Perbandingan Konsep Belajar, Strategi Pembelajaran
dan Peran Guru (Perspektif Behaviorisme dan
Konstruktivisme)
ZALYANA
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas no. 155 km. 18 Pekanbaru. Email: zalyanaau@ymail.com
Abstrak: Teori pembelajaran dapat dimaknai juga sebagai cara pandang
seseorang tentang belajar, mengapa, dan bagaimana proses belajar itu terjadi. Terdapat berbagai pandangan atau teori yang menjelaskan bagaimana belajar dan pembelajaran itu terjadi.Seperti teori Behaviorisme dan Konstructivisme. Kedua teori ini bertolak belakang di dalam memandang konsep, dan strategi belajar, serta peran guru di dalamnya. Oleh karena itu tulisan ini akan berusaha untuk membandingkan ketiga konsep di atas dengan tujuan ingin mengetahui pandangan teori Behaviorisme dan Konstruktivisme tentang belajar, strategi dan peran guru. Untuk tujuan di atas penulis menggunakan metode induktif Komparasi yang dikemukan oleh George ZF. Bereday.
Kajian mengenai strategi peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran secara sistematis relatif pembelajaran yang paling bernilai baru. Sampai akhir abad 19, belajar untuk dipelajari, variabel-variabel dianggap masalah dalam dunia independen yang harus dimanipulasi keilmuan. Dengan menggunakan dan variabel dependen yang harus teknologi yang digunakan oleh ilmu dikaji, teknik-teknik penelitian yang fisika, para peneliti mencoba hendak digunakan dan bahasa apa yang menghubungkan pengalaman untuk harus digunakan untuk mendes- memahami bagaimana manusia dan kripsikan temuan-temuannya. Dengan hewan belajar. Pengalaman- demikian teori berfungsi sebagai pengalaman tersebut melahirkan suatu pertama: petunjuk dan sumber teori yang dapat diterapkan dalam stimulasi bagi penelitian dan pemikiran pembelajaran bagi manusia. ilmiah. Kedua: teori pembelajaran Teori adalah interpretasi sistematis berupaya untuk meringkas sejumlah atas sebuah bidang pengetahuan. pengetahuan mengenai hukum-hukum Sebuah teori pembelajaran mempunyai pembelajaran ke dalam ruang yang fungsi pertama: teori pembelajaran cukup kecil. Ketiga: teori pembelajaran
secara kreatif berupaya menjelaskan mengkaji perilaku individu dalam apa itu pembelajaran dan mengapa belajar. pembelajaran berlangsung seperti Untuk tujuan tersebut penulis adanya.Hukum-hukum menunjukkan menggunakan metode komparasi yang “bagaimana” pembelajaran terjadi, dikemukan oleh George ZF. Bereday, “mengapa“ pembelajaran terjadi seorang Profesor di bidang Pendidikan (Winfred, 2010: 27-28). Komparatif dari Columbia University Jadi, teori pembelajaran Amerika Serikat yaitu metode induktif berusaha menghasilkan pemahaman Komparasi dengan langkah-langkah pokok tersebut yang merupakan salah prosedural sebagai berikut (Rohman, satu tujuan ilmu pengetahuan dan juga 2013: 106-108): (a) Penggalian Data, bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainnya. yaitu dengan cara membaca berbagai Teori merepresentasikan upaya terbaik literatur yang membahas tentang untuk memastikan struktur apa yang konsep belajar dari kedua teori melandasi dunia tempat kita hidup. tersebut; (b) Deskripsi Data, yaitu Dari pemahaman tentang makna menyaji semua data yang diperoleh teori di atas dan bila dikaitkan juga dalam bentuk teks atau uraian; (c) dengan pembelajar, teori pembelajaran Interpretasi, setelah data disajikan dapat dimaknai juga sebagai cara selanjutkan diinterpretasikan dengan pandang seseorang tentang belajar, cara menganalisis data yang telah mengapa, dan bagaimana proses belajar tersaji; (d) Komparasi Awal, yaitu itu terjadi. menentukan hal-hal apa saja yang harus Berangkat dari kesimpulan di dikomparasikan, dalam tulisan ini atas, terdapat berbagai pandangan atau penulis akan mengkomparasikan teori yang menjelaskan bagaimana tentang konsep belajar, strategi dan belajar