1
satunya cara yang lebih penting dari keluarga. Bahagia
itu sederhana ketika aku melihat kedua orang tua
berkumpul lagi. Akan tetapi, itu hal yang mustahil.
Broken heart tak sesakit broken home.
2
Masa Kecilku
3
memutuskan untuk memakai baby sister karena Papaku
sibuk bekerja dan Bundaku sibuk mengurus adekku yang
masih bayi itu. Aku memanggil baby sisterku dengan
sebutan Mama. Aku gak boleh keluar rumah sama
Bunda aku hanya bermain di dalam rumah. Setiap sore
aku di bawah oleh Mama ke pantai.
4
pawai. Namun, aku tidak mau Papa dan Bundaku selalu
membujukku dan berjanji akan membelikan mainan
kepadaku. Akhirnya, aku mau ikut pawai. Aku
mendapatkan baju angkatan laut. Papaku meminta tolong
kepada temannya untuk membuatkan hiasan berbentuk
kapal yang di letakkan ke sepeda yang seolah-olah aku
sedang berlayar di laut. Acara pawai itu adalah hal yang
paling menyenangkan bagiku karena Papaku sengaja
tidak membuka toko dan aku di iringi sama keluargaku.
Setelah acara pawai selesai aku gak mau berfoto karena
sudah capek berpanas-panasan dan aku menangis. Papa
dan Bundaku selalu membujukku untuk berfoto bersama
dan akan di belikan es krim. Akhirnya aku mau berfoto
bersama. Setelah berfoto aku dibelikan es krim sama
Papa.
5
ke Medan. Aku libur satu minggu. Aku berangkat dari
kampung dengan mobil pada pukul 11.00 malam. 1 hari
dalam perjalanan. Akhirnya, aku tiba di Medan dan
menginap di rumah sepupu Papaku. Pagi harinya aku
melihat wisuda tanteku. Setelah acara wisuda selesai aku
istirahat di rumah kakak nenekku. Keesokan harinya aku
pergi main ke Berestagi. Aku senang sekali. Di sana aku
naik kuda bersama keluargaku sambil melihat
pemandangan yang bagus sekali. Hari keempat aku
bersama keluarga pergi ke istana maimun. Di dalam
istana maimun aku sekeluarga memakai baju kerajaan
dan aku pergi ke kebun strawberry. Di kebun strawberry
itu kita bisa memetik buah strawberrynya sendiri. Aku
bersama adekku kejar-kejaran di sana dan memetik buah
strawberry. Pada hari kelima aku bersama keluarga
besarku pergi ke danau toba. Di sana aku makan bersama
karena keluargaku membawa bekal dari rumah dan
berfoto-foto. Setelah itu aku bermain bersama adek-
adekku dan sepupuku . Hari keenam aku bersama
keluargaku memutuskan untuk balik ke kampung.
6
Itu adalah momen yang paling berharga bagiku
karena aku melihat wisuda tante sambil pergi jalan-jalan
sama keluargaku. Orang minang bilang menyelam
sambil minum air artinya mengerjakan dua pekerjaan
sekaligus pada suatu waktu.
7
“Bun, teman-teman Ara diantar jemput sama
Papanya sekolah, Ara kok enggak Bun? Papa Ara mana
Bun? Kok Ara gak pernah jumpa Papa lagi” Tanyaku
polos
8
“Kenapa kepala keluargamu Bundamu?” Tanya
pak guru
“Iya nak.”
9
biasanya Papa sama Bunda satu rumah sekarang kenapa
nggak ya? Kenapa Papa pulang kerumah Nenek? Tapi,
aku tidak mempermasalahkan itu yang penting Papaku
pulang karena aku sudah rindu. Aku berjumpa Papaku
hanya satu tahun sekali. Aku selalu bertanya-tanya pada
diriku. Perlahan-lahan aku tau apa yang terjadi sama
keluargaku. Akan tetapi, aku nggak tau bagaimana
ceritanya. Aku merasa itu biasa saja mungkin karena aku
masih kecil.
10
“Gak ada Bun, tiba-tiba aja dia ngomong gitu”
11
“Jangan lapor sama polisi tante! saya gak akan
gitu lagi sama Ara. Maaf saya tante” jawab temanku
sambil nangis”
12
Aku Masih Terlalu Lugu
13
butuh suatu proses yang panjang juga berliku dan aku
berusaha untuk melewati proses yang panjang juga
berliku itu.
14
Masa Putih-Biruku
“Iya”
15
“Ini adalah waktu yang tepat buat Ara. Bunda
akan menceritakan apa yang telah terjadi sama keluarga
kita. Mungkin sedikit demi sedikit Ara sudah
memahaminya.
16
berkehandak lain. Siang harinya Papa pergi dari rumah
sampai malam gak pulang dan Bunda pergi ke rumah Ibu
(kakak Papa. Bunda memanggilnya Cani).
“Assalammualaikum”
“Wa’alaikumsallam”
“Coba di telfon!”
17
Bunda berharap Papa pulang ke rumah. Akan tetapi,
Papa benar-benar gak ada pulang ke rumah. Beberapa
hari kemudian Bunda pergi beli sarapan dekat rumah ada
tetangga bertanya sama Bunda tentang Papa
18
Udah tiga bulan Papa gak pulang ke rumah.
Bunda coba menelpon Papa lagi. Akan tetapi, Papa gak
pernah mengangkat telpon Bunda dan no Hpnya di tukar.
Semenjak itu Bunda gak pernah lagi mencari keberadaan
Papa. Padahal itu masalah kecil tapi, Bunda terus
memikirkan masalah itu karena Bunda gak pengen Ara
dan adek-adek gak punya Papa nak karena pada waktu
itu Ara dan adek-adek sedang membutuhkan kasih
sayang orang tua.
19
cobaan hidup. Ingat anak-anak masih kecil. Sayang gak
sama anak-anak? masa tega ninggalin anak-anak yang
masih kecil dan masih membutuhkan kasih sayang orang
tuanya. Eh, tau-tau Ibu marah sama Mama Yani. Di
bilangnya Mama Yani gak tau masalah gak usah ikut
campur. Padahal niat Mama Yani itu baik. Saat
mendengar apa yang di bilang Mama Yani membuat hati
Bunda benar-benar kecewa. Kenapa keluarga Papa harus
sejahat ini sama Bunda. Bunda kira dia benar-benar gak
tau dimana keberadaan Papa. Eh, ternyata malah dia
yang menyuruh Papa pergi dari rumah ini. Akhirnya,
Bunda pulang ke rumah mencoba menenangkan diri.
Bunda hanya berfikir positif. Kalau Papa masih peduli
sama Bunda dan anak-anaknya dia pasti akan kembali
pulang ke rumah dan gak gak peduli apa kata kakaknya
itu”
20
mampu menunggu pertumbuhanku. Bunda sangat hebat
dan luar biasa”.
21
setiap keadaan yang seakan-akan semuanya salah
Bundaku.
22
“ Kalau Bunda menikah sama om itu ini pisau
buat Bunda dan Ara akan pergi dari rumah ini bersama
adek-adek. Ara nggak ingin punya Ayah tiri Bun. Ayah
tiri itu jahat, kejam, lebih baik Ara nggak punya Ayah ”
marah.
“Iya Bun”
23
membutuhkan seseorang Papa. Papa Ara memang masih
ada. Akan tetapi, apakah dia bisa mengontrol Ara tiap
hari nak?. Om itu posisinya di belakang Ara, apabila Ara
jatuh dia yang akan membantu Ara dan memotivasi Ara.
Satu hal lagi Bunda pengen juga bahagia kayak teman-
teman Bunda nak yang keluarganya lengkap. Apa Ara
tega lihat Bunda sendirian sampai hari tua Bunda kayak
gini nak?” kata Bunda dengan mata berkaca-kaca
24
Beberapa hari kemudian Bunda juga di beri nasehat
sama keluargaku supaya aku nggak punya Ayah tiri.
Akan tetapi, Bundaku selalu meyakinkan kepada
keluargaku kalau pria yang di cintainya tidak begitu.
Akhirnya, keluargaku merestui itu semua. Pada tanggal
27 Juli 2014 Bundaku memutuskan menikah dengan
pria itu. Namun, sebelum menikah keluargaku membuat
perjanjian dengan Om itu di atas matrai, Pamanku bilang
sama pria itu.
25
Cinta Aviansyah dan yang kedua bernama Indah
Aviansyah.
26
“Ra, ke sini dulu”
27
adek sekarang berubah Man. Bunda gak sayang lagi
sama Ara dan adek-adek“ Menangis.
“Iya Paman.”
28
Enam bulan pernikahan Bunda sama Ayahku.
Anak Ayahku akhirnya tinggal satu rumah bersamaku
karena sebelumnya kakakku itu tinggal bersama kakak
almarhum Ibunya. Satu tahun pernikahan Bunda sama
Ayah. Akhirnya, di karuniai seorang anak perempuan
yang cantik yang di beri nama Berlian Salsabila Diarvin.
Aku sangat menyayangi Salsa walaupun aku beda Ayah.
Sejak lahirnya Salsa dan adanya kakak tiriku aku sangat
bahagia karena dia membawa suasana rumah menjadi
ramai buat keluarga baruku. Aku senang memiliki
banyak saudara. Aku tak anggap mereka kakak tiri
tetapi, sudahku anggap sebagai kakak. Hadirnya mereka
membuatku benar-benar bahagia.
29
“Bun, ada yang mau ara bilang sama Bunda”
kataku
“Iya bun.”
30
“Iya yah, mau tanya apa yah?” jawab kakak
“Ya, Yah”
31
“Apa benar Ara jelekin kakak?” tanya Ayah
kepadaku
32
ke orang-orang termasuk kepadaku dan adek-adekku.
Aku, adek-adekku dan orang-orang udah sering bilang
sama Bunda tentang keluarga Papaku yang suka
ngomongin Bunda dengan hal-hal negatif tapi, Bundaku
gak menanggapi sedikitpun hal itu. Bundaku bilang ke
orang-orang
33
“Ya Ra. Mau bilang apa?” jawab Bunda
“Iya Bun.”
34
anaknya. Keluarga Papa selalu ngomong yang gak baik
tentang Bundaku. Akan tetapi, Bundaku selama ini
hanya diam. Namun, setelah Bundaku mengetahui chat
dari Teta itu, Bundaku langsung marah dan nggak terima
perkataan yang dilontarkan Teta. Bunda meminta no HP
Papa samaku. Bunda langsung menelpon Papa untuk
menjelaskan semua itu.
35
kemenakanmu itu kepada Dwi. Tolong ajarin dia ya!”
marah
“Ya udah.”
“Halo Pa.”
“Ya Pa.”
36
“Ada kakak di rumah nak?”
“Ada Pa.”
“Iya Pa.”
“Halo pa.”
“Iya Pa.”
“Ya, Pa.”
37
“Ada Pa tapi, adek tidur.”
38
Antara Benci dan Sayang
39
sudah tentu berdampak pada psikologisku. Memang aku
tak pernah kekurangan kasih sayang karena Bunda telah
memberikan sayang yang lebih kepadaku. Namun, tak
bisa dipungkiri kehadiran sosok Papa sangatku rindukan.
40
“Kenapa malas? Papa pulang cuma 1 tahun sekali
loh”
41
“Ara gak peduli Bun. Yang Ara tau Papa itu
jahat”
“Iya Bun.”
42
Ternyata Bunda bilang ke Paman kalau aku
nggak mau ke tempat Papa. Aku di panggil sama Paman
untuk pergi ke rumah nenek karena rumah nenek
sebelahan dengan rumahku. Aku di tanya sama Paman
“Iya Paman”
43
karena Ara masih kecil. Sekarang Ara udah paham
dengan semua ini Paman.
“Ooh ya udah”.
Lebaran pun tiba. Pagi hari setelah sholat Idhul Fitri aku
langsung duduk bersimpuh meminta maaf sama Bunda
dan mencium kaki Bunda sambil menangis tersedu-sedu.
Dan aku juga meminta maaf kepada Ayah karena Ayah
44
sosok pahlawan yang kedua setelah Papaku lalu aku
meminta maaf sama keluarga Bundaku. Setelah selesai
meminta maaf sama keluarga Bunda aku di suruh oleh
Chece untuk pergi ke tempat Papa dan meminta maaf
sama Papa. Akan tetapi, aku nggak mau pergi dan aku
langsung di marahi sama Chece. Akhirnya, aku pergi ke
rumah Ibu untuk meminta maaf sama Papa dan
keluarganya.
45
Teruntuk Papa
46
Papa terima kasih ya. Do’aku akan selalu
untukmu walau kini kita telah jauh. Mungkin inilah
patah hati terbesarku dan kisah LDR yang menyakitkan
bagiku ketika aku jauh dari orang yang telah
menghadirkanku di sini di dunia ini.
47
Pertanyaan Untuk Diriku
48
Banyak di antara temanku yang bernasib sama
sepertiku dan mereka terlihat begitu bahagia. Walau
sesekali mereka pernah menampakkan raut sedih di
depanku. Dan kemudian aku sadar untuk apa aku
menyesal dan bersedih? Hidup terlalu singkat jika di
habiskan untuk menyesali masa lalu dan takdirku.
Mengapa tidak aku mencoba untuk melupakan dan
merubah diriku sendiri? Hey! Ingat! Bukankah kau anak
hebat?
49
Tentang Penulis
51