Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan dunia kedokteran saat ini mulai mengarah kepada pengobatan

herbal atau yang dikenal dengan istilah herbal medicine, yaitu pengobatan dengan

menggunakan obat herbal (bahan alam). Saat ini, masyarakat Asia termasuk

Indonesia mempercayai bahwa tanaman herbal mengandung zat berguna salah

satunya seperti polifenol untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai jenis

penyakit antara lain seperti antikarsinogenik, antimetastatik, antioksidatif,

antihipertensi, antihiperkolesterolemia, antikariesgigi, antibacterial, dan

imunomodulator/antialergi.

Teh adalah minuman yang berasal dari pucuk tanaman teh (Camellia

sinensis). Teh adalah bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak

negara serta berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh juga mengandung

banyak bahan-bahan aktif yang bisa berfungsi sebagai antioksidan maupun

antimikroba (Gramza et al., 2005). Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami

proses fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau

kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya

dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau

dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang

menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal) (Kushiyama et al.,

2009).

1
Konsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka

mortalitaspasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe et al., 2009). Komponen

bioaktif yang ada pada teh adalah polifenol yang mengandung sekitar 25-30% dari

daun teh (Ullah, 1991).Hasil penelitian oleh Maeda-Yamamoto dkk.menemukan

bahwa teh hijau bermanfaat sebagai antialergi. Hal ini diduga karena daun teh hijau

mengandung senyawa aktif yang dipercaya untuk bertanggung jawab dalam

memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu polifenol.

Polifenol merupakan antioksidan yang kekuatannya 10 kali lebih efektif

dibandingkan dengan vitamin c dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin

E.Polifenol merupakan senyawa yang memiliki struktur dasar berupa fenol. Fenol

sendiri merupkan struktur yang terbentuk dari benzena tersubtitusi dengan gugus –

OH. Gugus –OH yang terkandung merupakan aktivator yang kuat dalam reaksi

subtitusi aromatik elektrofilik (Fessenden, 1982).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Polifenol

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini

memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam mudah larut

dalam pelarut polar (Hosttetman, dkk, 1985). Beberapa golongan bahan polimer

penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tanin adalah senyawa polifenol

dan kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid dan

terpenoid (Harbone, 1987).

Senyawa fenol sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada

proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan. Ekstraksi

senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah terjadinya

oksidasi enzim. Semua senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya

menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV. Selain itu secara khas senyawa

fenol menunjukkan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan basa.

Karena itu cara spektrumetri penting terutama untuk identifikasi dan analisis

kuantitatif senyawa fenol (Harbone, 1987).

Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna

daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam buah-buahan, sayuran

serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi polifenol dalam sehari sampai 23

mg. Khasiat dari polifenol adalah menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi

3
terhadap berbagai penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan

pembentukan radikal bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini.

2.2. Karakter Polifenol

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus

hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang

dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009).

2.3. Sifat Fisika Kimia Polifenol

2.3.1. Sifat Fisika

 Fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan

mempunyai sifat-sifat antiseptik.

 Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat juga larut dalam

fenol cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku

molal dari fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-

6% air telah terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol

dalam air disebut air karbol atau asam karbol.

2.3.2. Sifat Fisika

 Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah

atom C-nya sama, karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C

yang tidak mengikat atom H lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan

dengan alkanol tersier.

4
 Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester

melainkan membentuk asam fenolsulfonat (o atau p).

 Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi

selanjutnya terbentuk 2,4,6 trinitrofenol atau asam pikrat.

 Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi

mengion.Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan

membentuk garam fenol.

2.4. Klasifikasi Polifenol

2.4.1. Berdasarkan Unit basa

Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya di bagi

menjadi 3 kelompok besar yaitu asam galic, polivenol, flavon, asam

sinamat.

a. Asam Galic

Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3

gugus –OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis

hydrolyzable tannins yang merupakan jenis tanin yang dapat larut di

dalam air membentuk asam gallic dan asam protocatechuic dan gula.

Contoh jenis ini adalah gallotanin.

