File PDF
File PDF
UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners. Karya ilmiah
akhir Ners ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk untuk untuk memperoleh
gelar Ners Sarjana Keperawatan. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
karya ilmiah akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya
ilmiah akhir Ners ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Prof. Dr. Budi Anna Keliat, SKp., M. App.Sc selaku Dekan Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2) Ibu Kuntarti, S.Kp.., M. Biomed, selaku Ketua Program Studi Sarjana
Ilmu Keperawatan;
3) Bapak Masfuri, Skp, MN selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan
masukan berharga dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini;
4) Ibu Hening Pujasari S.Kp., M.Biomed., MANP selaku pembimbing
akademik;
5) Orangtua, adik-adik, orang-orang terkasih serta para sahabat yang telah
memberikan dukungan selama profesi dan penyusunan karya ilmiah ini;
6) Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah
akhir Ners ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv Universitas Indonesia
ABSTRAK
Batu saluran kemih adalah salah satu kasus keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
karena prevalensinya di Indonesia yang terus meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor
gaya hidup yang sedikit mengkonsumsi air putih dan tinggi diit protein dan makanan
berlemak. Penulisan laporan ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada
Tn I. klien dengan batu saluran kemih di lantai 5 bedah RSPAD Gatot Soebroto. Fokus
intervensi yang diberikan adalah edukasi kesehatan mengenai peningkatan hidrasi air
putih 2,5 liter perhari dan perubahan pola diit untuk mencegah kekambuhan berulang.
Edukasi dilakukan sebelum dan sesudah penatalaksanaan URS Litotripsi. Hasil yang
diperoleh adalah klien dan keluarga mengungkapkan peningkatan pengetahuan mengenai
batu saluran kemih dan akan memperbaiki gaya hidup yang belum tepat. Kesimpulan dari
penulisan karya ilmiah ini adalah upaya edukasi merupakan tindakan mandiri
keperawatan untuk mencegah kekambuhan berulang dari batu saluran kemih.
Kata kunci: Batu saluran kemih, edukasi kesehatan, gaya hidup perkotaan
vi Universitas Indonesia
ABSTRACT
Major : Nursing
Tittle : Nursing Care for Mr.I with Urinary Tract Stones at 5th Floor of
Surgical Departement RSPAD Gatot Soebroto
Urinary tract stones is being one of the urban public health cases because of the rising
prevalence nowadays. This case related to the urban lifestyle factors that was low water
intake and high protein and fatty diet intake. The aim of this scientific paper was to
analyze the nursing care for Mr. I with urinary tract stones at RSPAD Gatot Soebroto.
The focus of intervention was giving education about rising hydration with intake water
2,5 litres per day and changing of diet pattern. Education was given before and after the
URS Litotripsy. After the intervention given, client and family expressed that the
knowledge was upgraded and the client willing to change the bad behaviour. The
conclusion of this paper was educationbecome one of the independent intervention that
was given by nurse to promote client’s health and prevent the recurrence of stones
formation.
vii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
viii Universitas Indonesia
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait.56
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................... 57
ix Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
x Universitas Indonesia
Pola hidup masyarakat kota cenderung statis dan praktis. Pola hidup dikatakan
statis karena masyarakat kota cenderung kurang aktivitas/gerak dan mobilitas
dibantu dengan mesin seperti kendaraan bermotor dan eskalator. Pola hidup
dikatakan praktis karena masyarakat kota memiliki tuntutan untuk bekerja
efisien dalam kehidupan sehari-hari sehingga membutuhkan hal-hal yang
praktis, termasuk didalamnya kepraktisan untuk mengakses makanan dan
minuman cepat saji (fastfood). Pada orang yang dalam pekerjaannya kurang
gerakan fisik, kurang olahraga, dan menderita stres lama sering mengalami
batu saluran kemih (Muslim, 2007). Faktor pola minum yang memicu
Indonesia terletak pada kelompok negara di dunia yang dilewati oleh sabuk
batu atau stone belt (Portalkalbe dalam Nurlina, 2008). Di Indonesia penyakit
batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari jumlah pasien di
klinik urologi (Nurlina, 2008). Insidensi dan prevalensi yang pasti dari
penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Sampai saat ini
angka kejadian batu saluran kemih yang sesungguhnya belum diketahui,
diperkirakan 170.000 kasus per tahun (Muslim, 2007). Dari data dalam negeri
yang pernah dipublikasi didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal
yang mendapat tindakan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun
mulai 182 pasien pada tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002
(Raharjo, 2002). Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1)
dengan puncak insidensi antara dekade keempat dan kelima, hal ini kurang
lebih sesuai dengan yang ditemukan di RSUPN-CM (Raharjo, 2004).
