Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

ACARA 3
PENGAMATAN pH TANAH MENGGUNAKAN INDIKATOR KERTAS
LAKMUS DAN AGREGAT TANAH MENGGUNAKAN METODE
VILENSKY
Dosen Pengampu : Drs. Rudi Hartono , M.Si

Oleh:

Nama : Rika Mandasari


NIM : 170721636537
Offering : L / 2017
Asisten Praktikum : 1.M.Aunal Mu’thi
2.M.RasnandaAsyari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
ACARA 3

PENENTUAN PH TANAH MENGGUNAKAN INDIKATOR KERTAS


LAKMUS DAN AGREGAT TANAH MENGGUNAKAN METODE
VILENSKY

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menenetukan pH tanah menggunakan indikator
kertas lakmus.
2. Mahasiswa dapat menentukan agregat tanah menggunakan metode
vilensky.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Penentuan pH tanah
Alat: a. Cawan
b. Lumpang dan alu
c. Pipet
d. Tabung reaksi
e. Timbangan
f. Alat tulis
g. Kertas lakmus
Bahan: a. Sampel tanah
b. Cairan aquades
c. Cairan BaSO4
2. Penentuan agregat tanah
Alat: a. Buret dan statis
b. Handphone(stopwatch)
c. Cawan
d. Alat tulis
e. Penggaris
f. Tisu
g. Beaker glass
h. Gelas ukur
Bahan: a. Sample tanah
b. Cairan aquades
III. DASAR TEORI

Tanah ialah suatu sistem dispers yang terdiri dari fase padat, fase cair dan
fase gas. Pasi, debu, dan bahan organik kasar merupakan kerangka sedangkan
koloid lempung dan koloid humus dapat diumpamakan sebagai daging dan darah,
karena merupakan pusat reaksi kimia koloid. Dilihat dari segi kimia, tanah
merupakan suatu kumpulan dari banyak senyawa kimia, mulai dari senyawa kimia
sederhana hingga senyawa kimia organik dan anorganik yang kompleks.
Larutan tanah (soil solution) adalah lengas tanah yang dibahas dari segi
ilmu kimia tanah. Bermacam-macam ion, asam, basa, garam, alkohol, tepung dan
senyawa-senyawa kimia tak larut lainnya, serta gas-gas terdapat dalam lengas
tanah, membentuk “’larutan tanah”. Reaksi larutan tanah ditentukan oleh kadar H+
dan OH-. Jika kadar H+ > OH- disebut bereaksi masam dan sebaliknya jika H+ <
OH- disebut bereaksi basa atau alkali. Jika larutan tanah mempunyai kadar H+ =
OH- maka larutan tanah disebut bereaksi netral.

1. pH Tanah
PH adalah logaritma negatif dari hidrogen aktivitas ion. PH tanah adalah
salah satu yang paling banyak sifat penting yang terlibat dalam pertumbuhan
tanaman. Ada banyak hubungan pH tanah, termasuk orang-orang dari kapasitas
pertukaran ion dan ketersediaan nutrisi. Sebagai contoh, senyawa besi menurun
kelarutan dengan meningkatnya pH, menghasilkan banyak contoh di mana pH
tanah tinggi (alkalinitas tanah) menyebabkan kekurangan zat besi untuk
pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah (soil reaction) diartikan sebagai keasaman dan kebasaan tanah
yang dinyatakan dengan nilai pH. Reaksi larutan tanah atau disingkat reaksi tanah
ditentukan oleh kadar H+ dan OH-. Derajat keasaman tanah yang terdapat dalam
larutan tanah disebut derajat keasaman aktual atau aktif, sedangkan derajat
keasaman tanah yang terdapat dalam koloid tanah disebut derajat keasaman
potensial.

pH = Logaritma [H+] dalam larutan tanah


pH = - Log [H+]

H2O H+ + OH-

(hidrogen) (hidroksil)

Berat Atom : H = 1

0 = 16

OH = 17

1 liter asam 1 N terdiri dari 1 gr H+ dan 1 liter basa 1 N terdiri dari 17 gr


OH-.

pH keasaman (Normalitas H+)


1 1,0
2 0,1
3 0,01
4 0,001
5 0,0001
Dan seterusnya....