dan pembelajaran itu terjadi. peran guru; (e) Perumusan Hipotesis Seperti teori Behaviorisme, yaitu menemukan hasil komparasi yang Kognitivisme, Konstructivisme, dan masih bersifat sementara. Hipotesis Humanisme. berisikan tentang pernyataan Pandangan Behaviorisme yang perbandingan dari sisi persamaan dan menganggap belajar adalah perbedaan kedua teori tersebut; (f) perubahahan perilaku yang tampak, Komparasi final, yaitu menganalisa dan selalu dapat terukur,hubungan secara cermat dan mendalam sehingga stimulus- respon, selalu menemukan sisi persamaan dan dipertentangkan dengan pandangan perbedaan; dan (g) Kesimpulan, Konstruktivisme di mana siswa menetapkan perbedaan dan persamaan membangun pengetahuannya melalui serta menetapkan rekomendasi. pengalaman, sehingga proses belajar sangat dinamis dan berpusat pada siswa. PEMBAHASAN Dalam tulisan ini penulis Belajar secara sederhana mencoba memperbandingkan kedua didefinisikan sebagai aktivitas yang teori tersebut. Dipilihnya kedua teori dilakukan oleh individu secara sadar paling tidak sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan sejumlah kesan kesebandingan (komparability) yaitu dari apa yang telah dipelajari dan dari segi objeknya teori tersebut sebagai hasil dari interaksinya dengan memiliki kesamaan objek yaitu lingkungan sekitarnya.
Belajar juga merupakan proses orang yang berilmu pada derjat yang manusia untuk mencapai berbagai tinggi. macam kompetensi, keterampilan, dan Dari beberapa difinisi di atas sikap. Belajar dimulai sejak manusia dapat disimpulkan adanya beberapa ciri lahir sampai akhir hayatnya, belajar antara lain: (a) Belajar adalah sebagaimana yang dijelaskan suatu proses atau tahapan artinya hasil Rasulullah Saw yang artinya,”Tuntutlah yang didapat tidak serta merta ilmu sejak dari ayunan sampai liang diperoleh tetapi melalui tahapan; (b) lahat “ HR. Belajar ditandai adanya perubahan Secara bahasa belajar memiliki tingkah laku . Ini berarti bahwa hasil arti “ berusaha memperoleh kepandaian belajar hanya dapat diamati dari atau ilmu “. Hilgrad dan Bower juga tingkah laku, yaitu adanya perubahan mengartikan belajar adalah tingkah laku, dari tidak tahu menjadi memperoleh pengetahuan atau tahu, dari tidak trampil menjadi menguasai pengetahuan, melalui trampil; (c) Perubahan prilaku relatif pengalaman, mengingat, menguasai permanent. Ini berarti perubahan pengalaman, dan mendapatkan tingkah laku yang terjadi karena belajar informasi atau menemukan. Secara untuk waktu tertentu akan tetap tidak istilah, Cronbach menyatakan bahwa berubah-ubah. Tetapi perubahan belajar yang terbaik adalah dengan tingkah laku tersebut tidak akan pengalaman. Dengan pengalaman terpancang seumur hidup; (d) pelajar menggunakan seluruh panca Perubahan bersifat fungsional artinya, inderanya. perubahan yang telah diperoleh sebagai Slameto, (1999), menyatakan hasil pembelajaran memberikan bahwa belajar merupakan suatu usaha manfaat bagi individu yang belajar. yang dilakukan oleh individu untuk Misalnya kecakapan dalam bebbicara memperoleh suatu perubahan tingkah bahasa Arab memberikan manfaat laku yang baru secara keseluruhan, untuk hal-hal yang lebih luas lagi; (e) sebagai hasil dari pengalaman individu Perubahan bersifat positif, artinya sendiri dalam interaksi dengan terjadi adanya perubahan tambahan lingkungannya (Slameto, 1991: 23). dalam diri individu. Perubahan yang Surya (1997) menjelaskan pula diperoleh senantiasa bertambah bahwa belajar ialah suatu proses yang sehingga berbeda dengan keadaan yang dilakukan individu untuk memperoleh sebelumnya. Orang yang belajar akan suatu perubahan tingkah laku yang merasakan sesuatu yang lebih banyak , baru secara keseluruhan sebagai hasil sesuatu yang lebih baik, dari keadaan dari pengalaman individu sendiri dalam yang sebelumnya. Orang yang telah interaksi dengan lingkungannya . belajar akan merasakan ada sesuatu Islam sebagai agama Rahmatan li- yang lebih banyak, sesuatu yang lebih Al ‘amin sangat mewajibkan umatnya baik, sesuatu yang lebih luas dalam untuk selalu belajar. Aktifitas belajar dirinya. Misalnya pengetahuan menjadi sangat terkait dengan proses pencarian lebih banyak, prestasinya meningkat, ilmu. Islam sangat menekankan kecakapannya menjadi lebih baik; (f) pentingnya ilmu. Al-Quran dan Hadis Perubahan bersifat aktif artinya mengajak kaum muslimin untuk perubahan itu tidak teradi dengan mencari dan mendapatkan ilmu dan sendirinya, akan tetapi melalui aktifitas kearifan, serta menempatkan orang- individu; (g) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada
saat proses belajar sedang berlangsung, atau tanggapan siswa terhadap stimulus perubahan tersebut bersifat potensial; yang diberikan oleh guru. Menurut teori (h) Perubahan tingkah laku merupakan behavioristik apa yang terjadi antara hasil latihan dan pengalaman; (i) stimulus dan respon dianggap tidak Pengalaman atau latihan itu dapat penting diperhatikan karena tidak memberi penguatan.Sesuatu yang dapat diamati dan tidak dapat diukur. memperkuat itu akan memberikan Yang dapat diamati adalah stimulus dan semangat atau dorongan untuk respon. Oleh sebab itu, apa saja yang mengubah tingkah laku; dan (j) Belajar diberikan guru (stimulus) dan apa saja adalah dalam rangka memperoleh ilmu, yang dihasilkan siswa (respon), dan orang yang berilmu akan semuanya harus dapat diukur. Teori ini memperoleh derajat yang tinggi di sisi mengutamakan pengukuran, sebab allah Swt. pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Teori Behaviorisme Faktor lain yang juga dianggap Konsep Belajar penting oleh aliran behavioristik adalah Menurut Behaviorisme , belajar faktor penguatan (reinforcement). adalah perubahan tingkah laku akibat Penguatan adalah apa saja yang dapat dari adanya interaksi antara stimulus memperkuat timbulnya respon. Bila dan respon. Dengan kata lain, belajar penguatan ditambahkan, maka respon merupakan bentuk perubahan yang akan semakin kuat. Begitu pula bila dialami dalam hal kemampuannya penguatan dikurangi responpun akan untuk bertingkah laku dengan cara baru tetap dikuatkan. Misalnya, ketika sebagai interaksi antara stimulus dan peserta didik diberi tugas oleh gurunya, respon. Seseorang dianggap telah ketika tugasnya di tambahkan maka ia belajar sesuatu jika ia dapat akan semakin giat belajarnya. Maka menunjukkan perubahan tingkah penambahan tugas tersebut merupakan lakunya .Sebagai contoh, anak belum penguatan positif dalam belajar. Bila dapat berhitung perkalian . Walaupun ia tugas-tugas dikurangi dan pengurangi sudah berusaha giat, dan gurunya pun justru meningkatkan aktivitas sudah mengajarkannya dengan tekun, belajarnya, maka pengurangan tugas namun jika anak tersebut belum dapat merupakan penguatan negatif dalam mempraktekkan perhitungan perkalian, belajar. Jadi penguatan merupakan maka ia belum dianggap belajar. Karena suatu bentuk stimulus yang penting ia belum dapat menunjukkan diberikan atau dikurangi untuk perubahan perilaku sebagai hasil memungkinkan terjadinya respon. belajar (Budiningsih, 2005: 15). Berdasarkan hasil eksperimen Menurut teori ini yang yang dilakukan oleh Pavlov dengan terpenting adalah input (masukan) meneliti seekor anjing ia menyimpulkan yang berupa stimulus dan out put bahwa hasil eksperimennya juga dapat (keluaran) yang berupa respon. Dalam diterapkan pada manusia untuk belajar. contoh di atas, stimulus adalah apa saja Implikasi hasil eksperimen tersebut yang diberikan guru kepada siswanya, pada belajar manusia adalah: (a) Belajar misalnya daftar perkalian, alat peraga, adalah membentuk asosiasi antara pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, stimulus-respon secara selektif; (b) untuk membantu belajar siswa, Proses belajar akan berlangsung apabila sedangkan respon adalah reaksi atau diberi stimulus bersyarat; (c) Prinsip
