Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KDM

“Kebutuhan Oksigenasi”

A. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem kimia dan fisika.
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air
(Mubarak dan Cayatin, 2007 dalam Asih, 2014). Sistem pernapasan merupakan sistem yang
bekerja selama proses oksigenasi. Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen
dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan
sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ dalam sistem pernapasan juga berfungsi
dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah (Sloane, 2004).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan


1. Hidung
Memiliki 2 lubang (kavum nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
Rongganya mempunyai permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epithelium
mengandung banyak kapiler darah dan sel yang mensekresikan lender. Udara yang masuk
melalui hidung mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur kelembapan dan suhunya
dan akan mengalami penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar. Hidung berfungsi
sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur
suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara (Pearce, 2010).
2. Faring
Tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak
sampai esophagus, merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung
dan mulut setelah depan ruas tulang leher. Dalam faring terdapat tuba eustachii yang
bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan pada daerah laringofarings bertemu
sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings, dan
makanan lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Sloane,
2004).
3. Laring
Laring menghubungkan faring dengan trakea, berbentuk tabung pendek berbentuk seperti
kotak triangular dan ditopang oleh Sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak
berpasangan. Kartilago tidak berpasangan meliputi kartilago tiroid, krikoid, dan
epiglottis. Sedangkan kartilago berpasangan meliputi kartilago arytenoid, kornikulata,
dan kuneiform (Sloane, 2004).
4. Trakea
Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos dan jaringan
pengikat, terdapat bulu getar halus yang berfungsi sebagai penolak benda asing selain gas.
Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tangan lengkap berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaring fibrosa dan yang melengkapi
lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.
Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir
sehingga debu dan butir-butir halus lainnya yang terus masuk dapat dikeluarkan (Pearce,
2010).
5. Paru-Paru
Paru-paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara, terletak dalam
rongga toraks. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam
mediastinum. Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru
kanan memiliki tiga lobus, sedangkan paru kiri memiliki dua lobus. Setiap lobus tersusun
atas lobula. Sebuah pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin
bercabang, semakin tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang
merupakan kantong udara paru-paru. Jaringan paru-paru elastis, berpori, dan seperti spons
(Pearce, 2010). Paru-paru dibungkus oleh membrane yang disebut pleura. Pleura parietal
melapisi rongga toraks dan pleura visceral melapisi paru dan bersambungan dengan
pleura parietal di bagian bawah paru (Sloane, 2004).
C. Fungsi Sistem Pernapasan
1. Ventilasi
Proses masuk dan keluarnya udara di paru sehingga pertukaran gas terjadi, mencakup
kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot
intercostal eksternal berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan
menurunkan tekanan intrathorak dan udara masuk paru. Pada saat ekspirasi, diafragma
dan otot intrcostal relaksasi, menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke ukuran
lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara mengalir keluar dari paru.
2. Difusi Gas
Proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara alveoli
dan darah. Oksigen berdifusi dari alveoli ke darah karena PO2 lebih tinggi di alveoli
daripada di darah kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveoli.
3. Transportasi dan Perfusi Gas
Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke darah kemudian ke
jaringan dan karbondioksida ditransportasikan dari jaringan ke paru kembali. Oksigen
diangkut dalam darah melalui hemoglobin. Metabolisme meningkat maka akan
mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke sel
disebut perfusi gas.

