Anda di halaman 1dari 13

Cinta dan Benci Karena Allah

Saudaraku, pernahkah anda melihat seorang


insan yang sangat mencintai kekasihnya?
Bayangkan bagaimana perjuangannya untuk
mengambil hati pasangannya. Apabila kekasih
hatinya menyukai sesuatu, ia akan berusaha
memenuhinya. Dan apabila pujaan hatinya
membenci sesuatu, ia pun berusaha
menjauhinya. Seperti inilah buah cinta kepada
sang terkasih.
Demikian pula seorang muslim yang mencintai
Allah Ta’ala. Cintanya kepada Allah akan
mendorongnya untuk mencintai segala sesuatu
yang Allah cintai dan mencintai orang-orang
yang Allah cintai, serta membenci segala
sesuatu yang Allah benci dan membenci orang-
orang yang Allah benci. Inilah al wala wal bara,
cinta dan benci karena Allah.
Al wala wal baraa dalam Islam
Al walaa berarti mencintai, menolong, dan
loyalitas kepada wali-wali Allah. Sedangkan al
baraa berarti berlepas diri, membenci, dan
memusuhi musuh-musuh Allah. Allah Ta’ala
berfirman,
‫اَّل جَِت ُد قج ْوًما يُ ْؤِمنُو جن ِِب اَّللِ جوالْيج ْوِم ْاْل ِخ ِر يُ جو ُّادو جن جم ْن جحا اد ا‬
‫اَّللج جوجر ُسولج ُه‬
‫ك‬ ِ
‫ئ‬ َٰ
‫ل‬‫و‬ ُ‫أ‬ ‫م‬ ِ ِ
‫ج‬ ‫ج‬ ۚ ْ ُ ‫آِبءج ُه ْم أ ْجو أجبْنجاءج ُه ْم أ ْجو إ ْخ جوانج ُه ْم أ ْجو جع ج‬
‫ه‬ ‫ج‬‫ت‬‫ري‬ ‫ش‬ ‫جولج ْو جكانُوا ج‬
‫اات جَْت ِري‬ ٍ ‫وح ِمْنه ۚ وي ْد ِخلُهم جن‬ ‫ر‬ ِ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ي‬‫ج‬‫أ‬
‫و‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫مي‬ ِ
‫اْل‬ ‫م‬ ِِ
‫وِب‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ِف‬ ِ ‫ب‬
‫جُ ْ ج‬ ُ ُ ٍ ُ ُ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ج‬ ‫ج‬ ‫ج‬ ْ ُ ُ ُ ‫جكتج ج‬
ۚ ُ‫ضوا جعْنه‬ ‫ين فِ جيها ۚ جر ِض جي ا‬
ُ ‫اَّللُ جعْن ُه ْم جوجر‬
ِ ِ‫ِمن جَْتتِها ْاْلجنْهار خال‬
‫د‬
‫ج جُ ج ج‬
‫اَّللِ ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو جن‬
‫ب ا‬ ‫ْج‬‫ز‬‫ح‬ِ ‫اَّللِ ۚ أججَّل إِ ان‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ُْ ‫ز‬ ِ ‫ك‬
‫ح‬ ‫ج‬ ِ‫أُوَٰلجئ‬
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman
pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-
sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu
bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-
saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang telah Allah tanamkan
keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang
daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah
ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa
puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan
yang beruntung” (QS. Al Mujadalah : 22)

Al wala wal baraa adalah kelaziman dan hak


tauhid
Allah Ta’ala berfirman,
ِ‫اَّلل واجتجن‬ ِ ٍ
‫اغوت‬
‫ج‬ ‫الط‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ب‬
ُ ‫ُُ ج ج‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫د‬ ‫اعب‬ ‫جن‬‫أ‬ ‫َّل‬
‫و‬
ً ‫س‬‫جولججقد بج جعثنا ِف ُك ِل أُام ج‬
‫ر‬ ‫ة‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut” (QS. An Nahl : 36)
Semua yang disembah selain Allah adalah
taghut. Maka Allah Ta’ala memerintahkan
manusia untuk beribadah kepada-Nya saja dan
berlepas diri dari taghut.
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah
mengatakan, “Diantara hak tauhid adalah
mencintai wali-wali Allah dan tidak memihak
musuh-musuh Allah” (Syarh Tsalatsatul Ushul)

Al wala wal baraa adalah bagian dari


kesempurnaan iman
Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ فقد استكمل‬،‫ ومنع هلل‬،‫ وأعطى هلل‬،‫ وأبغض هلل‬،‫من أحب هلل‬
‫اْلميان‬
“Siapa yang mencintai karena Allah, membenci
karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak
memberi karena Allah, sungguh telah sempurna
imannya” (HR. Abu Dawud)
Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi rahimahullah
mengatakan, “(Al wala wal baraa) adalah
diantara kesempurnaan iman dan ibadah, karena
ibadah mengandung kesempurnaan cinta dan
kesempurnaan ketundukan. Maka, mencintai
rasul-rasul Allah, para nabi, dan hamba-Nya
yang beriman adalah bagian dari mencintai
Allah, meskipun cinta kepada Allah (yang
bernilai ibadah ini) tidaklah pantas diberikan
kepada selain-Nya. Karenanya, selain Allah itu
dicintai karena Allah, bukan disejajarkan
bersama Allah dalam rasa cinta.
Sesungguhnya seorang yang mencinta, ia akan
mencintai semua yang dicintai oleh kekasihnya,
membenci apa yang dibenci kekasihnya, loyal
kepada orang-orang yang diberikan loyalitas
oleh kekasihnya, memusuhi orang-orang yang
dimusuhi kekasihnya, ridha terhadap apa yang
diridhai kekasihnya, benci apa yang dibenci
kekasihnya, memerintahkan apa yang diperintah
kekasihnya, dan melarang apa yang dilarang
kekasihnya. Dia pun mencocoki kekasihnya
dalam semua hal.” (Syarh ‘Aqidah
Thahawiyyah, hal. 546)

Al wala wal baraa adalah ikatan iman yang


paling kuat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ِ ‫ب ِِف‬
،‫هللا‬ ُّ ُ‫ جوا ْْل‬،ِ‫ جوالْ ُم جع جاداةُ ِِف هللا‬،ِ‫ الْ ُم جواَّلجةُ ِِف هللا‬:‫ان‬
ِ ‫أجوثجق عُرى اْ ِْل ْميج‬
‫ْ ُ ج‬
ِ ‫والْب ْغض ِِف‬
‫هللا‬ ُ ُ‫ج‬
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas
karena Allah dan permusuhan karena Allah,
cinta karena Allah dan benci karena Allah”
(HR. Thabrani)
Teladan Nabi Ibrahim dalam al wala wal
baraa
Sungguh, di dalam diri Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam terdapat teladan yang sangat berharga.
Ketika itu, beliau harus berhadapan dengan
kaumnya untuk mendakwahkan tauhid, bahkan
dengan ayah beliau sendiri. Allah Ta’ala
berfirman,
‫وم ِه ما تجعبُدو جن‬ ِ ‫قال ِْل‬
ِ ‫جبيه وقج‬ ‫ج‬ ‫ذ‬ِ‫واتل جعلجي ِهم نجبجأج إِبراهيم () إ‬
‫ج‬ ‫ج‬ ُ ‫ج‬
“Dan bacakanlah kepada mereka kisah
Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya
dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?””
(QS.Asy Syu’araa : 69-70)

Sayang seribu sayang, jawaban sang ayahanda


dan kaum beliau menunjukkan mereka lebih
memilih agama kesyirikan. Allah Ta’ala
menghikayatkan jawaban mereka,
‫في‬ِ
‫جصناما فجنجظج ُّل جَلا عاك ج‬
ً ‫قالوا نجعبُ ُد أ‬
“Mereka menjawab: "Kami menyembah
berhala-berhala dan kami senantiasa tekun
menyembahnya” (QS.Asy Syu’araa : 71)

Oleh karenanya, Ibrahim ‘alaihis salam


menegaskan akidah dan prinsip hidup beliau,
yaitu cinta dan benci karena Allah. Ibrahim
‘alaihis salam hanya beribadah kepada Allah
Ta’ala semata, dan berlepas diri dari kesyirikan
serta orang-orang musyrik. Allah Ta’ala
berfirman,
‫ين جم جعهُ إِ ْذ قجالُوا لِجق ْوِم ِه ْم‬ ِ ‫قج ْد جكانجت لج ُكم أُسوةٌ حسنجةٌ ِِف إِب ر ِاهيم والا‬
‫ذ‬
‫ْج ج ج ج‬ ‫ْ ْ ْج ج ج‬
‫اَّللِ جك جف ْرجَّن بِ ُك ْم جوبج جدا بجْي نج نجا‬
‫ون ا‬ ِ ‫إِ اَّن ب رآء ِمن ُكم وِِماا تجعب ُدو جن ِمن ُد‬
ُ ْ ‫ُج ُ ْ ج‬
ِ‫وب ي نج ُكم الْع جداوةُ والْب ْغضاء أجب ًدا ح اَّت تُؤِمنُوا ِِب ا‬
‫َّلل جو ْح جد ُه‬ ْ َٰ ‫ج جْ ُ ج ج ج ج ج ُ ج ج‬
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya
kami berlepas diri daripada kamu dari daripada
apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara
kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja” (QS. Al Mumtahanah : 4)
Oleh karena itu, tauhid dalam jiwa seorang
insan tidak akan tegak dengan sempurna sampai
ia beribadah kepada Allah semata disertai sikap
berlepas diri dan membenci kesyirikan serta
para pelaku kesyirikan. Syaikh Muhammad bin
‘Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan,
“Sesungguhnya orang yang mentaati Rasulullah
dan mentauhidkan Allah, tidaklah boleh
memberikan loyalitasnya kepada orang yang
memusuhi Allah dan Rasul-Nya, meskipun itu
adalah kerabat terdekatnya” (Tsalatsatul Ushul)