HO O OH OH

Asam Galat

5
Senyawa ini tidak terlalu berperan didalam tumbuhan tetapi cukup

memberikan sumbangan manfaat bagi manusia khususnya dalam bidang

kesehatan. Senyawa jenis ini telah diteliti dapat menghambat tumor,

antivirus, anti oksidasi, anti deabetes (Hayashi et.al. 2002) dan anti cacing

(Mori et.al, 2000).

b. Flavon.

Jenis polifenol ini yang paling banyak terdapat dialam. Senyawa

ini juga termasuk flavonoid. Contoh senyawa ini adalah epicatechin dan

epigalocatechin, senyawa ini terkandung di dalam teh yang memiliki

fungsi sebagai antioksidan.

HO O OH OH OH HO O OH OH OH

OH
OH

Epicatechin Epigallocatechin

c. Asam sinamat

Senyawa jenis ini memiliki struktur umum

6
Salah satu contoh jenis ini dalah lignin. Lignin banyak terdapat pada

tumbuhan sebagai penyusun dinding sel. Senyawa ini berupa polimer yang

memiliki struktur kompleks dan berat molekul lebih dari 10.000. monomer

paga lignin disebut monolignols.

2.4.2. Berdasarkan Subkomponen Fenoliknya

a. Fenol

Senyawa ini memiliki memiliki subkomponen berupa fenol yang

tersusun dari benzen tersubtitusi dengan gugus –OH. Salah satu contohnya

adalah capsaisin, yang merupakan zat pedas pada cabe. Senyawaa ini

memiliki subkomponen fenol dan terdapat amina didalamnya (Sudarma,

2009)

CH3
HO NH O CH3CH3

Capsaisin

b. Pyrocatechol

Senyawa ini memiliki subkomponen dengan benzena yang

tersubtitusi 2 gugus –OH secara Orto. Contoh senyawa ini adalah quercetin

dan catechin. Kedua senyawa ini terdapat dalam buah apel dan daun teh,

7
masing-masing senyawa memiliki dapat digunakan sebagai antioksidan

(Sudarma, 2009).

HO OH O
OH OH OH OH HO OH O
OH OH OH

Quercetin Catechin

c. Pyrogallol

Senyawa ini memiliki fenolik berupa benzen tersubtitusi dengan 3

gugus –OH yang berurutan. Contoh senyawa ini adalah myrecetin dan

gallocatechins ( EGCG ). Senyawa ini terkandung dalam buah anggur dan

daun teh. Myrecetin dapat dipakai sebagai penurun kolestrol darah sedangkan

EGCG dapat digunakan sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas

(Sudarma, 2009).

H3C

8
d. Resorsinol

Senyawa ini memiliki subkomponen fenol berupa benzen yang

tersubtitusi debgan 2 gugu –OH yang terletak secara meta. Contoh dari

senyawa ini adalah Resveratrol, senyawa ini meiliki fungsi sebagai

penghambat penuaan, antikanker dan obat penyakit kulit, tetpai senyawa ini

belum diteliti pada manusia sehingga yang di sebutkan tadi hanya berlaku

pada beberapa jenis hewan saja.

HO OH Resveratrol OH

e. Floroglucinol

Senyawa berikut memiliki phenol yang terdiri dari tiga subtituen OH

yang terletak secara selang-seling. Contoh senyawa ini adalah jenis senyawa

flavonoid yang telah dibahas dalam bab yang lain

HO OH OH

Floroglusinol

9
f. Hidroquinon

Polifenol jenis ini berbeda dengan yang alain dalam hal aktivitasnya

dalam tubuh. Senyawa yang mengandung subkomponen ini dapat

menyebabkan kanker sedangkan polifenol yang lain dapat berfungsi sebagai

antikanker. Senyawa jenis ini memiliki fenol berupa benzen yang tersubtitusi

dengan dua gugus –OH yang terletak pada posisi para. Contoh senyawa ini

berupa glikosida yaitu arbutin.

HO
HOH Arbutin
HH OH
HOH
OOH OH

2.5. Struktur Polifenol

10
2.6. Beberapa Contoh Tanaman Penghasil Polifenol

a. Akar Alang-Alang (Imperta Cylindrica L.)