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam
sistem kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal
atau infeksi dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan
nyeri karena dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan
iritasi lokal dinding ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan
penglepasan mediator sakit. Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering
disertai dengan serangan kolik ulangan. Salah satu komplikasi batu saluran
kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal, gagal ginjal, dan kematian.
Untuk itu terdapat penatalaksanaan untuk menangani kasus-kasus batu saluran
kemih.
Terapi dan penatalaksanaan batu saluran kemih yang biasa digunakan adalah
terapi medikamentosa, pengenceran kemih, tindakan ESWL (Extracorporeal
Shock Wave Litotripsy), URS (Ureterorenoscopic Litotripsy), PCNL
(Percutaneous Litotripsy), dan operasi terbuka (Muslim, 2007). Setiap
tindakan yang dilakukan memerlukan penanganan medis dan keperawatan
sehingga pasien dengan batu saluran kemih perlu mengalami hospitalisasi.
2.1.1 Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin
dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan
diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari
hilus ginjal menuju kandung kemih (Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter
dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis (Brunner dan Suddarth,
2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006). Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir
kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi (Muslim, 2007).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem
kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan ureter. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel
uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi
(Brunner dan Suddarth, 2003).
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih, yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam
air minum.
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3:1
d Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu saluran kemih
memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih dibanding dengan yang
tidak memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang didapat dari
minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan panas
sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh
hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
2.1.3 Patofisiologi
a. Teori Intimatriks
Sja’bani (2006) meyebutkan terbentuknya batu saluran kencing memerlukan
adanya substansi organik sebagai inti. Substansi ini terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan
agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Sja’bani (2006) menyebutkan erjadi kejenuhan substansi pembentuk batu
dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan
mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Sja’bani (2006) menyebutkan perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam
(Brunner dan Suddarth, 2003).
Menurut Fillingham dan Douglass (2000), ketika batu menghambat dari saluran
urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak
terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral dan muncul mual muntah
maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare, demam dan perasaan
tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat refleks
dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa,
akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa
ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Pada laki-laki
nyeri khas terasa menyebar di sekitar testis, sedangkan pada wanita nyeri terasa
menyebar di bawah kandung kemih (Ganong (1992) dan Brunner dan Sudarth
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24
jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta
mengurangi obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara yang biasanya digunakan
untuk mengatasi batu kandung kemih adalah terapi konservatif, medikamentosa,
pemecahan batu, dan operasi terbuka.
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm. Batu
ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan (Fillingham dan
Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut terdapat pilihan
terapi konservatif berupa (American Urological Association, 2005):
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu syarat
lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan pasien, ada
tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan
konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi,
apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan
dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien
seperti ini harus segera dilakukan intervensi (American Urological
Association, 2005).
c. Ureterorenoskopic (URS)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat digunakan
sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL menjadi pilihan
pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian untuk batu ureter
proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang untuk dipecahkan dengan
PCNL (Al-Kohlany, 2005).
e. Operasi Terbuka
Salah satu perubahan gaya hidup yaitu perubahan terhadap pola konsumsi makan
dan minum masyarakat kota. Makanan dan minuman berpengaruh besar pada
eksresi bahan pembentuk batu dalam air kemih. Makan banyak bahan yang
mengandung asam urat, oksalat, kalsium, dan fosfat dapat meningkatkan kadar
substansi tersebut dalam air kemih yang berakibat timbulnya batu saluran kemih
(Muslim, 2003). Demikian juga dengan minuman, terdapat beberapa jenis
minuman yang merangsang terjadinya batu saluran kemih dan ada pula yang
mengurangi kemungkinan tersebut.