belajar pada dasarnya merupakan Strategi Pembelajaran untaian stimulus-respon; (d) Strategi pembelajaran dalam hal Menyangkal adanya kemampuan ini dimaknai sebagai cara siswa belajar bawaan; dan (e) Adanya clasical dan cara guru mengajar perspektif conditioning. Behaviorisme. Eksperimen Pavlov tersebut Menurut Behaviorisme, belajar kemudian dikembangkan oleh adalah perubahan tingkah laku akibat pengikutnya yaitu BF. Skinner (1933) dari adanya interaksi antara stimulus dan hasilnya dipublikasikan dengan dan respon. Dengan kata lain, belajar judul Behavior of Organism.Menurut merupakan bentuk perubahan yang Skinner, apabila dalam belajar dialami dalam hal kemampuannya diberikan penguatan, maka akan dapat untuk bertingkah laku dengan cara baru meningkatkan perilaku belajar. sebagai interaksi antara stimulus dan Menurut Gutrie, peningkatan hasil respon. Seseorang dianggap telah belajar secara berangsur-angsur yang belajar sesuatu jika ia dapat dicapai oleh siswa bukanlah hasil dari menunjukkan perubahan tingkah pelbagai respons kompleks terhadap lakunya. stimulus-stimulus sebagaimana yang Pandangan di atas berimplikasi diyakini oleh behavioris lainnya, terhadap aktivitas siswa, yang mana melainkan karena kedekatan asosiasi siswa dikondisikan sebagai individu antara stimulus dan respon. yang pasif, siap menerima stimulus dari Dari uraian di atas dapat guru atau dari manapun juga. Karena disimpulkan bahwa dalam hal belajar itu dalam belajar siswa banyak teori Behaviorisme memiliki ciri-ciri mendengar, mencatat, dan mengulang- bahwa: (a) Belajar adalah perubahan ulang stimulus yang diberikan oleh perilaku; (b) Perilaku tersebut harus guru. Dalam pandangan Behaviorisme, selalu tampak; (c) Perilaku harus dapat guru sangat berperan memberikan diukur; (d) Mengakui pentingnya stimulus kepada siswa. Agar siswa masukan atau input yang berupa dapat merespon dengan baik, maka stimulus dan keluaran atau output yang siswa dapat melakukan sebagai berikut: berupa respon; (e) Fungsi mind atau (a) Membiasakan perilaku yang fikiran adalah untuk menciplak struktur dikondisikan; (b) Mengulang-ulang pengetahuan yang sudah ada melalui sehingga menjadi kebiasaan; (c) Trial proses berfikir yang dapat dianalisis and Error; dan (d) Mendengar dan dan dipilah; (f) Pembiasaan dan latihan mencatat stimulus dari guru. menjadi esensial dalam belajar; (g) Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan Peran Guru karena tidak dapat diamati; (h) Yang Penerapan teori behaviroristik dapat diamati dan diukur hanyalah yang salah dalam suatu situasi stimulus respons; (i) Kegagalan atau pembelajaran juga mengakibatkan ketidakmampuan dalam penamba-han terjadinya proses pembelajaran yang pengetahuan dikategorikan sebagai sangat tidak menyenangkan bagi siswa . kegagalan yang perlu dihukum; dan (j) siswa diposisikan sebagai individu yang Mementingkan penguatan/ pasif, menerima berbagai stimulus dari reinforcement. guru. Sedangkan guru diposisikan sebagai individu aktif. Karena itu dalam pandangan Behaviorisme, guru
berperan sebagai: (a) Sosok yang komputer, berenang, olahraga dan menentukan dimana isyarat dapat sebagainya. memancing respon siswa; (b) Pengajar, Teori ini juga cocok diterapkan yaitu menyampaikan berbagai stimulus; untuk melatih anak-anak yang masih (c) Pengatur, yaitu mengatur promting membutuhkan dominansi peran orang (bimbingan )untuk dipasangkan dengan dewasa, suka mengulangi dan harus stimulus; (d) Pengatur kondisi dibiasakan, suka meniru dan senang lingkungan sehingga siswa dapat dengan bentuk-bentuk penghargaan merespon dengan benar dan siswa langsung seperti diberi hadiah atau dapat menerima