Berdasarkan penelitian Diah dan ruslin, 2014 dengan judul

“Kandungan Total Polifenol dan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Metanol

Akar Imperata cylindrica (L) Beauv. (Alang-alang)”,Ekstrak Metanol Akar

Imperata cylindricamempunyai kandungan total polifenol sebesar 1,53%

ekivalen asam galat (EAG) dan aktivitas antioksidan IC50 sebesar 0,32

mg/mL.

b. Teh Hijau (Camellia sinensis )

Penelitian oleh Naghma Khan dan Hasan Mukhtar (2007)

menunjukkan bahwa sediaan teh hijau dapat menangkap Reactive Oxygen

Species (ROS) seperti oksigen yang tidak berpasangan, radikal superoksida,

radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit, dan nitrogen dioksida sehingga

mengurangi kerusakan pada protein, membran lipid, dan asam nukleat pada

sel

c. Daun Kluih

Pada penelitian yang berjudul “KARAKTERISTIK DAN SENYAWA

BIOAKTIF EKSTRAK KERING DAUN KLUWIH DARI POSISI DAUN

YANG BERBEDA” yang dilakukan oleh Deivy Andhika Permata dan Alfi

Asben. Pada penelitian pengamatan yang dilakukan, yaitu rendemen, kadar

air, kadar abu, analisis kualitatif fitokimia, serta total polifenol. Berdasarkan

hasil penelitian diperoleh karakteristik dan komponen bioaktif ekstrak kering

daun muda, tua dan sangat tua berturut-turut sebagai berikut: rendemen

11
sebesar 5,49%, 5,23% dan 5,34%; kadar air sebesar 10,11%, 10,16%, dan

10,30%; kadar abu 12,76%, 12,35%, dan 12,30%. Pada semua ekstrak daun

mengandung alkaloid, triterpenoid, flavonoid, saponin, fenolik dan tanin.

Total polifenol ekstrak kering daun muda, tua dan sangat tua berturut-turut,

yaitu 11.175 mgGAE/g, 10.238,89 mgGAE/g, dan 7.858,33 mgGAE/g

d. Tanaman Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elly Proklamaningsing

dkk. Dengan judul penelitian “Pertumbuhan dan Kandungan Polifenol

Tanaman Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) pada Media Tanam dengan

Pemberian Asam Humat”, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh asam humat terhadap pertumbuhan dan kandungan senyawa

polifenol tanaman katuk, serta menentukan konsentrasi asam humat yang

efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan kandungan polifenol terhadap

tanaman katuk. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian asam

humat dengan konsentrasi 6,23 g/kg pada media tanam dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman dan kandungan polifenol tanaman katuk.

e. Sarang Semut (Myrmecodiapendans)

Pada penelitian yang berjudul “EKSTRAKSI POLIFENOL DAN

FLAVONOID DARI TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodiapendans)

DENGAN PRETREATMENT OHMIC HEATING” oleh Sri Handayani

Nofiyanti menunjukkan bahwa hasil ekstraksi menggunakan ohmic heating

didapatkan kadar polifenol dan rendemen tertinggi pada tegangan 330V

dengan holding time 180 detik sebesar 437,052 mg GAE/g ekstrak dan

12
69,08%. Sedangkan nilai total flavonoid terbaik terdapat pada perlakuan

tegangan 330V dengan holding time 270 detik sebesar 119,529 mgQE/g

esktrak.

f. Pisang Raja (Musa paradisiaca var. sapientum)

Pada penelitian yang berjudul “UJI KANDUNGAN TOTAL

POLIFENOL DAN FLAVONOID EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT

PISANG RAJA (Musa paradisiaca var. sapientum) yang dilakukan oleh Ida

Adhayanti dkk.Pada penelitian tersebut kandungan fenolik total ditentukan

secara spektrofotometri UV-Vis menggunakan reagen Folin-Ciocalteu yang

dinyatakan dalam GAE (Garlic Acid Equivalent) dan kandungan flavonoid

total menggunakan reagen AlCl3 dan dinyatakan dalam QE (Quersetin

Equivalent). Larutan tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan panjang

gelombang 656 nm untuk polifenol dan 440 untuk flavonoid. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kandungan total polifenol 3,50104 % b/v atau 35,0104

mg GAE/g ekstrak dan kandungan total flavonoid 2,076153 % b/v atau

20,76153 mg QE/g ekstrak.

g. Pisang Goroho (Musa sapiens p.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian stabilitas pada

pemanasan 100oC memperlihatkan perubahan kandungan total fenolik,

aktivitas penangkal radikal bebas dan total antioksidan selama 120 menit.

