Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan demokrasi dalam pendidikan islam, tentu saja tidak dapat


dilepaskan dari sejarah/demokrasi dalam ajaran islam dan demokrasi secara
umum. Demokrasi dalam ajaran Islam secara prinsip telah diterapkan oleh Nabi
Muhammad SAW yang dikenal dengan istilah “musyawarah”. Kata demokrasi
memang tidak ada terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits, karena kata demokrasi
berasal dari Barat atau Eropa yang masuk ke peradaban Islam.

Dalam memberikan penafsiran makna demokrasi pendidikan mungkin


terdapat bermacam-macam konsep, seperti juga beraneka ragam pandangan dalam
memberikan arti demokrasi. Dalam pemerintahan demokrasi, demokrasi harus
dijadikan filsafat hidup yang harus ditanamkan kepada setiap peserta didik.

Akan tetapi, masih banyak juga yang belum menerapkannya dan belum
begitu mengerti tentang bagaimana tentang pengertian demokrasi, prinsip-prinsip
demokrasi dan bagaimana penerapan demokrasi yang benar.

Oleh karena itu, makalah ini akan mencoba membahas tentang masalah
demokrasi ini, meliputi pengertian demokrasi itu sendiri dan hal lain yang
berkaitan dengan demokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Apa sajakah jenis-jenis demokrasi?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip demokrasi?
4. Apa sajakah prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam?
5. Apa sajakah demokrasi pendidikan Islam?
6. Bagaimanakah pelaksanaan demokrasi pendidikan Islam?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian demokrasi
2. Mengetahui jenis-jenis demokrasi
3. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi
4. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam
5. Mengetahui bentuk-bentuk demokrasi pendidikan Islam
6. Mengetahui pelaksanaan demokrasi pendidikan Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
1. Pengertian Etimologis Demokrasi

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu
demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau
kekuasaan. Jadi, secara bahasa, demos-cratein atau demos-cratos berarti
pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.1

Konsep demorasi lahir dari Yunani kuno yang dipraktikkan dalam hidup
bernegara antara abad ke-4 SM – abad ke-6 M. demokrasi yang dipraktikkan pada
waktu itu adalah demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk
membuat keputusan-keputusan politik di jalankan secara langsung oleh seluruh
rakyat atau warrga negara. Hal ini dapat dilakukan karena Yunani pada waktu itu
berupa negara kota (polis) yang penduduknya terbatas pada sebuah kota dan
daerah sekitarnya yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Tambahan lagi,
meskipun ada keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya
para anak, wanita, dan para budak tidak berhak berpartisipasi dalam
pemerintahan.2

2. Pengertian Terminologis Demokrasi


a. Menurut Harris Soche

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan


pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan
merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,

1
Hamid Darmadi, Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,
Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 432.
2
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 90.

3
memprtahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan
orang lain atau badan yang diserahi untuk pemerintah.3

b. Menurut Hennry B. Mayo

Sistem politik demokratis adalah system yang menunjukkan bahwa


kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.4

c. Menurut Internasional Commission for Jurist

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk


membuat keputusan-keputusan politikdiselenggarakan oleh warga negara
melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung
jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.5

d. Menurut C. F. Strong

Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa


dari masyrakat politik ikut serta atas dasar sitem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakan kepada mayoritas itu.6

e. Menurut Samuel Huntington

Sistem politik politik sebagai demokratis sjauh para pembuat


keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui
pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala dan didalam sistem itu para

3
Ibid., hlm. 91
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.

4
calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hamper semua
penduduk dewasa berhak memberikan suara.7

f. Menurut Joseph A. Schmeter

Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk


mencapai keputusan politik di mana individu-individu memeperolah
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.8

g. Menurut Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan


pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesempatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa.9

h. Philippe C. Schmitter

Demokrasi sebagi suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah


diminta tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik
oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.10

Ada satu pengertian mengenai demokrasi yang dianggap paling popular


diantara pengertian yang ada. Pengertian tersebut dikemukakan pada tahun 1863
oleh Abraham Lincoln yang mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people,
and for the people). Tiga faktor ini merupakan tolak ukur umum dari suatu
pemerintahan yang demokratis. Ketiganya dapat dejelaskan sebagai berikut.11

7
Ibid., hlm. 92.
8
A. Ubaedillah dan Abdul Razak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Kencana,
Jakarta, 2010, hlm. 36.
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Winarno, op. cit., hlm. 92.

5
Pertama, pemerintahan dari rakyat mengandung pengertian bahwa suatu
pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan mayoritas rakyat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.

Kedua, pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa suatu


pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan atas dorongan
pribadi elite negara atau elite birokrasi.

Ketiga, pemerintahan untuk rakyat mengandung pengetian bahwa


kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah harus dijalankan untuk
kepentingan rakyat.12

Di dalam kenyataannya, demokrasi dalam arti sistem pemerintahan yang


baru ini mempunyai arti yang luas, yaitu sebagai berikut.

a. Mula-mula demokrasi berarti politik yang mencakup pengertian tentang


pengakuan hak-hak asasi manusia, seperti hak kemerdekaan pers, hak
bermusyawarah, serta hak memilih dan dipilih untuk badan-badan
perwakilan.
b. Kemudian, digunakan istilah demokrasi dalam arti luas, yang selain meliputi
sistem politik, juga mencakup sistem ekonomi dan sistem sosial.

Menurut Dede Rosyada, istilah demokrasi memang muncul dan dipakai


dalam kajian politik, yang bermakna kekuasaan berada ditangan rakyat,
mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan
mekanisme dalam lembaga pendidikan, namun secara substansif demokrasi
membawa semangat dalam pendidikan, baik dalam perencanaan, pengelolaan, dan
evaluasi.13

Apabila dihubungkan dengan pendidikan maka pengertiannya sebagai


berikut:

12
A. Ubaedillah dan Abdul Razak, op. cit., hlm. 37.
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Ilmu, Jakarta, 2015, hlm. 469.

6
a. Vebrianto memberi pendapat pendidikan yang demokrasi adalah pendidikan
yang memberikan kesempatanyang lama kepada setiap anak (peserta didik)
mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan
kemampuannya.14
b. Sugarda Purbakawatja, memberikan definisi bahwa demokrasi pendidikan,
adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan
pendidikan dan pengajaran yang adil.15
c. M. Muchjiddin Dimjati dan Muhammad Roqib, bahwa demokrasi pendidikan
adalah pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan kasih sayang terhadap
semua. Pendidikan yang membedakan anak menurut suku, ras, golongan,
aspirasi politik, sekte, jenis kelamin atau kondisi sosial ekonomi adalah
pendidikan teoritis, yang didasarkan pada prinsip sentiment, kekhawatiran
dan dendam.16

Berdasarkan definisi di atas dapat dipahami bahwa demokrasi pendidikan


merupakan suatu pandangan yang mengutamakan persamaan hak, kewajiban dan
perlakuan oleh tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses
pendidikan.

B. Jenis-Jenis Demokrasi
1. Demokrasi, berdasarkan cara menyampaikan pendapat, terbagi menjadi
sebagai berikut.17
a. Demokrasi langsung. Dalam demokrasi langsung. Rakyat
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk
menjalankan kebijakan pemerintahan.
b. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Demokrasi ini
dijalankan oleh rakyat melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui

14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid., hlm. 470.
17
Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayaman, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara,
Erlangga, Jakarta, 2010, hlm. 83.

7
pemilu. Rakyat memilih wakilnya untuk membuat keputusan politik.
Aspirasi rakyat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang duduk
dilembaga perwakilan rakyat.
c. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat. Demokrasi ini merupakan campuran antara demokrasi langsung
dengan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakilnya untuk duduk
didalam lembaga perwakilan rakyat, tetapi wakil rakyat dalam
menjalankan tugasnya diawasi rakyat melalui referendum dan inisiatif
rakyat. Demokrasi ini antara lain dijalankan di Swiss. Referendum
adalah pemungutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara
langsung.
2. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritasnya terdiri dari sebagai
berikut.18
a. Demokrasi formal

Demokrasi ini secara hukum menempatkan semua orang dalam


keduddukan yang sama dalam bidang politik, tanpa mengurangi
kesenjangan ekonomi. Individu diberi kebebasan yang luas sehingga
demokrasi ini disebut juga Demokrasi Liberal.

b. Demorasi Material

Demokrasi material memandang manusia mempunyai kesamaan dalam


bidang sosial-ekonomi sehingga persamaan bidang politik tidak menjadi
prioritas. Demokrasi semacam ini dikembangkan di negara sosialis-
komunis.

c. Demokrasi Campuran

Demokrasi ini merupakan campuran dari kedua demokrasi tersebut di


atas. Demokrasi ini berupaya menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat
dengan menempatkan persamaan derajat dan hak setiap orang.

