Anda di halaman 1dari 9

praktikum kualitas air irigasi

III. KUALITAS AIR IRIGASI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Air irigasi yang baik adalah air yang dapat memenuhi segala fungsi air tanpa menimbulkan efek
samping yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan merusak struktur serta kesuburan
tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran menyatakan bahwa untuk menjamin kualitas air yang dinginkan sesuai
peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan
kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan pada : 1) Sumber yang terdapat di dalam hutan
lindung; 2) Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan 3) Akuifer air tanah dalam.

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat
dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan,
kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.

Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman,
nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis menyatakan kandungan
mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil
pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai
acuan dalam menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001. Sedangkan kualitas air untuk irigasi pertanian dapat
dilihat dari berbagai parameter kualitas air diantaranya:

2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum acara Kualitas Air Irigasi adalah mengharapkan mahasiswa dapat menghitung dan
mengetahui suatu kualitas air irigasi.

B. Tinjauan Pustaka

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak pernah dapat digantikan
oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen utama dalam bahan dan produk
pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak yang berguna bagi mahluk hidup di bumi, sehingga
air mempunyai peranan yang penting dalam melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam
lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X,
dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non
biologi (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam
industri dapat bermacam – macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity) (Endrah 2010).
Sedimen dan unsur hara yang diperlukan tanaman dapat terangkut melalui angin (wind erosion), air
(water erosion), pengolahan tanah (tillage erosion), dan perpindahan masa tanah (mass movement)
yang dapat menimbulkan masalah lingkungan dan pertanian, sehingga memerlukan penelitian lebih
lanjut. Beberapa hasil penelitian terdahulu melaporkan bahwa banyaknya unsur hara yang terangkut
dari lahan pertanian dipengaruhi oleh iklim, tanah, topografi lahan, tipe penggunaan lahan, dan cara
pengelolaan lahan dan tanaman. Pada penanaman padi sawah (wetland rice cultivation), air
diberikan mulai dari fase penjenuhan tanah (land soaking) sampai dengan akhir fase pertumbuhan
generatif (Sukristiyonubowo 2008).

Terdapat korelasi yang tinggi antara kenaikan CO2 dan suhu terhadap produktifitas padi. Kenaikan
konsentrasi CO2 akan meningkatkan biomassa total. Sedangkan suhu akan menurunkan biomassa
total. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, akan memberikan efek negatif terhadap produktifitas
dan respon fisiologis dari padi karena walaupun CO2 meningkatkan biomassa namun CO2
menurunkan jumlah klorofil dan nitrogen. Hal tersebut akan menurunkan respon daun pada proses
fotosintesis (Simanungkalit 2008).

Pembentukan jumlah anakan meningkat apabila jarak tanam padi lebih rapat, dibanding jarak tanam
renggang besarnya nilai ILO dan jumlah anakan padi mempunyai korelasi positif nyata terhadap
peningkatan hasil padi. Semakin meningkat nilai ILO semakin meningkat anakan padi, sehingga hasil
panen juga semakin bertambah. Ada tiga fase utama dalam pertumbuhan tanaman padi dan itu
dinamakan atau dimasukkan ke dalam waktu panen dari suatu pertanian. Periode paling penting
adalah Kharif Crops (Winter Rice) yang terjadi pada bulan November sampai Desember pada setiap
musim tanamnya (Prabowo 2004).

Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun
dengan ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi
23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala
musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk
meningkatkan produksi. Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung. Pengukuran pH
tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH
rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH
tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag (Melanie 2005).

pH itu adalah tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan. Jadi, untuk mengetahui air itu
berkualitas baik atau gak, kita bisa lihat dari tingkat DO-nya (seberapa banyak oksigen yang terlarut
dalam air) dan pH (keasaman dan kebasaan larutan). Derajat keasaman atau pH merupakan
parameter kimia yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion
hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. pH air
untuk irigasi berkisar antara 6,5 - 8,4. Pengaruh tingkatan pH tanah terhadap tanaman adalah
sebagai berikut:
pH dibawah 4.5 (terlalu asam) menyebabkan akar rusak sehingga kualitas dan jumlah panen turun.
Terlihat pada saat perubahan tanaman dari fase vegetatif ke generatif. pH 5.5 sampai 6 (rata-rata
tanah di Indonesia) terdapat unsur hara yang optimum untuk tanaman. pH diatas 6 pada tingkatan
ini, tanaman akan terlalu vegetatif. Hal ini tidak berpengaruh pada kualitas buah karena berada di
musim yang tidak tepat Menaikan atau menurunkan pH tanah juga berguna untuk pengendalian
penyakit, pH tanah diubah agar tidak sesuai dengan kebutuhan pathogen, biasanya untuk tanaman
umbi-umbian seperti kentang (Warlina 2004).