Akan tetapi, perubahan ketiga pengujian ini tidak menunjukkan penurunan

yang tajam selama 60 menit pemanasanyang masih memperlihatkan aktivitas

lebih besar 80%. Hasil ini mengindikasikan bahwa stabilitas ekstrak pisang

13
goroho terhadap panas sangat tergantung pada lamanya pemanasan. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa pisang goroho mengandung senyawa

fenolik, flavonoid dan tannin serta memiliki aktivitas antioksidan.

h. Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostona)

Penelitian yang dilakukan oleh Any Gurtanti yang berjudul Kadar

Polifenol Total Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana)

Pada Variasi Asal Daerah”(2016). Ekstrak yang diperoleh diuji parameter

spesifik berupa uji kualitatif senyawa polifenol dengan FeCl3, AlCl3, uap

amoniak, Folin Ciucalteau, dan uji tanin. Penetapan kadar polifenol (asam

galat) dengan menggunakan spektrofotometri visible setalah direaksikan

dengan pereaksi Folin Ciocalteau. Hasil: Uji kualitatif ekstrak etanol kulit

buah manggis dengan pereaksi FeCl3, AlCl3, uap amoniak, Folin Ciucalteau,

dan uji tanin menunjukkan hasil positif. Uji kuantitatif kadar senyawa fenol

total (mg GAE/g ekstrak) dari Sumatra, Jawa dan Kalimantan, yaitu: 824.13

(mg GAE/g ekstrak); 155,86 (mg GAE/g ekstrak); 688,9 (mg GAE/g ekstrak).

i. Buah Ketapang (Terminalia catappa L.)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heri Hermawan dkk.

Yang berjudul “KADAR POLIFENOL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

EKSTRAK ETIL ASETAT DAN METANOL BUAH KETAPANG

(Terminalia catappa L.)” Penentukan kandungan polifenol ekstrak buah

ketapang menggunakan metode biru prusi dan aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) pada simplisia buah ketapang

dengan pelarut etil asetat dan metanol hasil maerasi bertingkat dengan pelarut

14
heksana, etil asetat dan metanol. Hasil penelitian didapatkan kandungan

polifenol ekstrak etilasetat sebesar 2,83 mg SAG/g dan ekstrak metanol

sebesar 7,52 mg SAG/g dan aktivitas antioksidan dengn nilai IC50 sebesar

148 ppm ekstrak etilasetat dan 53,36 ppm ekstrak metanol

2.7. Tinjauan Botani Tanaman Teh Hijau (Camellia sinensis)

2.7.1. Klasifikasi Tanaman

Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh

yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua

jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia

sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai

berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) :

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Familia : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis

2.7.2. Nama Daerah

Jawa: teh (Jawa), nteh (Sunda), Nusa Tenggara: rembiga (Sasak), kore

(Bima), krokoh (Flores), kapauk (Roti), Sulawesi: rambega (Bugis).

(Kementerian kesehatan RI, 2017)

15
2.7.3. Morfologi Tanaman Teh Hijau (Camellia sinensis.)

Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae,

merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam

bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman

ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm.

Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm

dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005).

Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing

buah dengan ukuran sebesar kacang (Biswas, 2006).

2.7.4. Ekologi dan Penyebarannya

Sejarah dari teh hijau ini berawal dari Negara Cina, yang telah

menggunakan teh hijau sebagai pendukung pengobatan sejak 4.000 tahun yang

lalu. Dan saat ini para peneliti nutrisi telah menemukan bahwa teh hijau sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Tahun 1994, bahkan sebuah jurnal yang diterbitkan

untuk kalangan ahli kangker menyebutkan bahwa teh hijau yang dikunsumsi

masyarakat Cina telah membuat mereka terhindar dari kangker.

