Proposal s2
Proposal s2
Diajukan oleh
YONATA BUYUNG MAHENDRA
Kepada
23 JUNI 2018
BAB I
1
PENDAHULUAN
pinggiran sampai pada pusat kota Yogyakarta itu sendiri. Beberapa kerajinan
yang ikut berkembang sesuai dengan arus globalisasi dan kembalinya lagi tren
klasik adalah dengan mulai merebak kembali industri kerajinan kulit tersamak.
diantaranya tas, dompet, sepatu dan sandal. Industri kulit yang menyebar di
beberapa tempat juga menggelitik sebagian besar masyarakat dan bahkan ikut
atau berada pada puncak keemasannya pada kisaran tahun sekitar 20 tahun
yang lalu. Namun karena tehnik dan harga serta nuansa ornamen yang
ini perajin masih nyaman dengan sistem melayani keinginan pasar, dimana ada
orang- orang yang mencari desain yang disukai orang- orang dari merk tertentu
lalu dijiplak dan dijual dengan harga lebih murah. Hal ini sebenarnya
membunuh kreatifitas dari perajin itu sendiri. Perajin kemudian menjadi malas
2
untuk membuat karya yang memiliki sense of art yang otentik dari hasil
Diantaranya dengan tehnik emboss dan tehnik tatah.Tatah dalam seni kriya
Bahan yang beragam mulai dari kayu, kulit, dan logam. Seni tatah timbul di
hal ini dilihat karya yang monoton dan tehnik yang tidak berubah juga. Jika
dilihat dari model tatahannya pun juga masih bersifat seni-seni ukir klasik
seperti model motif florist yang merupakan dasar dalam menguasai seni ini.
florist dengan harapan akan bisa diproduksi dengan cepat dan lebih banyak.
Baru sekitar 3 tahun ini seni kerajinan tersebut mulai berjalan cukup menarik,
hal ini dikarenakan dimana para seniman lukis maupun seniman dengan
keahlian lainnya mulai ikut berkecimpung dalam seni tatah pada kulit ini.
Dalam hal ini mereka mecoba menjajakan “ide” dan idealisme mereka
dengaan media pengantar kulit. Seniman dari berbagai latar belakang seni
termasuk seni tatah kulit pun ikut serta dalam kesempatan ini.
Setiap seniman yang hadir memiliki sebuah sudut pandang yang terbuat
hasil olah rasa dan olah jiwa yang dia lakukan dan cari selama beberapa waktu.
Dalam sudut pandang seniman juga menghasilkan sebuah karya yang orisinil
dimana sangat khas yang dimiliki oleh seniman. Ada garis bawah yang cukup
mendasar diantara para seniman dalam berkarya, yaitu orisinil pasti otentik,
dan otentik belum tentu orisinil. Sehingga para seniman berupaya memberikan
3
sentuhan baru dalam tehnik tatah timbul. Tehnik yang baru, jenis kulit dan
kita mendapati bahwa seni tatah timbul mulai berkembang kembali dengan
dimulai dari tehnik hingga alat. Kreatifitas akan terus berkembang selama
mereka menamakan dengan seni modern atau ada yang menamakan seni
kontemporer. Walau dalam diskusi sebenarnya kedua hal ini berbeda, antara modern
dan kontemporer secara umum tidak dapat dipilah berdasarkan waktu, hal ini
modern dan kontemporer dalam konteks seni rupa dijelaskan oleh Kramer
seperti David Smith dan Jackson Pollock sebagai tanda peralihan (Dharsono,
2004: 223). Dalam istilah seni pengertian ini ditafsirkan lebih lajut sebagai
kemasyarakatan atau dalam istilah seni kembali ke konteks. Ditinjau dari sudut
ini seni kontemporer bukanlah konsep tetap. Seni kontemporer adalah dimensi
4
zamannya. Korelasinya adalah bahwa sebuah karya tetap akan mengalami
sebuah progress yang terus berubah dari waktu ke waktu. Bahkan seni tatah
timbul ini yang hanya bertahan eksis pada tahun 80’an kembali muncul dan
dibangkitkan oleh para seniman sebagai sebuah karya yang menaikkan standar
tatah timbul sendiri. Dengan cara tetap mengambil sudut pandang bahwa hasil
cipta seni (tatah timbul) merupakan sebuah karya yang adiluhung, dengan
mencoba menggabungkan dengan sosial dan politik yang menjadikan tema ini
timbul pada kulit mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Kesan visual
kreatifitas yang menjadikan seni tatah timbul sendiri semakin “hidup” dengan
bergabungnya prinsip seni lainnya yang ikut bergerak dalam karya ini
Alasan pengambilan topik tersebut karena saat ini seni tatah timbul
seniman di Yogyakarta yang sangat jarang kita jumpai, bahkan untuk penelitian
membahas tehnik tatah timbul maupun kesan visualnya yang serta korelasinya
5
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis menyusun
timbul di Yogyakarta?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perkembangan tatah timbul yang berkaitan dengan
6
BAB II
A. TinjauanPustaka
Penelitian mengenai tatah di timbul kulit di manapun masih jarang
dibahas, hal ini cukup mendasar karena seni ini memang tidak dapat disukai
oleh orang-orang secara langsung serta memiliki sifat kriya terapan. Seni kriya
merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki akar kuat, yakni nilai
tradisi yang bermutu tinggi atau bernilai adiluhung. Sebab pada masa lampau,
para kriyawan keraton menghasilkan karya seni dengan ketekunan dan konsep
filosofi tinggi serta memberikan legitimasi sebagai produk seni kriya tempo