18
Ibid., hlm. 84

8
3. Berdasarkan prinsip idiologi, demokrasi dibagi dalam sebagai berikut.19
a. Demokrasi liberal

Demokrasi ini memberikan kebebasan yang luas pada individu.


Campur tangan pemerintah diminimalkan, bahkankan ditolak.
Tindakankan sewenang-wenang pemerintah terhadap warganya dihindari.
Pemerinatah bertindak atas dasar konstitusi (hukum dasar).

b. Demokrasi Rakyat atau Demokrasi Proletar

Demokrasi ini bertujuan mensejahterakan rakyat. Negara yang


dibentuk tidak mengenal perbedaan kelas. Semua warga negara
mempunyai persamaan dalam hukum dan politik.

4. Berdasarkan wewenang dan hubungan antar alat kelengkapan negara,


demokrasi dibagi menjadi berikut ini.20
a. Demokrasi sistem parlementer
Ciri-ciri pemerintahan parlementer, antar lain sebagai berikut.
1. DPR lebih kuat dari pemerintah.
2. Menteri bertanggung jawab pada DPR.
3. Program kebijaksanaan kabinet disesuaikan dengan tujuan politik
anggota parlemen.
4. Kedudukan kepala negara sebagai simbol tidak dapat diganggu
gugat.
b. Demokrasi sistem pemisahan/pembagian kekuasaan (presidensial)
Ciri-ciri pemerintahan yang menggunakan sistem presidensial adalah
sebagai berikut.
1. Negara dikepalai presiden.
2. Kekuasaan eksekutuf presiden dijalankan berdasarkan kedaulatan
yang dipilih dari dan oleh rakyat melalui badan perwakilan.

19
Ibid.
20
ibid

9
3. Presiden mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan
menteri.
4. Menteri tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada
presiden.
5. Presiden dan DPR mempunyai kedudukan yang sama sebagai
lembaga negara dan tidak dapat saling membubarkan.

C. Prinsip-Prinsip Demokrasi

Hasan Langgulung mengemukakan bahwa kebiasaan dan segala belenggu


kebendaan kerohanian yang tidak sah yang kadang-kadang dipaksakankepad
manusia, tanpa alasan yang benar pada kehidupan sehari-hari, yang menyebabkan
ia tidak sanggup menikmati hak-haknya yang wajar. Sehingga yang terjadi bukan
demokrasi yang diidam-idamkan, tetapi anti demokrasi yang menjurus pada
tindakan anarkis yang menindas hak-hak kebebasan dan mertabat oran lain. Oleh
karena itu, prinsip demokrasi perlu dilihat secara keseluruhan, bukan hanya secara
parsial prinsip-prinsip demokrasi tersebut adalah:21

1. Kebebasan
Menurut MC. Cananghy ketika demokrasi dalam pengertian
kebebasan digunakan, maka term ini selalu diikuti preposisi “dari(from)”
yang merupakan simbol dari kata bebas, dan juga preposisi “untuk(to)”
serta “untuk(for)”. Bebas dari larangan dan bebas untuk berbuat sesuatu.
Karena ketiga preposisi ini sudah menjadi simbol demokrasi secara umum
dalam nuansa politik, kemudian kata “bebas dari” dalam tatanan
demokrasi sebagai suatu term yang harus didahulukandalam suatu
perbuatan daripada kata “untuk (to)” dan “untuk (for)” mempunyai
pengertian melepaskan atau membiarkan. Sehingga orang bebas akan
merasa terlepas dari sekat-sekat yang membelenggunya dibiarkan untuk
melakukan apa saja yang diinginkan.

21
Ramayulis, op. cit., hlm. 470-472

10
2. Penghormatan Terhadap Manusia
Dengan prinsip ini seseorang akan memperlakukan orang lain sama
dengan memperlakukan dirinya sendiri sebagai manusia yang bermartabat.
Manusia diperlakukan sebagai manusia disebabkan oleh kemanusiaannya
itu sendiri, bukan karena jenis kelaminnya, karena status sosial, karena
faktor ekonomi, pangkat, kekuatan diri, dan lain-lain.
3. Persamaan
Prinsip persamaan berarti bahwa setiap individu dalam kelompok
masyarakat tertentumempunyai hak yang sama, karena sudah menjadi
kesepakatan umum bahwa manusia dilahirkan sama dalam pengertian hak
dan kewajiban. Demokrasi sebagai persamaan mempunyai dua pengertian,
yaitu kesamaan dan kesesuaian. Kesamaan diartikan sama rata dan sama
rasa. Jadi setiap orang akan merasa diberi hak dan kewajiban yang sama.
Kemudian kesesuaian dapat diartikan proporsional. Dalam hal ini, setiap
orang akan diberi hak sesuai dengan kemampuannya.
4. Pembagian Kekuasaan
Menurut Brubacher, pembagian kekuasaan besar kelompok
mayoritas yang sedang berkuasa tetap menghargai kekuasaan kecil
kelompok minoritas dengan cara membagi kekuasaan agar hak-hak
kelompok minoritas tetap terjamin dengan cara berdialog antar kelompok.
Dengan prinsip ini dalam kekuasaan pihak minoritas akan tetap diberi
kesempatan sesuai dengan proporsinya sehingga hak-haknya akan tetap
terjaga.

