Anda di halaman 1dari 5

I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering

terjadi. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks

vermigormis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.

Apendiks disebut jgua umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini

dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan

usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat,

karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum (Wijaya dan

Yessie, 2013).

Hingga saat ini masalah Apendisitis masih menjadi masalah kesehatan

pada masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), angka

kematian akibat apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8% dan meningkat sampai

20% pada penderita yang berusia kurang dari 18 tahun dan lebih dari 70 tahun

(Sirma, 2017).

Prevalensi dari apendisitis sekitar 7% dari kebanyakan populasi di

Amerika dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun. Kejadian

apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir yaitu usia

17 – 25 tahun. Frekuensi terjadinya apendisitis antara laki-laki dan perempuan

umumnya sama. Terdapat perbedaan pada usia 20-30 tahun, dimana kasus

apendisitis lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki pada usia tersebut

(Fransica, 2019).

1
2

Berdasarkan data dunia di negara-negara berkembang menurut WHO

(World Health Organization) di beberapa negara berkembang memiliki

prevalensi yang tinggi seperti di negara singapura berjumlah 15% pada anak-

anak dan 16,5 % pada dewasa, Thailand 7% pada anakanak dan dewasa

(WHO, 2018).

Setiap tahun apendisitis menyerang 10 juta penduduk Indonesia dan

saat ini morbiditas angka apendisitis di Indonesia mencapai 95 per 1000

penduduk dan angka ini merupakan tertinggi di antara negara-negara di

Association of South East Asia Nation (ASEAN) (Indri, 2017).

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan pada tahun

2018 jumlah kasus apendiksitis di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 5.980

penderita, dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Dari kasus

apendiksitis diketahui (31,3%) kasus memiliki apendiksitis perforasi,

sementara (69,7%) kasus memiliki apendiksitis sederhana. Sedangkan di Kota

Palembang kejadian apendiksitis sebanyak 2.363 penderita dan 19 penderita

diantaranya meninggal (Dinkes Sumsel, 2018).

Berdasarkan data Rumah Sakit Pusri Palembang jumlah pasien

apendiksitis pada tahun 2017 berjumlah …. orang, tahun 2018 berjumlah …

orang dan tahun 2019 berjumlah …. orang, sedangkan pada tahun 2019 dari

bulan Januari – November diketahui jumlah pasien appendiksitis sebanyak …

orang (Profil Rumah Sakit Pusri Palembang, 2019).

Salah satu penatalaksanaan pada pasien apendisitis yakni, bedah

(pembedahan) atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh


3

yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini pada umumnya dilakukan

dengan membuka sayatan, setelah bagian yang akan ditangani tampak,

dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

luka. Dalam setiap pembedahan, diperlukan upaya untuk menghilangkan nyeri

(Sjamsuhidayat dan Jong, 2015).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat

sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun begitu,

banyak aktivitas keperawatan nonfarmokologis yang dapat membantu dalam

menghilangkan nyeri (Smeltzer dan Bare, 2013).

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan

non farmakologi. Pada pasien yang mengalami penanganannya dapat

dilakukan dengan teknik non farmakologi. Tindakan non farmakologi

diantaranya ialah aromaterapi dengan menggunakan aromaterapi lemon, yang

bertujuan untuk melihat pengaruh aromaterapi lemon terhadap intensitas nyeri

pasien post operasi laparatomi. Bau berpengaruh langsung terhadap otak

manusia, seperti narkotika. Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan

lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi manusia tanpa

disadari. Bau-bauan tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia.

Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang di

pancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan

mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Rahmayati, 2018).


4

.Minyak aromaterapi lemon mempunyai kandungan limeone 66-80

geranil asetat, netrol, terpine 6-14%, α pinene 1-4% dan mrcyne. Limeone

adalah komponen utama dalam senyawa kimia jeruk yang dapat menghambat

sistem kerja prostaglandin sehingga dapat mengurai nyeri. Selain itu limeone

akan mengontrol siklogienase I dan II, mencegah aktivitas prostaglandin dan

mengurangi rasa sakit. (Namazi, dkk., 2014).

Hasil penelitian Narrilawati (2015) tentang pemberian aromaterapi

lemon terhadap terhadap penurunan nyeri dengan asuhan keperawatan pada

Ny N post operasi laparatomi di RSUD Sukoharjo didapatkan hasil bahwa

nyeri berkurang dari skala nyeri sebelum diberikan aromaterapi lemon 4 dan

sesudah diberikan aromaterapi lemon menjadi 2.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh pemberian aromaterapi lemon unutuk mengurangi

intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Pusri

Palembang Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian aromaterapi lemon unutuk

mengurangi intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi di Rumah Sakit

Pusri Palembang Tahun 2020?.


5

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lemon unutuk

mengurangi intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi di Rumah Sakit

Pusri Palembang Tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dan

para pembaca mengenai perbandingan penatalaksanaan nyeri secara non

farmakologis yaitu menggunakan aromaterapi lemon pada pasien post

apendiktomi serta memberikan kesempatan peneliti untuk mengaplikasikan

ilmu keperawatan medikal bedah dan metodologi penelitian yang telah

dipelajari di perkuliahan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat diterapkan dalam pemberian intervensi keperawatan untuk

mengurangi intensitas nyeri pada pasien post apendiktomi dengan teknik

pengurang nyeri non-farmokolgis yang biasanya mempunyai resiko yang

sangat rendah..

Anda mungkin juga menyukai