dulu. Di dalam konsep tersebut termasuk pula adanya pola pikir metafisis yang
yang tinggi dan didukung oleh tatanan budaya tradisional yang ternyata telah
zaman . Dalam konteks ini, jiwa zaman yang dimaksud adalah berupa seluruh
kehidupan batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, dan anganangan
pada masa itu yang terjadi dari sebuah dialektika budaya tertentu yang
8). Hal ini berbeda dengan wayang yang menggunakan tehnik tatah sungging
7
pandang yang bias dijadikan landasan untuk mengambil materinya baik secara
visual maupun makna keseluruhan. Namun untuk tatah timbul sendiri belum
banyak penelitian yang sekiranya dapat dijadikan rujukan yang akurat, bahkan
hubungan dengan karya seni ukir mengukir yang sangat kental. Namun seni
tatah timbul sendiri memiliki sejarah yang cukup lama, yaitu menurut buku
Hobbycraft Series Leather Craft , seni ukir batu di piramida mesir memberikan
catatan paling awal tentang kulit kepada kita. Catatan tentang ukiran batu yang
ditemukan di piramida mesir memberikan kita salah satu catatan paling awal
tentang kulit kita. Orang Mesir menemukan banyak kegunaan untuk kulit,
termasuk pakaian, ornamen furnitur dan perisai. Catatan yang dibuat jauh
kulit dengan campuran lumpur dan garam tawas. Talmud mengatakan bahwa
kaum hebrew tahu bagaimana membuat kulit dan di mana orang-orang pertama
untuk kulit. Dari hal itu kemudian orng-orang mulai menerapkan tehnik tatah
ini dengan alat sederhana (William Johnson, 1945;3). Seni tatah timbul juga
masuk dalam kriya seni. Seni kriya sering disebut dengan istilah handycraft
yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied
8
kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan
(Suwadji Bastomi;2000)
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada
masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga
dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran
bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan
makna simbolis dan religius. Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran
antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul),
dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan
spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga
spiritual.
9
Dalam seni rupa ini tentunya akan selalu mengikuti perkembangan
jaman yang berdampak selaras dengan kreatifitas dan eksistensi dari karya
tersebut. Sehingga muncul istilah kontemporer dan modern dalam karya yang
dibuat. Antara modern dan kontemporer secara umum tidak dapat dipilah
berdasarkan waktu, hal ini mengakibatkan tidak jelasnya pemisah antara kedua
istilah tersebut. Instilah modern dan kontemporer dalam konteks seni rupa
Pollock sebagai tanda peralihan (Dharsono, 2004: 222). Seperti telah kita
masa kini” atau juga “seni mutakhir”. Dalam khazanah seni modern yang telah
Kiranya hanya satu indikasi yang bisa dijadikan titik terang istilah seni
kontemporer, yakni lahir dan berkembang dalam khazanah dan ruang lingkup
seni modern. Seni akan selalu mengalami perkembangan dan akan memberikan
dampak yang cukup banyak dalam berbagai bidang. Oleh karena itu seni tatah
Mulai dari hasil karya hingga seniman yang turut serta dalam pengeksekusian
10
karya tersebut. Seperti teori semiotika dimana ‘Semiotika’ (semiotics)
Linguistics yang diolah kembali penjabarannya dalam visual seni oleh Kris
Budiman dengan bukunya berjudul Ikonis Semiotika Sastra Dan Seni Visual
(2005), sebagai “ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari
semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode
sosial (social code) yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat
dipahami maknanya secara kolektif. Jika hal ini diberi benang merah dengan
karya seni tatah timbul adalah bagaimana sebuah aturan baku yang sudah
pernah ada dalam tehnik pengkaryaan akan berkembang dengan baik kembali
namun dengan pesan moral (kode sosial) yang menjadikan karya tersebut
dapat serta merta nampak ketika melakukan pengamatan pada seni ukir kulit/
Landasan teori merupakan suatu alat untuk membedah topik yang akan
diteliti. Mencari dan menyusun bahan yang didapatkan dari observasi maupun
penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini topik yang coba diangkat adalah
tokoh Seni tatah timbul sebagai seni rupa kontemporer. Untuk membedah
11
topik yang diangkat, diperlukan beberapa landasan teori untuk menyelesaikan
Analisis dilakukan dengan hal yang berkaitan dengan seni tatah timbul
Menurut Moeleong (2002) yang dimana kutipan berasal dari Bogdan dan
bersama, konsep atau proporsi yang mengarahkan cara berpikir dan cara
penelitian. Dasar ini yang kemudian dijadikan sebagai dasar saat pengumpulan
Dalam hal ini ada aspek mendasar yang dijadikan sebagai acuan dalam
1. Teori Estetika
12
mengetahui bagaimana karya perupa seni khususnya seni tatah
dihasilkan. Objek seni yaitu kulit yang di olah dengan seni ukir
13
dinamis sesuai dengan kondisi masyarakat khususnya di
Yogyakarta.
antara kehidupan sosial dan dan dampak sosial adalah hal yang
Seni tatah timbul ini juga pastinya akan menjadikan sebuah refleksi
ProfessionalArtist)
14
permasalahan kebudayaan yang sedaang berkembang
Yogyakarta juga agar dapat menganalisis hasil karya mereka dan kehidupan
15
pemikiran akan ideologi turut memberikan pemahaman baru akan karya yang
dengan kelompok.
BAB III
METODOLOGI
A. Rancangan Penelitian
metode penelitian yang tepat dan relevan. Hal tersebut diperlukan agar tercapai
hasil analisis yang tepat. Berdasarkan hal itu, digunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif yang sesuai dengan topik kajian, agar hasil penelitian
mengenai karakteristik seni tatah timbul pada kulit sebagai seni rupa
16
mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau
data secara induktif dari tema umum ke tema khusus, dan menafsirkan makna
data. Alasan pemilihan metode kualitatif yaitu karena jenis penelitian ini
peneliti mengenai tatah timbul. Peneliti merasa tertarik mengangkat topik ini
sendiri sangat banyak seniman, namun tidak banyak yang menekuni seni tatah
seni ini. Kendati tidak sebanyak tatah sungging, namun para seniman di
Yogyakarta memiliki “nama” dalam seni mengukir pada kulit. Selain itu juga
masih banyak seniman yang berkelas seniman daerah atau seniman yang
Malioboro.
beberapa sumber data, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dokumentasi dan
17
rekaman. Pengumpulan data ini biasanya dilakukan secara langsung maupun
mencari gambaran visual mengenai tatah timbul secara lengkap. Hal ini
karakteristik seni tatah timbul pada kulit sebagai seni rupa kontemporer di
saat ini yang berrgerak di bidang tatah timbul yaitu mas cetul dengan brand
18
cethulleatherart dan Oky Rey Montha dengan brand House of Piratez dan
mencoba untuk melakukan wawancara pada pakar seni, hal ini untuk
mengkaji sejauh mana perkembangan seni ini menurut pakar dan apakah
seni ini sudah masuk dalam seni kontemporer atau belum. Untuk pakar
Yogyakarta.
Alasan diambilnya banyak narasumber, selain untuk memperdalam
dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik seperti koran,
makalah atau laporan, atau dokumen privat seperti buku harian, surat, pesan
kepekaan teoritik, sehingga dapat mengolah dengan baik antara data yang
19
C. Analisis data
sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, data bersifat uraian karakteristik seni
tatah timbul pada kulit sebagai seni rupa kontemporer di Yogyakarta. Data
Deskripsi itu akan menjelaskan secara baku dan tersistemasi bahan materi yang
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu :
1) Tahap pengidentifikasian
2) Tahap pengolahan
3) Tahap penafsiran
2001) dituliskan bahwa tahap awal yang digunakan adalah dengan mencari
sumber data dan mengumpulkan data dengan sistematis dan melakukan kajian
baik dari visual dan lainnya dengan wawancara dan observasi serta dengan
sumber data yang relevan untuk membahas konsep yang diutarakan oleh
penulis.
konsep penulisan dan penelitian yang telah dilakukan. Pada tahapan ini fokus
sesuai dengan target penelitiannya. Data yang didapat akan memberikan hasil
20
yang lebih akurat untuk disertakan dalam pokok bahasan dan membuang hal-
kemudian dianalisis dan diwujudkan dalam bentuk karya tulis dengan orientasi
akan menjadikan karya tulis tersebut lebih memiliki kekuatan karena adanya
pembahasan dan teori yang kuat mengenai topik. Pada tahapan analisis ini,
sosial dari seniman serta pengaruh lingkungan sosial seniman pada jiwa
visual yang didapat dari karya yang ada dengan orientasi akan mendapatkan
karakteristik yang kuat dari perkembangan karya tatah timbul ini dari klasik
hingga kontemporernya.
21
D. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian disusun seperti tabel berikut ini:
No Uraian Pelaksanaan
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Menyusun
√ √ √ √ √
Proposal
2 Pengajuan
√
Proposal
3 Ujian
√
Proposal
4 Perbaikan
√ √
Proposal
5 Pengurusan
√
Izin
6 Kajian
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Pustaka
7 Penelitian
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lapangan
8 Penulisan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Laporan
9 Ujian Tesis √
10 Revisi √ √ √
22
E.
DAFTAR PUSTAKA
23