D. Pola Pernapasan Normal


Kelompok Usia Rata-Rata Pernapasan / Menit
Bayi baru lahir dan bayi 30-60
1-5 tahun 20-30
6-10 tahun 18-26
10 tahun-dewasa 12-20
Lansia (60 tahun ke atas) 16-25
E. Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pernapasan
Dalam (Wartonah, 2010) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan.
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas
bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler : adanya risiko saluran pernafasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang
buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
b. Exercise : exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
d. Alkohol dan obat-obatan : menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernafasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
F. Etiologi Gangguan Kebutuhan Oksigenasi (SDKI, 2017)
1. Spasme jalan napas 14. Hambatan upaya napas
2. Hipersekresi jalan napas 15. Deformitas dinding dada
3. Disfungsi neuromoskuler 16. Deformitas tulang dada
4. Benda asing dalam jalan napas 17. Gangguan neuromuscular
5. Adanya jalan napas buatan 18. Gangguan neurologis
6. Sekresi yang tertahan 19. Penurunan energi
7. Hyperplasia dinding jalan napas 20. Obesitas
8. Proses infeksi 21. Kecemasan
9. Respon alergi 22. Cedera pada medulla spinalis
10. Efek agen farmakologis 23. Ketidakseimbangan ventilasi-
11. Merokok aktif / pasif perfusi
12. Terpajan polutan 24. Perubahan membrane alveolus-
13. Depresi pusat pernapasan kapiler

G. Manifestasi Klinis Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


1. Adanya bunyi napas tambahan
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
3. Batuk tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan berbicara
6. Adanya sputum, dll

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
No. Riwayat Kesehatan Hal yang Perlu Dikaji
1 Keluhan utama Keluhan yang biasa muncul pada klien
dengan gangguan pernafasan yaitu batuk,
peningkatan produksi sputum, dispneu,
hemoptisis, nyeri dada.
2 Riwayat kesehatan masa lalu Penyakit yang pernah di alami, riwayat
merokok, pengobatan saat ini dan masa lalu,
riwayat alergi, kondisi tempat tinggal
3 Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat
adanya keluarga yang sesak nafas, batuk
lama, batuk darah dari generasi sebelumnya
4 Riwayat pekerjaan Situasi tempat bekerja dan lingkungannya

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Melihat keadaan umum klien dan nilai tanda-tanda abnormal seperti adanya
tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum,
dan lainnya. Penilaian bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh
kelainan yang terjadi pada klien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah
diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2.
Jenis-jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel chest, pigeon
chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan pergerakan dada, gangguan
pergerakan dada atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
paru atau pleura (Muttaqin, 2010).
2) Palpasi
Mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengetahui abnormalitas pada
dinding thoraks seperti adanya nyeri tekan, massa, bengkak, mengidentifikasi
keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactil premitus (vibrasi) pada dinding dada
(Somantri, 2008).
3) Perkusi
Menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan padat
atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk memperkirakan ukuran
dan letak struktur tertentu di dalam thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar
dan lain-lain). Suara perkusi paru normal adalah resonan atau sonor (Muttaqin,
2010).
4) Auskultasi
Mendengarkan suara nafas normal dan suara tambahan (abnormal). Jenis suara
nafas normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan vesikular sedangkan jenis
suara tambahan yaitu wheezing, mengi, ronchi, pleural friction rub, dan krekels
(Somantri, 2008).
c. Pemeriksaan Penunjang (Rahayu dan Addi, 2016)
1) Pemeriksaan fungsi paru 4) Oksimetri, untuk
menggunakan spirometer mengukur saturasi oksigen
2) Kecepatan Aliran Ekspirasi 5) Hitung Darah Lengkap
Puncak (Peak Ekspiratory 6) Pemeriksaan sinar x dada
Flow Rate 7) Bronkoskopi
3) Pemeriksaan Gas Darah 8) CT scan
Arteri 9) Specimen sputum
10) Skin test