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Kualitas Air Irigasi ini dilaksanakan pada tanggal dan bertempat di dekat Desa Palur,
Mojolaban. Lokasi praktikum berupa saluran irigasi primer, sekunder dan saluran drainase.

2. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Water sampler

b. pH stik

c. Termometer bahan

d. Kayu ± 4 meter

e. Meteran

f. Ember kapasitas 10 liter

g. Botol 1,5 liter (3 buah)

h. Pengaduk

i. Oven

j. Cawan alumunium

k. Timbangan analitik

2. Bahan

a. Sampel air

3. Cara Kerja

a. Mengambil sampel air pada saluran irigasi primer, sekunder dan saluran drainase. Pada saluran
primer mengambil sampel air di 3 titik, yaitu pada bagian tengah dan 2 pada bagian tepi saluran,
masing-masing tepi kanan dan kiri.

b. Mengambil contoh air pada masing-masing titik dengan menggunakanwater


sampler. Mencacat ketinggian air pada saluran dan menurunkanwater sampler sampai ½ ketinggian
air. Khusus untuk saluran drainase, pengambilan sampel air menggunakan gayung/ ciduk karena
dangkal sampai sekitar 1 liter.

c. Saat pengambilan sampel air melakukan pengukuran pH dengan pH stik dan pengukuran suhu.
Cara membaca suhu yaitu:

1) Mencatat suhu udara sebelum mengukur suhu di dalam air

2) Memasukkan thermometer ke dalam air selama 1-2 menit

3) Membaca suhu pada thermometer masih di dalam air, atau secepatnya setelah dikeluarkan
dari dalam air

d. Mengkomposit air yang diambil dari ketiga titik ke dalam embr dan setelah diaduk kemudian
dimasukkan ke dalam botol kapasitas 1,5 liter.

e. Membawa ke laboratorium untuk dianalisis kandungan sedimennya.

f. Mengaduk air (dikocok) ± selama 30 menit.

g. Menimbang berat cawan alumunium sebelum digunakan (a).

h. Mengambil air yang telah homogeny ± 100 ml kemudian dimasukkan ke dalam cawan
alumunium kemudia dioven pada suhu 1050 C sampai mongering (sekitar 48 jam).

i. Menimbang berat keseluruhan setelah dioven (b).

D. Hasil Pengamatan dan Analisis Data

1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Kualitas Air Irigasi

No. Macam (a) (b) (b-a) Konsentrasi


Saluran
Irigasi pH Suhu(0C) gram gram gram (g/l)

1. Primer I I I I
4-5
31 28.432 28.438 0.006 0.12
II II II II

28.439 28,452 0.013 0.26

2. Sekunder I I I I

39,084 39,091 0,007 0.14

4-5 30

II II II II

32,929 32,943 0.014 0.28

3. Tersier I I I I

24,856 34,864 0.008 0.16

4-5 30

II II II II

38,321 38,333 0.012 0.24

Sumber: Laporan Sementara

2. Analisis Data

Diketahui: Berat Sampel Air Primer, Sekunder dan Tersier = 50 ml = 0.05 l

Konsentrasi Sedimen Primer I = = = = 0.12 g/l

Konsentrasi Sedimen Primer II = 0.26 g/l

Konsentrasi Sedimen Sekunder I =

Konsentrasi Sedimen Sekunder II =

Konsentrasi Sedimen Tersier I =


Konsentrasi Sedimen Tersier II = =

E. Pembahasan

Kadar keasaman atau kebasaan air irigasi dinyatakan sebagai pH (<7,0 asam; > 7,0 basa). pH rendah
akan menyebabkan korosi pada sistem irigasi. Sedangkan pH tinggi > 8,5 sering disebabkan
kehadiran konsentrasi bikarbonate (HCO3-) dan carbonate (CO32-) atau disebut alkalinitas. Karena
tingginya karbonat, ion-ion kalsium dan magnesium mengakibatkan pelepasan mineral dan
menyisakan sodium sebagai ion dominan di larutan tanah. Keasaman (pH) menunjukkan tinggi
rendahnya ion hidrogen dalam air. Nilai pH sangat penting diketahui karena banyak reaksi kimia dan
biokimia terjadi pada tingkat pH tertentu, seperti proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah
(Effendi 2003). Pengaruh kondisi pH pada perairan terhadap aspek kesehatan manusia, dimana jika
mengkonsumsi air pada pH kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan beberapa
persenyawaan kimia berubah menjadi racun (Zulkarnaen 2005).

Pada praktikum ini, diukur nilai pH pada saluran primer, sekunder dan tersier dengan tiga kali
ulangan, nilai pH sebesar 4-5. Rendahnya nilai pH disebabkan oleh proses peruraian bahan organik
dalam limbah oleh bakteri anaerob yang menghasilkan asam organik. Kondisi anaaerob dengan zat
organik yang mengandung nitrogen dan belerang menyebabkan peningkatan asam sulfida dan
amonia. Senyawa tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan pH (Wardhana 2001).
Terjadinya perubahan keasaman pada air limbah, baik ke arah asam (pH turun) maupun ke arah basa
(pH naik), akan mengganggu kehidupan ikan dan hewan air (Kristanto 2002) serta pH <4 dapat
menyebabkan kematian tumbuhan, karena tidak dapat beradaptasi terhadap pH rendah (Effendi
2003).

Parameter yang mempengaruhi kualitas air irigasi untuk tanaman adalah:

a. Salinitas

Masalah salinitas terjadi jika kuantitas garam pada air irigasi cukup besarsehingga akumulasi garam
di daerah perakaran tanaman akan sedemikian rupasehingga tanaman tidak mampu lagi mengisap
air (lengas) tanah di daerahperakaran. Penurunan isapan air oleh akar menyebabkan
terganggunyapertumbuhan tanaman sehingga gejalanya seperti kekurangan air (tanaman
layu).Tanaman mengisap sebagian besar air dari bagian atas zone perakaran, sehinggakondisi
salinitas di bagian ini sangat berpengaruh daripada di bagian bawah zoneperakaran. Mengelola
bagian atas perakaran dengan proses pencucian (leaching)menjadi sangat penting untuk lahan
berkadar garam tinggi.

b. Permeabilitas

Laju infiltrasi tanah akan berkurang akibat dari kandungan garam tertentu atau kekurangan garam
tertentu dalam air irigasi. Faktor yang berpengaruh adalah: (a) kandungan Na relatif terhadap Ca dan
Mg, (b) kandungan bikarbonat dan karbonat, dan (c) total kandungan garam dalam air.

c. Toksisitas atau keracunan terhadap Boron (B), Chlorida (Cl) dan Natrium (Na).
d. Lainnya. Masalah lainnya dalam air irigasi yakni pertumbuhan terlalu cepat, tergenang, dan
perlambatan pematangan akibat dari kandungan Nitrogen berlebih. Bercak putih pada daun dan
buah akibat kandungan berlebih Bicarbonate dalam irigasi curah dan pH abnormal.

Suhu air yang ideal bagi organisme adalah tidak terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara
siang dan malam (tidak lebih dari 5oC). Dalam praktikum ini didapatkan suhu antara 30-310C. Pada
saluran primer suhu sebesar 310C, saluran sekunder 300C dan saluran tersier sebesar 300C. Besarnya
suhu juga dipengaruhi oleh waktu pengukuran, intensitas cahaya. Saluran tersier lebih rendah
dibandingkan dengan salurannya lainnya karena pelaksanaan pengukuran dilaksanakan lebih pagi,
begitu seterusnya pada saluran sekunder dan primer. Saluran primer lebih siang dibandingkan
saluran sekunder sehingga suhu pada saluran primer lebih tinggi.

Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan
terjadi pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi
dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena masuknya panas dari
cahaya matahari ke dalam yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada
kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi suhu yang tidak stabil.

Kualitas air ditentukan oleh kandungan sedimen tersuspensi dan bahan kimia yang terlarut di dalam
air tersebut. Sedimen dan unsur hara yang diperlukan tanaman dapat terangkut melalui angin (wind
erosion), air (water erosion), pengolahan tanah (tillage erosion), dan perpindahan masa tanah (mass
movement) yang dapat menimbulkan masalah lingkungan dan pertanian, sehingga memerlukan
penelitian lebih lanjut. Banyaknya konsentrasi endapan (sedimen) kandungan sedimen dalam air
irigasi akan mempengaruhi tekstur, permeabilitas serta kesuburan tanah, mempengaruhi daya
tampung saluran sehingga meningkatkan biaya untuk pemeliharaan saluran. Banyaknya unsur-unsur
kimia serta mikroba dapat menjadi tolok ukur tingginya pH dilingkungan tersebut. Unsur kimia dan
mikroba dapat mempengaruhi kesesuaiannya untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
maupun sifat kimiawi tanah. Tingginya angka sedimentasi akan mempengaruhi zat-zat yang
terkandung dalam air tersebut. Hal tersebut juga akan mempengaruhi tingkat kekeruhan air tersebut
semakin keruh berarti tingkat sedimentasi juga akan semakin tinggi.

Pengukuran tingkat sedimentasi dapat dilakukan dengan cara mengoven sampel air dari tiga saluran
tersebut selama 24 jam dan diperoleh nilai (a). Sebelum melakukan pengovenan, wadah air
ditimbang sebagai nilai (a). Tingkat sedimentasi dapat dihitung dengan mengurangkan berat wadah
yang diisi air setelah dioven dan berat wadah sebelum diisi air dan emmbagi dengan volume air yang
dioven dengan satuan liter. Agar tidak diperoleh nilai negative maka sebelum menimbang wadah
kosong, dilakukan pengovenan terlebih dahulu selama kurang lebih seperempat jam, agar air yang
ada pada wadah hilang dan diperoleh berat wadah sesungguhnya.

Sedimentasi tertinggi terdapat pada saluran sekunder, tersier kemudian primer. Hal itu berarti
bahwa kekeruhan paling tinggi pada saluran sekunder karena saluran sekunder adalah saluran yang
terletak ditepi jalan raya dan disekitarnya terdapat tumpukan sampah yang dibuang sembarangan
oleh masyarakat sekitar. Selain itu, limpasan air hujan dari jalan raya yang membawa sampah-
sampah dari tempat yang lebih tinggi massuk ke dalam saluran sekunder. Air dari saluran sekunder
menuju saluran tersier dengan meninggalkan material yang terendapkan pada saluran sekunder,
sehingga tingkat sedimentasi pada saluran terrser lebih rendah daripada saluran sekunder. Diantara
ketiga saluran tersebut saluran primer memiliki sedimentasi paling sedikit akibat saluran primer
merupakan saluran utama dan lebar penampang yang lebih besar sehingga material yang ada
mudah terangkut menuju saluran sekunder. Rata-rata tingkat sedimentasi pada saluran primer
dengan dua kali pengukuran adalah 0,19%. Pada saluran sekunder nilai sedimentasi yaitu 0,21%.
Sedangkan untuk saluran tersier pada yaitu 0,20% .

Sifat air irigasi yang terpenting yang mempengaruhi kesesuaiannya untuk irigasi adalah

a) Konsentrasi total garam terlarut,

b) Perbandingan natrium terhadap kation lainnya,

c) Konsentrasi unsur-unsur secara potensial merupakan racun bagi tanaman, dan,

d) Konsentrasi bikarbonat sehubungan dengan konsentrasi kalsium dan magnesium.

F. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

a. Kualitas suatu air irigasi dapat diketahui dari tingkat sedimentasi, suhu dan pH dari air yang
terkandung dalam saluran irigasi tersebut.

b. Semakin tinggi tingkat sedimentasi pada saluran irigasi, maka kualitas air irigasi semakin rendah.
Tingkat sedimentasi pada saluran sekunder lebih besar daripada saluran primer dan tersier.

c. Air irigasi dengan perbedaan suhu sing dan malah yang tidak signifikan memiliki kualitas air yang
baik. sperbedaan uhu pada saluran dipengaruhi waktu pengukuran, semakin siang waktu
pengukuran, maka syhu air pada saluran tersebut semakin tinggi.

d. pH air yang terlalu asam maupun basa menandakan kualitas air tersebut cukup rendah. Tiga
saluran tersebut memiliki pH yang rendah (asam) akibat akumulasi bahan organik dan sisa pupuk
maupun pestisida sehingga saluran tersebut merupakan saluran yang sudah tercemari.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum yang akan dating adalah: sebaiknya dilakukan
pengukuran pada berbagai saluran yang ada di daerah karanganyar dan membandingkan antar
saluran tersebut sehingga dapat diketahui tingkat efisiensinya serta dapat dijadian acuan oleh
pemerintah daerah sebagai bahan masukan untuk perbaikan saluran tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Endrah 2010. Turbidimetri. http://endrah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2013

Melanie P 2005. System of Rice Intensification. England: Oxford University Press

Prabowo S 2004. Teknik Budidaya Padi. Yogyakarta: Kanisius

Simanungkalit S 2008. Peningkatan Hasil Tanaman Padi dengan Sistem Intensifikasi Padi. Jurnal Ilmu
Pertanian. 5(2):32-49

Sukristiyonubowo 2008. Mobilitas Sedimen dan Hara pada Sistem Sawah Berteras dengan Irigasi
Tradisional. Jurnal Tanah dan Iklim. 2(8): 39-54

Warlina 2004. Pencemaran air : Sumber, Dampak dan Penanggulannya. Disertasi. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Zulkarnaen 2005. Kajian Kualitas Air Sungai Kuantan Ditinjau dari Parameter Fisika, Kimia dan Biologi
di Kota Kecamatan Kuantan Tengah kabupaten Kuantan Singingi Riau. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Effendi, H 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta. Wardhana W A 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai