Anda di halaman 1dari 24

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Apendisitis

2.1.1 Pengertian Apendisitis

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira

10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.

Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri ke dalam sekum. Karena

pengosongannya tidak efktif dan lumennya kecil, apendiks cenderung

menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis)

(Smeltzer dan Bare, 2013).

Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang

dikenal di masyarakat awam sesungguhnya kurang tepat karena usus buntu

yang sebenarnya adalah sekrum (Sjamsuhidajat dan Jong, 2012).

Apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks (umbai

cacing), kira-kira 7% populasi akan mengalami apendiksitis pada waktu

yang bersamaan dalam hidup mereka (Haryono, 2012).

2.1.2 Klasifikasi Apendisitis

a. Apendisitis akut

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis

klinik apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15 - 20%

kasus. Untuk menurunkan angka kesalahan, diagnosis apendisitis akut,

bila diagnosis meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah

sakit dengan frekuensi setiap 1 – 2 jam.

6
7

b. Apendisitis kronis

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika semua syarat

berikut terpenuhi: riwayat nyeri perut kanan bawahh yang lebih dari

dua minggu, terbukti terjadi radang kronik apendiks baik secara

makroskopik maupun mikroskopik, dan keluhan menghilang pasca

apendektomi.

2.1.3 Etiologi Apendisitis

Penyebab dari Apendisitis menurut Wijaya dan Yessie (2013), ada

6 macaam yaitu:

a. Ulserasi pada mukosa

b. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)

c. Pemberian barium

d. Berbagai macam penyakit cacing

e. Tumor

f. Struktur karena fibrosis pada dinding usus

Menurut Haryono (2012), apendisitis akut dapat disebabkan oleh

beberapa sebab terjadinya proses radang bakteria yang dicetuskan oleh

beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia jaringan limfe, fakalith,

tumor apendiks dan cacing askaria yang menyumbat. Ulserasi mukosa

merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa

faktor yang mempermudah terjadinya radang pada apendiks, diantaranya :


8

a. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis

(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh

hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal,

4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan

oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat

ditemui pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith

ditemukan 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada

kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus

apendisitis akut dengan ruptur.

b. Faktor bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada

apendisitis akut. Adanya fekolith dalam lumen apendiks yang telah

terinfksi memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi

peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur

didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes

fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi

adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih dari 10%.

c. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter

dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vakularisasi yang tidak baik

dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan
9

dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama dengan diet

rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolith dan mengakibatkan

obstruksi lumen.

d. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-

hari. Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat

mempunyai resiko lebih tinggi dari negara yang pola makannya

banyak serat. Namun saat sekarang kejadiannya terbalik, bangsa kulit

putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat.

Justru negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini

beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko apendisitis yang

lebih tinggi.

e. Faktor infeksi saluran pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi

influenza dan pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat.

Tapi harus hati-hati karena penyakit infeksi saluran pernapasan dapat

menimbulkan seperti gejala permulaan apendisitis.

2.1.4 Patologi Apendisitis

Patologi apendisitis dapat dimulai di mukosa dan kemudian

melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam

pertama. Upaya pertahanan tubuh berusaha membatasi proses radang ini

dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa

sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal


10

dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis

jaringan berupa akses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak

terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan

menjai tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna

tetap membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan

sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut

kanan bawah. Suatu saat organ ini dapat meradang akut lagi dan

dinyatakan sebagai mengalami aksaserbasi akut (Sjamsuhidajat dan Jong,

2012).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Wijaya dan Yessie (2013) manifestasi klinis apendiks

adalah sebagai berikut :

Tanda awal: nyeri mulai di epigastrium/ region umbilikus disertai mual

dan anoreksia.

a. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila

berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum

lokal di titik MC. Burnye: nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.

b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung.

c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan

(Rovsing Sign).

d. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri di lepas (Blumberg).


11

e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam,

berjalan, batuk, mengedan.

f. Nafsu makan menurun.

g. Demam yang tidak terlalu tinggi.

h. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.

Gejala-gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau perasaan

tidak enak sekitar umbilikus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah,

gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa

jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri

tekan sekitar Mc. Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri

lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukosit meningkat bil

rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis untuk

sementara.

2.1.6 Tata Laksana Apendisitis

Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2012), tata laksana apendisitis

akut bila diagnosa klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan

satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi (lihat bagan 2.1). pada

apendisits tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,

kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforata. Penundaan

tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses

atau perforasi.

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan

laparoskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi Mc Burney paling banyak


12

dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas,

sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium

dan ultrasonografi dapat dilakukan bila dalam abservasi masih terdapat

keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada

kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau

tidak.

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial

(Smeltzer dan Bare, 2013).

Nyeri adalah suatu yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif

dan berhubungan dengan panca indera, serta merupakan suatu pengalaman

emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun

potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan/ cedera (Potter dan

Perry, 2010).

2.2.2 Kategori Nyeri

Menurut Smeltzer dan Bare (2013), dua kategori dasar dari nyeri

yang secara umum diketahui:

a. Nyeri akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba – tiba dan umumnya berkaitan

dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan


13

atau cedera telah terjadi. Hal ini benar terjadi dan mengajarkan kepada

kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial

menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada

penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan

terjadinya penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam

bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri

akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa

detik hingga enam bulan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronik dapat tidak

mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk

diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap

pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat

menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan

sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan

sendirinya.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2010), rasa nyeri merupakan suatu hal

yang bersifat kompleks, mencakup pengaruh fisiologis, sosial, spiritual,

psikologis dan budaya.


14

a. Faktor fisiologis

1) Usia

Usia dapat mempengaruhi nyeri, terutama pada bayi dan dewasa

akhir. Perbedaan tahap perkembangan yang ditemukan di antara

kelompok umur tersebut mempengaruhi bagaimana anak – anak

dan dewasa akhir berespons terhadap nyeri. Anak – anak memiliki

kesulitan dalam mengenal/ memahami nyeri dan prosedur –

prosedur yang diberikan oleh perawat yang menyebabkan nyeri.

2) Kelemahan (fatigue)

Kelemahan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan menurunkan

kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi

di sepanjang waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri akan lebih

besar. Nyeri terkadang jarang dialami setelah tidur/ istirahat cukup

dari pada di akhir hari yang panjang.

3) Gen

Riset terhadap orang yang sehat mengungkapkan bahwa informasi

genetik yang diturunkan dari orang tua memungkinkan adanya

peningkatan atau penurunan sensitivitas seseorang terhadap nyeri.

Pembentukan sel – sel genetik kemungkinan dapat menentukan

ambang nyeri seseorang atau toleransi terhadap nyeri.

4) Fungsi neurologis

Fungsi neurologis klien mempengaruhi pengalaman nyeri. Faktor

apa saja dapat mengganggu atau mempengaruhi penerimaan atau


15

persepsi nyeri yang normal (contoh: cedera medulla spinalis,

neuropatik perifer, atau penyakit – penyakit saraf) dapat

mempengaruhi kesadaran dan respons klien terhadap nyeri.

Beberapa agen farmakologis (analgesic, sedative, dan anestesi)

mempengaruhi persepsi dan respons terhadap nyeri, karena itulah

membutuhkan asuhan keperawatan yang bersifat preventif.

b. Faktor sosial

1) Perhatian

Tingkatan di mana klien menfokuskan perhatiannya terhadap nyeri

yang dirasakan mempengaruhi persepsi nyeri. Meningkatnya

perhatian berhubungan dengan meningkatnya nyeri, sebaliknya

distraksi berhubungan dengan kurangnya respons nyeri.

2) Pengalaman sebelumnya

Setiap orang belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Adanya

pengalaman sebelumnya bukan berarti seseorang tersebut akan

lebih mudah menerima rasa nyeri di masa yang akan datang.

Frekuensi terjadinya nyeri di masa lampau yang cukup sering tanpa

adanya penanganan atau penderitaan akan adanya nyeri yang lebih

berat dapat menyebabkan kecemasan atau bahkan ketakutan yang

timbul secara berulang. Sebaliknya, apabila seseorang telah

memiliki pengalaman yang berulang akan rasa nyeri yang sejenis

namun nyerinya telah dapat ditangani dengan baik, maka hal

tersebut akan memudahkannya untuk menginterpretasikan sensasi


16

nyeri. Sebagai hasilnya, klien menjadi lebih baik dalam persiapan

untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan dalam menangani

nyeri.

Ketika klien tidak memiliki pengalaman terhadap kondisi

yang menyakitkan, persepsi pertama terhadap nyeri tersebut dapat

merusak kemampuan seseorang untuk mengatasi masalah. Sebagai

contohnya, setelah menjalani operasi abdomen, apabila klien

mengalami nyeri hebat akibat insisi dalam beberapa hari, maka itu

adalah suatu hal yang umum terjadi. Terkecuali jika klien merasa

sadar akan hal ini, maka serangan awal nyeri tersebut akan terlihat

seperti komplikasi yang serius. Dari pada berpartisipasi secara aktif

dalam latihan teknik bernapas pasca operasi, klien, klien akan lebih

memilih untuk berbaring tak bergerak di tempat tidur dan

mempertahankan teknik pernapasan dangkal karena telah terjadi

suatu ketakutan akan sesuatu yang salah. Dalam fase antisipasi dari

pengalaman nyeri, perawat perlu untuk mempersiapkan klien

melalui penjelasna yang jelas tentang jenis nyeri yang mungkin

akan timbul dan metode – metode yang digunakan untuk

mengurangi nyeri tersebut. Hal ini biasanya menghasilkan

penurunan persepsi nyeri.

3) Keluarga dan dukungan sosial

Orang dengan nyeri terkadang bergantung kepada anggota keluarga

yang lain atau teman dekat untuk dukungan, bantuan, atau


17

perlindungan. Meski nyeri terasa, tetapi kehadiran keluarga atau

pun teman terkadang dapat membuat pengalaman nyeri yang

menyebabkan stress sedikit berkurang. Kehadiran orang tua sangat

penting bagi anak – anak yang mengalami nyeri.

c. Faktor spiritual

Spiritualitas menjangkau antara agama dan mencakup pencarian secara

aktif terhadap makna situasi di mana seseorang menemukan dirinya

sendiri.

d. Faktor psikologis

Tingkat dan kualitas nyeri yang diterima klien berhubungan dengan

arti dari nyeri tersebut. Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat

kompleks. Kecemasan terkadang meningkatkan persepsi terhadap

nyeri, tetapi nyeri juga menyebabkan perasaan cemas. Sulit untuk

memisahkan dua perasaan tersebut. Stimulus nyeri yang mengaktivasi

bagian dari sistem limbik dipercaya dapat mengontrol emosi, terutama

kecemasan. Sistem limbik memproses reaksi emosional terhadap nyeri,

apakah dirasa menganggu atau berusaha untuk mengurangi nyeri

tersebut.

e. Faktor budaya

1) Arti dari nyeri

Sesuatu yang diartikan seseorang sebagai nyeri akan

mempengaruhi pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang

beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Hal ini terkadang erat


18

kaitannya dengan latar belakang budaya seseorang. Seseorang akan

merasakan sakit yang berbeda apabila hal tersebut terkait dengan

ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan. Sebagai contoh,

wanita yang melahirkan akan merasakan sakit yang berbeda

dibandingkan dengan wanita dengan riwayat penyakit kanker yang

baru merasakan sakit dan ketakutan akan terulangnya nyeri

tersebut.

2) Suku bangsa

Nilai – nilai dan kepercayaan terhadap budaya mempengaruhi

bagaimana seorang individu mengatasi rasa sakitnya. Individu

belajar tentang apa yang diharapkan dan diterima oleh budayanya,

termasuk bagaimana reaksi terhadap nyeri. Budaya mempengaruhi

ekspresi nyeri. Beberapa budaya percaya bahwa menunjukkan rasa

sakit adalah suatu hal yang wajar, sementara yang lain cenderung

untuk lebih introvert.

2.2.4 Intensitas Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2015), salah satu karakteristik yang

paling subjektif dan paling berguna dalam pelaporan nyeri adalah

“kehebatannya” atau intensitasnya. Variasi skala nyeri telah tersedia bagi

klien untuk mengkomunikasikan intensitas nyeri mereka. Sebagai contoh,

skala intensitas nyeri mencaup skala penjelasan secara verbal, skala

dengan skor angka, dan skala analog visual. ketika menggunakan skala

angka, skala 0 – 3 mengindikasikan nyeri ringan, 4 – 6 nyeri sedang, dan 7


19

– 10 nyeri hebat, dianggap sebagai keadaan darurat pada nyeri. Skala –

skala ini berfungsi dengan sangat baik ketika mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah intervensi terapeutik diberikan. Terdapat banyak skala

yang tersedia dalam beberapa bahasa untuk membantu perawat ketika

seorang penerjemah atau keluarga tidak hadir. Selain itu, terhadap tingkat

nyeri yang sedang dirasakan, tanyakan juga skor yang digunakan untuk

member rata – rata tingkatan nyeri dan nyeri yang sangat hebat selama 24

jam.

Meskipun setiap klien memilih skala nyeri yang berbeda – beda,

tetapi penting bagi perawat untuk memilih dan menggunakan skala yang

sama secara konsisten pada klien tertentu. Perawat tidak menggunakan

skala nyeri untuk membandingkan nyeri satu klien dengan klien yang lain.

Gambar 2.1
Numerical Rating Scale

2.3 Konsep Dasar Aromaterapi


2.3.1 Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi pengobatan alternatif yang menggunakan
minyak essensial dari tumbuhan yang digunakan sebagai bentuk pengobatan
(Taylor, 2015).
Aromaterapi adalah terapi yang berbentuk wewangian yang bisa

menyegarkan jiwa dan raga, memiliki efek relaksasi yang terbukti dapat

meningkatkan kesehatan seseorang (Kaina, 2016).


20

2.3.2 Macam-Macam Aromaterapi dan Fungsinya

Menurut Kaina (2001) mengemukakan terdapat 7 pati bunga atau

tumbuhan terpilih yang terkandung didalam harmonisme aromaterapi dan

khasiat utamanya antara lain :

1. Peppermint

Mempunyai aroma yang harum dan menyegarkan sesuai untuk

merangsang dan menguatkan sistem yang berada didalam tubuh.

Cocok untuk perawatan sakit kepala, migraen, masalah kulit,

meredakan batuk, lelah, diare perut kembung, gatal-gatal di kulit,

mengatasi masalah baunafas, nyeri otot dan sendi.

2. Lemon (Citrus lemon)

Memiliki sifat antibakteri, baik digunakan untuk menurunkan tekanan

darah, menghentikan perdarahan, sariawan sumber potasium yang baik

untuk jantung, meningkatkan stamina dan menambah tenaga, dapat

melegakan batuk dan relaksasi terhadap lelah.

3. Lavender berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga, salah satu

minyak terapi yang popular dipakai sebagai antiseptik dan

penyembuhan luka. Mempunyai efek relaksasi maupun perangsang,

menenangkan kecemasan dan depresi. Minyak lavender digunakan

untuk mengatasi masalah pencernaan, gangguan menstruasi, sumbatan

pada hidung dan sakit tenggorokan karena influenza. Menghilangkan

sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri lainnya. Mengatasi radang kulit

akibat gigitan serangga, bisul, bercak, ruam, dan luka bakar.


21

Merangsang pertumbuhan sel untuk regenerasi pada kulit yang luka

dan dapat mengatasi masalah jamur pada kulit.

4. Tea tree memiliki kemampuan antiseptic yang sangat kuat yaitu 12 kali

lebih kuat dibandingkan acid carbolic yang biasanya digunakan dalam

penyediaan beberapa bahan kimia yang berkaitan dengan bakteri dan

ulat.

5. Orange bersifat antibakteri, menghentikan pendarahan, sariawan,

sumber potasium yang baik untuk jantung dan aliran darah, melegakan

batuk dan kelelahan dan meningkatkan stamina.

6. Lime dapat digunakan untuk mengatasi masalah kulit, jerawat

memberi kesegaran bagi tubuh, melegakan batuk dan gangguan

pernafasan.

7. Mawar (Rosa centifolia) berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga

dspst menyeimbangkan fungsi-fungsi tubuh, membangkitkan

semangat, memperbaiki suasana hati (relaksasi), menenangkan,

antidepresan. Bersifat sebagai antidepresan, bersifat sebagai

antioksidan dan penguat jantung. Dapat dipakai sebagai inhaler pada

penderita asma dan sebagai perawatan pada kulit sensitif, kulit kering,

dan kulit alergi.

2.3.3 Khasiat Aromaterapi

Aromaterapi adalah sebuah seni perawatan diri yang menggunakan

sari minyak murni. Minyak atsiri atau yang sering disebut dengan sari

minyak murni memberika efek menenangkan membangkitkan semangat


22

dan menyegarkan (Kaina, 2016). Minyak essensial aromaterapi bisa

memberikan efek penetrasi pada tubuh dengan metode pemberian

dioleskan pada bagian tubuh maupun dengan cara inhalasi atau dihirup

melalui hidung. Minyak essensial aromaterapi tidak merusak tubuh atau

berbahaya bagi tubuh. Sebagai contoh minyak essensial lemon dan thyme

biasa digunakan untuk membunuh micro bacteri seperti streptococus,

staphilococus, dan tuberculosis, minyak essensial papermint digunakan

untuk mengobati gangguan perut, dan minyak essensial lavender

digunakan untuk relaksasi dan gangguan tidur.

Menurut Lewis (2014) penggunaan aromaterapi minyak essensial

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat membantu dan mengobati

gangguan kesehatan. Penggunaan minyak tersebut dapat digunakan

dengan topikal ataupun di hirup melalui sistem pernafasan. Pada umumnya

aromaterapi tidak beracun dan dapat digunakan tanpa pengawasan tenaga

kesehatan.

2.3.4 Metode penggunaan aromaterapi

Aromaterapi bisa digunakan dengan beberapa cara yaitu sebagai

berikut:

1) Inhalasi

Menurut Hutasoit (2012) dalam penggunaan aromaterapi bisa

menggunakan anglo pemanas agar supaya mendapatkan uap dari

aromaterapi sehingga tercium aroma yang wangi yang menimbulkan

efek relaksasi serta menyegarkan pikiran. Caranya adalah dengan


23

menyalakan lilin yang ada dibawah mangkuk. Isi mankuk dengan air

diamkan hingga panas, setelah itu tuangkan 8 tetes dari pilihan

kombinasi minyak esensial kedalam mangkuk yang berisi air hangat

tadi. Aromaterapi dapat dihirup secara langsung, caranya dengan

mencampur 3 hingga 5 tetes kedalam mangkuk stainless stellatau kaca

yang berisi air panas. Tutup wajah dan kepala menggunakan handuk,

lalu uapnya hirup dalamdalam. Lakukan kurang lebih 10 menit,

lindungi area lingkar mata. Cara ini akan membuat tubuh seimbang

dan merelaksasi pikiran. Penggunaan aromaterapi melalui

pennyemprotan atau minyak spray dari minyak yang telah dipilih

sebanyak 100 ml dengan menggunakan botol yang memiliki alat

penyemprot kemudian semprotkan pada tubuh sebagai penyegar.

2) Pijat pijat merupakan salah satu metode penggunaan aromaterapi yang

sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh,

meningkatkan kesehatan pikiran, memperbaiki sirkulasi darah dan

merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun. Cara penggunaan

minyak aromaterapi untuk pijat dibutuhkan 2 tetes minyak essensial

ditambah dengan 1ml miyak pijat (Hutasoit, 2012).

3) Kompres Metode penggunaan aromaterapi dengan kompres hanya

memerlukan sedikit minyak aromaterapi. Kompres hangat dengan

menggunakan minyak dapat digunakan untuk menurunkan rasa nyeri

punggung dan nyeri perut. Kompres dingin yang menggunakan


24

minyak lavender digunakan pada bagian prenium saat kala dua

persalinan (Hutasoit, 2012).

4) Berendam, metode ini bisa digunakan dengan menggunakan air dingin

atau hangat. Caranya yaitu dengan berendam seluruh bagian tubuh ke

dalam air yang telah di isi 23 dengan minyak esensial atau ramuan

rempah rendam. Aroma minyak yang larut bersama air akan meresap

ke dalam pori-pori kulit kemudian akan mempengaruhi reseptor ujung

syaraf dan mempengaruhi sistem sirkulasi darah. Cara ini berguna

dalam mengembalikan kebugaran tubuh, menenangkan perasaan dan

mencegah kondisi tubuh dari penuaan (Hutasoit, 2012).

2.4 Konsep Dasar Aromaterapi Lemon

2.4.1 Definisi Aromaterapi Lemon

Aromaterapi lemon adalah essential oil yang dihasilkan dari

ekstraksi kulit jeruk lemon (Citrus Lemon) yang sering digunakan dalam

aromaterapi. Aroma terapi lemon adalah jenis aromaterapi yang aman

untuk kehamilan dan melahirkan (Medforth, 2013).

2.4.2 Kandungan Kimia dan Khasiatnya

Lemon essential oil mengandung limonene 66-80% , geranil

asetat, nerol, linalil asetat, β pinene 0,4–15%, α pinene 1-4% , terpinene

6-14% dan myrcen. Senyawa kimia seperti geranil asetat, nerol, linalil

asetat, memiliki efek antidepresi, antiseptik, antispasmodik, penambah

gairah seksual dan obat penenang ringan. Monoterpen merupakan jenis

terpene yang paling sering ditemukan dalam minyat atsiri tanaman,


25

terpene dalam aromaterapi lemon essential oil 6-14%. Pada aplikasi medis

monoterpen digunakan sebagai sedative. Linalil asetat yang terdapat dalam

aromaterapi lemon merupakan senyawa ester yang terbentuk melalui

penggabungan asam organik dan alkohol. Ester sangat berguna untuk

menormalkan keadaan emosi serta keadaan tubuh yang tidak seimbang,

dan juga memiliki kasiat sebagai penenang serta tonikum, khususnya pada

system syaraf (Tarsikah, 2012).

Geranil asetat dalam aromaterapi lemon merupakan salah satu

senyawa monoterpenoid dan alkohol dengan formula C10H18O yang

menyebabkan bau. Bau di tingkat dasar terendah, dapat merangsang tubuh

untuk merespon secara fisik dan psikologis. Ketika menghirup zat

aromatik atau essential oil memancarkan biomolekul, sel-sel reseptor di

hidung untuk mengirim impuls langsung ke penciuman di otak. Daerah ini

terkait erat dengan sistem lain yang mengontrol memori, emosi, hormon,

seks, dan detak jantung. Segera impuls merangsang untuk melepaskan

hormon yang mampu menentramkan dan menimbulkan perasaan tenang

serta mempengaruhi perubahan fisik dan mental seseorang sehingga bisa

mengurangi mual muntah (Young, 2011).

2.4.3 Komposisi

Kandungan senyawa dalam lemon adalah α-Pinena + αThujena

(1.81%), Kamfena (0.04%), β-Pinena (8.57%), Sabinena (1.62%), Mirsena

(1.62%), α-Phelandren (0.04%), αTerpinena (0.17%), Limonena (70.58%),

β-Phelandren (0.32%), cis-β-Osiemna (0.07%), γ-Terpinena (8.52%),


26

pSimena (0.35%), Terpinolen (0.38%), Oktanal (0.05%), Nonanal

(0.12%), Sitronellal (0.07%), Dekanal (0.04%), Linalol (0.12%), Linalil

asetat (0.05%), α-Bergamoten (0.34%), Terpinena-4-ol & β-Kariopilena

(0.24%), Neral (1.01%), α-Terpineol (0.37%), Neril asetat (0.32%), β-

Bisbolen (0.58%), Geranial (1.65%), Geranil asetat (0.17%), Nerol

(0.13%), Geraniol (0.06%) (Clarke, 2009).

2.4.4 Kelebihan Aromaterapi Lemon Essential Oil

Lemon essential oil mengandung hingga 70% d-limonene yaitu

substansi antioksidan kuat yang mampu melawan kanker. Lemon essential oil

berasal dari kulit lemon yang merupakan bagian paling kaya gizi pada lemon

dalam hal fitonutrien larut dalam lemak. Berguna sebagai antiseptik dan

memperbaiki sirkulasi darah.

2.4.5 Kelemahan Aromaterapi Lemon Essential Oil

Penggunaan aromaterapi lemon essential oil pada bagian tubuh yang

sering terpapar sinar matahari akan lebih rentan terbakar sinar matahari

(Candraswari, 2017).

2.4.6 Standar Operasional Prosedur Pemberian Aromaterapi Lemon

Prosedur / langkah-langkah dalam tindakan Aromaterapi secara

inhalasi menurut Ihsan (2013), diantaranya:

a. Persiapan
1) Persiapan pasien
a) Pasien diberitahukan tindakan yang akan dilakukan.
b) Pasien dalam posisi duduk.
2) Persiapan Lingkungan.
a) Ruangan yang tenang.
b) Ruangan yang bersih, cukup fentilasi dan pencahayaan.
3) Persiapan Alat.
27

a) Kapas/Tisu/Sapu tangan
b) Aromaterapi lemon
b. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Menjaga privasi pasien
3) Mengatur pasien pada posisi duduk
4) Meneteskan   2­3   tetes   aromaterapi   ke   tisu   /   sapu   tangan   /   bola

kappa
5) Pasien mengirup aromaterapi pada tisu / sapu tangan / bola kapas

sebanyak 3 kali pernafasan dan diulangi lagi 5 menit jika ibu masih

merasa nyeri.
c. Terminasi

1) Mencuci tangan

2) Mengevaluasi keadaan pasien

3) Memberi kesempatan pasien untuk bertanya

4) Merapikan alat

5) Mencatat kegiatan pada lembar observasi

2.5 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Pandawati (2017) dengan judul “efektifitas teknik

relaksasi dengan menggunakan aromaterapi lemon terhadap penurunan skala

nyeri pada pasien fraktur di ruang rawat inap Seruni RSUD Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto didapatkan hasil nilai rata-rata (mean) sebelum dan sesudah

diberikan aromaterapi lemon sebesar 0,550, standard deviation (SD) sebesar

0,605. Hasil uji t-test dependent (Paired t-test) diperoleh nilai t sebesar 4,067 dan
28

p value = 0,001 yang berarti terdapat perbedaan intensitas nyeri yang signifikan

antara sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lemon.

Hasil penelitian Rahmawati (2018) dengan judul pengaruh

aromaterapi lemon terhadap intensitas nyeri pasien post operasi laparatomi

didapatkan hasil uji statistik wilcoxon signed ranked test. Terdapat perbedaan

intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi sebelum dan sesudah

diberikan aromaterapi lemon p-value 0.000.

2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabeli yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini kerangka konsep secara

sistematis digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.1
Kerangka Konsep

Nyeri pre test Aromaterapi lemon Nyeri post test


29

2.7 Hipotesis

Ha : Ada pengaruh pemberian aromaterapi lemon unutuk mengurangi

intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Pusri

Palembang Tahun 2020.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian aromaterapi lemon unutuk mengurangi

intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Pusri

Palembang Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai