PENDAHULUAN
1
satu keunggulan dari teknik budidaya kerang mutiara ini adalah para
pembudidaya dapat merekayasa untuk menghasilkan kerang mutiara dengan
siklus waktu produksi yang cepat dan hasil produksi banyak.
Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Bali merupakan beberapa daerah di
Indonesia yang memiliki beberapa perusahaan penghasil kerang mutiara. Salah
satu perusahaan tersebut adalah PT. Horiko Abadi yang berada di Buleleng,
Provinsi Bali. Perusahaan ini bekerjasama dengan Jepang untuk
membudidayakan kerang mutiara dengan beberapa jenis mulai dari awal
kegiatan budidaya hingga pemasaran. Banyak teknologi yang digunakan untuk
mendukung kegiatan budidaya dalam perusahaan ini salah satunya adalah
metode budidaya kerang mutiara rakit apung. Oleh sebab itu, penulis
melaksanakan praktik kerja lapang di PT. Horiko Abadi dengan harapan mampu
mengaplikasikan teori yang didapat selama melaksanakan perkuliahan ke dalam
kegiatan langsung di lapangan, serta dapat menambah wawasan baru yang
berguna di masa depan.
1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapang IV (PKL – IV) ini adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman taruna tentang kegiatan
budidaya perikanan dengan komoditas air laut.
2. Mempelajari kegiatan teknik pembenihan kerang mutiara di PT. Horiko Abadi.
3. Melaksanakan kegiatan teknik pembenihan kerang mutiara di PT. Horiko
Abadi.
1.3. Manfaat
Praktik Kerja Lapang IV (PKL–IV) ini diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan, wawasan, dan pengetahuan taruna Politeknik Kelautan dan
Perikanan Jembrana khususnya Program Studi Budidaya Ikan. Beberapa
manfaat yang diharapkan diperoleh dari pelaksanaan kegiatan ini, adalah
sebagai berikut:
1. Taruna mampu memahami tentang kegiatan pembenihan perikanan dengan
komoditas air laut.
2. Taruna mampu memahami dan melaksanakan kegiatan teknik pembenihan
kerang mutiara.
3. Taruna mampu memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kegiatan teknik pembenihan kerang mutiara.
2
3
II. METODOLOGI
4
Interview atau wawancara adalah proses tanya jawab dalam pengamatan
yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih yang bertatap muka
untuk mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan.
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi Aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan.
5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada unit pembenihan PT. Horiko Abadi berada di Perairan Laut Jawa,
dengan kondisi perairan yang bersih dan jernih, dasar karang berpasir, serta
memiliki salinitas 31 ppt dan pH 8.
6
3.2. Sejarah Perusahaan
Dahulu PT. Horiko Abadi merupakan unit usaha perikanan yang bergerak
di dalam kegiatan pendederan ikan kerapu. Kegiatan tersebut merupakan usaha
keluarga yang didirikan oleh Bapak Horiko, namun karena usahanya tidak
berkembang dengan baik dan berkeinginan untuk tetap melanjutkan usaha di
sektor perikanannya perusahaan ini memutar otak bagaimana cara untuk
mendapatkan provit lebih. Hal tersebut dapat terjadi sebab pendapatan dari
kegiatan pendederan ikan kerapu mengalami penurunan, sehingga usaha
budidaya pendederan ikan kerapu diubah menjadi usaha kerang mutiara,ide
tersebut dapat dirintis mengingat harga pasaran mutiara sangat mudah dan
mampu memberikan keuntungan yang besar.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi
Manusia Nomor C-10237 HT.01.01 Tahun 2001 yang disahkan tanggal 4 Oktober
2001, menyatakan bahwa PT. Horiko Abadi berstatus sebagai perusahaan
Perseroan Terbatas dengan kegiatan usaha pokoknya budidaya biota laut yaitu
kerang mutiara. Usaha tersebut beralamat di Dusun Kertakawat, Desa
Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng di bawah pimpinan Bapak
Horiko sebagai pemilik perusahaan.
7
Susunan organisasi PT. Horiko Abadi dapat dilihat pada Gambar 2.
8
2. Fasilitas pendukung: merupakan sarana yang mendukung kegiatan
operasional, meliputi:
Sarana transportasi terbagi menjadi dua, yaitu transportasi laut adalah
speedboat dengan jumlah 5 unit dan sarana transportasi darat adalah 1
mobil pick up berfungsi sebagai alat transportasi kerang, baik ke lokasi
pemeliharaan di laut maupun mobilisasi ke cabang perusahaan di PT.
Freedom.
Listrik dari PLN (perusahaan listrik negara) sebagai sumber listrik utama.
Telepon sebagai media informasi dan komunikasi.
9
Kapasitas dari keranjang kawat sendiri untuk kerang mutiara indukan adalah
delapan buah, sedangkan untuk kerang mutiara berukuran spat bisa
menampung 60 buah. Keranjang kawat untuk kerang mutiara dapat dilihat pada
Gambar 3.
10
(a) (b)
Gambar 4. Peralatan pada kegiatan pembenihan kerang mutiara; (a) shell
opener dan (b) spatula
11
(a) (b)
Gambar 5. Gonad indukan kerang mutiara; (a) gonad jantan dan (b)
gonad betina
12
Gambar 6. Pemberian air panas guna meningkatkan suhu air pada bak
pemijahan
Cara yang biasa dilakukan di PT. Horiko Abadi untuk meningkatkan suhu
pada saat kegiatan pemijahan adalah dengan menuangkan air panas secara
perlahan ke dalam wadah pemijahan serta mengaduknya agar air merata.
Selanjutnya air yang sudah tercampur di wadah pemijahan tersebut diukur
suhunya menggunakan termometer. Apabila setelah dilakukan pengukuran suhu
belum juga meningkat sesuai standar operasional perusahaan, air panas
dituangkan kembali, dengan suhu maksimal yang akan dicapai dalam wadah
pemijahan adalah 340 C.
Tabel 1. Fase kenaikan suhu
No Suhu Selang Waktu
1 280C -
2 300C 7 menit
3 320C 5 menit
4 340C 8 menit
13
keluarlah sel-sel gonad yang terlihat seperti keluarnya asap berwarna putih. Asap
putih tersebut merupakan sperma yang dikeluarkan oleh induk jantan. Setelah
sperma keluar, hal tersebut akan merangsang keluarnya sel telur sebab pada
sperma mengandung hormon feromon sehingga aroma khasnya mampu
memikat induk betina segera mengeluarkan sel kelaminnya (sel telur) (Winanto,
2004).
Selain itu, manipulasi lingkungan yang sering dilakukan adalah dengan
pergantian air secara periodik. Hal ini dilakukan agar induk mengalami stress
akibat kekurangan oksigen dan terangsang untuk memijah, serta membersihkan
wadah pemijahan yang sedang berlangsung. Rangsangan tersebut dapat timbul
akibat perubahan suhu yang terjadi antara suhu di wadah pemijahan dengan
suhu air di dalam wadah pemijahan sehingga kerang mutiara mengalami
fluktuasi naik turunnya suhu.
Salah satu teknologi baru untuk mempercepat berlangsungnya kegiatan
pemijahan adalah penggunaan bahan kimia, tetapi hasil pembuahan atau
fertilisasi biasanya kurang baik. Seperti halnya pada manipulasi lingkungan,
penggunaan bahan kimia juga bertujuan merubah lingkungan mikro tempat
pemijahan. Secara ekstrim bahan kimia dapat merubah pH air menjadi asam
atau basa, yang bertujuan memberikan shock fisiologis pada induk sehingga
terpaksa mengeluarkan sel-sel gonadnya. Jenis bahan-bahan kimia yang umum
digunakan antara lain :
a. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Larutan hidrogen peroksida digunakan untuk merendam induk yang akan
dipijahkan. Sebelum perlakuan dimulai, sebaiknya induk diaklimatisasi terlebih
dahulu selama 10-12 jam. Konsentrasi H2O2 berkisar 5-7% yang dilarutkan ke
dalam air laut. Selanjutnya, induk dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama
1-2 jam. Setelah perlakuan, media air diganti dengan cara disifon atau induk
diambil, lalu dipindahkan langsung ke bak pemijahan yang telah diisi air laut.
Pada konsentrasi larutan H2O2 3-6 μM (millimolar) dapat merangsang induk untuk
memijah dengan presentase 18-20%. Pemijahan biasanya terjadi setelah induk
dikembalikan ke dalam bak berisi air laut (Winanto, 2004).
14
b. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH dalam bentuk butiran dilarutkan dalam air laut. Larutan NaOH
bertujuan untuk meningkatkan pH air dari pH 8 menjadi pH 9,0 – 9,5. Induk yang
akan dipijahkan dimasukkan ke dalam larutan NaOH selama 2-3 jam. Jika belum
terjadi pemijahan, induk dikembalikan ke bak pemijahan yang berisi air laut.
Pemijahan dengan menggunakan pH 9,5 dapat merangsang pemijahan dengan
presentase rata-rata 68,4% sedangkan dengan pH 9,0 dapat merangsang
pemijahan rata-rata 47,6% (Winanto, 2004).
15
Gambar 9. Kegiatan pemijahan kerang mutiara
16
Gambar 10. Proses penyaringan larva kerang mutiara
17
Tabel 2. Stadia perkembangan larva
No Stadia Gambar Keterangan
1. Fase Veliger Fase veliger atau larva
(D shape larvae) bentuk D (D shape) dicapai
setelah larva berumur 18-20
jam dan berukuran 70μ x
80μ. Larva fase veliger
bersifat fotopositif sehingga
tampak berenang-renang di
sekitar permukaan air. Oleh
karena itu sirkulasi air harus
diperhatikan.
18
5. Fase Fase transisi atau fase akhir
Plantigrade kehidupan planktonis larva
terjadi pada hari ke 20-22,
ukuran larva plantigrade
sekitar 230μ x 210μ yang
ditandai dengan tumbuhnya
cangkang baru di sepanjang
periphery dan memproduksi
benang-benang bisus untuk
menempelkan diri pada
substrat.
Larva yang sehat dicirikan oleh aktivitas gerak, distribusi, dan warna di
bagian perut. Larva yang sehat tampak bergerak aktif berputar-putar dengan
menggunakan silia dan menyebar merata, terutama di bagian lapisan permukaan
dan tengah air. Larva yang tidak sehat atau kondisinya kurang baik akan berada
di lapisan air bagian bawah dan di bagian dasar bak.
Selanjutnya larva diberi pakan alami berupa Isochrosys galbana dan
Pavlova lutheri secara miskroskopis dapat diamati maka tampak larva yang sehat
akan banyak makan (kenyang) sehingga perutnya berwarna kuning tua,
sedangkan larva yang tidak sehat akan terlihat cukup makan (sedang) bagian
perutnya berwarna kuning dan tidak mau makan bagian perutnya berwarna
kuning muda.
Warna larva dapat bervariasi, tergantung jenis pakan yang dikonsumsi.
Namun, larva yang sehat biasanya berwarna coklat keemasan, terutama di
bagian saluran pencernaan (digestive diverticulum). Pada fase awal, warna larva
dapat berubah nyata jika mengkonsumsi pakan dengan warna yang berbeda.
Namun, seiring dengan pertumbuhan larva dan cangkangnya pun semakin tebal
maka pengaruh warna pakan tidak terlihat lagi. Perbedaan larva sehat dan tidak
sehat dapat dilihat pada Gambar 11.
19
(a) (b)
Gambar 11. Larva kerang mutiara; (a) larva sehat dan (b) larva tidak sehat
20
substrat yang keras atau kasar. Kolektor yang digunakan di PT. Horiko Abadi
memiliki panjang 20 cm (dalam bentuk sudah kepangan).
Sebelum kolektor digunakan terlebih dahulu kolektor dicuci bersih, setelah
larva berubah bentuk menjadi spat dengan ditandai adanya benang bisus maka
secara sendirinya spat itu akan mencari substrat untuk menempel. Hal ini
berlangsung sampai spat berumur ±3 bulan dan siap untuk diturunkan ke KJA.
Tempat penempelan spat (kolektor) dapat dilihat pada Gambar 13.
(a) (b)
Gambar 13. Media penempelan spat (substrat); (a) kolektor dan (b) cara
pemasangan kolektor
21
Larva mulai diberi pakan pada hari kedua, untuk kombinasi jenis
fitoplankton dan presentasenya pada umur 2-14 hari campuran Pavlova lutheri
20%, Isochrysis galbana sebanyak 20% dan Chaetosceros sp 60%. Pada umur
15-33 hari campuran fitoplankton yang diberikan yaitu Pavlova lutheri, Isochrysis
galbana, Chaetosceros sp. masing-masing sebanyak 30%, sedangkan
Nannochloropsis sp. sebanyak 10%. Grafik manajemen pakan pada PT. Horiko
Abadi dapat dilihat pada Gambar 14.
Masa Pemeliharaan
22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari dilaksanakannya praktik kerja lapang IV ini adalah taruna
dapat mempelajari tentang pembenihan kerang mutiara dengan beberapa cara,
salah satunya seperti menggunakan metode kejut suhu serta mempelajari
beberapa faktor penting seperti, penyediaan induk, pemeliharaan induk, seleksi
induk, teknik pemijahan, proses pemijahan, dan panen telur yang harus
dilakukan ketika kegiatan pembenihan berlangsung.
4.2. SARAN
Semoga ke depannya perusahaan dapat menyediakan fasilitas
laboratorium yang lengkap sehingga mampu mempelajari tentang perhitungan
dalam pemberian pakan secara tepat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya, B.S. 2008. Budidaya Tiram Mutiara. Mutiara Books, Jakarta Pusat.
Balai Budidaya Laut (BBL). 2006. Paket Usaha Pendederan Tiram
Mutiara (Pinctada maxima) Skala Kecil. Balai Budidaya Laut. Lombok.
Hamzah, M.S. 2013.Intensitas cahaya lampu pijar terhadap perkembangan
embriogenesis dan kelangsungan hidup larva kerang mutiara (Pinctada
maxima). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Ikatan Sarjana
Oseanologi Indonesia dan Dep. Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor, 5(2) : 391-399.
Hermawan. A, Sugiyono. dan Sri Rahayu. T, 2001. Pembenihan Tiram Mutiara
(Pinctada maxima). Dirjen Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan
dan Perikanan. Lampung.
Mamangkey, G. 2006. Kerang Penghasil Mutiara. Penerbit Tarsito. Bandung.
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.
Nurhijriani. 2005. Teknik dan Manajemen Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada
maxima) di LBL Lombok Stasiun Sekotong Lombok Barat (NTB). PSTA
Jakarta.
Strack, E. 2006, Pearls, Kunz & Stevenson published. Australia.
Suparmoko. 1995. Ekonomika Pembangunan. BPFE. Yogyakarta.
Susilowati, R. 2009. Keragaman Genetik Tiram Mutiara sebagai Informasi Dasar
untuk Pemuliaan Tiram Mutiara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institute Pertanian Bogor. Hal. 62-64.
Winanto, T. 2004. Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Dirjen
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Lampung.
24