D. Prinsip-Prinsip Demokrasi dalam Islam

Sumber ajaran Islam berupa al-Quran dan hadits yang dapat dijadikan
sebagai prinsip dasar dalam berdemokrasi diantaranya adalah:

Firman Allah SWT

11
 
 
  
  
 

Artinya : “dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya


dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka”.(QS Asy Syuura ayat 38)

Sabda Rasulullah SAW artinya:

a. Tidak akan gagal orang yang mengerjakan shalat istikharah (menetukan


pilihan), dan tidak pula menyesal orang yang melakukan musyawarah.
b. Tidaklah suatu kaum (masyarakat) melaksanakan musyawarah kecuali pasti
mendapat petunjuk (untuk memecahkannya) dan urusannya pasti lancer.
c. Orang bermusyawarah (meminta petunjuk) akan menemukan ketentraman.
d. Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim (baik pria maupun wanita)

Namun dalam prakteknya ternyata demokrasi telah diterapkan oleh Nabi


Muhammad SAW, yang dikenal dengan istilah musyawarah.

Firman Allah SWT:

    


     
  
   
 
   
   

12
    
 

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya”. (QS Ali Imran ayat 159)

Dari segi redaksional, ayat di atas ditujukan kepada nabi Muhammad


SAW agar bermusyawarah dalam persoalan-persoalan yang dihadapi dengan para
sahabatnya atau anggota masyarakat. Hal ini merupakan bukti keseluruhan dan
kebijakan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Serta kemuliaan budi
pekertinya. Dan konsep musyawarah tersebut ada nilai-nilai yang terdapat dalam
demokrasi yang menjadi prinsip dasar demokrasi. Nilai tersebut diantaranya:22

1. Prinsip Kebebasan
Kebebasan yang diberikan kepada manusia dapat menyelamatkan
diri dari segala macam bentuk tekanan, paksaan, penjajahan dan segala
macamnya. Selain itu menjadikan manusia sebagai pemimpin dalam
kehidupan ini sementara disaat yang sama juga sebagai hamba Tuhan.
Dasar kebebasan dalam Islam adalah keimanan, dalam artian
kebebasan merupakan nilai dan nikmat yang diberikan Allah kepada setiap
manusia. Pengabdian dan pentauhidan kepada Allah menurut Shubbi
abduh Sa’id menjadikan manusia memiliki kebebasan yang bertanggung
jawab disisi-Nya.
2. Prinsip Persamaan

22
Ibid., hlm. 473-477

13
Ajaran Islam telah menetapkan prinsip yang tidak membedakan
siapapun dalam mentaati peraturan undang-undang tidak ada yang lebih
tinggi dari yang lain.
Firman Allah:
  
  
 

  
   
    
 
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al-Hujuraat ayat 13)
Ajaran islam menunjukkan bahwa seluruh umat manusia yang
terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, dan warna kulit adalah sama, tidak
ada beda dari segi kemanusiaan. Semua manusia diciptakan dari asal
kejadian yang sama, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga tidak
terdapat perbedaan jenis kelamin, ras, dan kedudukan sosial.
Ali abd al Wahid Wafl menjelaskan, bahwa prinsip persamaan
adalah dalam segala aspek kehidupan, hak pendidikan dan kebudayaan
pengajaran, hak bekerja, memperoleh hak bagi orang-orang Islam dan
selain orang-orang Islam, hak antara laki-laki dan perempuan, dan
sebagainya, maka persamaan dalam Islam adalah keadilan Islam yang
mempunyai satu-satunyaukuran yang dapat diikuti oleh semua manusia.

14
Prinsip persamaan dalam Islam, pada dasarnya bertujuan agar
setiap orang atau sekelompok orang menemukan harkat dan martabat
kemanusiaannya dan dapat mengembangkan prestasinya dengan wajar dan
layak. Prinsip persamaan juga akan menimbulkan sifat saling tolong
menolong dan sifat kepedulian sosial dalam ruang lingkup yang luas.
3. Prinsip Penghormatan Terhadap Martabat Manusia
Prinsip ini berhubungan dengan keadilan sedangkan keadilan
merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi
berbagai aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat.
Dalam hal ini Yusuf al Qurtubi menjelaskan bahwa keadilan adalah
memberikan sesuatu kepada yang berhak, baik secara pribadi maupun
kelompok atau dengan nilai apapun tanpa melebihi atau mengurangi
sehingga tidak ada yang merasa dicurigai dan diselewengkan haknyaoleh
orang lain. Di dalam al-Quran Allah memerintahkan agar manusia
menegakkan keadilan.
Firman Allah:
 
  
   
  
    
  
 
    
   
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

15
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS
Al-maaidah ayat 8)
Menurut Murtadha al-Muthahari, ada empat pengertian adil dan
keadilan:
a. Keadilan mengandung pengertian pertimbangan atau keadaan
seimbang.
b. Keadilan mengadung persamaan. Tetapi bukan persamaan mutlak
terhadap semua orang, dalam artian yang sempit.
c. Keadilan dalam perhatian kepada hak-hak pribadi, dan memberikan
haknya karena dia yang mempunyai hak tersebut.
d. Keadilan Tuhan, merupakan kemurahan Allah dalam melimpahkan
rahmatNya kepada sesuatu atau seseorang setingkat dengan
kesediaannya untuk menerima eksistensi dirinya sendiri atau
pertumbuhan dan perkembangan ke arah kesempurnaan.
Bila dihubungkan dengan prinsip kehormatan terhadap martabat
orang lain adalah keadilan dalam perhatian kepada hak-hak pribadi dan
keadilan ini merupakan suatu masalah pokok dalam menerapkan prinsip
demokrasi di dalam semua aspek kehidupan.

E. Demokrasi Pendidikan Islam

Bentuk demokrasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:23

1. Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik


a. Kebebasan berkarya
Menurut al-Abrasyi, mendidik harus membiasakan peserta didik
untuk berpegang teguh pada kemampuan dirinya sendiri dan diberi
kebebasan dalam berfikir tanpa berpaku pada pendapat orang lain,
sehingga peserta didik dapat menetukan secara bebas masa depannya
sendiri berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya. Kebebasan

23
Ibid., hlm. 477-480

16
seperti ini dapat membiasakan peserta didik manusia yang berani
mengemukakan pendapat dengan penuh tanggung jawab.
b. Kebebasan dalam Mengembangkan Potensi
Nurcholish Madjid membagi fitrah menjadi dua dimensi, pertama,
fitrah al-gharizah, merupakan potensi dalam diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, meliputi akal, nafsu dan hati nurani. Kedua,
fitrah al-munazalah adalah potensi luar yang membimbing dan
mengarahkan firrah al-gharizah untuk berkembang sesuai dengan
fitrahnya melalui proses pendidikan.
Ajaran Islam sangat memberikan kebebasan kepada peserta didik
dalam mengembangkan nilai fitrah yang ada pada dirinya untuk
menyelaraskan dengan perkembangan zaman. Kepada para pendidik,
Islam juga menganjurkan agar tidak mengekang kebebasan individu
peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang telah
dibawanya sejak lahir tersebut.
c. Kebebasan dalam Berpendapat
Pendidik dituntut untuk menghargai pendapat peserta didik, peserta
didik dituntut pula untuk menghargai pendapat pendidik dan sesame
peserta didik, karena menghargai pendapat merupakan salah satu
kebutuhan dalam melaksanakan pendidikan.
Peran pendidik dalam hal ini adalah membimbing dan
mengarahkan peserta didik untuk mengemukakan isi hatinya dengan
cara yang wajar, bermoral dan terpuji serta diridhoi oleh Allah SWT
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan jiwanya.
2. Persamaan Terhadap Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Islam memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta
didik untuk mendapatkan pendidikan atau belajar.
Abuddin Nata menyatakan bahwa peserta didik yang masuk di
lembaga pendidikan tidak ada perbedaan derajat atau martabat, karena
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dalam satu ruangan dengan
tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pendidik. Pendidik harus

17
mengajar anak orang yang tidak mampu dengan yang mampu secara
bersama atas dasar penyediaan kesempatan belajar yang sama bagi semua
peserta didik.
3. Penghormatan akan Martabat Individu dalam Pendidikan Islam
Demokrasi sebagai penghormatan akan martabat orang lain,
maksudnya ialah seseorang akan memperlakukan orang lain sebagaimana
dirinya sendiri. Secara historis prinsip penghormatan akan martabat
individu telah ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam praktek
pembebasan kaum tertindas di Mekkah seperti memerdekakan budak.
Dalam proses pendidikan, pendidik menghargai pendapat peserta
didik, tanpa membedakan dari mana asalnya. Pendidik dapat
menimbulkan sikap saling menghargai pendapat di antara sesame peserta
didik. Pendidik dalam memberikan ganjaran atau hukuman kepada peserta
didik harus bersifat mendidik, karena dengan cara yang demikian akan
tercipta situasi dan kondisi yang demokratis dalam proses belajar
mengajar.

F. Pelaksanaan Demokrasi Pendidikan Islam

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, “pendidikan tidak dipandang


sebagai proses pemaksaan dari seseorang pendidik untuk menentukan setiap
langkah yang harus diterima oleh peserta didiknya secara individual” dengan
demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi
yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik, menerapkan
persamaan kesempatan dan memperhatikan keragaman peserta didik sebagai insan
yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya tersebut. Dalam proses pembelajaran harus
dihindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan, syarat dengan

18
perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak
bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.24

Islam menyerukan adanya prinsip persamaan dan peluang yang sama

dalam belajar, sehingga terbukalah kesadaran untuk belajar bagi semua orang,

tanpa adanya peerbedaan antara si kaya dan si miskin dan status sosial ekonomi

seorang peserta didik, serta tidak pula gender.

Dalam praktek demokrasi pendidikan islam pada masa dahulu, kata

Athiyah adalah partisipasi aktif masyarakatuntuk mendirikan masjid-masjid,

institut-institut dan lembaga ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar, sehingga

memungkinkan siswa yang kurang mampu meneruskan pelajarannya serta

melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Sebagai hasil

keterlibatan aktif masyarakat yang dilandasi rasa persamaan dan kebersamaan

dalam pembiayaan pendidikan ternyata telah melahirkan kaum Intelektual dan

ulama-ulama besar, yang umumnya memang berasal dari anak-anak kurang

mampu, seperti Al-Imam Abu Hamid Muhamad Ibn Muhammad al-Ghazali, Al-

Imam Muhammad Ibn Idris Al-Syafi’i dan lain-lain.

Untuk mempercepat dan memperkuat proses demokrasi pendidikan ada

dua hal yang harus dilakukan yaitu: (1) upaya pendidikan yang memungkinkan

timbulnya kesadaran kritis mengenal arti demokrasi beserta masalah-masalah

sosial politik zamannya di tengah masyarakat, (2) partisipasi aktif rakyat dalam

proses pemerintahan, karena jiwa demokrasi adalah aksi-partisipatif. Pendidikan

Islam menyadarkan manusia bahwa jati dirinya adalah makhluk yang berbeda

dengan hewan. Bahkan manusia lebih tinggi dan sempurna dari makhluk lain.
24
Ibid.

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Demokrasi berasal dari bahasa yunani, dari kata “demos” dan “cratos”,
demos berarti rakyat dan cratos berarti pemerintah. Amka demokrasi adalah
pemerintahan di tangan rakyat. Dalam prakteknya ternyata demokrasi telah
diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang dikenal dengan istilah musyawarah.

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, “pendidikan tidak dipandang


sebagai proses pemaksaan dari seseorang pendidik untuk menentukan setiap
langkah yang harus diterima oleh peserta didiknya secara individual” dengan
demikian dalam proses pembelajaran harus dilandasi oleh nilai – nilai demokrasi
yaitu dengan penghargaan terhadap kemampuan peserta didik.

B. Saran

Dengan mempelajarai tentang Demokrasi dalam pendidikan islam maka


diharapkan pemahaman kita terhadap Demokrasi dalam penyelenggara pendidikan

20
islam bertambah dan semoga juga menambah minat kita untuk terlibat sebagai
pelaksana dan pengangung jawab dari keterlaksanaan pendidikan islam itu sendiri,
baik secara formal, informal maupun non formal.

DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan


Tinggi. Jakarta: Alfabeta

Herdiawanto, Heri, dan Jumanta Hamdayama. 2010. Cerdas, Kritis, dan Aktif
Berwarganegara. Jakarta: Erlangga

Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Ubaedillah, A., dan Abdul Razak. 2010. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana

Winarno. 2011. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi


Aksara

21

Anda mungkin juga menyukai