Di Jepang tradisi minum teh berasal dari Cina sekitar abad ke-6 Masehi.

Pada zaman Kamakura, pendeta Eisai dan Dogen menyebarkan ajaran Zen

sambil memperkenalkan matcha (teh hijau dalam bentuk bubuk) yang

dibawanya dari Tiongkok sebagai obat. Teh dan ajaran Zen menjadi populer

sebagai unsur utama dalam penerangan spiritual. Sejak itu teh hijau mulai

16
dikenal berkhasiat untuk kesehatan dan digunakan awak kapal dalam pelayaran

jauh.

Di Indonesia sendiri tanaman teh pertama dibawa dan dikembangkan

oleh penjajah Belanda hingga dapat diekspor ke negeri kincir tersebut. Sejak itu

teh terus dikembangkan dan diperluas penanamannya. Hingga pada masa

kemerdekaan usaha perkebunan dan industri Teh diambil alih dan diperbaiki

oleh pemerintah RI. Walaupun luasannya tidak mencapai keadaan sebelum

perang tetapi produksinya meningkat tajam. Sekarang, perkebunan dan

perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta. (Lanni Aprilliyani, 2014).

2.7.5. Kandungan Kimia

Teh hijau mengandung bermacam-macam senyawa bioaktif, yakni

alkaloid dan polifenol. Senyawa yang termasuk dalam alkaloid adalah kafein,

teobromin, dan teofilin. Senyawa polifenol dalam teh hijau sebagai besar

golongan flavonoid. Polifenol merupakan cincin benzene yang terikat pada

gugus-gugus hidroksil. dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga

gugus malonyl-CoA. Adapun Kandungan polifenol dalam teh hijau kira-kira

30-40 % ). Polifenol dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid.

Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan

senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Senyawa flavonoid tersebut merupakan

hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi

cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA. Senyawa-senyawa polifenol

yang terdapat pada teh hijau tersebut adalah flavanol atau yang dikenal dengan

17
catechin, merupakan senyawa yang memyumbangkan berat 20-30% dari daun

teh yang kering. Senyawa catechin tidak berwarna, larut dalam air, dan

berfungsi untuk memberikan rasa pahit pada teh. Modifikasi pada catechin

dapat mengubah warna, aroma, dan rasa pada teh. Sebagai contoh, pengurangan

kadar catechin dalam teh dapat menambah kualitas aroma dari suatu teh

(Mahmood et al., 2010). Selain flavanol, ada juga senyawa yang disebut dengan

flavonol. Quercetin, myricetin, dan kaemferol merupakan contoh flavonol

utama yang menjadi ekstrak cair dari suatu teh. Flavonol biasanya ditemukan

dalam bentuk glycosidic karena bantuk yang non-glycosidic tidak dapat larut

dalam air.

Komposisi lain senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu

protein (15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, triptofan,

glisin, serin, valin, leusin, arginin (1-4%); karohidrat seperti selulosa, pectin,

glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan

asam linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein

dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti

aldehida, alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen

lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al

(5%) (Cabrera et al., 2006).

18
2.7.6. Kegunaan Secara Tradisional

1. Dijadikah minuman sehat yang diseduh baik dalam bentuk serbuk maupun

daun kering

Caranya : daun yang sudah disortir dan sudah dikeringkan kemudian

masukkan kedalam penggilingan. Giling daun teh hingga halus, kemudian

masukkan ke dalam wadah. Ambil 1 sendok bubuk teh hijau masukkan

kedalam gelas, tambahkan air secukupnya dan jika ingin rasanya manis

tambahkan sedikit gula.

2. Sebagai masker dan Scrub Wajah

Siapkan bahan teh hijau, air hangat, dan madu. Buka kantong teh

masukan ampas teh tersebut ke dalam wadah ditambahkan madu dan air

hangat secukupnya. Kemudian balurkan keseluruh wajah hingga rata dan

diamkan sekitar 10-15 menit hingga air dari teh meresap ke wajah.