Inilah millah Ibrahim ‘alaihis salam. Dan kita


diperintahkan Allah untuk mengikuti millah
Ibrahim sebagaimana dalam firman-Nya,
ِ ِ‫يك أ ِجن اتابِع ِملاةج إ‬ ِ‫جوحينا إ‬
‫اهيم جحني ًفا ۚ جوما كا جن م جن املُش ِر ج‬
‫كي‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ج‬‫ل‬ ‫ُثُا أ ج‬
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim,
seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk
orang-orang yang musyrik” (QS. An Nahl :
123)

Buah cinta dan benci karena Allah


Cinta dan benci karena Allah memiliki buah
yang sangat manis. Diantaranya adalah :
1.Faktor yang membuat seseorang merasakan
manisnya iman

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,
‫ وأن حيب املرء َّل حيبه إَّل‬... ‫ثالث من كن فيه وجد حالوة اْلميان‬
‫هلل‬
“Tiga hal yang apabila ada pada diri
seseorang, dia akan merasakan manisnya
iman (salah satunya) apabila ia mencintai
saudaranya, tidaklah ia mencintainya
melainkan karena Allah” (HR. Bukhari dan
Muslim)

2.Mendapat naungan Allah di hari kiamat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ِ‫ ورجالج ِن جَتاِبا ِِف هللا‬..:‫سب عةٌ ي ِظلُّهم هللا ِِف ِظلِ ِه ي وم َّلج ِظ ال إَِّلا ِظلُّه‬
‫ج‬ ُ ‫ُ جج‬ ‫جْ ج‬ ُ ُ ُ ُ ‫جْ ج‬
‫اجتج جم جعا جعلجْي ِه جوتج جفارقاج جعلجْي ِه‬
ْ
“Ada tujuh golongan yang akan Allah
naungi dengan naungan-Nya pada hari
yang tidak ada naungan selain naungan-
Nya… (kemudian beliau menyebut salah
satunya) dan dua orang yang saling
mencintai karena Allah, berkumpul karena
Allah dan berpisah karena Allah” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Benci tidak berarti zhalim
Membenci dengan hati dan berlepas diri dari
kekafiran dan orang-orang kafir adalah sebuah
keniscayaan bagi orang yang mentauhidkan
Allah. Akan tetapi, hal itu tidaklah lantas
membuat kita berhak berlaku zhalim dan
sewenang-wenang terhadap orang kafir yang
hidup berdampingan dengan kita. Islam telah
melarang kezhaliman dengan segala bentuknya.

Allah tidak melarang umat Islam untuk berbuat


baik kepada orang kafir yang tidak memusuhi
kaum muslimin. Berbuat baik kepada mereka
secara lahir tidaklah menunjukkan adanya
kecintaan secara batin.

Syaikh Muhammad Sa’id Al Qahthani


mengatakan, “Memberikan loyalitas dan
kecintaan adalah satu hal. Dan berbuat baik
dalam berinteraksi adalah satu hal yang lain” (Al
Wala wal Baraa fil Islam, hal. 352)

Prinsip ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,


‫ذين جَل يُقاتِلوُكم ِِف الدي ِن جوجَل ُُي ِرجوُكم ِمن‬ ‫ا‬
‫اَّللُ جع ِن ال ج‬
‫َّل يجنها ُك ُم ا‬
‫طي‬ ِ ُّ ‫اَّلل ُِحي‬ ‫قسطوا إِلجي ِهم ۚ إِ ان جا‬ ِ ُ‫ِداي ِرُكم أجن تجب روهم وت‬
‫ب املُقس ج‬ ‫ج ُ ج‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik
dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah : 8)

Bukankah ajaran Islam sungguh indah,


saudaraku?
Wallaahu a’lam bish shawaab.

Anda mungkin juga menyukai