Muslim (2007) menyebutkan bahwa air sangat penting dalam proses pembentukan
saluran kemih, sebab bila kekurangan air minum terjadi supersaturasi bahan
pembentuk batu dalam air kemih yang terjadi akibat adanya kristalisasi.
Dianjurkan minum air 2-2,5 liter perhari atau 250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air
tiap kali makan untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih. Terdapat ahli
yang mengatakan air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam ( Resnick,
1990 dan Parivar, 1996). Diusahakan agar keseimbangan air dalam tubuh seperti
dalam tabel berikut ini.
Jumlah air yang diminum berpengrauh terhadap pembentukan batu saluran kemih
yang ditunjukkan dengan risiko relatif (RR) seperti pada penelitian Assimos
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Jumlah Air Minum dan Risiko Relatif (RR) Timbul Batu
Jumlah air minum RR timbulnya batu
(ml/hari)
< 1275 1,07
1275-1669 1,05
1670-2537 0,82
2050-2537 0,72
>2537 0,52
Sumber: Assimos (2000) dalam Nurlina (2008)
c. Sayuran
Sebagian besar sayuran menyebabkan pH air kemih naik sehingga
menguntungkan karena tidak memicu terjadinya batu kalsium oksalat.
Sayuran juga mengandung banyak serat yang mengurangi penyerapan
kalsium dalam usus sehingga mengurangi kadar kalsium air kemih yang
berakibat menurunkan resiko terjadinya batu saluran kemih (Muslim, 2007).
d. Buah
Sebagian besar buah merupakan alkali ash food yang penting untuk mencegah
timbulnya batu saluran kemih. Banyak jenis buah yang mengandung sitrat
terutaman golongan jeruk yang penting sekali untuk mencegah timbulnya
batu saluran kemih karena sitrat merupakan inhibitor yang paling kuat. Pada
penelitian jeruk nipis lebih banyak kandungan sitratnya dibandingkan dengan
jeruk lemon. Oleh karena itu, konsumsi buah akan memperkecil
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih (Iguchi, 1990).
e. Makanan suplemen
Makanan suplemen baik yang berbentuk padat maupun cair dapat
berpengaruh pada pembentukan batu saluran kemih. Suplemen yang
mengandung vitamin C dosis tinggi bila dikonsumsi jangka lama dapat
berbahaya sebab vitamin C akan diubah dalam tubuh menjadi oksalat
(Sja’bani, 2006). Kenaikan kadar oksalat berbahaya karena akan
meningkatkan batu kalsium oksalat. Suplemen yang mengandung kalsium
dosis tinggi yang disebutkan dapat mencegah osteoporosis dapat berbahaya
karena menimbulkan batu kalsium jika dikonsumsi di luar waktu makan, dan
tidak berbahaya bila dikonsumsi di waktu sebelum atau sesudah makan.
g. Ikan laut
Ikan laut mengandung zat elcosa pentaenoic acid (EPA) yang penting untuk
mecegah sekresi kalsium ke adalam air kemih. Pada penelitian lebih lanjut,
minyak ikan yang memiliki kandungan EPA tersebut terbukti mengurangi
timbulnya batu saluran kemih.
g. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : ● Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis
● Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatinoklisme
Terapi batu saluran kemih yang dapat dilakukan oleh perawat yang merawat
pasien dengan batu saluran kemih adalah dengan melakukan edukasi dan
persiapan pulang pasien (discharge planning). Edukasi dan persiapan pulang
pasien merupakan salah satu tugas perawat dalam setting pencegahan (preventing)
dan pemulihan (rehabilitating) serta membantu mempersiapkan pasien untuk
kembali ke rumah dengan modal pengetahuan yang baru untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Pada pasien dengan batu saluran kemih, edukasi pasien yang
paling penting mengenai dua hal yaitu pengenceran kemih dan perubahan pola
makan.
Terapi terpenting dalam pembentukan batu saluran kemih adalah pengenceran air
kemih. Air kemih akan encer apabila dalam waktu 24 jam jumlah air kemih antara
2-2,5 liter. Hal ini dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan aktivitas fisik. Untuk
mendapatkan jumlah air kemih tersebut, disarankan untuk minum antara 2-3 liter
air per hari. Pengenceran kemih dilakukan tanpa mengubah komposisi air kemih
sehingga ditekankan untuk memilih minuman dengan pertimbangan jumlah
kalorinya sebagai berikut (Nurlina, 2008):
1. Jumlah yang diminum 2,5-3 liter perhari dengan air kemih 2,5 liter perhari
2. Air yang diminum haus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkit
setiap 2 jam dan minum sebelum tidur dan seduah buang air kecil.
3. Jenis minuman yang sesuai yaitu fruit tea, herba tea, dan air mineral
bergaram rendah
Perubahan pola makan dilakukan dengar mengatur pola diet. Diet yang baik dan
sesuai dengan penderita saluran kemih adalah diet yang terdiri atas buah segar,
sayuran dan selada, lemak nabati, dan susu rendah lemak. Diet yang dibatasi
adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr/hari, sedangkan yang dihindari adalah
lemak dan gula serta garam yang terlalu banyak (Muslim, 2007).
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. I.M.P.
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir : 12-06-1982
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : TNI
Tanggal Masuk : 29-05-2013
Waktu : 12.30 WIB
Dari : Poli bedah
Sumber Informasi : klien, keluarga, dan rekam medik
Diagnosa medis : batu ureter distal dextra
• Tanda ( Obyektif )
Kesadaran klien compus mentis. Respon terhadap aktifitas yang
terobservasi : Berhati – hati saat bergerak karena takut luka operasi
berdarah/sakit. Hasil pengkajian neuromuskular massa/tonus otot
sebanding/ tegap secara bilateral. Postur tubuh klien tegap dan rentang
gerak sempurna. Kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas:
5555 5555
5555 5555
3.1.5 Sirkulasi
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan terkadang jantung terasa berdebar. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit gula ataupun hipertensi.
Klien mengatakan mulai jarang berolahraga dan tidak suka minum air
putih terlalu banyak. Terdapat perubahan frekuensi berkemih yaitu
menjadi lebih sering namun sedikit dan BAK terasa sakit.
• Tanda ( Obyektif )
Status emosi klien gelisah, kekhawatiran terhadap operasi yang
dijalankan muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah
eskpresi wajah menahan nyeri dan sedikit cemas. Ansietas klien
termasuk skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu, tempat,
dan orang.
3.1.7 Eliminasi
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada
gangguan. BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi lembek warna
kuning tua. Tidak ada perdarahan. Klien mengatakan tidak memiliki
• Tanda ( Obyektif )
Saat pemeriksaan abdomen, tidak didaptkan nyeri tekan abdomen.
Abdomen lunak dan elastis. Terdapat bising usus aktif (8-9x/menit) di
keempat kuadran. Tahun 2012 riwayat hematuria dan sejak saat itu
terasa perubahan pola BAK. BAK menjadi lebih sering dan tindak
tuntas. Saat berkemih terasa nyeri skala 4-5 dari 10, urin menetes,
berwarna kuning keruh. Saat berkemih berdarah skala nyeri 5 dari 10.
Setelah URS Litotripsi skala nyeri 5 dari 10.
3.1.8 Cairan/Makanan
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien
mengatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda. Klien makan
3 kali sehari. Saat dirumah sakit pola diit mengikuti aturan rumah
sakit. Makan pagi: Roti, buah/bubur sumsum, sayur,daging. Makan
siang: nasi, sayur, daging, buah. Makan Malam: nasi, sup, daging,
buah. Klien mengatakan selalu nafsu makan, tidak ada mual dan
muntah ataupun keluhan nyeri ulu hati. Klien tidak memiliki alergi
makanan. Klien tidak memiliki kesulitan mengunyah dan menelan.
