DJATI MURJANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul : Karakterisasi dan
Perkembangan Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Kaltim
Prima Coal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Djati Murjanto
NIM A152070041
ABSTRACT
Mining activities are part of economic development activities that utilize natural
resources and are expected to guarantee the future life. Issues that will arise as a result
of mining activity which may result in less negative impact on the environment are in
the form of decreased soil productivity, soil compaction, erosion and sedimentation, soil
movement/ soil erosion, decrease in biodiversity of flora and fauna as well as changes
in microclimate. Reclamation is the end of mining activities are expected to return the
land to its original state. The ultimate objective of reclamation is to improve the Quarry
to the condition safe, stable and not easily eroded so that it can be recovered. To see
how far the influence of the reclamation of soil properties and its development, it is
necessary to observe and study in detail the characterization of soil development on
reclaimed land, whether it is possible that significant changes to the development of soil
formation on land reclamation to the aspect physical, chemical and biological soil
properties.
The results indicate that the reclamation and increased of age affects the development of
land reclamation seen from morphological, physical, chemical, and biological soil
properties. Increased age of reclaimed coal mine land causes changes in the
morphological soil property, especially on the top layer. The most affected changes of
morphological soil properties by increasing age is the color of the land reclamation and
the boundaries between layers, especially on the top soil layer due to the effect of
adding organic matter. Increased age in the reclaimed land causes changes of soil
physical properties, ie increased permeability and soil aggregate stability, but not affect
bulk density. Increased age affects the chemical properties of soil reclamation, it is seen
by an increase in C-organic, N-total, exchangables Ca and Mg content on topsoil.
Changes of the biological soil properties occur until reclaimed coal mine land was 5
years old which in 5th years has the highest of individuals density, diversity indices and
biomass.
DJATI MURJANTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Agroteknologi Tanah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Suwardi, M.Agr
Judul Penelitian : Karakterisasi dan Perkembangan Tanah Pada Lahan
Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Kaltim Prima
Coal
Nama : Djati Murjanto
Nomor Pokok : A152070041
Program Studi : Agroteknologi Tanah (ATT)
Disetujui
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari 2009 adalah reklamasi lahan bekas tambang, dengan
judul Karakterisasi dan Perkembangan Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang
Batubara PT Kaltim Prima Coal.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Iskandar, Ibu Dr. Dyah
Tjahyandari S., dan Ibunda Dr. Astiana Sastiono (Almh.) selaku pembimbing dan
seluruh staff pengajar di progam studi Agroteknologi Tanah. Disamping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
yang telah membantu membiayai kuliah dan penelitian ini. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Pimpinan PT Kaltim Prima Coal beserta staf khususnya Unit
Nursery dan Reklamasi yang telah membantu selama pengumpulan data. Penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada istri tercinta Mei Martini
Handayani, anak-anak yang lucu Aura, Adinda, Arjuna (ADINAR) dan kedua orang
tuaku di Semarang serta ibu mertua tercinta atas segala doa dan dukungannya.
Sahabatku Surya Herjuna yang mengajak selalu belajar dan berkarya sehingga penulis
meraih semua ini. Penulis juga sampaikan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa
Program S2 Agroteknologi Tanah dan Tanah, mahasiswa S1 dan laboran-laboran
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang banyak membantu kelancaran
penelitian.
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat.
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
LAMPIRAN ............................................................................................ 53
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Parameter Pengamatan dan Metode Analisis ..................................... 25
2. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Tambang PT Kaltim Prima Coal ...... 33
3. Hasil Analisis Permeabilitas dan Stabilitas Agregat
Lahan Bekas Tambang Batubara di Lokasi Studi .............................. 39
4. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah di Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara
pada Berbagai Umur Reklamasi.................................... 41
5. Kepadatan dan Keragaman Populasi Fauna Tanah pada Lahan
Reklamasi pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan ............................ 44
6. Total Mikrob dan Fungi, dan Respirasi Tanah pada Lahan
Reklamasi pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan ............................ 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Lokasi Tambang Batubara PT. Kaltim Prima Coal di Kabupaten
Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur ........................................... 26
2. Peta Geologi PT. Kaltim Prima Coal ................................................. 27
3. Profil Tanah di Lokasi Studi .............................................................. 37
4. Beberapa Jenis Fauna Tanah pada Lahan Bekas Tambang................ 45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Sifat-sifat Morfologi Masing-masing Profil Tanah ............................ 54
2. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah Lahan Bekas Tambang Batubara
di Lokasi Studi ................................................................................... 76
3. Hasil Analisis Kimia Tanah Lahan Bekas Tambang Batubara
di Lokasi Studi ................................................................................... 77
4. Referensi Berat Kering Individu Fauna Tanah .................................. 78
I. PENDAHULUAN
IS
= I cm-2
A
s
H’ = - ∑ [(ni / n)ln(ni / n )]
i =1
r = (a-b) x t x 120
n
4.3 Geomorfologi
Daerah Sangatta membentang di antara sungai Bengalon dan Sungai Sangatta.
Kedua sungai ini bermuara ke arah timur menuju Selat Makasar. Daerah Sangatta
didominasi oleh perbukitan bergelombang dengan elevasi tertinggi mencapai 330 meter
di atas permukaan laut yang merupakan puncak dari Pinang Dome. Daerah yang berada
di sekitar Pinang Dome ini setempat memiliki relief yang cukup tajam dengan
kemiringan lereng yang relatif curam. Daerah-daerah yang tersebar di sekitar sayap
Pinang Dome relatif memiliki morfologi bergelombang, setempat terdapat perbukitan
kecil dengan ketinggian puncak yang bervariasi dari beberapa puluh meter hingga lebih
dari 200 meter. Satuan morfologi yang relatif datar mendominasi bagian selatan daerah
Pinang Dome di sepanjang bagian hilir Sungai Sangatta di Kota Sangatta.
Daerah aktivitas penambangan dan pit potensial di daerah Bengalon membentang
di utara Sungai Bengalon. Ketinggian daerah bervariasi mulai dari beberapa meter di
atas permukaan laut pada Sungai Bengalon sampai dengan 160 m di atas permukaan laut
pada daerah yang tidak rata di sebelah barat Bengalon. Daerah banjir dari sungai
Bengalon lebarnya sampai dengan 4 meter. Cakupan dari Sungai Bengalon adalah
Sungai Lembak, yang kemudian membagi daerah Bengalon menjadi 2 bagian, yaitu East
Bengalon (Pit A) dan West Bengalon (Pit B dan Pit C). Daerah penambangan
merupakan daerah tertinggi pada masing-masing sisi wilayah Bengalon tersebut.
4.4 Iklim
Secara umum berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah
penambangan PT. KPC termasuk kategori iklim B, yaitu iklim basah dengan
kelembaban relatif berkisar antara 63 % - 100 % (Kaltim Prima Coal, 2005).
Pemantauan curah hujan manual dilakukan setiap hari di 12 stasiun curah hujan di
areal tambang Sangatta, 1 stasiun curah hujan di areal Tanjung Bara dan 1 stasiun curah
hujan di Bengalon. Empat stasiun curah hujan otomatis terpasang di areal tambang
Sangatta untuk mengetahui intensitas hujan yang terjadi. Tiga stasiun pemantau cuaca
otomatis terpasang di Tanjung Bara, Swarga Bara dan Lubuk Tutung Bengalon untuk
memantau kelembaban, suhu udara, kecepatan angin dan arah angin.
Curah hujan tahunan di areal penambangan PT. KPC berkisar antara 2000 - 2500
mm/bulan. Curah hujan tahunan tertinggi yang tercatat pada tahun 2007 terjadi di
daerah Melawan, sedangkan curah hujan harian tertinggi terjadi di pit AB pada bulan
maret tahun 2007.
Musim hujan terjadi pada bulan November – Mei dan musim kemarau terjadi
bulan Juni – Oktober.
4.5 Vegetasi
Ekosistem teresterial di wilayah studi (Sangatta dan Bengalon) merupakan wujud
ekosistem hutan hujan khatulistiwa yang berubah karena aktivitas manusia, termasuk
adanya kejadian kebakaran hutan. Vegetasi darat didominasi oleh hutan primer dan
sekunder. Hutan primer terdiri dari hutan campuran yang lebat dengan ketinggian
pohon hingga lebih dari 50 meter yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae yang
kaya akan spesies dan hutan rawa-rawa air tawar. Ciri morfologis Dipterocarpaceae
campuran adalah dijumpainya batang pohon tinggi berbentuk silinder, batang penopang,
Kuliflora dan Ramiflora, daun Pinnate, jenis liana pemanjat pohon, tumbuhan epifit, dan
Briofita relatif jarang. Dalam hutan ini ditemukan genus Hopea, Shorea, Dyrobalanops,
Eusideroxylon, dan Koompassia. Hutan rawa-rawa air tawar yang ditemukan pada
umumnya berasal dari genus Alstonia, Campnosperma, Terminalia, Shorea, Nauclea,
Eugenia, Palaquium, Diospyros, Barringtonia, Garcinia, Gonystylus dan Melaleuca.
Hutan di sekitar lokasi penambangan PT. KPC merupakan hutan sekunder bekas
penebangan pepohonan Dipterocarpaceae dan Eusideroxylon zwageri. Petani ladang
umumnya menghuni lahan di sepanjang jalan logging.
Hutan sekunder hasil rehabilitasi lahan ditanami jenis Paraserianthes falcataria
dan spesies lainnya. Tumbuhan di lokasi penambangan didominasi oleh spesies pionir
dari jenis Macaranga gigantean, Macaranga hypoleuca, Macaranga paersonii, Geunsia
pentandra, Melicope sp., Cananga odorata, Pterospermum javanicum, Vitex pinnata,
Anthocephalus chinensis, Octomeles sumatranus, Duabanga moluccana dan
Artocarpus. Ketinggian pohon tersebut sekitar 15 - 20 meter dengan diameter 20 - 25
meter. Vegetasi asli umumnya mewakili kurang dari 10 % tumbuhan kanopi atas.
Tumbuhan dengan ketinggian sekitar 10 meter didominasi oleh Ficus obscura dan
beberapa spesies Ficus. Tumbuhan rendah didominasi oleh Zingiberceae, serta jenis
Marantaceae.
Lahan pertanian di sepanjang sungai Sangatta dan Bengalon serta jalan raya
ditanami oleh padi dan pisang. Pekarangan di daerah pemukiman ditanami buah-buahan
dan sayuran.
4.6 Karakteristik Tanah Lokasi Penelitian Sebelum Penambangan
Kondisi tanah di lokasi tambang PT. KPC secara umum menunjukkan
perkembangan sedang hingga lanjut, terdapat pada tipe lahan dataran berombak dan
perbukitan. Bahan induk tanah umumnya berasal dari endapan Alluvium-Colluvium,
batupasir dan batuliat. Jenis tanah utama di tambang Sangatta adalah Inceptisol, Ultisol
dan Alfisol (Kaltim Prima Coal, 2005).
Jenis tanah Inceptisol menunjukkan perkembangan tanah sedang, dimana
diferensiasi horison belum tegas, umumnya berasosiasi dengan jenis tanah Ultisol.
Tanah ini sebagian besar terdapat di daerah dataran berbukit. Terdapat 2 great grup
tanah untuk Inceptisol, yaitu Dystropepts dan Eutropepts. Kondisi lahan dimana tanah
Inceptisol dijumpai, beberapa diantaranya menunjukkan adanya bahaya erosi (lokal)
dengan bentuk erosi berupa erosi parit.
Jenis tanah Ultisol merupakan tanah dominan yang berkembang pada wilayah
studi. Jenis ini menunjukkan reaksi tanah yang sangat masam hingga masam, dengan
kejenuhan alumunium yang rendah hingga sangat tinggi. Solum tanah cukup dalam
sampai dalam, drainase tanah sedikit lancar hingga lancar. Jenis Ultisol dapat
diklasifikasikan dalam 2 great grup yaitu; Hapludults dan Kandiudults. Kondisi lahan
dimana tanah Ultisol dijumpai, diantaranya menunjukkan erosi lokal dengan tingkat
bahaya erosi sedang hingga berat dengan kenampakan erosi parit.
Jenis Alfisol yang ada di tambang Sangatta luasnya sangat terbatas. Secara khusus
jenis tanah ini terdapat di Pit Harapan/C-North/eks-Surya, Pit AB, dan dumping AB.
Jenis Alfisols yang terdapat di lokasi tersebut diklasifikasikan ke dalam great grup
Kandiudalfs.
Dalam wilayah studi diketahui kelas tekstur tanah lapisan atas (0-20 cm) adalah
lempung berpasir, lempung liat berpasir, lempung berliat, dan liat, sedang pada lapisan
bawah (20-60 cm) menunjukkan ukuran fraksi tanah yang lebih halus, seperti lempung
liat berpasir, lempung berliat dan liat. Struktur tanah pada lapisan atas (0-20 cm)
umumnya bervariasi dari tipe remah hingga gumpal setengah bersudut dengan ukuran
kecil sampai besar. Bobot isi pada wilayah studi berkisar 1,21-1,51 g/cm3. Permeabilitas
tanah pada lokasi studi bervariasi antara 0,2-1,28 cm/jam.
Tabel 2. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Tambang PT Kaltim Prima Coal
Tabel 3. Hasil Analisis Permeabilitas dan Stabilitas Agregat Lahan Bekas Tambang
Batubara di Lokasi Studi
Tabel 4. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah di Lahan Reklamasi Bekas Tambang
Batubara pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan
Kandungan C-organik pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan tergolong
bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi (0.72 – 8.54 %), tetapi pada
umumnya kandungan C-organik lapisan atas tinggi dibandingkan lapisan di bawahnya,
kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun (Tabel 4). Pada lahan reklamasi berumur
5 sampai 13 tahun dan lahan hutan kandungan C-organik lapisan atas dipengaruhi oleh
vegetasi yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan lapisan ini lebih tinggi
dibandingkan lapisan di bawahnya. Vegetasi yang ada akan menghasilkan bahan
organik yang akan bercampur dengan tanah pada lapisan atas. Kandungan C-organik
pada tanah lapisan bawah lapisan atas bervariasi dan masih dipengaruhi bahan tanah
yang digunakan untuk proses reklamasi. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun
kandungan C-organik masih dipengaruhi oleh bahan tanah yang digunakan untuk proses
reklamasi. Peningkatan umur reklamasi hanya berpengaruh terhadap kandungan C-
organik tanah lapisan atas.
Kandungan N-total pada tanah lapisan atas lebih tinggi dibandingkan dengan
lapisan di bawahnya sebagaimana terlihat pada lahan reklamasi berumur 9-13 tahun dan
lahan hutan. Selain itu, kandungan N-total pada seluruh lahan reklamasi hampir sama,
kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lebih tinggi dari lahan hutan. Hal ini
disebabkan karena kandungan N-total dipengaruhi kandungan C-organik dimana
kandungan C-organik yang lebih tinggi di lapisan atas dan kandungan C-organik lahan
reklamasi lebih tinggi dari lahan hutan.
Kandungan S total pada seluruh lahan reklamasi menunjukkan nilai yang sama
berkisar 0.001-0.002 % walaupun ada beberapa lapisan tanah yang melebihi dari nilai
tersebut. Kandungan S total lahan reklamasi ini tidak jauh berbeda dengan lahan hutan.
Hal ini menunjukkan bahwa tanah pucuk yang digunakan tidak mengandung bahan-
bahan sulfidik. Selain itu, penyusunan batuan PAF (Potencial Acid Forming) yang
digunakan pada saat reklamasi tertata dengan baik sehingga tidak mencemari tanah
yang ada diatasnya.
Kandungan P total pada lahan reklamasi bervariasi antara 40.5-418 ppm, tetapi
lebih besar dari lahan hutan. Kandungan P tersedia cenderung menurun dengan
meningkatnya umur reklamasi dan kandungan P tersedia pada lapisan atas cenderung
lebih rendah dibandingkan lapisan di bawahnya. Adanya bahan organik yang lebih
tinggi pada lapisan atas yang berfungsi sebagai agen pengkhelat fosfat membuat
kandungan P-tersedia lebih rendah pada tanah lapisan teratas.
Secara umum nilai KTK tanah pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
tergolong rendah (5-16 me/100g) dengan nilai bervariasi antara 7.07-14.50 me/100g.
Hal ini disebabkan karena bahan tanah yang digunakan untuk proses reklamasi
bercampur dengan batuan (overburden).
Kation basa dapat dipertukarkan didominasi oleh kation Mg2+. Kandungan kation
Ca2+ dan Mg2+ tertinggi terdapat pada lapisan teratas, kemudian bervariasi menurut
kedalaman tanah kecuali pada lahan reklamasi berumur 0 tahun (Tabel 4). Mineral-
mineral yang merupakan sumber kation Ca2+ dan Mg2+ sangat mudah terlapuk dan pada
lapisan teratas ini pelapukan sangat intensif, sehingga pelepasan kation Ca2+ dan Mg2+
lebih intensif di bandingkan lapisan di bawahnya. Intensifnya pelepasan kation-kation
ini menyebabkan kandungan kedua kation tersebut lebih tinggi pada lapisan atas. Pada
lahan reklamasi berumur 0 tahun kandungan kation Ca2+ dan Mg2+ masih dipengaruhi
bahan tanah yang digunakan pada proses reklamasi. Kandungan kation K+ dan Na+
bervariasi pada setiap kedalaman yang diamati, baik pada seluruh lahan reklamasi dan
lahan hutan. Kandungan kedua kation ini masih dipengaruhi bahan tanah yang
digunakan untuk proses reklamasi.
Nilai pH yang rendah, baik pada lahan reklamasi maupun lahan hutan, sejalan
dengan Al-dd yang tinggi. Kejenuhan basa bervariasi dari sangat rendah (< 20 %)
sampai sangat tinggi (> 70 %) dengan nilai berkisar 16 - >100 %.
Tabel 5. Kepadatan dan Keragaman Populasi Fauna Tanah pada Lahan Reklamasi
pada Berbagai Umur Reklamasi Lahan
Shannon’s
Kepadatan Kepadatan Biomassa
Umur Lokasi Biomassa diversity index
Taksa Fauna (ind/m2)* Total Total
Reklamasi (Lereng) (mg) Biomassa
(ind/m2)* (mg) H’
(mg)
Surya Coleoptera 49.76 0.8689
Panel 7
0 100 1.37 0.69 0.66
(Baru Hymenoptera 49.76 0.8689
Reklamasi)
Isoptera 1343.52 16.2
Surya Aranae 49.76 0.5724
5 Panael 7 Coleoptera 298.56 26.067 1791 20.36 1.32
(Atas) Symphyla 49.76 0.48 2.5
Hymenoptera 49.76 0.5
Isoptera 49.76 0.6
Surya
Hymenoptera 199.04 2
5 Panael 7 448 4.93 1.21 1.01
Aranae 149.28 17.172
(Tengah)
Symphyla 49.76 0.08
Isoptera 447.84 5.4
Surya Aranae 49.76 0.5724
5 Panael 7 Isotomidae 149.28 0.0132 746 6.86
(Bawah) Coleoptera 49.76 0.8689
Acari 49.76 0.0045
H East
9 Entomobrydae 49.76 0.0088 50 0.01 0 0
(Atas)
Isoptera 99.52 1.2
H East Hymenoptera 248.8 2.5
9 498 3.71
(Tengah) Acari 99.52 0.009
Isotomidae 49.76 0.0044
H East
9 Hymenoptera 49.76 2.5 50 2.50 0 0
(Bawah)
Hymenoptera 696.64 7
Gajah Entomobrydae 348.32 5.88
13 Hitam Acari 49.76 0.0045 1194 14.35
(Atas) Isoptera 49.76 0.6
Coleoptera 49.76 0.8689
Gajah
13 Hitam Isotomidae 447.84 7.56 864 4.45 1.34
(Tengah)
Coleoptera 99.52 17.378
Acari 49.76 0.0045
Gajah
Hymenoptera 149.28 1.5
13 Hitam 796 5.31 1.99
Symphyla 199.04 0.32
(Bawah)
Isotomidae 99.52 0.0088
Isoptera 99.52 1.2
Entomobrydae 99.52 1.68
Hutan asli Hutan asli Pseudoscorpion 49.76 0.1587 199 2.45 1.04
Isoptera 49.76 0.6
Hutan asli Hutan asli Entomobrydae 49.76 0.0084 50 0.01 0 0
*Ind: individu
Hymenoptera
Aranae
Symphyla Collembola
Pseudoscorpion
Lahan reklamasi bekas tambang batubara PT. KPC memiliki kisaran nilai pH
relatif masam, sehingga jumlah fauna yang ditemukan juga sedikit. Kebanyakan fauna
tanah termasuk kedalam kelompok mesophiles yang hidup pada suhu 100 – 400 oC.
Jenis mikroarthopoda seperti Acari dan Collembola pada suhu tinggi akan bergerak
lebih dalam pada lapisan tanah karena lebih menyukai tempat yang lembab. Lahan
reklamasi berumur 5 tahun di lereng atas memiliki kadar air lebih tinggi (Tabel 6)
memiliki keanekaragaman fauna lebih banyak jika dibandingkan dengan profil lainnya
dengan kepadatan 1.791 individu/m2. Keragaman fauna tanah juga dipengaruhi oleh
jenis makanan yang terdapat di habitatnya. Hasil analisis fauna tanah menunjukkan
tidak ditemukannya cacing tanah walaupun tingkat dekomposisi bahan organik rendah
(C/N rasio rendah). Hal ini menunjukkan tanah reklamasi bekas tambang kurang subur.
Keragaman fauna tanah dihitung berdasarkan rumus Shannon’s diversity index
(H’). Keragaman fauna tanah dapat dihitung berdasarkan kepadatan populasi maupun
biomassa fauna tanah (Widyastuti, 2004). Tabel 6 menunjukkan profil lahan reklamasi
berumur 5 tahun di lereng atas memiliki keragaman populasi dan biomassa tertinggi
dibandingkan profil lainnya, yaitu kepadatan sebesar 1.32 individu/m2 dan biomassa
sebesar 2.5 mg.
Tabel 6. Total Mikrob dan Fungi, dan Respirasi Tanah pada Lahan Reklamasi pada
Berbagai Umur Reklamasi Lahan
Kadar Air
Total Mikrob Total Fungi Respirasi Tanah
(%)
Lokasi (106 spk/ g BKM (104 spkl/g BKM Jumlah CO2
0-20 20-40
tanah) tanah) (mg CO2/l)
cm cm
0-20 cm 20-40 cm 0-20 cm 20-40 cm 0-20 cm 20-40 cm
0 tahun :
Surya Panel 7 19.30 25.14 0.58 3.51 0.18 0.40 3 3.51
5 tahun :
Surya Panel 7
30.65 29.35 2.91 1.05 0.14 0.03 6.64 4.33
(lereng atas)
Surya Panel 7
25.29 22.65 2.15 0.95 1.25 0.20 4.59 4.67
(lereng tengah)
Surya Panel 7
29.41 27.43 0.73 1.13 0.58 1.29 4.93 3.34
(lereng bawah)
9 tahun :
H East (lereng atas) 26.21 25.83 1.10 0.68 1.69 1.61 4.76 4.42
H East (lereng tengah) 27.83 30.98 0.59 0.49 1.11 0.65 5.87 6.47
H East (lereng bawah) 19.72 23.32 0.80 0.23 3.60 1.04 5.06 5.23
13 tahun :
Gajah Hitan
27.94 24.70 1.27 0.47 1.53 0.81 6.9 6.47
(lereng atas)
Gajah Hitan
27.88 28.56 1.29 0.30 0.76 0.23 6.46 6.47
(lereng tengah)
Gajah Hitan
28.97 30.07 0.94 1.11 2.34 1.68 5.87 4.71
(lereng bawah)
Hutan Asli 25.14 19.47 0.92 1.23 11.45 4.59 5.23 6.64
Populasi total mikrob dan fungi, dan respirasi tanah pada lahan reklamasi bekas
tambang batubara disajikan pada Tabel 6. Lapisan atas (0-20 cm) memiliki populasi
mikrob dan fungi lebih tinggi dibandingkan lapisan bawahnya (20-40 cm). Hal ini
dikarenakan lapisan tanah bagian atas lebih lembab dibandingkan lapisan bawahnya jika
dilihat dari kadar air tanahnya. Lapisan bawah (umur reklamasi 0 tahun) memiliki
populasi lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya, karena kadar air tanah lapisan atas
lebih rendah dibandingkan kadar air lapisan bawah yaitu akibat dari minimnya vegetasi
penutup lahan sehingga menyebabkan suhu tanah menjadi lebih panas dibandingkan
lapisan bawahnya.
Populasi mikrob tertinggi terdapat pada umur reklamasi 0 tahun kedalaman
lapisan tanah 20-40 cm. Hal ini dikarenakan pada umur reklamasi 0 tahun mikrob tanah
yang ikut terbawa saat tanah (top soil) dijadikan bahan urugan masih memiliki cadangan
makanan. Bila dibandingkan dengan umur reklamasi 0 tahun, umur reklamasi 5, 9, dan
13 tahun memiliki populasi mikrob yang rendah karena adanya adaptasi lingkungan
baru. Jumlah populasi yang terhitung merupakan jumlah total mikrob yang mampu
bertahan pada lahan reklamasi setelah beradaptasi dengan indigeneous microbe yang
terdapat pada lahan tambang. Populasi total fungi tertinggi terdapat pada profil hutan
asli sebesar 1.145x 105 SPK/g BKM. Hal ini terjadi karena fungi memerlukan fase
adaptasi lebih lama dibandingkan mikrob terhadap lingkungan barunya
Respirasi tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara (Tabel 6) pada
umumnya lapisan atas (0-20 cm) memiliki jumlah CO2 yang lebih tinggi dibandingkan
lapisan bawahnya (20-40 cm). Hal ini dikarenakan lapisan tanah bagian atas lebih
banyak mengandung bahan organik yang dapat meningkatkan jumlah mikrob dalam
tanah. Tetapi pada tanah umur reklamasi 0 tahun lapisan bawah (20-40 cm) jumlah CO2
yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan lapisan atas (0-20 cm). Hal ini disebabkan
karena terjadi pencampuran antara top soil dengan overbuden yang diduga lapisan
overbuden bagian bawah menjadi berada di bagian atas, sehingga kandungan bahan
organik di lapisan bawah lebih tinggi daripada lapisan atas, dimana jumlah mikrob tanah
lebih banyak pada lapisan bawah.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Kegiatan reklamasi dan peningkatan umur reklamasi mempengaruhi
perkembangan tanah dilihat dari sifat morfologi, fisik, kimia, dan biologi
tanah.
2. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan perubahan pada sifat morfologi
tanah terutama pada lapisan atas. Perubahan sifat morfologi yang paling
dipengaruhi oleh peningkatan umur reklamasi adalah warna tanah dan batas
antar lapisan terutama pada tanah lapisan teratas akibat pengaruh penambahan
bahan organik.
3. Peningkatan umur reklamasi menyebabkan perubahan pada sifat fisik tanah,
yaitu peningkatan permeabilitas dan stabilitas agregat tanah, tetapi belum
mempengaruhi bobot isi tanah.
4. Peningkatan umur reklamasi mempengaruhi sifat kimia tanah, hal ini terlihat
dengan adanya peningkatan kandungan C-organik, N-total, Ca-dd, dan Mg-dd
pada tanah lapisan atas.
5. Perubahan sifat biologi terjadi sampai lahan reklamasi berumur 5 tahun
dimana pada tahun ke-5 mempunyai kepadatan individu, indeks keragaman
dan biomassa tertinggi.
6.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut pengamatan sifat morfologi, fisik, kimia, dan
biologi tanah pada setiap umur reklamasi yang digunakan pada penelitian ini secara
teratur dengan interval waktu tertentu untuk memantau perkembangan sifat-sifat tanah
pada masing-masing umur reklamasi. Perlu dilakukan pengamatan setiap tahun secara
intensif sehingga mengetahui perkembangan secara detail.
DAFTAR PUSTAKA
Anas. I. 1990. Penuntun Praktikum Metode Penelitian Cacing Tanah dan Nematoda.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi dan Pusat
Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Annisa, R.A. 2010. Hubungan Morfologi Tanah Bekas Tambang Batubara dengan
Beberapa Sifat Kimia, Fisik dan Biologi Tanah di PT. Kaltim Prima Coal.
Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian.
IPB. Bogor
Arsyad, S., N. Sinukaban, dan S. Sukmana. 1975. Fisika Tanah. IPB. Bogor.
th
Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology. 4
Edition. John Wiley and Sons Inc. New York. 349-588 p.
Bohn, H.L., B.L. McNeal, and G.A. Connor. 1979. Soil Chemistry. John Wiley & sons,
Toronto Canada
Borror, D. J., Triplehom C.A., and Jonson N. F. 1989. An Introduction to the Study of
Insect (6th ed.). Saunders College Pub. Philadelphia:
Bradshaw, A.D. and M. J. Chadwick. 1980. The Restoration of Land. Black Well
Scientific Publication. Oxford.
Buol, S.W., F.D.Hale, and R.J.McCraken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2nd ed.
The Lowa State. University Press. America
Chu, H. P. 1949. The lecithinase of Bacillus cereus and its comparison with Clostridium
welchii a-toxin. J. Gen. Microbiol, 3, 255- 273.
Coleman, D.C., D.A. Crossley, Jr, and Hendrix, P.F. 2004. Fundamentals of Soil
Ecology 2rd ed. Elsevier Academic Press. USA.
Coyne, MS, dan JA Thompson. 2006. Math for Soil Scientist. Thomson Delmar
Learning.Clifton Park, NY.
Darwo. 2003. Respon Pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. dan Acacia crassicarpa A.
Cunn. Ex. Benth. Terhadap Penggunaan Endomikoriza, Pupuk Kompos dan
Asam Humat pada Lahan Pasca penambangan Semen. Tesis, IPB. Bogor.
Ernawati, R. 2008. Studi Sifat-Sifat Kimia Tanah pada Tanah Timbunan Lahan Bekas
Penambangan Batubara. Jurnal Teknologi Technoscientia. Vol.1 No.1 Agustus
2008. ISSN: 1979-8415
Foth, H.D., and L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science. 5th ed. John wiley &
Son, Inc. New York.
Jones, U. S. 1979. Fertilizer and Soil Fertility. Resturn publ. Co. Inc. Virginia.
Kaltim Prima Coal, PT. 2001. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PT Kaltim Prima
Coal untuk Kegiatan Peningkatan Kapasitas Produksi Batubara. PT Kaltim
Prima Coal. Jakarta.
Kohnke. 1986. Soil Physics. MC Graw Hill, Inc., New York. 395 p.
Kunu, F.M. 2009. Keragaman dan Kepadatan Populasi Fauna Tanah pada Areal
Pertanaman Tebu Transgenik PS IPB di Kebun Penelitian PG.Jatiroto, Jawa
Timur. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Kurnia, U., Sudirman, dan H. Kusnadi. 2005. Teknologi rehabilitasi dan reklamasi
lahan. dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju Pertanian
Produktif dan Ramah Lingkungan. Puslitbangtanak. Bogor. pp. 147-182
Mohr, E. C. J., and F. A. Van Baren, 1959. Tropical Soils. N.V. Uitgeverij W. van
Hoeve The Hague. Holland.
Pierre, W. H. 1948 The phosphorus cycle and soil fertility. J. Am. Soc. Agron., 40; p: 1-
14.
Power, J.F., F. M. Sandoval, and R. E. Ries. 1977. Strip Mining Getting The Energy
While Keeping The Environtment. Crop and Soil Magazine.
Probohandono, D.L., Dja’far Shiddiq dan S. Soeprapto. 1985. Perwatakan dan PEnilaian
Tingkat perkembangan Tanah pada dua pedon latosol di Lereng Barat Gunung
Lawu. Prosiding Kongres Nasional IV HITI, Bogor. Hal: 865-883
Rachim, D. A. dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rochani, S., and D. Retno. 1997. Acid Mine Drainage : General Overview and Strategis
to Control Impacts. Indonesia Mining J. 3(2): 36-42.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor
Sosrodarsona, S. dan Kenaku Takeda. 1980. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Subba-Rao, N.S., 1977. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford and IBH
Publishing Co. Pvt. Ltd., New Delhi, India, pp: 250.
Tisdale, S. L., W. L. Nelson dan J. D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 4th ed.