Gosok-gosok wajah secara memutar agar lapisan kulit mati terangkat.

Setelah itu bilas dengan air.

3. Sebagai pelangsing tubuh alami

Siapkan teh hijau yang berkualitas bagus, dan lemon yang segar, seduh

teh menggunakan air panas dan menambahkan 1 sendok makan lemon,

aduk dan minum.

Teh hijau tidak boleh dicampur dengan bahan pemanis atau gula, bisa

ditambahkan jeruk nipis atau susu, tidak diminum dalam keadaan dingin

19
(dalam keadaan hangat), diseduh dengan menggunakan air panas dengan suhu

80 sampai 90 drajat celcius, diminum hanya 2 kali sehari.

2.7.7. Bioaktivitas

a. Penelitian oleh Naghma Khan dan Hasan Mukhtar (2007) menunjukkan

bahwa sediaan teh hijau dapat menangkap Reactive Oxygen Species

(ROS) seperti oksigen yang tidak berpasangan, radikal superoksida,

radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit, dan nitrogen dioksida

sehingga mengurangi kerusakan pada protein, membran lipid, dan asam

nukleat pada sel.

b. Penelitian oleh Naghma Khan dan Hasan Mukhtar (2007) menunjukkan

bahwa sediaan teh hijau dapat menangkap Reactive Oxygen Species

(ROS) seperti oksigen yang tidak berpasangan, radikal superoksida,

radikal hydroksil, oksida nitrat, peroksinitrit, dan nitrogen dioksida

sehingga mengurangi kerusakan pada protein, membran lipid, dan asam

nukleat pada sel

c. Polifenol yang terdapat di dalam teh hijau dikatakan dapat menjadi

antimikroba dalam Mahmood et al (2010). Namun, tidakdapat dipastikan

dengan jelas spesies apa saja yang dihambat oleh polifenol tersebut.

Sebagai contohnya,polifenol dapat menghambat pertumbuhan

Helicobacter pyloridan Clostridia spp.

20
d. Penelitian juga membuktikan bahwa teh hijau dapat mengatur suhu tubuh,

menurunkan kadar gula darah, melancarkan pencernaan dan

meningkatkan proses berpikir (Chako, 2010)

e. Melalui penelitian in vitro, hewan percobaan, serta uji klinis

menggunakan perantara indikator penyakit terutama status biomarker

stres oksidatif, memberikan bukti kuat bahwa polifenol dalam teh hijau

(Green Tea Polyfenol) memainkan peran dalam risiko, patogenesis dan

patologi dari beberapa penyakit kronis, terutama penyakit kardiovaskular

dan kanker. (University of MarylandMedical Center, 2011)

Aktivitas farmakologi paling berperan pada teh hijau karena mengandung zat

aktif berupa antioksidan alami yaitu katekin.Adapun aktivitas farmakologi dari

teh hijau untuk mencegah beberapa penyakit yaitu sebagai antikanker, anti

mikroba, menurunkan kolesterol darah sehingga terhindar dari arterosklerosis,

meningkatkan kekebalan tubuh (Murase et al, 2009). Selain itu teh hijau juga

berfungsi sebagai antidiabetes, mencegah pengembangan bakteri Helcobacter

pylori penyebab gastristis , mehilangkan bau mulut,melindungi lapisan lambung,

membantu menurunkan berat badan, menghambat proses penuaan serta

melindungi kulit dari radikal bebas dan kerusakan akibat sinar ultraviolet

(Branon, 2007).

2.7.8 Metode dan Hasil uji Aktivitas Antioksidan dari daun Teh hijau

Berdasarkan jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh Kusmiyati dkk

(2015)

21
Kandungan antioksidan diukur dengan metode DPPH dengan pembanding

asam galat, kontrol positif kuersetin. Kemudian ditentukan kadar falvonoid

total dari sampel. Sampel yang digunakan adalah daun teh yang berasal dari

tiga perkebunan teh di Jawa barat.Pengukuran dengan menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis. Masing-masing sampel diberi kode.