Gigi masih utuh dan bersih.
3.1.9 Higiene
• Gejala ( Subyektif )
Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan setelah
menjalani operasi dibantu oleh istri.
• Tanda ( Obyektif )
Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara
berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku dan
kepala bersih. Tidak ditemukan kutu.
3.1.10 Neurosensori
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas pada
ekstremitas.Penglihatan baik, pendengaran baik, indera pembau baik.
• Tanda ( Obyektif )
Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak bermasalah,
status mental sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang. Afek
bicara jelas dan koheren. Reaksi pupil mata positif, tidak
menggunakan kacamata. Tidak menggunakan alat pendengaran.
Kekuatan genggaman sama antara kiri dan kanan dan sensitif terhadap
sentuhan.
• Tanda ( Obyektif)
Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri
menyebar, skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan muncul saat
ingin berkemih. Klien tampak menjaga area yang sakit, berhati-hati
saat tidur dan bangun tidur, berhati-hati saat menoleh dan beraktivitas
serta ekspresi wajah terlihat kesakitan dan menjaga area yang sakit.
Respon emosi masih terkendali dan sabar.
3.1.12 Pernapasan
• Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan riwayat
TB ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat bantu
pernapasan.
• Tanda ( Obyektif)
Frekuensi pernapasan: 12 x/menit. Kedalaman baik, pengembangan
dada simentris, auskultasi tidak ada ronkhii, tidak ada wheezing, tidak
ada sianosis, tidak ada jari tabuh. Fungsi mental/kegelisahan: Sadar
terorientasi dan tegang, wajah terlihat gelisah.
• Tanda ( Obyektif )
Bicara jelas dan dapat dimengerti. Komunikasi verbal/non-verbal
dengan istri dan keluarga.
3.1.15 Penyuluhan/Pembelajaran
• Gejala ( Subyektif )
Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien melek
huruf dengan pendidikan terakhir strata satu. Klien mengatakan tidak
tahu apa saja yang bisa dimakan dan minum untuk mencegah batu
ginjal. Klien menanyakan teknik dan situasi dari prosedur
pembedahan atau operasi yang akan dialami.
DATA OBYEKTIF
• Klien terlihat kesakitan, ekspresi menahan nyeri, setelah operasi masih
merasakan nyeri disekitar genitalia
• Klien terlihat cemas
• Skala nyeri 4-5 dari 10
• Perubahan pola berkemih: disuria
• Riwayat hematuria tahun 2012
• Klien terlihat melindungi area yang sakit
• Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm
• Klien terlihat gelisah dan wajah tegang
• Kecemasan skala ringan karena masih terorientasi dengan waktu,
tempat, dan orang.
• Hasil Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg, S=36 0C
N = 80x/menit, RR = 12 x/menit
• Hasil pemeriksaan lab tanggal 14 Mei 2013
- Leukosit = 11.010 / ul
- SGOT/SGPT = 40/91
• Hasil pemeriksaan BNO IVP dan USG Abdomen: Batu ureter distal
dextra
• Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 30 Mei 2013
• Anestesi spinal
• Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi
• Perencanaan pulang post op tanggal 31 Mei 2013
• Terpasang kateter urine 18 Fr produksi kuning
Pre-Op
Post-Op
• Klien mengatakan • Hasil pemeriksaan lab
mengantuk setelah tanggal 14 MeI 2013
Resiko Cedera
operasi, pusing bila Leukosit = 11.010 / ul,
mengangkat kepala • Penatalaksanaan URS
Litotripsi 30 Mei 2013
• Anastesi spinal
• Terpasang kateter urine
18 Fr produksi kuning,
sedikit tertampung
dalam urine bag.
Evaluasi: Evaluasi:
S: klien mengatakan masih mengalami nyeri di akhir kemih seperti S: klien mengatakan masih anyang-anyangan
anyang-anyangan O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi darah, urine
O: urine menetes di akhir, tidak ada produksi darah, urine sekitar 500 sekitar 300 cc berwarna kuning keruh, klien minum 2 L air
cc berwarna kuning keruh, klien minum 1,5 L air putih, kesadaran CM putih, kesadaran CM
A: gangguan eliminasi urine belum teratasi A: gangguan eliminasi urine belum teratasi
P: observasi karakteristik urine dan berkemih, motivasi minum air P: observasi karakteristik urine dan berkemih, motivasi
putih, kolaborasi rencana URS Litotripsi minum air putih, kolaborasi rencana URS Litotripsi
Evaluasi: Evaluasi:
S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan operasi besok. S: Klien mengatakan cemas mengenai tindakan operasi hari ini,
Klien mengatakan lebih lega setelah tarik napas dalam dan siap klien mengatakan belum pernah operasi dan menyerahkan pada
untuk operasi. Tuhan dan berharap sukses. Klien mengatakan lebih lega
O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik napas dalam setelah tarik napas dalam dan siap untuk operasi.
dilakukan 4 kali, klien dapat melanjutkan aktivitas O: ekspresi tenang, tidak gelisah, latihan tarik napas dalam
A: Ansietas teratasi sebagian dilakukan 7 kali, klien dapat melanjutkan aktivitas
P: Observasi kecemasan klien, berikan dukungan psikososial, A: Ansietas teratasi
memotivasi untuk berdoa P: Observasi kecemasan klien, berikan dukungan psikososial,
memotivasi untuk berdoa
Evaluasi:
RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditunjuk menjadi salah satu tempat pemeriksaan
dan perawatan pejabat tinggi sampai sekarang. Mengingat peran serta rumah sakit
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat maka sejak tahun 1989, RSPAD Gatot
Soebroto mulai membuka diri untuk pelayanan swasta sampai sekarang, dikenal
sebagai paviliun dr. R. Darmawan, PS untuk rawat inap. Kemudian tahun 1991
didirikan bangunan 6 lantai di paviliun Kartika untuk rawat jalan dan rawat inap.
Selanjutnya diresmiakn paviliun dr Iman Sudjudi melayani kesehatan ibu dan
bayi, pavilion anak untuk perawatan anak serta non peviliun untuk perawatan
kelas tiga.
Klien yang dikelola sejak tanggal 29-31 Mei 2013adalah Tn. I.M.P yang
merupakan seorang anggota TNI dengan pangkat kapten dan terdiagnosis medis
batu ureter. Berdasarkan hasil pengkajian fisik dan diagnostik, klien mengalami
batu ureter pada bagian dextra (kanan) lokasi distal. Melalui pengkajian
mendalam diketahui bahwa batu saluran kemih yang dialami oleh Tn. I.M.P
disebabkan oleh faktor resiko ekstrinsik. Klien mengatakan sedikit mengkonsumsi
air putih, memiliki pekerjaan yang monoton dan bekerja di ruangan dengan
pendingin, jarang bergerak, gemar meminum kopi dan minuman berkarbonasi
serta menyukai ikan dan nugget. Ikan dan nugget merupakan salah satu sumber
protein hewani. Batu saluran kemih lebih banyak dialami oleh laki-laki. Laki-laki
lebih sering mengalami bantu saluran kemih dibanding wanita (kira-kira 3:1)
dengan puncak insidensi antara dekade keempat dan kelima (Raharjo, 2002). Hal
ini juga sesuai dengan kondisi Tn. I.M.P. Jenis kelamin menjadi faktor resiko
dalam kemungkinan terjadi batu saluran kemih. Faktor-faktor resiko yang dimiliki
Salah satu masalah keperawatan yang muncul pada kasus klien keloaan, Tn. I.M.P
terkait dengan konsep batu saluran kemih adalah defisiensi pengetahuan terkait
kondisi dan pengobatan batu ginjal. Data-data penunjang untuk menegakkan
masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan tidak mengetahui tindakan apa
saja yang bisa dilakukan agar tidak terkena batu ginjal dan ingin mendapatkan
informasi mengenai topik tersebut. Klien mengatakan selama ini jarang minum air
putih, gemar minum teh dan minuman bersoda. Klien mengatakan lebih sering
berada di meja dalam ruangan ber AC,mulai jarang berolahraga, dan makanan
kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien menunjukkan perilaku yang beresiko
terhadap pembentukan saluran kemih namun tidak mengetahui dampaknya.
Klien kelolaan Tn. I.M.P masih menunjukkan beberapa perilaku yang mendukung
terbentuknya batu saluran kemih. Perilaku tersebut muncul karena klien belum
memiliki informasi dan pengetahuan yang adekuat terkait penyebab atau faktor
resiko batu saluran kemih. Klien merupakan seorang pekerja yang kegiatan sehari-
harinya bersifat rutin dan monoton. Selain itu kurangnya intake cairan dan
tingginya konsumsi makanan dengan kadar protein dan okalat tinggi yang sehari-
hari dilakukan Tn. I.M.P menunjukkan tingginya resiko pembentukan batu saluran
kemih. Dengan dilakukan edukasi kepada pasien mengenai perubahan intake
cairan pola diit klien diharapkan pengetahuan klien bertambah sehingga terbentuk
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah
air yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum
tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang
dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena
batu saluran kemih (Parrivar, 2003). Dehidrasi kronik menaikkan gravitasi air
kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air kemih17.
Menurut Flagg (2007) salah satu intervensi yang paling akurat untuk mencegah
pembentukan batu saluran kemih adalah dengan peningkatan intake cairan (air
putih). Dalam jurnal yang sama, Flagg juga menyebutkan bahwa pola diet
menjadi salah satu indikator peningkatan resiko pembentukan batu saluran kemih.
Pola diit yang dimaksud disini termasuk dalam mengurangi intake cairan dan
makan tinggi protein hewani dan tinggi oksalat seperti suplemen Vitamin C, soft
drink, junk food,ikan yang berlebihan dan meningkatkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan (Muslim, 2007).
Muslim (2007) menyebutkan bahwa air sangat penting dalam proses pembentukan
saluran kemih, sebab bila kekurangan air minum terjadi supersaturasi bahan
pembentuk batu dalam air kemih yang terjadi akibat adanya kristalisasi.
Dianjurkan minum air 2-2,5 liter perhari atau 250 ml air tiap 4 jam, dan 250 ml air
tiap kali makan untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih. Terdapat ahli
yang mengatakan air kemih yang dihasilkan minimal 2 liter per 24 jam.
Perubahan pola diit mencakup mengurangi intake makanan tinggi lemak, tinggi
protein ewani, dan makanan dengan kadar oksalat dan kalsium tinggi seperti
suplemen Vitamin C, suplemen kalsium yang berlebihan. Peningkatan jumlah
konsumsi sayuran dan buah-buahan dapat mengurangi potensi pembentukan batu
saluran kemih.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien
dengan batu saluran kemih, dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai
berikut :
1. Dari hasil pengkajian didapati bahwa penyebab dari pembentukan batu
saluran kemih yang dialami klien adalah adanya faktor resiko
ekstrinsik yaitu rendahnya konsumsi air putih, pekerjaan yang
monoton, dan tingginya konsumsi protein hewani.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, gangguan eliminasi
urine, ansietas, defisiensi pengetahuan, resiko cedera, dan resiko
perdarahan.
3. Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi
kekambuhan ulang batu saluran kemih adalah edukasi psien terkait
peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit.
4. Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu
metoda yang terbukti melalui beragam penelitian dapat meningkatkan
volume urine sehingga mengurangi resiko pembentukan batu saluran
kemih.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan secara kontinyu dan pasien pulang
setelah melalui 3 hari perawatan dengan fungsi eliminasi sudah
kembali normal.
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
batu saluran kemih.
b. Dapat menciptakan/mengembangkan intervensi yang baru
(inovatif) dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada.