Anda di halaman 1dari 8

Dinamika Integrasi Nasional yang pernah dilalui masyarakat Indonesia.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang dinamika integrasi nasional. Akan lebih baik jika
terlebih dahulu mengerti arti dari integrasi nasional itu sendiri. Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), Integrasi Nasional memiliki arti yang politis dan antropologis. Secara Politis.
Integrasi Nasional memiliki arti bahwa penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas atau ciri khas nasional. Secara
Antropologi. Integrasi Nasional berarti bahwa proses penyesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan fungsi di dalam kehidupan
masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat diambil kata kunci dari Integrasi Nasional yaitu
Penyatuan atau penyesuaian. Penyatuan yang dimaksud adalah mempersatukan hal-hal yang
berbeda menjadi satu kesatuan sehingga memiliki satu tujuan yang sama.
Sudah 70 tahun yang lalu Indonesia merdeka, sudah banyak dinamika integrasi nasional
yang dialami indonesia. Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia Menurut Suroyo (2002),
ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah mengalami pembangunan integrasi sebelum
bernegara Indonesia yang merdeka. Menurutnya, ada tiga model integrasi dalam sejarah
perkembangan integrasi di Indonesia, yakni 1) model integrasi imperium Majapahit, 2) model
integrasi kolonial, dan 3) model integrasi nasional Indonesia . Model integrasi imperium
Majapahit adalah model integrasi kerajaan artinya masyarakat dibawah kemaharajaan
(imperium) majapahit diintegrasi dalam satu naungan kerajaan untuk mencapai tujuan kerajaan
majapahit tersebut yaitu menguasai nusantara. Model integrasi kolonial atau lebih tepat disebut
dengan integrasi atas wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX
dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu
membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial. Model
integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa, integrasi model ini
dengan membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki
semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru dengan
mengesampingkan etnis dan budaya. Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta
berasal dari Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh tapi
tujuan mereka sama yaitu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya integrasi nasional juga tercermin pada tanggal 28 Oktober 1928 dengan
Sumpah Pemuda, para pemuda Indonesia yang beraneka ragam yang berasal dari berbagai
daerah dengan ras,suku dan agama yang berbeda. Mereka menyatakan diri sebagai satu bangsa
yang memiliki satu Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Mereka bersatu dibawah lambang garuda dan dengan semboyan Bhineka Tungga Ika. Setelah
kemerdekaanpun integrasi nasional Indonesia terlihat semakin kuat seperti saat Belanda ingin
kembali menguasai Indonesia. Semua masyarakat Indonesia bersatu untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda dengan mengabaikan semua perbedaan latar belakang mereka dan
bersatu menjadi satu semangat yaitu semangat kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan
Indonesia Tahun 1945 Integrasi nasional terus dibangun dan diperkuat.
Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of Understanding) di Vantaa,
Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil secara damai mengajak Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan setia memegang teguh kedaulatan bersama
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus
disintegrasi yang terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005. Dari sudut pandang Integrasi
wilayah, Melalui Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Indonesia
mengumumkan kedaulatan wilayah Indonesia yakni lebar laut teritorial seluas 12 mil diukur dari
garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia.
Dengan deklarasi ini maka terjadi integrasi wilayah teritorial Indonesia. Wilayah Indonesia
merupakan satu kesatuan.
Dalam perjalanan bangsa ini, integrasi nasional tidak selalu berjalan mulus. Indonesia juga
pernah mengalami disintegrasi yang sempat menimbulkan ancaman integrasi nasional. Salah satu
contoh disintegrasi yang tak mungkin terlupakan adalah keluarnya Timor-Timor dan Papua
Nugini dari NKRI. Disintegrasi itu sendiri adalah keadaan tidak bersatu padu yang
menghilangnya keutuhan atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Adapun ciri-ciri
terjadinya disintegrasi di suatu masyarakat antara lain: Ketidaksamaan tujuan antara anggota
suatu kelompok sehingga tidak ada keterpaduan. Jika suatu kelompok sudah tidak lagi
mempunyai kesamaan tujuan maka pasti akan terjadi perpecahan. Seperti pada kasus keluarnya
Timor-Timor dan Papua Nugini dari Indonesia, masyarakat Timor-timor sudah merasa tidak
sesuai lagi tujuannya dengan Indonesia serta mereka merasa jika bersama Indonesia mereka akan
terus di anak tirikan. Mereka merasa akan lebih baik jika melepaskan diri dan menjadi negara
sendiri keluar dari NKRI. Pada kasus ini sebenarnya Indonesia sudah berusaha keras untuk
membendung disintegrasi yang yang terjadi dan menjaga agar timor-timor tetap menjadi salah
satu wilayah NKRI. Salah satu bentuk usaha pemerintah Indonesia yaitu dengan melakukan
operasi pagar betis dan operasi militer lain di jaman pemerintahan Presiden Soeharto. Akan
tetapi semua itu belum mampu untuk mencegah agartimor-timor tetap bersama Indonesia.
Keluarnya Timor-Timor juga merupakan bentuk akibat dari adanya pengaruh luar yang
bermaksud untuk merusak integrasi nasional Indonesia.
Masalah disintegrasi di Indonesia selain Timor-Timor dan Papua Nugini, ada lagi yaitu
GAM atau Gerakan Aceh Merdeka. GAM merupakan suatu gerakan masyarakat Aceh yang
bertentangan dengan pancasila karena GAM menghendaki agar Aceh keluar dari Indonesia dan
mendirikan negara sendiri yaitu negara dengan basis islam murni. Para penggerak GAM
memiliki pemikiran yang berbeda dengan tujuan bangsa Indonesia yang menghendaki penyatuan
dari berbagai multi kultur budaya, agama dan ras yang dimiliki Indonesia, sedangkan GAM
menentang penyatuan tersebut. Mereka menginginkan hanya satu golongan saja yang menguasai.
Mereka menggunakan alasan agama untuk mengancam integrasi nasional.
Dari uraian dinamika integrasi nasional yang pernah dialami Indonesia, maka dapat
diketahui:
a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila
dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
 Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di
kalangan bangsa Indonesia
b. Faktor pendukung integrasi nasional
 Penggunaan bahasa Indonesia.
 Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
 Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
 Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang
kuat.
 Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
c. Faktor penghambat integrasi nasional
 Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
 Kurangnya toleransi antargolongan.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari
luar.
 Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil
pembangunan.

antangan Integrasi Nasional masyarakat Indonesia dan Mahasiswa sekarang dan dimasa
yang akan datang.
Posisi negara Indonesia yang sangat strategis yaitu berada di tengah-tengah dunia dilewati
garis khatulistiwa, diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, serta berada
diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa wilayah Indonesia berada pada posisi silang yang sangat menguntungkan. Selain geografi
wilayah Indonesia yang strategis, jumlah penduduk Indonesia yang banyak juga mempengaruhi
kedudukan Indonesia.
Di era pasar bebas seperti saat ini, ketika MEA telah resmi dibuka di Indonesia maka akan
banyak budaya-budaya ataupun Ideologi luar yang akan masuk di Indonesia. Keadaan seperti ini
selain akan mendatangkan keuntungan bagi indonesia ini juga bisa menimbulkan suatu masalah
atau tantangan bagi Integrasi Nasional. Contoh masalah yang timbul, dihadapi dalam integrasi
nasional adalah adanya carpandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk
mencapai tujuan yang disebabkan oleh pengaruh luar ataupun pengaruh dalam negeri sendiri.
Dengan kata lain masalah integrasi nasional ini pada prinsipnya bersumber pada perbedaan
ideologi. Perbedaan ideologi ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang banyak
berpengaruh dalam proses sosialisasinya, maupun dalam pembentukan konsepsi nalarnya.
Termasuk faktor dominan dalam pembentukan suasana kesenjangan ideologi ini adalah masalah
agama. Karena agama dipandang sebagai nilai hakiki sehingga kontrol sosial masyarakat agama
cenderung lebih peka dan sering tajam. Salah satu contohnya adalah kasus GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dan tantangan kita dimasa depan adalah bagaimana caranya agar tisak terjadi lagi hal
serupa dan jika terjadi maka langkah atau solusi yang tepat apa yang bisa kita ambil. T
Tantangan Integrasi Nasional ini bisa berupa tantangan Militer maupun non-militer.
1. Tantangan Militer
Tantangan militer ini bisa berupa Ancaman militer yatu ancaman yang menggunakan
kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat
berupa agresi/invasi, pelanggaran wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi
teror bersenjata, dan ancaman keamanan laut dan udara.
Agresi suatu negara yang dikategorikan mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan segenap bangsa Indonesia mempunyai bentukbentuk mulai dari yang berskala
paling besar sampai dengan yang terendah.Invasi merupakan bentuk agresi yang berskala paling
besar dengan menggunakan kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan
menduduki wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia pernah merasakan pahitnya diinvasi atau
diserang oleh Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia sebanyak dua kali, yaitu 21 Juli
1947 dan 19 Desember 1948.
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup tinggi adalah tindakan
pelanggaran wilayah (wilayah laut, ruang udara dan daratan) Indonesia oleh negara lain.
Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan terbuka berpotensi
terjadinya pelanggaran wilayah. Sekarang dan di masa depan yang menjadi tantangan bagi
masyarakat yaitu bagaimana caranya agar bisa tetap menjaga keutuhan Indonesia yang luas ini
dan agar supaya tidak kehilangan seperti Timor-Timor,Papua Nugini, dan pulau Sipadan dan
Silitan yang diambil Malaysia. Kita harus tetap mempertahankan wilayah Indonesia dari
berbagai ancaman pengambilan dari pihak luar di era saat ini.
Ancaman militer dapat pula terjadi dalam bentuk pemberontakan bersenjata.
Pemberontakan tersebut pada dasarnya merupakan ancaman yang timbul dan dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu di dalam negeri, tetapi pemberontakan bersenjata tidak jarang disokong oleh
kekuatan asing, baik secara terbuka maupun secara tertutup.
Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia yang sah merupakan bentuk
ancaman militer yang dapat merongrong kewibawaan negara dan jalannya roda pemerintahan.
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia pernah mengalami sejumlah aksi pemberontakan
bersenjata yang dilakukan oleh gerakan radikal, seperti DI/TII, PRRI, Permesta, Pemberontakan
PKI Madiun, serta G-30-S/PKI. Beberapa sejumlah aksi pemberontakan bersenjata tersebut tidak
hanya mengancam pemerintahan yang sah, tetapi juga mengancam tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Tantangan masyarakat Indonesia sekarang dan dimasa depan yang nyata yaitu bagaimana
caranya membendung gerakan ISIS yang mulai membidik Indonesia sebagai salah satu negara
bidikannya untuk melancarkan tujuannya karena Indonesia dianggap sebagai salah satu negara
dengan masyarakat muslim dominan sehingga ini sesuai dengan tujuan mereka yaitu
menginginkan negara islam murni. Masyarakat juga harus sadar bahwa keberadaan gerakan itu
sudah sangat tidak sesuai dengan pancasila.
Selain itu pada abad modern dewasa ini tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat
Indonesia yaitu tantangan dalam menghadapi kegiatan spionase yang dilakukan oleh agen-agen
rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia pertahanan negara Indonesia. Kegiatan spionase
dilakukan secara tertutup dengan menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga tidak mudah dideteksi. Kegiatan tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang
memerlukan penanganan secara khusus untuk melindungi kepentingan pertahanan dari
kebocoran yang akan dimanfaatkan oleh pihak lawan. Salah satu bentuk contohnya yaitu
penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia terhadap pemerintahan Indonesia. Dari sana
kita harus bisa belajar bagaimana untuk menghadapi tantangan yang sama di masa depan. Karena
bukan tidak mungkin jika hal tersebut akan terulang kembali.
2. Tantangan Non-Militer
Tantangan non-militer pada hakikatnya berupa ancaman yang menggunakan faktorfaktor
non-militer yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
kepribadian bangsa, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman ini
salah satunya disebabkan oleh pengaruh negatif dari globalisasi. Globalisasi yang
menghilangkan sekat atau batas pergaulan antar bangsa secara disadari ataupun tidak telah
memberikan dampak negatif yang kemudian menjadi ancaman bagi keutuhan sebuah negara,
termasuk Indonesia. Tantangan non-militer diantaranya dapat berdimensi ideologi, politik,
ekonomi dan sosial budaya.
Tantangan berdimensi Ideologi, saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung
mengarah pada kehidupan liberal yang menekankan pada aspek kebebasan individual.
Globalisasi ternyata mampu meyakinkan kepada masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Tidak jarang hal ini mempengaruhi
pikiran masyarakat Indonesia untuk tertarik pada ideologi tersebut. Akan tetapi, pada umumnya
pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya dalam gaya hidup yang diliputi
kemewahan, pergaulan bebas yang cenderung mengaruh pada dilakukannya perilaku seks bebas
dan sebagainya. Ini merupakan tantangan bagi bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia
harus mampu berpikir dan berkomitmen untuk tetap berpegang teguh pada nilai-nilai pancasila.
Selanjutnya yaitu tantangan di bidang politik, tantangan ini dapat bersumber dari luar
negeri maupun dalam negeri. Dari luar negeri dapat berupa ancaman di bidang politik dilakukan
oleh suatu negara dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi,
atau blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang sering kali
digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang
berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Selain
itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang timbul di dalam
negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik
tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk
menarik simpati masyarakat internasional.
Tantangan dalam dimensi Ekonomi. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses
kegiatan ekonomi dan perdagangan dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu
kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.
Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari
dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang
masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Pengaruh negatif globalisasi ekonomi yang dapat menjadi ancaman kedaulatan Indonesia
khususnya dalam bidang ekonomi diantaranya:
1) Indonesia akan dibanjiri oleh barang-barang dari luar seiring dengan adanya perdagangan
bebas yang tidak mengenal adanya bataa-batas negara. Hal ini mengakibatkan semakin
terdesaknya barang-barang lokal terutama yang tradisional, karena kalah bersaing dengan
barang-barang dari luar negeri.
2) Cepat atau lambat perekonomian negara kita akan dikuasai oleh pihak asing, seiring dengan
semakin mudahnya orang asing menanamkan modalnya di Indonesia, yang pada akhirnya
mereka dapat mendikte atau menekan pemerintah atau bangsa kita. Dengan demikian bangsa kita
akan dijajah secara ekonomi oleh negara investor.
3) Timbulnya kesenjangan sosial yang tajam sebagai akibat dari adanya persaingan bebas.
Persaingan bebas tersebut akan menimbulkan adanya pelaku ekonomi yang kelah dan yang
menang. Pihak yang menang akan dengan leluasa memonopoli pasar, sedangkan yang kalah akan
menjadi penonton yang senantiasa tertindas.
4) Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi semakin
sulit berkembang dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin ditinggalkan,
sehingga angka pengangguran dan kemiskinan susah dikendalikan.
5) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan
mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan
semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek
pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak
adil dan masalah sosial ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
Tantangan dalam dimensi sosial budaya, tantangan ini dapat beruapa ancaman yang
berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman dari dalam, dan ancaman dari luar.
Ancaman dari dalam didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti separatisme,
terorisme, kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan patriotisme. Ancaman dari luar timbul sebagai
akibat dari pengaruh negatif globalisasi, diantaranya adalah:
1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang dari luar negeri.
2) Munculnya sifat hedonisme,yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu nilai hidup
tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk mencapai kepuasan dan
kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Seperti mabukmabukan, pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.
3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri serta memandang
orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini dapat menimbulkan
ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu menghardik pengemis, pengamen dan
sebagainya.
4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi kepada budaya
barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model pakain yang biasa dipakai orang-
orang barat yang sebenarnya bertentangan dengan nilai dan norma-norma yang berlaku misalnya
memakai rok mini, lelaki memakai anting-anting dan sebagainya.
5) Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian dan kesetiakawanan
sosial.
6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan jika kita tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan sosial budaya ini
maka tidak menuntut kemungkinan akan terjadi provokasi yang bisa menimbulkan perpecahan.
Sekarang dan dimasa depan tantangan integrasi nasional tidak hanya dapat dilihat dari segi
masyarakat Indonesia secara luas melainkan ada juga tantangan integrasi nasional dalam ruang
lingkup mahasiswa yaitu tantangannya adalah bagaimana agar mahasiswa tetap menjadi agen
perubahan yang tetap memegang teguh pada nilai-nilai pancasila serta mampu berpikir kritis dan
tanggap dalam melihat segala permasalahan ataupun hal yang terjadi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara ini. Selain itu juga, mahasiswa sebagai generasi muda harus mampu menghadapi
tantangan dari gempuran pihak luar yang akan menyerang Indonesia dalam berbagai aspek baik
dalam aspek ekonomi,budaya maupun pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai