Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Broiler adalah jenis ternak unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang

sangat cepat, karena dapat dipanen pada umur 5 minggu (Umam, M. K, et al.,

2009). Menurut Rasyaf (1992) dalam Umam, M. K, et al., (2009) ayam pedaging

adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu

ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat,

serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Banyak strain ayam

pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan sekelompok ayam yang

dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan

ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP707, Starbro, Hybro

(Suprijatna, E., et al., 2005).

Ayam broiler adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan ayam hasil

budidaya teknologi yang memiliki karakter ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan

cepat, penghasil daging dengan konversi pakan irit dan siap potong pada usia relatif

muda. Pada umumnya ayam broiler siap dipotong pada usia 35 – 45 hari (Murtidjo,

1993 dalam Hanifah. A, 2010).

Ayam broiler dapat menghasilkan relatif banyak daging dalam waktu yang

singkat. Ciri – cirinya adalah sebagai berikut :

1. Ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak, dan berdaging

penuh, sehingga disebut tipe berat.

2. Bergerak lambat dan tenang.

5
6

3. Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.

4. Beberapa jenis ayam pedaging mempunyai bulu kaki dan masih suka

mengeram (Rahayu, 2011).

Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Keunggulan broiler

didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi makanan,

temperatur lingkungan, dan pemeliharaan. Sedangkan kelemahannya adalah

memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap

suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Umam, M. K, et al., 2009).

Ransum Ayam Broiler

Ransum sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap

pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum disebut seimbang

apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam

perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga mendapatkan ayam dengan

pertumbuhan yang cepat dan produksi yang efisien, maka penyusunan ransum perlu

diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta

keseimbangannya (Zulfanita et al., 2011).

Menurut Wahju (1992). Pakan (ransum) diformulasikan dari berbagi bahan

pakan yang diberikan dengan batasan tertentu sehingga menghasilkan formula yang

mengandung zat gizi yang diinginkan. Penggunaan ransum akan berpengaruh pada

performance ayam pedaging. Dalam industri pakan dikenal beberapa bentuk pakan,

yaitu butiran (mash), pellet, dan crumble. Bentuk pakan berpengaruh terhadap

tingkat konsumsi ayam pedaging. Prinsip pemberian pakan antara lain :


7

a) Sebelum ransum diberikan, periksa kualitas ransum, seperti warna, bau,

kotoran, jamur, ketengikan, dll.

b) Ransum dapat diberikan secara Adlibitum (tidak terbatas), atau bisa dengan

pemberian dilakukan tiga kali dalam satu hari dan jumlahnya ditakar

(Terbatas).

c) Pengisian ransum ke dalam tempat pakan sebaiknya disesuaikan dengan

kapasitas tempat ransum, untuk menghindari ransum terbuang percuma.

d) Lakukan pengaturan jumlah dan ketinggian tempat pakan ayam sesuai

tinggi ayam (Murtidjo, B. A, 1993).

Pemberian pakan harus diperhatikan dalam beternak ayam pedaging, karena

jika peternak tidak bisa mengatur pengeluaran untuk pakan yang dikonsumsi oleh

ternak, maka biaya produksi untuk pakan akan menjadi tinggi dan hasil yang

didapat dari penghasilan akan sangat sedikit.

Ransum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, mengganti

jaringan yang rusak dan untuk pertumbuhan (Adiguna, 2009). Konsumsi ransum

ayam pedaging tergantung pada kandungan energi ransum, strain, umur, aktivitas,

serta temperatur lingkungan (Wahju, 1992). Menurut Anggorodi (1985) nutrien

yang harus ada dalam ransum adalah energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, dan

air. Kebutuhan nutrisi broiler umur 0-6 minggu disajikan pada Tabel 1.
8

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Broiler Umur 0 – 6 Minggu


Zat Nutrisi Starter Finisher
Protein Kasar (%) 23 20
Lemak Kasar (%) 4 3-4
Serat Kasar (%) 3-5 3-6
Calsium (%) 1 0,9
Phospor (%) 0,45 0,4
Energi Metabolis (kkal/kg) 3200,0 3200,0
Sumber : Anggorodi, 1985 dalam Adiguna 2009.

Konsumsi Pakan

Sebagian besar peternak ayam broiler memberi pakan dan minum

secara adlibitum dan diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari.

Suhu lingkungan pada pagi dan sore hari mendekati suhu nyaman

atau themoneutral zone untuk pertumbuhan ayam sehingga pemberian pakan pada

waktu tersebut dapat di metabolisme dengan optimal dan akan menghasilkan

performa yang optimal. Pemberian pakan pada siang hari dengan rata-rata suhu

lingkungan di daerah tropis yang berada diatas suhu normal, akan berdampak pada

penurunan konsumsi pakan dan proses metabolisme yang kurang optimum

sehingga menghasilkan performa yang buruk (Adiguna, 2009).

Menurut Scott et al., (1982). air merupakan senyawa penting dalam

kehidupan. Dua pertiga bagian tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan

untuk kehidupan. Air mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif

dalam transformasi zat-zat makanan.

2. Penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap

dan specific heat.


9

3. Membantu mempertahankan homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan

perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmosis, konsentrasi

elektrolit.

Kebutuhan air pada ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

faktor ransum yang diberikan, faktor lingkungan, kesanggupan menahan

air, aktivitas ternak, dan kondisi fisiologis ternak (Chruch dan Pond, 1998).

Jumlah kebutuhan air minum ayam pedaging umur 1-5 minggu disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kebutuhan Air Minum Ayam


Umur Kebutuhan Air Minum (ml/ekor/minggu)
Minggu ke-1 225
Minggu ke-2 480
Minggu ke-3 725
Minggu ke-4 1000
Minggu ke-5 1250
Sumber : (National Research Council, 1994)

Kayu manis

Kayu manis merupakan tanaman yang seluruh bagian batang atau kulit

batangnya dapat digunakan sebagai obat. Kayu manis telah ada selama berabad-

abad. Kayu manis memiliki sejarah panjang baik sebagai bumbu dan sebagai obat.

Bahkan di zaman kuno, rempah-rempah ini begitu sangat berharga yang dianggap

lebih berharga dari emas. Pada masa Mesir kuno digunakan sebagai campuran

untuk pembalseman (pengawetan mayat) dan sekarang ini digunakan untuk

berbagai macam keperluan, khususnya untuk herbal (Azima et, al., 2010).
10

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman kayu manis diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : magnoliophyta

Sub division : magnoliophyta

Classis : magnoliopsida

Ordo : laurales

Familia : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum verum

Kayu manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde,

tannin, kalsium oksalat, damar, zat penyamak. Kayu manis, kulit bagian dalam

pohon dari genus Cinnamomum. Namun, dari genus Cinnamomum yang benar-

benar sebagai kayu manis adalah yang berasal dari pohon Verum Cinnamomum.

Kayu manis memiliki aroma yang baik dan manis serta rasa hangat ketika

mengkonsumsinya (Azima et al., 2010).

Minyak atsiri daun, batang dan ranting kayu manis mengandung sekitar 70-

75%, disamping itu juga mengandung eugenol sekitar 4-8% dan beberapa senyawa

yaitu polifenol, alkaloid, steroid, flavonoid dan saponin (Azima et al., 2010).

Dinyatakan pula kandungan total fenol dalam kayu manis sebesar 62,25% yang

terdiri dari tanin, flavonoid, terpenoid, saponin dan alkaloid. Senyawa fitokimia

yang terdapat dalam kayu manis dapat berfungsi sebagai antioksidan, anti agregasi

platelet dan anti hiperkolesterolemia. Senyawa tanin (polifenol) dan flavonoid


11

dapat berfungsi sebagai antioksidan sedangkan triterpenoid dan saponin dapat

berfungsi sebagai penurun kolesterol (King, 2002 dalam Azima et al., 2010). Kayu

manis atau cinnamon dan Cornus afficinalis menunjukkan kemampuan

antimikrobia dan sangat stabil terhadap panas, pH, dan penyimpanan. Campuran

ekstrak lebih efektif mencegah pertumbuhan Escherichia coli dibanding kalium

sorbat pada 2-5 mg/mL. Menurut Azima et al., (2010) menyatakan bahwa ekstrak

kayu manis mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan dapat mencegah

arterosklerosis. Kayu manis mengandung antimikroba yang kuat, anti inflamasi,

anti infeksi dan anticlotting (mencegah pembekuan darah).

Kayu manis juga sebagai sumber yang potensial untuk antioksidan,

polifenol, dan mineral seperti kalsium, mangan, zat besi dan serat makanan semua

zat gizi penting yang membantu menjaga tubuh sehat. Selain itu, adalah sumber

alami dari gula, karbohidrat, asam lemak dan asam amino. Disamping itu, kayu

manis mengandung komponen aktif yang disebut cinnamaldehyde, cinnamyl asetat

dan cinnamyl alcohol (Azima et al., 2010). Kandungan kimia kayu manis disajikan

pada Tabel 3.
12

Tabel 3. Kandungan kimia kayu manis


Nutrisi Unit Per 100 g
Air G 10.58
Energi Kcal 247
Protein G 3.99
Total lemak G 1.24
Karbohidrat G 80.59
Fiber G 53.1
Gula G 2.17
Kalsium mg 1002
Besi mg 8.32
Magnesium mg 60
Fosfor mg 64
Potassium mg 431
Natrium mg 10
Seng mg 1.83
Vitamin C mg 3.8
Thiamin mg 0.022
Riboflavin mg 0.041
Niacin mg 1.332
Vitamin B-6 mg 0.158
Folate, DFE G 6
Vitamin B-12 G 0.00
Vitamin A, RAE G 15
Vitamin A, IU IU 295
Vitamin E (alpha-tocopherol) Mg 2.32
Vitamin D (D2 + D3) G 0.0
Vitamin D IU 0
Vitamin K (phylloquinone) G 31.2
Asam lemak jenuh Gr 0.345
Asam lemak tidak jenuh Gr 0.246
Kolestrol Mg 0
Kafein Mg 0
Sumber : (Wijayanti, 2010)

Penggunaan antioksidan alami dapat mengurangi terjadinya oksidasi lemak

dalam proses maupun penyimpanan bahan pakan. Asam lemak tidak jenuh rantai

panjang mudah teroksidasi dalam bentuk hidroperoksida dan mengalami

dekomposisi menjadi produk-produk sekunder diantaranya asam aldehid, keton

dan senyawa-senyawa teroksidasi dan menurunkan kualitas pakan, flavor, rasa,


13

nilai nutrisi, dan menghasilkan senyawa toksik. Untuk mengurangi oksidasi lemak

dapat digunakan antioksidan alami yang berfungsi menghilangkan peroxyl

pembawa radikal atau mengurangi terbentuknya radikal. Penggunaan pakan yang

disuplementasi dengan alpha tocopherol mampu memberikan stabilitas lemak

pada daging ayam. Eugenol, carvacrol dan thymol merupakan senyawa aktif utama

dalam kayu manis Azima et al., (2010). Cengkeh, oregano dan thyme mempunyai

aktivitas sebagai antioksidan (Dorman et al., 2000).

Penggunaan rempah kayu manis saat ini tidak hanya berkembang pada

ransum-ransum maupun air minum pada hewan ternak, tetapi juga berkembang

pada makanan manusia. Sejumlah produk makanan dan obat obatan manusia telah

juga dilengkapi dengan ekstrak kayu manis. Dengan demikian pemberian rempah

kayu manis pada ternak unggas diharapkan dapat memberikan manfaat terutama

peningkatan performans (bobot badan). Sehingga ke depan diharapkan dapat

menjadikan usaha peternakan unggas menjadi lebih ekonomis dan menguntungkan

(Azima et al., 2010).

Lemak Abdominal

Menurut Kubena et al., (1974) dalam Subekti et al., (2012) lemak

abdominal adalah lemak yang di sekeliling gizzard, organ reproduksi dan lemak

yang terdapat diantara otot abdominal, usus, dan sekitar kloaka. Penimbunan pada

daerah perut ini merupakan produk limbah pada ayam pedaging. Menurut Holseiner

dan Veerkamp (1992) dalam Gultom (2012) menyatakan bahwa lemak abdominal

merupakan masalah sehubungan dengan prosesing karkas broiler kira kira


14

mengandung 2,5 % lemak abdominal pada berat hidup pada umur potong enam

minggu. Sedangkan menurut Leeson dan Summers (1980), dalam Wijaya (2010)

berkisar antara 1,4 – 26 % dari berat hidup pada ayam broiler jantan dan 3,2 – 4,8

pada ayam betina.

Kandungan lemak abdominal di pengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

species, kandungan nutrisi dan suhu lingkungan. Persentase lemak abdominal pada

ayam betina cenderung lebih tinggi dari ayam jantan, dan persentase cenderung

meningkat dengan bertambahya umur. Galur arbor aceres memiliki persentase

lemak abdominal lebih tinggi dari pada galur Lohman, ayam galur gemuk dan ayam

galur kurus, hasil seleksi terhadap tujuh generasi nisbah lemak abdominal dan

lemak badan, mempunyai kemampuan yang berbeda dalam lipogenesis. Ayam

galur gemuk memperlihatkan lipogenesis in vivo lebih besar dari pada karkas

Subekti et al., (2012).

Menurut Muhammad (2006) menyatakan bahwa lemak abdominal

meningkat pada suhu lingkungan panas, lemak abdominal yang dihasilkan ayam

pedaging yang dipelihara pada lingkungan kandang bersuhu tinggi lebih banyak

dari pada yang dihasilkan ayam pada suhu rendah (Kubena et al., 1974).

Bertambahnya luasan nisbah energi protein ransum akan meningkatkan

penimbunan lemak, sebaliknya pengaruh kandungan energi ransum dijelaskan oleh

(Leeson et al., 1996). Berdasarkan penelitiannya, bahwa peningkatan energi ransum

menyebabkan peningkatan kandungan lemak tubuh.

Peningkatan berat badan ayam broiler diberi makan ekstrak kayu manis

dikarenakan terdapatnya bahan aktif seperti cinnameledhyde dalam kayu manis


15

yang dianggap sebagai pencernaan stimulating factor. Ekstrak kayu manis

dilaporkan untuk merangsang sistem pencernaan unggas dan fungsi hati dan enzim

pencernaan (Al-Kassie, 2009). Beberapa senyawa tanaman medis seperti

cinnameledhyde meningkatkan pencernaan ayam broiler melalui sekresi kelenjar

ludah dan meningkatkan aktifitas pankreas dan enzim mukosa usus (Taback et al.,

1999).

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah suplementasi kayu manis pada aras 1 ml

dapat memperbaiki kualitas karkas ayam broiler dan menurunkan lemak abdominal.

Anda mungkin juga menyukai