Prosedue kerja dari penilitian kusmiyati dkk adalah :

Ekstraksi sampel

dilakukan dengan membuat seduhan teh dengan prosedur sesuai dengan SNI

01-1902-1995: Timbang contoh uji 5 g, masukkan ke dalam beaker glass yang

berukuran 250 mL. Didihkan air murni sampai tepat mendidih, kemudian

tuangkan ke dalam beaker glass yang telah berisi contoh uji, tutup, biarkan

selama 6 menit, dan saring.

Pengujian aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan memodifikasi metode DPPH yang

digunakan Molyneux (2004). Sebanyak 1,0 ml seduhan teh dengan

konsentrasi 1,0 μg/ml; 5,0 μg/ml; 10,0 μg/ml; 15,0 μg/ml; dan 20,0 μg/mL

ditambahkan ke dalam 2,0 ml DPPH. Campuran selanjutnya dikocok dan

diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit ditempat gelap. Larutan ini

selanjutnya diukur absorbansinya pada λmaks 514 nm. Perlakuan yang sama

juga dilakukan untuk larutan blanko (larutan DPPH yang tidak mengandung

bahan uji) dan kontrol positif kuersetin dengan konsentrasi 1,0 μg/ml; 3,0

μg/ml; 4,0 μg/ml; 5,0 μg/ml; dan 6,0 μg/ml. λmaks yang digunakan untuk

kuersetin adalah 517 nm. Larutan blanko terdiri dari 2,0 mL DPPH dan 1,0 ml

22
metanol p.a. Data hasil pengukuran absorbansi dianalisis persentase aktivitas

antioksidannya menggunakan persamaan berikut: % Aktivitas antioksidan = A

blanko – A sampel x 100% A blanko Keterangan: A = Nilai Absorbansi

Penentuan kadar fenol total

Pengukuran kandungan fenol total pada ekstrak dilakukan menggunakan

pereaksi Folin-Ciocalteu dengan memodifikasi prosedur Sugiat., dkk (2010).

Untuk membuat kurva kalibrasi digunakan asam galat dengan variasi

konsentrasi 10 µg/ml, 20 µg/ml, 40 µg/ml, 80 µg/ml, dan 100 µg/ml. Seduhan

teh hijau dengan konsentrasi 5.000 µg/ml diencerkan kembali dengan akuades

hingga didapatkan konsentrasi 1.000 µg/ml kemudian diambil 1,0 ml

dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 ml tersebut ditambahkan 500 µl pereaksi

FolinCiocalteu, lalu dikocok hingga homogen selama 1 menit. Sebelum menit

kedelapan, ditambahkan 4,0 ml Na2CO3 7,5% b/v, dikocok selama 1 menit

dan ditambahkan akuades dan dikocok hingga homogen. Selanjutnya

dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 794

nm, dimana panjang gelombang tersebut didapatkan pada saat dilakukan

skaning panjang gelombang. Hasil pengukuran ini dinyatakan sebagai berat

setara dengan asam galat tiap berat sampel.

Penentuan kadar flavonoid total

Penentuan kadar flavonoid total dilakukan dengan memodifikasi mengikuti

pro sedur Chang., C., Yang, M., Wen, H., dan Chern, J (2002). Sebanyak

larutan sampel (5.000 µg/mL) dicampur dengan 1,5 ml etanol 96%, 0,1 ml

aluminium klorida 10%, 0,1 mL natrium asetat 1 M, dan 2,8 mL air destilasi.

23
Setelah diinkubasi dalam temperatur ruang selama 30 menit, ukur absorbansi

dari campuran reaksi pada panjang gelombang 428 nm dengan

spektrofotometer UV-VIS. Sejumlah aluminium klorida 10% digantikan

dengan sejumlah akuades sebagai blanko.Untuk membuat kurva kalibrasi

digunakan standar kuersetin dengan variasi konsentrasi 2 µg/ml, 4 µg/ml, 6

µg/ml, 8 µg/ml, dan 10 µg/ml. Untuk standar dilakukan prosedur yang sama

seperti dengan sampel terkecil yaitu 21,44 µg/ml kemudian diikuti oleh teh

hijau yang berasal dari Ciwidey Var. Sinensis Calighua (22,50 µg/ml),

Ciwidey Var. Sinensis Taiwan (23,64 µg/ml), Cikajang P-IRT No.

810320502698 (25,63 µg/ml), Cikajang P-IRT No. 810320503689 (26,54

µg/ml), dan terakhir teh hijau yang berasal dari Taraju (28,03 µg/ml).

Hasil

Adapun hasilnya setiap teh memiliki nilai IC50 dibawah 50 . Hal ini dapat

dilihat dari tabel dibawah ini.

24
Kesimpulan

Kusmiyati dkk menyimpulkan Hasil pengujian aktivitas antioksidan

menunjukkan bahwa teh hijau yang berasal dari Cikajang (P-IRT No.

810320501698) mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi yang ditandai dengan

rendahnya nilai IC50 terkecil yaitu 21,44 µg/ml. Hasil penetapan kadar fenol

total menunjukkan bahwa Kandungan fenol total tertinggi terdapat pada sampel

teh hijau yang berasal dari Cikajang (P-IRT No.810320501698) yaitu sebesar

334,68±0,89 mgGAE/100 g sampel. Hasil penetepan kadar flavonoid total

menunjukkan bahwa teh hijau yang berasal dari Cikajang (P-IRT

No.810320501698) memiliki kandungan fenol total tertinggi yaitu 0,34 mg

Kuersetin/g sampel ± SD 0,00.

DAFTAR PUSTAKA

25
Aditya, D. (2009). Penelitian Deskriptif. Surakarta: Politeknik Kesehatan

Surakarta.

Any Guntarti. 2016. Kadar Polifenol Total Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

(Garcinia mangostana) Pada Variasi Asal Daerah. Jurnal Farmasi dan Ilmu

Kefarmasian Indonesia Vol. no 3 .Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan

: Yogyakarta

Dhianawaty, D., Rurlin. 2014. Kandungan Total Polifenol dan Aktivitas Antioksidan

dari Ekstrak Metanol Akar Imperata cylindrica (L) Beauv. (Alang-alang).

Jurnal MKB. 47(1).

Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1982, Kimia Organik, diterjemahkan oleh

Pudjaatmakan, A. H., Edisi Ketiga, Jilid 1, 237-239, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Hayashi, T., H. Maruyama, R. Kasai. K. Hattori, S. Takasuga, O. Hazeki,

K. Yamasaki, and T. Tanaka. 2002. Ellagitannins from Lagerstroemia

speciosaas activators of glucose transport in fat cells. Planta Medica 68:

173–175

Heri Hermawan, Bina Lohita Sari dan Husain Nashrianto. 2016. Kadar Polifenol dan

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat dan Metanol Buah Ketapang

(Terminalia catappa L.). Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan :

Bogor.

26
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Mimin Kusmiyati. Yayat Sudaryat. Isti Agnia Lutfiah. Ardi Rustamsyah. Dadan

Rohdiana. 2015. Aktivitas antioksidan kadar fenol total dan flavonoid total

dalam teh hijau (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) asal tiga perkebunan Jawa

Barat. Jurnal Penelitian Teh dan Kina, (18)2, 2015: 101-106

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. [Skripsi].

Medan: USU Repository. 53. hal

Maeda-Yamamoto M, Ema K, Shibuichi I. In vitro and in vivo anti-allergic effects

of‘benifuuki’ green tea containing 0-methylated catechin and ginger extract

enhancement. Cytotechnology. 2007;55:135–42

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I. Yayasan Sarana Wana Jaya, Yakarta

Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A. 1985. Cara Kromatografi

Preparatif : Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah:

Padmawinata, K. Bandung: Penerbit ITB

Sudarma, Made. 2009. Kimia Bahan Alam. Fakultas MIPA Universitas Mataram.

Suryanto,E., Lidya, I.M., Mercy, T., Frenly, W. 2011. Potensi senyawa polifenol

antioksidan dari pisang goroho (Musa sapien sp.). Jurnal Agritech. 31(4).

27

Anda mungkin juga menyukai