2. Diagnosa Keperawatan
Data-data yang biasa ditemukan untuk menentukan masalah keperawatan yang muncul
pada gangguan kebutuhan oksigenasi. (SDKI, 2017)
No Data Etiologi Diagnosa
1 Data subjektif :  Spasme jalan napas Bersihan jalan
 Dispnea  Hipersekresi jalan napas napas tidak
 Sulit bicara  Disfungsi neuromoskuler efektif
 Ortopnea  Benda asing dalam jalan
Data objektif : napas
 Batuk tidak efektif  Adanya jalan napas buatan
atau tidak mampu  Sekresi yang tertahan
batuk  Hyperplasia dinding jalan
 Sputum berlebih / napas
obstruksi jalan napas /  Proses infeksi
meconium di jalan  Respon alergi
napas  Efek agen farmakologis
 Suara napas tambahan  Merokok aktif / pasif
(mengi, wheezing,  Terpajan polutan
ronchi)
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas
berubah
 Pola napas berubah
2 Data subjektif :  Depresi pusat pernapasan Pola napas
 Dispnea  Hambatan upaya napas tidak efektif
 Ortopnea  Deformitas dinding dada
Data objektif :  Deformitas tulang dada
 Pengunaan otot bantu  Gangguan neuromuscular
pernapasan  Gangguan neurologis
 Fase ekspirasi  Penurunan energi
memanjang  Obesitas
 Pola napas abnormal  Kecemasan
(takipnea, bradypnea,  Cedera pada medulla spinalis
hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
stokes)
 Pernapasan pursed-lip
 Pernapasan cuping
hidung
 Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
3 Data subjektif :  Ketidakseimbangan Gangguan
 Dispnea ventilasi-perfusi pertukaran gas
 Pusing  Perubahan membrane
 Penglihatan kabur alveolus-kapiler
Data objektif :
 PCO2 meningkat /
menurun
 PO2 menurun
 Takikardia
 pH arteri meningkat /
menurun
 Bunyi napas tambahan
 Sianosis
 Diaphoresis
 Gelisah
 Napas cuping hidung
 Pola napas abnormal
 Warna kulit abnormal
 Kesadaran menurun

3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Bersihan jalan napas Tujuan / kriteria hasil :  Monitor jumlah, bunyi
tidak efektif  Saluran napas menjadi nafas, AGD, efek
bersih pengobatan
 Pasien dapat bronchodilator
mengeluarkan secret  Terapi inhalasi, latihan
secara efektif napas dan batuk efektif
 Mudah untuk bernapas  Sediakan alat suction
 Kegelisahan, sianosis,  Memberikan penkes
dan dispneu tidak ada efek merokok, alcohol,
 Saturasi O2 dalam batas bahaya allergen, latihan
normal bernapas
2 Pola napas tidak Tujuan / kriteria hasil :  Memberikan oksigen
efektif  Kedalaman inspirasi sesuai program
dan kemudahan  Monitor jumlah
bernapas pernapasan,
 Ekspansi dada simetris penggunaan otot bantu
 Tidak ada penggunaan pernapasan, batuk,
otot bantu napas bunyi paru, tanda vital,
 Tidak ada bunyi napas warna kulit, AGD
tambahan  Beri posisi fowler atau
 Tidak ada napas pendek semi fowler
 Bantu terapi inhalasi
3 Gangguan Tujuan / kriteria hasil :  Monitor/ kaji kembali
pertukaran gas  Kulit tidak pucat adanya nyeri, pucat,
 Tidak menggunakan kesulitan bernafas, hasil
pernapasan mulut laboratorium, retraksi
 Tidak menggunakan sterna, penggunaan otot
otot bantu napas bantu nafas,
 Tidak ada pernapasan penggunaan oksigen,
cuping hidung X-ray, catat tanda vital

 Tidak ada ortopneu  Suction jika ada

 Pasien menunjukan indikasi

peningkatan perubahan  Monitor intake dan


perukaran gas seperti : output cairan
tanda-tanda vital, AGD,  Beri terapi inhalasi
dan ekspresi wajah  Batasi pengunjung
 Beri posisi fowler/semi
fowler
 Memberikan penkes
tentang nafas dalam,
latihan bernafas,
mobilisasi, kebutuhan
istirahat, efek merokok
dan alkohol
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Suprapti Budy. 2014. Asuhan Keperawatan pada Tn.D dengan Gangguan Pemenuhan
Oksigenasi et causa Penyakit Paru Obstriksi Kronik di Ruang Cempaka RSUD Banyumas.
Diploma Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika

Nainggolan, Rina Andriana. 2014. Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUD dr.Pirngadi Medan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara

Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama

Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi Harnanto. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II. Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

Somantri, I. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat PPNIx

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai