LP Thypoid KLP 1 Kelas D1D

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

KONSEP DASAR TEORI DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN THYPOID

OLEH KELOMPOK 1 :

1. I KADEK AGUS PRANATA (C2119133)


2. SUSIYANTI (C2119134)
3. KOMANG TRISNA WIDAYANTI (C2119135)
4. PUTU NONIK LESTARI (C2119136)
5. I GUSTI BAGUS ARTHA P. (C2119137)
6. NYOMAN SULENDRI (C2119138)
7. CHERIA KRISNA MAHARANI (C2119139)
8. NI MADE ERLI ARINDAWATI (C2119140)
9. NI KADEK KUMARALITA (C2119141)
10. NI PUTU DIAN YUNIANTARI (C2119142)
11. I GEDE EKA PRATAMA (C2119143)
12. I GEDE SUPARTIKA (C2119144)
13. NI WAYAN LELYI JAYANTI (C2119145)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADHA BALI

PROGRAM STUDI LINTAS JALUR S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019


KONSEP DASAR TEORI DAN KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN THYPOID

A. Anatomi Fisiologi Pencernaan


a. Anatomi pencernaan

Gambar 1.Anatomi pencernaan

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus,
usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem
pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.Keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari:
1. Bagian superior
Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga.
2. Bagian media
Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring
gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esophagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung adalah ruang berbentuk kantung yang berbentuk huruf j yang
terletak antara esofagus dan korpus (badan). Pengisian lambung jika kosong
lambung memiliki volume 50 ml tetapi organ ini dapat mengembang sampai
dengan 1000 ml ketika makan. Ada dua faktor yang menjaga motilitas lambung
yaitu plastisitas yang mengacu pada kemampuan otot polos dalam
mempertahankan ketegangannya yang konstan dalam rentang waktu yang lebar.
Selanjutnya adalah relaksasi reseptif yakni proses relaksasi otot polos untuk
meningkatkan kemampuan lambung dalam mengakomodasi volume makanan.
Lambung mempunyai dua otot lingkar, yaitu otot lingkar pardia dan otot
lingkar pilorus. Otot lingkar kardia terletak di bagian atas dan berbatasan dengan
bagian bawah kerongkongan. Fungsinya adalah untuk mencegah makanan dari
lambung agar tidak kembali ke kerongkongan dan mulut. Otot lingkar pilorus
hanya terbuka apabila makanan telah tercerna di lambung.
Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi. Dinding lambung
berkontraksi, menyebabkan gerak peristaltik. Gerak peristaltik dinding lambung
mengakibatkanmakanan di dalam lambung teraduk-aduk. Di bagian dinding
lambung sebelah dalam terdepat kelenjar yang menghasilkan getah
lambung.Getah lambung mengandung asam lambung, serta enzim-enzim lain.
Asam lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan
enzim pepsinogen menjadi pepsin.Pepsin merupakan enzim yang dapat
mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh permukaan
lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubula yang
penting yaitu : kelenjar oksintik (Kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik.
Kelenjar oksintik menyekresi asam hidroklorida, pepsinogen, dan mucus.
Kelenjar pilorik terutama menyekresi mucus untuk melindungi mukosa
pylorus dari asam lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon
gastrin
5. Usus halus (Intestinum Minor)
Usus halus atau usus keciladalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Di usus halus terdapat
susunan yang sangat rapat dari kelenjar mucus campuran, yang disebut kelenjar
brunner.Kelenjar ini menyekresi mucus yang alkalis dalam jumlah besar.Fungsi
dari mucus yang disekresikan oleh kelenjar brunner adalah untuk melindungi
dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang sangat asam, yang
keluar dari lambung.Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel,
sekresi ini hampir tidak mengandung enzim.Enterosit mukosa, terutama yang
menutupi vili, mengandung enzim pencernaan yang mencerna zat-zat makanan
khusus ketika makanan diabsorbsi melalui epitel.Enzim-enzim ini adalah sebagai
berikut:
1. Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi asam amino
2. Empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dam lactase untuk memecah
disakarida menjadi monosakarida.
3. Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak netral menjadi
gliserol dan asam lemak.
Lapisan usus halus yaitulapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar )Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Usus halus
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus duabelas jari atau duodenumadalahbagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latinduodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus
antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari
kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.

3) Usus Penyerapan (illeum)


Usus penyerapan atau ileumadalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaanmanusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsimenyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

6. Usus besar(Intestinum Mayor)


Usus besar atau intestinum mayor panjangnya kurang lebih 1,5m, lebarnya 5-
6cm. lapisan –lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan oto
melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah
menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.usus besar
terdiri dari :
1) Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermivormis yang berbentuk separti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6cm. seluruhnya di
tutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesentoriun dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup. Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu
tabung yang menyambung dengan caecum.Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendektomi.
2) Kolon assenden
Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,
membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke
kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon
transfersum.
3) Kolon transversum
Panjangnya kurang lebih 38cm, membujur dari kolon assenden sampai ke
kolon dessendens berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
4) Kolon desendens
Panjangnya kurang lebih 25cm, terletak dibawah abdomen sebelah kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke dalam ileum
kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
5) Kolon sismoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desenden , terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rectum.

7. Rektum
Dalan bahasa latin yaitu regere, ("meluruskan, mengatur") adalah sebuah
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir
di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu
pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua
bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

8. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.

b. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzimpencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posteriorperut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.Enzim –
enzim pencernaan pankreas. Sekresi pankreas mengandung banyak enzim
untuk mencerna tiga jenis makanan utama : protein, karbohidrat, dan lemak.
Enzim-enzim pancreas yang paling penting untuk mencerna protein adalah
tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase.ripsin dan kimotripsin
memisahkan seluruh dan sebagian protein yang dicerna menjadi peptide
berbagai ukuran tetapi tidak menyebabkan pelepasan asam-asam amino
bentuk tunggal. Namun karboksipolipeptidase ternyata memecah beberapa
peptide menjadi asam-asam amino bentuk tunggal, sehingga menyelesaikan
pencernaan beberapa protein menjadi bentuk asam amino.Enzim pancreas
untuk mencerna karbohidrat adalah amilase pankreas, yang akan
menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali
selulosa) untuk membentuk sebagian besar disakarida dan beberapa
trisakarida.Enzim pancreas untuk mencerna lemak yaitu:
1. lipase pancreas, yang mampu menghidrolisis lemak netral menjadi asam
lemak dan monogliserida.
2. Kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis ester kolesterol.
3. Fosfolipase, yang memecah asam lemak dari fosfolipid.
b. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati
biasanya dimulai dalam hepat atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
c. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:Membantu pencernaan dan
penyerapan lemak , bukan karena enzim dalam empedu yang menyebabkan
pencernaan lemak, tetapi karena asam empedu dalam empedu melakukan dua
hal :
 Asam empedu membantu mengemulsikan partikel-partikel lemak yang
besar dalam makanan menjadi banyak partikel kecil, permukaan partikel
tersebut dapat diserang oleh enzim lipase yang disekresikan dalam getah
pancreas.
 Asam empedu membantu absorbs produk akhir lemak yang telah
dicerna melalui membran mukosa intestinal.Berperan dalam pembuangan
limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
(Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi (Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media
Aesculapius.).
Demam thypoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 )
Demam tifoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Deman Thypoid
adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri salmonella yang masuk
kedalam tubuh manusia dan merupakan kelompok penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah .

2. Epidemiologi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan
merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang seperti di Indonesia. Terutama
dari golongan masyarakat dengan standar hidup dan kebersihannya rendah (Muliawan
et al 1999) Angka kejadian demam thypoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar
0,7% sampai1% menurut data Depkes tahun 1985 (Karsinah et al 1994).Makanan dan
minuman yang terkontaminasi merupakan transmisi Salmonella khususnya S. typhi
carrier pada manusia adalah sumber infeksi. S. typhi bisa berada di air, es, debu,
sampah kering, dan bila masuk kedalam vehicleyang cocok misalnya daging, kerang
dan sebagainya. S. typhiakan berkembangbiak mencapai dosis infektif Maka perlu
diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, cara memasak air
dan bahan makanan secara benar untuk pencegahan Salmonellosis terutama demam
tifoid (Karsinah et al1994).

3. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella
parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
 Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
 Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
 Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid. (Aru W.
Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna
publishing)

4. Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. Empat F (Finger, Files, Fomites
dan fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu, buah dan sayuran yang
sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu food(makanan),fingers(jari tangan /kuku ), fomitus (muntah), fly
(lalat), dan melalui feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat,dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usushalus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. setelah berada dalam usus halus
mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan
limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman
lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ
retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman
difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak.
Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar
ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh
terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan
kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.
Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat
termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam.
Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut
monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem,
instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh
makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang
dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama
dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan organ
yang terinfeksi.
Di dalam jaringan limpoid inikuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-selretikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial inikemudian
melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam
dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan olehendotoksemia. Tetapi berdasarkan
penelitian eksperimental disimpulkan bahwaendotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid.Endotoksemia berperan pada patogenesis
typhoid, karena membantu prosesinflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi danendotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

5. Klasifikasi
a. Demam septik
Pada tipe demam septik ,suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pda malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan yang menggigil dan berkeringat bila deman yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga deman hetktik contoh
penyakit dengan gejala demam septik yaitu demam tipoid.
b. Demam remiten
Pada tipe demam remiten , suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam
septik.
c. Deman intermiten
Pada tipe demam intermiten , suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan
demam disebut kuartana. Contoh penyakit dengan gejala demam intermiten adalh
malaria
d. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Contoh penyakit dengan gejala demam kontinyu yaitu leptospirosis.
e. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu pemula. Contoh penyakit dengan gejala
demam siklik yaitu DBD.

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klinik demam thypoid : (Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.)
Keluhan:
Nyeri kepala (frontal) 100%
Kurang enak di perut 50%
Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
Berak-berak 50%
Muntah 50%
Gejala:
Demam 100%
Nyeri tekan perut 75%
Bronkitis 75%
Toksik 60%
Letargik 60%
Lidah tifus (“kotor”) 40%

Dalam minggu pertama atau pada masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala
prodromal serupa dengan penyakit infeksi akut yaitu lesu, demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anorexia, mual dan muntah, konstipasi atau diare, perasaan tidak
enak di perut dan batuk. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Pada minggu kedua tanda dan gejala menjadi lebih jelas.

 Demam.
Pada kasus khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remiktem dan suhu tidak seberapa tinggi, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore hari dan pada malam hari, pada minggu ketiga
suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali.
 Bradikardi Relatif
Terjadi penurunan nadi 20–40x/menit , dimana semestinya nadi
bertambah 18 x/menit , bila suhu meningkat 1 derajat celcius
 Lidah Yang Khas.
Kotor di tengah, tepi dan ujungnya merah bila dikeluarkan tampak
tremor.
 Tanda – Tanda Toksemia.
Kedua pipi kemerahan, muka basah sedangkan tubuh kering, apatis dan
pandangan jauh serta jari bergerak-gerak seperti meretik tanpa disadari.
 Gangguan kesadaran
Kesadaran pasien cenderung turun, tidak seberapa dalam, apatis sampai
somnolen, jarang sopor, koma atau gelisah
 Relaps (kambuh)
Berulangnya gejala demam thypoid tapi berlangsung ringan dan lebih
singkat

7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7. Sistem muskuloskeletal
Klien tampak lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Nilai leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 – 6.000 /mm, tetapi bisa
dijumpai antara 1.200 – 20.000 /mm.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
 Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan
yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
 Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
 Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
 Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya
antibody terhadap kuman Salmonella typhi.
Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali
lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H >
1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu
merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun
demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid,
karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang
tidak mencukupi. Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan
penyakit demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan
atas:
1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air besar
dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap.
Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir
lengkap, serta didukung oleh gambaran laboraorium yang menyokong
demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali
pemeriksaan).
3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan
biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat
kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau
titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo,
D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI
5. IgM dipstick test
Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya antibodi
yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum penderita. Pemeriksaan
IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan perbandingan 1:50 dan darah
1 : 25. Selanjutnya diinkubasi 3 jam pada suhu kamar. Kemudian dibilas
dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika ada warna berarti positif dan
Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi hasil 1+, 2+, 3+ atau 4+ jika
positif lemah (WHO, 2003).

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thypoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole, dan ciproloxacin
sering digunakan untuk merawat demam tipoid di negara-negara barat. Obat-obat
antibiotik yaitu:
a) Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam
3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b) Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol, diberi
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c) Amoksisilin amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
3-4 kali. Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d) Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena,
selama 5-7 hari.
f) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih dari
selam 14 hari. Tujuan tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
f. Diet
 Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
 Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
 Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
 Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta:
EGC).

10. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal: Perdarahan usus, Perporasi usus, Ilius paralitik
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

11. Prognosis
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat mendapat
pengobatan. Prognosa menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat, seperti
:Hiperpireksia atau febris kontinua,Kesadaran menurun,Malnutrisi, Terdapat
kompliksi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonie.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Di identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan , pekerjaan ,
alamat , status pernikahan pasien. Dan penanggung jawab pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin,agama, pendidikan ,pekerjaan , alamat , status pernikahan
pasien dan hubungan dengan pasien.

b) Riwayat Kesehatan pasien


 Keluhan Utama
Meliputi penyakit yang diderita atau hal yang dirasakan oleh klien saat
masuk rumah sakit atau saat pengkajian, seperti: mengeluh perut merasa mual
dan kembung ,nafsu makan menurun, panas dan demam.
 Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang diderita oleh klien saat masuk rumah sakit, seperti demam,
anorexia, mual, muntah, diare,perasaan tidak enak diperut,pucat (anemi),nyeri
kepala pusing, nyeri otot,lidah tipoid (kotor),gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
 Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien sebelumnya
seperti apakah pernah dulu mengalami penyakit typoid.
 Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita oleh angggota keluarga klien
apakah ada keluarga yang pernah mengalami typoid .
 Pengkajian 11 fungsional gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
dalam kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pasien typhoid biasanya mengalami mual muntah, penurunan nafsu
makan selama sakit,lidah kotor,dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi tubuh .
3) Pola eliminasi
Biasanya pada penderita typoid mengalami kontipasi dan diare .
4) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pasien yang menderita typoid pola tidurnya akan terganggu
dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah
pada waktu tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien yang menderita typoid akan terganggu aktivitasnya akibat
adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak
akibat penyakitnya.
6) Pola peran dan hubungan
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan
perannya selama sakit.
7) Pola kognitif dan perceptual
Biasanya pada penderita typoid mengalami perubahan kondisi kesehatan
dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam
merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pasien yang menderita typoid mengalami adanya perubahan
didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
9) Pola seksual dan reproduksi
Biasanya pada pasien typoid pada pola reproduksi dan seksual pada pasien
yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
10) Pola koping dan toleransi stress
Biasanya stress timbul apabila seorang tidak efektif dalam mengatasi
masalh penyakitnya.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress dalam spiritual pada pasien ,maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian ,serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu
.
c). Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
5. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
6. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
7. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.

2. Pathway

Minuman dan makanan yang mengandung kuman salmonella thypi

Mulut

Saluranpencernaan

Usus Limpoid plague nyeri di ileum


terminalis

Proses infeksi perdarahan dan perforasi

intestinal

Merangsang peristaltic usus lamina

Propia

Diare kuman masuk aliranlimfe

mesentrial

Perasaan tidak enak diperut Diet rendah serat menuju limfe dan hati

Mual muntah Penurunan absorbs padausus kuman berkembangbiak

Peradanganusus
Konstipasi
Intake tidakadekuat

Ketidak seimbangan Nyeriakut


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Jaringan tubuh Peradangan

Kelemahanfisik Pelepasan zat pytogen

Keterbatasanaktivitas Proses termoregulasitubuh

Tirah baring lama


Hipertemi

Intoleransiaktivitas
3. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peradangan pada usus )
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan factor
biologis
4. Konstipasi berhungan dengan penurunan absorbi pada usus
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring lama
4. Rencana Asuhan Keperawatan (Intervensi)
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

1 1.Hipertemi berhubungan NOC : Thermoregulation NIC :


dengan invasi kuman Fever treatment
(salmonella thyposa) ke Kriteria Hasil : a. Monitor suhu sesering mungkin
dalam usus halus a.Suhu tubuh dalam b. Monitor IWL
rentang normal (360C – c. Monitor warna dan suhu kulit
Definisi : suhu tubuh naik 37,50 C) d. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
diatas rentang normal b.Nadi (60 – 100 x/menit) e.Monitor penurunan tingkat kesadaran
dan RR dalam rentang f. Monitor WBC, Hb, dan Hct
normal (16 – 24 x/ menit) g. Monitor intake dan output
Batasan Karakteristik: c.Tidak ada perubahan h. Kolaborasi pemberian anti piretik
a. Kenaikan suhu tubuh warna kulit dan tidak ada i. Berikan pengobatan untuk mengatasi
diatas rentang normal pusing, merasa nyaman penyebab demam
b. Serangan atau konvulsi j. Selimuti pasien
(kejang) k. Lakukan tapid sponge
c. Kulit kemerahan l.Kolaboraikan dengan dokter
d. Pertambahan RR mengenai pemberian cairan intravena
e. Takikardi sesuai program
f. Saat disentuh tangan terasa m.Kompres pasien pada lipat paha dan
hangat aksila
n. Tingkatkan sirkulasi udara
Faktor yang berhubungan o.Berikan pengobatan untuk mencegah
: terjadinya menggigil
a. Dehidrasi
b. Pakaian yang tidak sesuai Temperature regulation
c. Aktivitas berlebihan a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b.Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
c. Monitor TD, nadi, dan RR
d. Monitor warna dan suhu kulit
e. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
f. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
g. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
h. Ajarkan pada pasien cara mencegah
keletihan akibat panas
i. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
j.Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
k. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
l. Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Nyeri akut berhubungan NOC: NIC :


dengan peradangan pada a. Pain level Pain Management
b. Pain Control
usus
c. Comfort level a. Lakukan pengkajian nyeri
secara kompherensif.
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil:
a. Mampu mengontrol b. Kaji faktor-faktor yang
- a. Perubahan selera makan nyeri (tahu penyebab mempengaruhi reaksi pasien
- b. Perubahan pada parameter nyeri, mampu
menggunakan tekhnik terhadap nyeri.
fisiologis nonfarmakologis, c. Berikan posisi yang nyaman dan
- c. Perilaku distraksi mencari bantuan),
b. Melaporkan nyeri ciptakan suasana ruangan yang
d. Ekspresi wajah nyeri berkurang dengan tenang.
- f. Perilaku ekspresif menggunakan
manajemen nyeri, d. Berikan suasana
- g. Sikap tubuh melindungi c. Mampu mengenali gembira bagi pasien.
- h. Laporan tentang perilaku nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda),
nyeri/perubahan aktivitas M d.Menyatakan rasa nyaman Analgetic Administration

setelah nyeri berkurang, e. Berikan analgesik sesuai tipe dan


Faktor-faktor yang Skala nyeri (0-2) dari skala beratnya nyeri .
berhubungan: nyeri 0 - 10
- Agens cedera biologis

3 Resiko ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food a.Kaji adanya alergi makanan
tubuh b/d intake kurang and Fluid Intake b.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
akibat mual, muntah, menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria Hasil : yang dibutuhkan pasien.
anoreksia, atau output yang a. Adanya peningkatan c.Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berlebihan akibat diare. berat badan sesuai dengan intake Fe
tujuan d.Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi : Intake nutrisi tidak b. Berat badan ideal sesuai protein dan vitamin C
cukup untuk keperluan dengan tinggi badan e.Berikan substansi gula
metabolisme tubuh. c.Mampu mengidentifikasi f.Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
Batasan karakteristik : d.Tidak ada tanda tanda mencegah konstipasi
- a. Berat badan 20 % atau malnutrisi g.Berikan makanan yang terpilih (
lebih di bawah ideal e.Tidak terjadi penurunan sudah dikonsultasikan dengan ahli
- b.Dilaporkan adanya intake berat badan yang berarti gizi)
makanan yang kurang dari h.Ajarkan pasien bagaimana membuat
RDA (Recomended Daily catatan makanan harian.
Allowance) i.Monitor jumlah nutrisi dan
- c.Membran mukosa dan kandungan kalori
konjungtiva pucat j.Berikan informasi tentang kebutuhan
-d. Dilaporkan adanya nutrisi
perubahan sensasi rasa k.Kaji kemampuan pasien untuk
- e. Perasaan ketidakmampuan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
untuk mengunyah makanan
-f. Keengganan untuk makan Nutrition Monitoring
- g. Nyeri abdominal dengan a.BB pasien dalam batas normal
atau tanpa patologi b.Monitor adanya penurunan berat
- h. Diare dan atau steatorrhea badan
- c.Monitor tipe dan jumlah aktivitas
Faktor-faktor yang yang biasa dilakukan
berhubungan : d.Monitor interaksi anak atau orangtua
a. Ketidakmampuan selama makan
pemasukan atau mencerna e.Monitor lingkungan selama makan
makanan atau mengabsorpsi f.Jadwalkan pengobatan dan tindakan
zat-zat gizi berhubungan tidak selama jam makan
dengan faktor biologis, g.Monitor kulit kering dan perubahan
psikologis atau ekonomi. pigmentasi
h.Monitor turgor kulit
i.Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
j.Monitor mual dan muntah
k.Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l.Monitor makanan kesukaan
m.Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n.Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o.Monitor kalori dan intake nuntrisi
p.Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
q.Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

4. Perubahan pola defeksi : NOC: NIC: Constipation/ Impaction


Konstipasi b/d proses Bowel elimination Management
peradangan pada dinding Hydration a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
usus halus. Kriteria Hasil : b. Monior bising usus
a. Mempertahankan bentuk c. Monitor feses: frekuensi, konsistensi
feses lunak setiap 1-3 hari dan volume
b.Bebas dari d. Konsultasi dengan dokter tentang
ketidaknyamanan dan penurunan dan peningkatan bising
konstipasi usus
c. Mengidentifikasi e. Mitor tanda dan gejala
indicator untuk mencegah ruptur usus/peritonitis
konstipasi f. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
tindakan terhadap pasien
g. Identifikasi faktor penyebab dan
kontribusi konstipasi
h. Dukung intake cairan
i. Kolaborasikan pemberian laksatif
5. Intoleransi aktifitas NOC: NIC:
berhubungan dengan tirah a.Self care a.Observasi adanya pembatasan klien
baring lama b. Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
b. Monitor nutrisi dan sumber energy
Kriteria Hasil : yang adekuat
a.Mampu melakukan c. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas fisik sehari hari aktivitas yang mampu dilakukan
secara mandiri
b. Keseimbangan aktivitas
dan istirahat

5. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya yaitu pada bagian intervensi dan juga harus di sesuaikan dengan
keadaan pasien.
6. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan
format SOAP
Keterangan :
S : Subjektif adalah informasi yang didapatdari pasien
O : Objektif adalah informasi yang didapatkan berdasarkan pengamatan
A :Aseesment (Pengkajian) adalah analisa dari masalah pasien

P : Planing of action adalah rencana tindakan yang akan diambil


DAFTAR PUSTAKA

Aru W. Sudoyo.(2009) Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed V.Jilid III. Jakarta: Interna Publishing

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta

Nugroho, Susilo, (2011). Pengobatan Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika

Mansjoer, Arif. (2009). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

Simanjuntak, C. H, (2009). Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan Penelitian. Cermin


Dunia Kedokteran No. 83.)

Sjamsuhidayat. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta.

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. (2012). Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI)

Widodo, D. (2007). Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai