusat klaster atau pusat desa adalah balai desa, alun-alun, ataupun pusat
kegiatan lainnya).

2. Di tengah klaster tersebut, pewawancara berjalan dengan memilih arah (yang

dipilih secara acak bisa dipilih salah satu, ke kiri, ke kanan, ke depan atau ke
belakang, cara paling mudah adalah dengan lempar koin untuk memilih arah
jalan secara acak). Kemudian pewawancara berjalan sesuai arah sampai batas
klaster.

3. Sambil berjalan, pewawancara menggambar peta mengenai rumah-rumah

yang ada di kiri dan kanan jalan yang dilewati, apabila pada saat pemetaan,
pewawancara melewati persimpangan jalan sebelum mencapai batas klaster,
pewawancara dapat menggunakan koin lagi untuk menentukan arah, sehingga
apabila telah selesai dibuat pemetaan hasilnya misalnya sebagai berikut

4. Setelah selesai melakukan pemetaan, maka rumah-rumah tersebut diberi

nomor, kemudian secara acak pewawancara mendatangi rumah pertama untuk


dilakukan wawancara. Pengambilan sampel secara acak ini bisa dengan cara
diundi atau menggunakan tabel bilangan acak (pada komputer ada fasilitas
tabel bilangan acak).

5. Bila rumah pertama yang dipilih secara acak memenuhi syarat sebagai sampel,

artinya dalam rumah tersebut terdapat responden yang sesuai dengan kriteria
sampel, maka wawancara dapat dilakukan, apabila tidak memenuhi syarat
maka pindah ke rumah berikutnya.

6. Rumah berikutnya yang didatangi adalah rumah terdekat dari rumah

sebelumnya, akan tetapi lebih baik bila rumah berikutnya tersebut juga diambil
secara acak. Ada banyak cara untuk menentukan rumah berikutnya tersebut,
misalnya mencari rumah berikutnya diambil rumah pertama terdekat, cara lain
adalah mendatangi rumah berikut dengan jarak 3 rumah atau jarak 5 rumah
yang terdekat dari rumah yang telah didatangi, cara lain misalnya hasil
pemetaan dibagi menjadi 4 titik bagian dan masing-masing titik bagian diambil 2
responden.

7. Pada satu klaster, pencarian responden akan berakhir apabila sudah

menemukan paling sedikit 7 responden (Sebaiknya tiap klaster, jumlah


responden dibuat sama yaitu minimal 7 responden dan maksirnal 10
responden).

F. Pengolahan dan Analisis Data.

Apabila data sudah terkumpul maka tahap berikutnya adalah melakukan


pengolahan data, dan dapat dilakukan dengan bantuan komputer, agar hasilnya
bisa lebih cepat dan akurat. Proses pengolahan data mulai memasukkan data,
membersihkan, mengkode jawaban harus dilakukan sesuai kriteria agar tidak ada
kesalahan pada saat analisis nanti. Apabila pengolahan data selesai kemudian
dilakukan analisis data menggunakan tehnik statistik yang sesuai dengan tujuan
survai. Analisis yang digunakan pada survai cepat ini pada umumnya bersifat
sederhana misalnya menghitung proporsi, mean, simpangan baku maupun
tampilan data berupa tabel atau grafik sederhana.

G. Besar Sampel.

Unruk menemukan besar sampel pada Rapid survey, ada dua konsep

statistik, yaitu design effect (Deff) dan rate of homogeneity (ROH).

Dimaksud dengan Deff adalah rasio antara varians yang diperoleh pada tehnik

survey dengan sampel yang kompleks dengan varians yang diperoleh jika survey

dilakukan dengan tehnik simple random sampling (SRS), deff ini juga dapat

diartikan sebagai inflasi varians akibat rancangan survey yang non acak

sederhana. Pada ROH adalah pengukuran homogenitas atau derajat kesamaan

sampel dalam klaster dengan derajat kesamaan antar klaster.

Jika deff atau ROH diketahui, dapat dihitung besar sampel untuk survey cepat

dengan menggabungkan dua rumus yaitu rumus dari besar sampel untuk

tehnik sampel acak sederhana dan rumus untuk estimasi nilai ROH.

Rumus untuk tehnik acak sederhana adalah:

n = ( p x q x Z 2)/d2, ..................... (1)

n adalah besar sampel, Z adalah nilai deviasi Normal standar, p adalah


proporsi kejadian populasi dan q sama dengan 1-p adalah proporsi bukan

kejadian populasi dan d adalah presisi yang diukur dalam setengah confidence

interval yang diinginkan.

Rumus (1) dapat ditulis menjadi :

d2 / Z2 = p x q / n = v (p) ............... (2)


Nilai d2 / Z2 = varians dari survey yang direncanakan dengan metode sampel
acak sederhana. Rumus 2 tersebut digunakan untuk menentukan varians
maksimum yang masih dapat diterima peneliti.

Perhitungan varians untuk Rapid survey harus dikoreksi dengan cara rumus 2

dikalikan Deff . Selanjutnya pada Rapid survey n adalah jumlah klaster,

sedangkan jumlah responden rata-rata setiap klaster disimbolkan sebagai

m. Besar sampel total pada rapid Survey adalah n x m, sehingga varians untuk

Rapid survey adalah

d2 / Z2 = (p x q / n x m) x Deff. ………………..(3)

Rumus untuk estimasi ROH adalah :

ROH = (Deff-1) / (m - 1) .............................. (4)

Atau dapat ditulis :

Deff = ROH (m -1) +1 .....................................(5)

Maka dengan demikian maka rumus varians untuk Rapid survey adalah :

v(p) = (p x q / n x m) x (ROH (m-1) +1) ........(6)

Rumus (6) digunakan untuk menghi tung var ians dar i jumlah sampel

yang direncanakan dengan n klaster dan m responden per klaster. Varians


maksimum yang diterima peneliti adalah seperti rumus (2), dengan
membandingkan varians maksimum dengan varians dari besar sampel yang
direncanakan, maka peneliti dapat menentukan apakah besar sampel yang

direncanakan sudah memadai. Jika varians dari besar sampel yang

direncanakan kurang dari varians maksimum, maka besar sampel


tersebut memadai, jika sebaliknya maka besar sampel tersebut tidak

memadai.

Untuk besar sampel, digunakan ROH dan bukan Def f karena ROH lebih
mudah diperkirakan dari pada Deff. Nilai deff berkisar antara nol sampai tak
terhingga, dan sulit diterjemahkan, sedangkan nilai ROH umumnya berkisar
antara nol dan satu.

ROH nilai nol artinya responden dalam klaster sangat heterogen atau
karakteristik antar klaster homogen, sedangkan ROH nilai 1 artinya responden
dalam klaster sangat homogen atau karakteristik antar klaster heterogen. Rumus
tersebut di atas adalah untuk melihat besarnya masalah atau digunakan untuk

menghi tung / est imasi besarnya proporsi suatu kejadian, sedangkan untuk

evaluasi program atau membandingkan dua proporsi kejadian yaitu proporsi


kejadian sebelum intervensi program dan proporsi kejadian sebelum intervensi
program. Digunakan formula standar Error

SE p1 – p2 = (p1 q1 + p2 q2 ) / ( n x m ) x deff ....................................(7)

Apabila dikaitkan dengan rumus (5) maka rumus menjadi

SE p1 - p2 = (p1q1 + p2q2) / ( n x m ) x (ROH (m-1) + 1) .......(8)

P1 adalah proporsi kejadian pertama dan P2 adalah proporsi kejadian kedua


dan q1 = 1 – p1 adalah proporsi bukan kejadian pertama dan q2 = 1 – P2 adalah
proporsi bukan kejadian ke dua.

Untuk menguji kecukupan besar sampel, batas bawah confidence limit

dibandingkan dengan nol. Jika batas bawah confidence l imit lebih besar

dari nol maka besar yang direncanakan dinyatakan cukup, sedangkan


batas bawah confidence l imi t kurang dari nol maka besar sampel yang

direncanakan menjadi tidak memadai .


2.1 Pengertian Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut ³strategi´,
yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi
kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.

2.2 Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiridari
3 hal, yaitu :

1. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau
mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat
keputusantersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupuninformal.
Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminartentangissu atau usulan
program yangingin dimintakan dukungan dari para pejabat yangterkait. Kegiatan advokasi
secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan program yang
diusulkan, untuk secarainformal meminta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau
mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat di simpulkan bahwa
sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupunlegislatif, di berbagai tingkat
dan sektor, yangterkait dengan masalah kesehatan (sasarantertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)

Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut.Oleh sebab itu,
strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar,lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah paratokoh
masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)

3. PemberdayaanMasyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada Masyarakat


langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi
kesehatan).Bentuk kegiatan pemberdayaanini dapat diwujudkan denagn berbagai kegiatan,
antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan
keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya.
Kegiatan- kegiatan semacamini di masyrakat sering disebut ³ gerakan masyarakat´ untuk
kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat.

2.3 Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986


menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawatersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

a. KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)

Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataanlain, agar kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya,
selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.Misalnya, ada peraturan atau
undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan
pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan

dampaknyaterhadaplingkungan (kesehatan masyarakat).

b. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)

Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota,
agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya
perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat
umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bbagi tempat-tempat umum
lainnya: tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya
air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan
perkataan lain, para pengelola tempat- tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api,
bandara, pelabuhan, malldan sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk
mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.

c.Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)

Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan


kesehatanitu ada 3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan
kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau
pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacamini harus diubah, harus
diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan,tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu.
Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan
kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan
kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.

d. Keterampilan Individu (Personnel Skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu, keluarga,


dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompoktersebut terwujud.
Oleh sebabitu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels
kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal
dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan merekaini
adalah memberikan pemahaman - pemahaman kepada anggota masyarakat tentang
cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu daripada
massa.
e. Gerakan masyarakat (Community Action)

Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di
dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan.
Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

2.4 PEMILIHAN STRATEGI PROMKES

Aturan Dalam Memilih Strategi Promosi Kesehatan

1. Pilih minimal tiga strategi

2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi kesehatan

3. Semakin lama program, semakin banyak strategi

4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana

5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi, semakin banyak


strategi yang digunakan

6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai efek yang


singkat

PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN


Dalam strategi global promosi kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO,1984) dirumuskan bahwa promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung
prinsip , yaitu sebagai berikut :

1. Empowerment ( pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan seseorang untuk


mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi
kesehatan mereka.

2. Partisipative ( partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif dalam


pengambilan keputusan.

3. Holistic ( menyeluruh ) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi kesehatan


dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.

4. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil yang di dapat
oleh klien.

5. Intersectoral ( antar sektor ) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi terkait lainnya
atau organisasi.

6. Sustainable ( berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan promosi


kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program kebijakkan.

Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan


antara lain sebagai berikut:

1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program


intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam
perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat didefinisikan serta
dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan
mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun
intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada perorangan
dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada
prinsip-prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat
dengan menggunakan lebih dari satu metode.

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran


yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD),
pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media).
Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb

2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai


a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah
hubungan telepon, dan lain-lain

b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok
sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain :
Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan Masal
Petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
Kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam
golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film,dll

3. Berdasarkan Indera Penerima


a. Metode Melihat/Memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui
indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,
Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode Pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar,umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll

c. Metode “Kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium,diraba dan dicoba)

Anda mungkin juga menyukai