Klasifikasi keasaman tanah, dibedakan sebagai berikut (foth, 1990):

Tingkat pH
keasaman
Sanagat masam < 5,5
Masam 5,5 – 6,0
Agak masam 6,0 – 6,5
Sedikit masam 6,5 – 7,0
Sedikit basa (agak 7,0 – 7,5
alkalis)
Agak basa (agak 7,5 – 8,0
alkalis)
Basa (alkalis) 8,0 – 5,5
Sangat basa > 8,5
(alkalis)

2. Agregat Tanah

Agregat tanah terbentuk jika partikel-partikel tanah menyatu membentuk


unit-unit yang lebih besar. Struktur tanah adalah salah satu dasar tanah yang
sangat mempengaruhi sifat yang lain, serta besar pengaruhnya terhadap
kemampuan tanah sebagai media vegetasi tumbuhan. Tanah yang ideal bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah yang berstruktur mantap.
Struktur tanah dapat terjadi karena adanya interaksi yang berimbang dan
berbagai faktor, antara lain : butiran tanah (soil particle), bahan pengikat
(commenting material) dan aktifitas biologis. Butiran tanah yang dimaksud
dalam pembicaraan struktur tanah tidak hanya terbatas pada butiran tunggal
penyusun tanah (pasir, debu dan liat), tetapi juga butiran-butiran yang terbentuk
dari penyatuan butir-butir tunggal tersebut dikenal dengan istilah agregasi
butiran tunggal pasir, debu dan liat disebut butiran primer, sedangkan agregasi
butiran primer disebut butiran sekunder.
Kemantapan agregasi mempengaruhi ketahanan tanah terhadap pukulan air
hujan. Makin tinggi gaya ikat antar partikel-partikel tanah, maka makin sulit
tanah tersebut terpengaruhi oleh gaya perusak yang berasal dari pukulan air
hujan atau aliran air. Jadi kemantapan agregat terhadap air dapat dipakai sebagai
petunjuk ketahanan tanah terhadap erosi.
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah etode vilensky, yaitu
pengukuran kemantapan agregat tanah bersiameter 2-3 mm dengan jalan
menghitung volume tetesan air yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat
tersebut. Oleh vilensky tinggi tetesan air ditetapkan 20 cm,suatu ukuran konveksi
dari keadaan dilapang yaitu, dibandingkan jarak tetesan air hujan pada areal
yang luas di permukaan tanah.
Prinsip metode vilensky
Kemampuan agregat tanah dengn diameter 2-3 mm diukur dengan jumlah
tetesan air dari ketinggian 20 cm yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat
tersebut.

IV. LANGKAH KERJA

a. Penentuan tetesan konstan


1. Memasang dan mengencangkan buret dengan jarak dari meja ± 20 cm.
2. Mengisi buret dengan cairan aquades sebesar 20 cm dihitung dari
dasar buret.
3. Memutar stopcock sehingga muncul tetesan aquades dengan
kecepatan tetesan stabil.
4. Menahan tetesan dengan jari agar tidak menetes.
5. Mengambil beaker glass.
6. Menaruh beaker glass di bawah buret.
7. Menghitung jumlah tetesan selama 10 detik.
8. Menutup kembali tetesan.
9. Menuangkan tetesan aquades pada gelas ukur.
10. Mencatat jumlah tetesan dan volume.
11. Mengulangi hingga 4 kali.
b. Penentuan agregat tanah menggunakan metode vilensky
1. Memasang dan mengencangkan buret dengan jarak dari meja ± 20
cm.
2. Mengisi buret dengan cairan aquades sebesar 20 cm dihitung dari
dasar buret.
3. Memutar stopcock sehingga muncul tetesan aquades dengan
kecepatan tetasan stabil.
4. Menahan tetesan dengan jari agar tidak menetes.
5. Mengambil sampel tanah dan membagi menjadi enam bagian sama
besar.
6. Menaruh sampel tanah di cawan.
7. Melepaskan tetesan aquades bersamaan dengan menghitung jumlah
tetesan dan jumlah waktu menggunakan handphone (stopwatch)
hingga agregat tampak mulai hancur.
8. Menghitung jumlah tetesan dan jumlah waktu menggunakan
handphone (stopwatch) hingga agregat hancur.
9. Menahan tetesan agar tidak menetes.
10. Menuangkan air tetesan ke gelas ukur.
11. Melihat volume air tetesan.
12. Mencatat hasil jumlah waktu,tetesan dan volume di buku.
13. Mengulangi hingga sampel ke 6.
c. Penentuan pH tanah
1. Mengambil sampel tanah sebanyak 20 gr.
2. Menghaluskan sampel tanah dengan lumpang dan alu.
3. Menimbang tanah yang telah halus.
4. Memindahkan tanah yang telah ditimbang ke dalam tabung reaksi.
5. Memberi cairan aquades dan BaSO4 .
6. Mengocok tanah yang telah dicampur dengan cairan aquades dan
BaSO4 hingga tercampur rata.
7. Mengendapkan tanah hingga tampak partikel tanah mengendap
dengan sempurna.
8. Menguji pH tanah dengan kertas lakmus.
9. Mencatat hasil pH tanah.
V. HASIL
a. Tabel tetesan konstan
Waktu 1 2 3 4

Volume 2,2 ml 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml

Jumlah tetesan 19 16 16 15

Ml/tetesan 0,1157 0,0125 0,0125 0,0133


b. Tabel vilensky
percobaan 1 2 3 4 5 Total

Jmlh tetesan 88 30 38 40
agregat mulai
hancur

Waktu (detik) 230 212 246 199 615

Jml tetesan 276 158 178 115 133 860


agregat telah
hancur

Voume total 12 6,5 8,4 5 6 37,9


(ml/cm3)

Volume rata- 0,043 0,041 0,047 0,043 O,045 0,219


rata tiap tetes

Perhitungan:

1. Jari- jari tiap tetesan

= 3√[∑z( 4 / 3 . 3,14 )]

= 3√[0,219( 4 / 3 . 3,14 )]

= 3√[∑z( 4 / 3 . 3,14 )]

3
= √[0,219(1.33.3,14)]
3
= √[0,219(4,176)]
3
= √[0,915]
= 0,97
2. Rata-rata volume total (cm3)
∑y
5

37,9
= = 7,58 cm3
5
3. Rata-rata tetes untuk menghancurkan agregat tanah

∑ y
5

860
= 172
5

4. Energi potensial

Ep = m.g.h

m (massa air) = Volume air untuk meghancurkan agregat tanah


= Jumlah tetes x Volume 1 tetes
∑x
= x∑z
5

860
= × 0,219
5

= 172 × 0,219
= 37,67 ml

= 37,67 mg

= 0,038 kg

g (grafitasi) = 9,8 m/s2

h (tinggi) = 20 cm = 0,2 m
Ep = m.g.h
= 0,038. 9.8.0,2
=0,074 J
VI. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilaksanakan hari Jum’at, 23 Maret 2018 pada pukul
11.00 sampai dengan selesai. Praktikum kali ini yaitu pengujian pH dengan
indikator kertas lakmus dan pengujian agregat tanah horizon O pada sampel tanah
yang di ambil di Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Praktikum kali ini dilakukan di laboratorium tanah fakultas ilmu sosial,
Universitas Negeri Malang.
Sebelum melakukan pengujian pH dan agregat tanah dilakukan pengujian
konsistensi tetesan cairan aquades pada buret dalam kurun waktu 10 detik.
Pengujian konsistensi tetesan cairan aquades dilakukan empat kali pengujian.
Pada pengujian pertama dalam 10 detik tetesan sebanyak 19 tetes dengan jumlah
cairan aquades sebesar 2,2 ml. Pengujian kedua dalam 10 detik tetesan sebanyak
16 tetes dengan jumlah cairan aquades sebesar 0,2 ml. Pengujian ketiga dalam 10
detik terdapat tetesan sebanyak 16 tetes dengan jumlah cairan aquades sebesar 0,2
ml. Pengujian keempat dalam 10 detik tetesan sebanyak 15 tetes dengan jumlah
cairan aquades sebesar 0,2 ml. Setelah dilakukan pengujian sebanyak empat kali,
pada pengujian pertama jumlah tetesan pada waktu 10 detik masih belum stabil
dengan hasil ml/tetes sebesar 0,1157 hal ini dipengaruhi oleh pengaturan
kecepatan tetesan yang terdapat ada buret. Namun pada pengujian kedua sampai
keempat tetesan mulai stabil dengan hasil ml/tetes antara 0,0125 sampai 0,0133.
Praktikum pertama yaitu melakukan pengujian pH tanah yakni pengujian
tingkat keasaman tanah menggunakan dengan indikator kertas lakmus. Tanah
yang akan diuji pH nya seberat 10g dihaluskan terlebih dahulu kemudian
dimasukaan ke dalam tabung reaksi dan di beri campuran cairan aquades dan
larutan BaSO4 lalu campuran larutan tersebut dikocok hingga tercampur dengan
sempurna. Setelah tanah dan campuran larutan tercanpur dengan sempurna
kemudian didiamdakan selama beberapa menit hingga mengendap. Hasil
pengujian pH pada praktiku kali ini menunjukan bahwa pH pada tanah tersebut
sebesar 6,5, dalam klasifikasinya tanah tersebut termasuk ke dalam klasifikasi
agak asam. Dari reaksi yang telah diperoleh diketahui bahwa tanah tersebut masuk
kedalam tanah dengan pH normal dimana masih terdapat unsur lengkap karena
tanah tersebut adalah tanah pada horizon O. Tanah seperti itu biasanya cocok di
tanami dengan vegetasi bambo dan dilihat di lapangan vegetasi yang
mendominasi adalah bambo.
Praktikum kedua melakukan pengujian agregat tanah yakni menguji
kekuatan dan kemampuan tanah dalam merespon tetesan air hujan. Pengujian
agregat tanah ini menggunakan metode vilensky dengan menggukan cairan
aquades yang ditetskan melalui buret dengan volume cairan setinggi 20 cm dari
knop buret. Pengujian agregat tanah dilakukan pada sampel tanah horizon O
dengan berat 20 gram yang dibagi menjadi 6 bagian sama besar. Pada pengujian
tanah yang pertama, agregat tanah mulai hancur saat ditetesi dengan cairan
aquades pada tetesan ke 88 agregat tanah baru mulai hancurdan mengalami
perubahan bentuk, kemudian pada tetesan ke 276 agregat tanah hancur dengan
estimasi waktu selama 230 detik yang menghasilkan volume total 12 ml yang
memiliki volume rata-rata sebesar 0,043 pada tiap tetes. Pengujian tanah yang
kedua, agregat tanah mulai hancur saat ditetesi cairan aquades pada tetesan ke 60
tanah mengalami perubahan bentuk, kemudian pada tetesan ke 158 tanah hancur
dengan estimasi waktu selama 212 detik yang menghasilkan volume sebesar 6,5
ml yang memiliki volume rata-rata sebesar 0,041 pada tiap tetes. Pengujian tanah
yang ketiga, agregat tanah mulai hancur dan mlai mengalami perubahan bentuk
saat ditetesi cairan aquades pada tetesan ke 30, kemudian pada tetesan ke 170
agregat tanah hancur dengan membutuhkan waktu selama 246 detik yang
menghasilkan volume total sebesar 8,4 ml, memiliki volume rata-rata sebesar 0,47
pada tiap tetes. Pengujian tanah keempat, agregat tanah mulai hancur saat ditetesi
cairan aquades pada tetesan ke 38 dan tanah mulai mengalami perubahan bentuk,
kemudian pada tetesan ke 115 agregat tanah hancur dengan sempurna dengan
estimasi waktu selama 199 detik yang menghasilkan volume total sebanyak 5 ml,
memiliki volume rata-rata sebesar 0,043. Pengujian tanah yang kelima, agregat
tanah mulai hancur saat ditetesi aquades pada tetesan ke 40 tanah mlai mengalami
perubahan bentuk, kemudian pada tetesan ke 133 agregat tanah hancur dengan
sempurna dengan estimasi waktu selama 615 detik dengan total volume sebesar 6
ml, memiliki rata-rata volume 0,045 pada tiap tetes.
Perbedaan waktu,volume hingga jumlah tetesan untuk menghancurkan
tanah pada lapisan horizon tanah yang sama hal ini biasanya dipengaruhi oleh
proses pembentukan tanahnya itu sendri. Kemantapan agregat tanah bergantung
pada tekstur tanah apabila tekstur tanahnya pada padat, memiliki berat isi dan
berat jenis maka tingkat kemantapannya tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode vilensky diperoleh hasil masa atau berat agregat tanah
sebesar 0,038 kg, yang memiliki energi potensial sebesar0,074 J. Dengan hasil
perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut kurang mantap dan
memiliki tingkat erodibilitas tinggi (mudah tererosi).
Tanah yang memiliki agregat remah atau kurang mantap biasanya dapat
ditumbuhi berbagai tanaman di karenakan memiliki pori-pori yang besar dan
memiliki tingkat infiltrasi tinggi. Pada tanah yang diuji memiliki tingkat
kemantapan yang kurang mantap sehingga pada lahan tersebut dapat ditemui
tanaman seperti lumut,rumput dan bambu yang memiliki sistem perakaran yang
sepat tumbuh dan bukan merupakan akar pengokoh.

VII. KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan no 1, berdasarkan pembahsan mengenai pH tanah
dapat disimpulkan bahwa pH tanah mempengaruhi jenis vegetasi yang tumbuh di
tanah tersebut.
Sesuai tujuan no. 2, berdasarkan pembahasan mengenai kemantapan
agregat tanah dapat disimpulkan bahwa tingkat kemantapan agregat tanah dapat
diketahui dengan ditetesi menggunakan air. Tanah yang lama hancurnya memiliki
tingkat kemantapan agregat yang tinggi
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Sartohadi,Junun,Jamulya,Nur Indah Sari Dewi. 2012. Pengantar Geografi Tanah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Utomo,Hari Dwiyono. 1992. Geografi Tanah. Malang : IKIP Malang.

IX. LAMPIRAN

Pembagian tanah menjadi 6 bagian pengujian agregat tanah


Penghalusan tanah pemindahan tanah ke tabung reaksi

pH

Anda mungkin juga menyukai