Mac Millan. New Yorks
Van der Drift, J. 1951. Analysis of The Animal Community in A Beech Forest Floor,
Tijdschr. Ent. 94; p:1-68
PROFIL 1
LOKASI : Surya Panel 7 Umur 0 Tahun (lereng atas)
KOORDINAT : 00º 33’ 26.2” LU
117º 29’28.2” BT
Uraian deskripsi profil
No. Lapang : S7P1-1
Lokasi : Sangatta, Kutai Timur
Bahan induk : Batuan pasir dan batu lempung
Fisiografi : Perbukitan
Topografi : Kemiringan lereng 8-15 %
Kelas drainase : Run off buruk, Permeabilitas lambat
Vegetasi : Tanaman perdu (Humalantus, Makaranga), rumput (Seloria
korporescan)
Kedalaman efektif : 50 cm
Stabilitas Agregat
Permeabilitas Tekstur
(0-20 cm)
Tahun Lokasi Kedal-aman
Bobot Isi Kedal-
Reklamasi (Lereng) (cm) Kedal-aman Nilai % % %
(g/cm3) Kriteria ISA* Kriteria aman
(cm) (cm/jam) Pasir Debu Liat
(cm)
0-5 1.52 Sangat
5 - 10 0.00 0 – 15 15.12 37.26 47.62
Surya 5-10 1.33 Lambat Tidak
0 22.5
Panel 7 10-15 1.34 Sangat Stabil
15 - 20 0.11 16 – 45 14.70 42.43 42.86
15-20 1.39 Lambat
0-5 1.20 Sangat 0 – 12 15.45 45.09 39.45
Surya 5 - 10 0.02
5-10 1.25 Lambat Kurang 13– 26 17.53 45.66 36.81
5 Panel 7 42.2
10-15 1.39 Agak Stabil 27 – 42 17.93 47.35 34.70
(Atas) 15 - 20 0.61
15-20 1.37 Lambat 43- 50 18.68 42.45 38.87
0-5 1.34 Agak 0–7 17.85 39.01 43.13
Surya 5 - 10 11.68
5-10 1.35 Cepat Kurang 8– 20 17.74 45.30 36.96
5 Panel 7 44.4
10-15 1.41 Sangat Stabil 21 – 30 15.84 42.53 51.63
(Tengah) 15 - 20 0.00
15-20 1.44 Lambat 31 – 50 16.5 49.43 34.51
0-5 1.41 Sangat 0–5 21.17 43.25 35.57
Surya 5-10 0.00
5-10 1.48 Lambat Tidak 6– 25 10.68 32.50 56.81
5 Panel 7 25.9
10-15 1.44 Stabil 26 – 45 7.92 29.85 62.22
(Bawah) 15 - 20 14.25 Cepat
15-20 1.38
0-5 1.25 Agak 0–5 30.87 34.48 34.65
5-10 1.76
H East 5-10 1.44 Lambat 6– 32 23.06 30.81 46.13
9 78.9 Stabil
(Atas) 10-15 1.40 Sangat 33– 40 17.66 39.57 42.75
15 - 20 0.03
15-20 1.44 Lambat 41 – 50 17.42 49.91 37.66
0-5 1.66 Agak 0–8 21.60 49.00 29.40
5-10 1.21
H East 5-10 1.72 Lambat Kurang 9 – 27 15.48 47.27 37.25
9 48.5
(Tengah) 10-15 1.64 Sangat Stabil 28 – 50 14.65 44.69 40.66
15 - 20 0.05
15-20 1.64 Lambat
0-5 1.34 0–4 47.31 24.67 28.02
5-10 4.68 Sedang
H East 5-10 1.41 Agak 5– 26 43.41 21.82 34.76
9 52.1
(Bawah) 10-15 1.56 Agak Stabil 27 – 50 39.41 25.35 35.23
15 - 20 1.79
15-20 1.55 Lambat
0-5 1.57 0–5 36.38 35.07 28.54
Gajah 5-10 2.12 Sedang
5-10 1.62 6 – 15 26.52 32.44 41.03
13 Hitam 79.3 Stabil
10-15 1.62 16 – 25 22.16 38.5 39.79
(Atas) 15 - 20 2.93 Sedang
15-20 1.59 26 – 50 22.31 37.75 39.94
0-5 1.35 Agak 0–9 18.52 36.21 45.26
Gajah 5-10 6.79
5-10 1.44 Cepat Agak 10 – 29 10.61 30.08 59.30
13 Hitam 53.7
10-15 1.45 Agak Stabil 30 – 50 10.93 49.53 39.53
(Tengah) 15 - 20 0.01
15-20 1.43 Lambat
0-5 1.50 0–6 24.18 33.11 42.70
Gajah 5-10 3.04 Sedang
5-10 1.54 Agak 7 – 23 24.18 33.52 42.29
13 Hitam 52.0
10-15 1.57 Sangat Stabil 24 – 50 29.46 33.20 37.33
(Bawah) 15 - 20 0.12
15-20 1.65 Lambat
0-5 1,561 0.35 Lambat
5-10 0 - 15 65.12 14.84 20.03
5-10 1,605 Kurang
Hutan Hutan 48.80
10-15 1,705 Sangat Stabil
15 - 20 0.12 16 - 50 51.02 20.72 28.25
15-20 1,609 Lambat
78
Lampiran 3. Hasil Analisis Kimia Tanah Lahan Bekas Tambang Batubara di Lokasi Studi