reinfoecement; (e) pujian. Model yang selalu mencontohkan perilaku kepada siswa; dan (f) Pemberi instruksi singkat yang diikuti contoh- Teori Konstruktivisme contoh baik dilakukan sendiri maupun Konsep Belajar melalui simulasi. Konstruktivisme berasal dari Teori behavioristik ini filsafat yang digagas oleh Mark Baldwin sebagaimana yang dikemukakan Syah dan selanjutnya dikembangkan oleh memiliki kekurangan diantaranya jean Piaget. Aliran filsafat (Syah, 2004: 110). Memandang belajar Konstruktivisme berangkat dari sebagai kegiatan yang dialami langsung, pemikiran epistemology Giambabstista padahal belajar adalah kegiatan yang Vico yaitu “Tuhan adalah pencipta alam ada dalam sistem syaraf manusia yang semesta dan manusia adalah tuan dari tidak terlihat kecuali melalui gejalanya. ciptaannya (Budiningsih, 2005: 23). Proses belajar dipandang bersifat Vico dalam Wina sanjaya otomatis-mekanis sehingga terkesan menyebutkan, pengetahuan itu tidak seperti mesin atau robot, padahal lepas dari orang (subjek) yang tahu. manusia mempunyai kemampuan self Pengetahuan merupakan struktur regulation dan self control yang bersifat konsep dari subjek yang mengamati kognitif. Sehingga, dengan kemampuan (Sanjaya, 2005: 118). ini, manusia bisa menolak kebiasaan Hakikat pengetahuan dalam yang tidak sesuai dengan dirinya. filsafat Konstruktif mempengaruhi Proses belajar manusia yang konsep tentang belajar, bahwa belajar dianalogikan dengan hewan sangat sulit bukanlah sekedar menghafal, tetapi diterima, mengingat ada perbedaan proses mmengkonstruksi pengetahuan yang cukup mencolok antara hewan dan melalui pengalaman. Pengetahuan manusia. bukanlah semata hasil “pemberian” Di tengah derasnya kritik dari orang lain seperti guru, akan tetapi terhadap Behaviorisme, paling tidak hasil dari dari proses mengkonstruksi terdapat beberapa kelebihan bahwa yang dilakukan setiap individu. Metode behavioristik ini sangat cocok Pengetahuan hasil dari pemberitahuan untuk perolehan kemampaun yang tidak akan menjadi pengetahuan yang membuthkan praktek dan pembiasaan bermakana. yang mengandung unsur-unsur seperti Lebih lanjut, Piaget kecepatan, spontanitas, kelenturan, mengemukakan bahwa setiap anak reflek, daya tahan dan sebagainya, sejak kecil sudah memiliki struktur contohnya: percakapan bahasa asing, kognitif yang kemudian dinamakan mengetik, menari, menggunakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Sebagai contoh; seorang
anak bermain dengan kucing dan bahwa pengetahuan dibuat secara aktif kelinci yang sama-sama berbulu putih. oleh siswa, atau seseorang yang Karena keseringannya bermain, ia berfikir. Seseorang tidak akan meyerap dapat menangkap perbedaan keduanya, pengetahuan dengan pasif. Untuk yaitu, kucing berkaki empat, sedangkan membangun suatu pengetahuan baru, kelinci berkaki dua. Semakin dewasa peserta didik akan menyesuaikan anak, maka semakin sempurnalah informasi baru dengan pengetahuan skema yang dimilikinya. Proses dan pengalaman yang telah dimilikinya penyempurnaan skema dilakukan melalui berinteraksi sosial dengan melalui proses mengubah skema yang peserta didik lainnya dan dengan ada hingga terbentuk skema baru. gurunya. Asimilasi maupun akomodasi terbentuk Esensi teori konstruktivisme berkat pengalaman siswa (Sanjaya, adalah bahwa siswa menemukan dan 2005: 111). mentransformasikan suatu informasi Untuk lebih jelasnya contoh yang kompleks ke situasi lain dan asimilasi dan akomodasi dapat disimak apabila dikehendaki informasi itu contoh berikut; Pada suatu hari anak menjadi milik mereka sendiri, dengan merasa sakit karena terpecik api, maka dasar ini pembelajaran harus dikemas berdasarkan pengalamannya terbentuk menjadi proses mengkonstruksi bukan skema pada struktur kognitif anak menerima pengetahuan semata. tentang “api”. Adalah sesuatu yang Dapat dijelaskan bahwa dalam membahayakan oleh karena itu harus Konstructivisme terdapat beberapa ciri- dihindari.Dengan demikian, ketika anak ciri, yaitu: (a) Siswa membangun melihat api scara reflek akan pemahamannya sendiri dari hasil menghindari. Semakin anak dewasa, mereka belajar bukan karena pengalaman anak tentang api disampaikan pada mereka; (b) bertambah pula ketika anak melihat Pelajaran baru sangat tergantung ibunya memasak pakai api. Ketika dengan pelajaran sebelumnya; (c) bapak merokok menggunakan api, Belajar dapat ditingkatkan dengan maka skema yang terbentuk itu interaksi sosial; (d) Penugasan- disempurnakan bahwa api bukanlah penugasan dalam belajar dapat harus dihindari, tetapi dapat meningkatkan kebermaknaan proses dimanfaatkan, akan tetapi sangat pembelajaran; dan (e) Siswa dinutuhkan untuk kehidupan manusia. membangun interpretasi personal Proses penyempurnaan skema itu terhadap dunia luar berdasarkan dinamakan akomodasi (Sanjaya, 2005: pengalaman individual dan interaksi. 112-113). Sebelum anak mampu menyusun skema baru, ia akan dihadapkan pada Strategi Pembelajaran posisi ketidakseimbangan (disequi- Teori Konstruktif menyatakan librium) yang akan mengganggu bahwa siswa harus menemukan sendiri psikologis anak. Manakala anak berhasil dan mentrasformasikan informasi membentuk skema baru, anak akan kompleks, mengecek informasi baru kembali pada posisi seimbang dengan aturan-aturan lama dan (equilibrium), dan selanjutnya merevisinya apabila aturan-aturan itu memperoleh pengalaman baru. tidak lagi sesuai. Dalam teori ini guru Jadi, apa yang dijelaskan Piaget di tidak hanya sekedar memberikan atas dan juga penganut konstruktivistik, pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri di dalam benaknya, mereka konstruksi sendiri melalui dengan arti kata siswa harus aktif. pengalaman belajar bukan melalui Sementara guru berperan sebagai transfer dari guru, dengan ddengan fasilitator yang membantu siswa demikian pembelajaran menjadi lebih belajar. Sebagai fasilitator guru dituntut bermakna. menggunakan strategi–strategi belajar Selain itu seperti yang dijelaskan aktif. Dalam dunia pendidikan strategi oleh Hisyam Zaini dalam bukunya, diartikan sebagai perencanaan yang bahwa pembelajaran aktif sesuai berisi tentang rangkaian kegiatan yang dengan realita bahwa siswa/ didesain untuk mencapai tujuan mahasiswa memiliki berbagai gaya pendidikan tertentu (Sanjaya, 2010: belajar atau learning style (meaningfull) 126). (Zaini, 2010: 18). Strategi pembelajaran aktif dimaknai dengan serangkaian upaya yang dilakukan oleh pengajar bahasa Peran Guru Arab untuk membuat proses Menurut pandangan konstruk- pembelajaran berjalan sesuai dengan tivisme, seorang pengajar atau guru konsep yang sebenarya. Sebuah proses atau dosen berperan sebagai mediator pembelajajaran pada dasarnya adalah dan fasilitator yang membantu proses harus mampu menciptakan kondisi belajar siswa dan mahasiswa agar yang memungkinkan para siswanya berjalan dengan baik. Tekanan ada pada belajar. Dalam pembelajaran aktif, siswa atau mahasiswa yang sedang peranan pengajar bukanlah satu- belajar bukan pada disiplin ataupun satunya nara sumber dan yang paling guru yang mengajar. Fungsi mediator banyak menggunakan waktunya di dan fasilitator dapat terlihat dalam kelas. Pengajar lebih banyak berperan tugas seperti: pertama, menyediakan sebagai fasilitator yang bertugas pengalaman belajar yang memandu, mendampingi dan memungkinkan siswa dan mahasiswa memberikan pengarahan kepada para bertanggungjawab membuat ranca- siswa agar mereka dapat mengarah ngan, proses, dan penelitian. Karena itu pada pencapaian tujuan belajar. memberi kuliah atau ceramah bukanlah Kaitannya dengan satu-satunya tugas guru atau seorang konstruktivisme di atas, bahwa dalam dosen. Kedua, Menyediakan atau pembelajaran guru/dosen dapat pula memberikan kegiatan-kegiatan yang menggunakan strategi-strategi merangsang keingintahuan siswa dan pembelajaran aktif sebagaimana yang membantu mereka untuk ada, karena strategi-strategi tersebut mengekspresikan gagasannya dan dinilai mampu membuat siswa belajar mengkomunikasikan gagasan ilmiah secara efektif dengan menggunakan mereka. Ketiga, Menyediakan sarana pengalaman, berfikir, bekerja dalam yang menstimulus mereka berfikir kelompok, menggunakan pengetahuan secara produktif. Menyediakan yang ada seperti yang tergambar dalam kesempatan dan pengalaman yang teori konstruktivisme. Pembelajaran paling mendukung proses belajar siswa. aktif memiliki beberapa kelebihan Guru/dosen harus memotivasi diantaranya; belajar menjadi proses siswa/mahasiswa. Guru harus yang menyenangkan (learning is fun), menyediakan pengalaman yang karena siswa terlibat aktif dalam proses mengandung konflik yang itu. Pengetahuan yang mereka peroleh, memungkinkan siswa/ mahasiswa
berfikir, berargumentasi demi mencari pengetahuan oleh siswa harus ditindak solusi. Keempat, Memonitor, lanjuti oleh guru dengan berperan mengevaluasi, dan menunjukkan membantu mereka dalam apakah pemikiran siswa atau mengkonstruksi pengetahuan tersebut. mahasiswa jalan atau tidak. Guru Proses mengkonstruksi tersebut menunjukkan dan mempertanyakan membuat mereka aktif, kreatif dan tidak apakah pengetahuan siswa itu berlaku sekedar menerima, mencatat, bahkan untuk menghadapi persoalan baru yang menghafal yang selama ini dilakukan. berkaitan. Guru membantu Kini, belajar menjadi proses berfikir, mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan mengamati, membandingkan, bahkan siswa (Yamin, 2008: 17). menganalis pengalaman dimana guru Guru/dosen yang konstruktivis berperan sebagai pembimbingnya. tidak akan pernah membenarkan Sehubungan dengan tugas dan ajarannya dengan mengklaim bahwa” peran guru di atas, maka sebagai ini satu-satunya yang benar”. “Ini seorang guru tidak saja menyampaikan adalah jalan yang terbaik”. Atau ini ilmu pengetahuan kepada siswa/ adalah jalan yang terefektif untuk mahasiswa, tetapi menggerakkan siswa masalah ini”. untuk menggunakan apa yang mereka Pendidik perlu menciptakan miliki berupa pengetahuan, suasana yang membuat siswa/ pengalaman, agar dapat memahami mahasiswa antusias terhadap persoalan dan menginterpretasikan pengetahuan yang ada sehingga mereka mau dan pengalaman belajar mereka. Dalam mencoba memecahkan persoalannya. proses pembelajaran, pendidik harus Guru perlu membantu mampu mengajukan masalah-masalah mengaktifkan siswa untuk berfikir. dunia nyata dalam proses belajar. Guru boleh memberi informasi arahan Dalam dunia nyata masalahnya tetapi tidak boleh memaksakan. kompleks dan multifaset. Penelaahan Selanjutnya guru yang konstruktif masalah harus dilaksanakan dengan pula menurut Julyan dan Duckworth interdisipliner. Hal ini sesuai dengan bahwa: pertama: guru harus benar- cara kerja otak yang selalu mencari pola benar mendengar dengan sungguh dan hubungan antara ide-ide dan interprestasi siswa terhadap data yang konsep konsep. Kerangka-kerangka ditemukan sambil menaruh perhatian konsep ini disebut skemata dan khusus kepada keraguan,kesulitan dan merupakan file pengetahuan. kebingungan siswa. Kedua: Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas, memberi penghargaan SIMPULAN kepada siswa Ketiga: guru harus Setelah menjelaskan kedua teori mengerti bahwa ketidakmengertian tersebut baik dari segi konsep belajar, siswa merupakan langkah awal untuk strategi pembelajaran dan peran guru memulai pelajaran (Yamin, 2008: 19- menurut kedua teori di atas, sebagai 20). langkah selanjutnya adalah Dari uraian di atas, kita memperbandingkannya. Perbandingan menyadari bahwa tugas dan kewajiban tersebut dapat dilihat pada tabel guru tidaklah sederhana dan mudah. berikut: Belajar sebagai proses mengkonstruksi
Tabel 1 Perbandingan Teori Belajar Behaviorisme dan Konstructivisme Aspek Teori behaviorisme Teori Konstruktivisme Belajar - Belajar adalah perubahan perilaku - Siswa membangun - Perilaku tersebut harus selalu tampak pemahamannya - Perilaku harus dapat diukur sendiri dari hasil - Mengakui pentingnya masukan atau mereka belajar bukan input yang berupa stimulus dan karena disampaikan keluaran atau output yang berupa pada mereka. respon - Pelajaran baru sangat - Pembiasaan dan latihan menjadi tergantung dengan esensial dalam belajar pelajaran sebelumnya - Apa yang terjadi antara stimulus dan - Belajar dapat respon dianggap tidak penting ditingkatkan dengan diperhatikan karena tidak dapat interaksi sosial diamati. - Penugasan- - Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penugasan dalam penambahan pengetahuan belajar dapat dikatagorikan sebagai kegagalan yang meningkatkan perlu dihukum kebermaknaan proses - Mementingkan penguatan/ pembelajaran. reinforcement - Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan pengalaman individual dan interaksi. Metode - Membiasakan perilaku yang dikondisikan -Menggunakan berbagai atau - Mengulang-ulang sehingga menjadi strategi pembelajaran strategi kebiasaan aktiv. - Trial and Error Peran - Sosok yang menentukan dimana isyarat - guru atau dosen Guru dapat memancing respon siswa. berperan sebagai - Pengajar, yaitu menyampaikan berbagai mediator dan fasilitator stimulus. - Guru memonitor dan - Pengatur, yaitu mengatur promting selalu memperbaharui (bimbingan) untuk dipasangkan dengan pengalaman siswa stimulus. - Pengatur kondisi lingkungan sehingga siswa dapat merespon dengan benar dan siswa dapat menerima reinfoecement. - Model yang selalu mencontohkan perilaku kepada siswa -Pemberi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Setelah memperbandingkan Rohman, Arif. 2013. Pendidikan ketiga topic di atas perspektif Komparatif. Yogyakarta: Aswaja Behaviorisme dan Konstruktivisme Pressindo. dapat disimpulkan bahwa dari aspek Sanjaya, Wina. 2010. Strategi konsep belajar teori Konstruktiv lebih Pembelajaran. Jakarta: Prenada menekankan proses belajar dari pada Media Group. hasil belajar sebagaimana halnya ___________. 2005. Pembelajaran Dalam pendapat Behavirisme. Proses belajar Implementasi KBK. Jakarta: yang ditekankan oleh Konstruktivisme Prenada Media. lebih member peluang kepada peserta Shaleh, Abdurrahman dan Wahab, didik untuk melakukan kegiatan belajar Muhbib Abdul. 2004. Psikologi dengan strategi yang berpusat pada Perspektif Islam. Jakarta: peserta didik dari pada guru. Oleh Kencana. karena itu peran siswa lebih dominan Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor- dalam Konstruktif. Faktor Yang Mempengaruhinya. Dalam pembelajaran kedua teori Jakarta: Rineka Cipta. ini dapat bekerja sama yang mana Surya, M., 1997. Psikologi Pembelajaran Behaviorisme berperan di dalam dan Pengajaran. Bandung: IKIP mengkondisikan belajar sedangkan Bandung. proses dan hasil dapat menggunakan Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Behaviorisme. Peran guru adalah Pendidikan dengan Pendekatan mengkondisikan belajar dengan Baru. Bandung: Remaja Rosda menggunakan berbagai strategi yang Karya. berpusat pada peserta didik. Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivim. Jakarta: GP Press. DAFTAR RUJUKAN Winfred. F. Hill, Teories OF Learning, Budiningsih, Asri. 2005. Teori Belajar Diterjemahkan oleh M. Kozim, Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Bandung: Penerbit Nusa Media, Cipta. 2010, cetakan IV. Kauchak, Donal P. dan Eggen, Paul D., Zaini, Hisyam et. al., 2010. Strategi 1998. Learning and Teaching, Pembelajaran Aktif. Jogjakarta: Research Based Methods. Boston: CTSD. Allyn And Bacon.