PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan diramalkan akan meningkat menjadi 400 juta pada tahun 2025. Jumlah
dengan derajat penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus
(peradangan) kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi, batuk, dan
rasa sesak di dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau
Kesehatan, 2015).
menyebutkan bahwa terdapat 235 juta orang menderita asma di dunia, 80%
1
termasukIndonesia. Hampir 44 juta penduduk di Asia Timur atau daerah
prevalensi asma sebesar 10 kali lipat. Para ahli percaya bahwa peningkatan
(11.413 jiwa) dan golongan terbawah sebanyak 5,8% (14.084 jiwa) (Echwan,
M M, 2016).
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel dan
2
Tanda dan gejala yang biasanya muncul pada penderita asma dapat
dan sesak napas serta sesak dada yang ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau
stimulus lain. Namun, keluhan yang sering diutarakan oleh pasien asma yaitu
sesak napas. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pasien asma
normal. Jika kadar oksigen dalam darah rendah, oksigen tidak mampu
menembus dinding sel darah merah. Sehingga jumlah oksigen dalam sel
darah merah yang dibawa hemoglobin menuju jantung kiri dan dialirkan
pengaturan posisi. Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dimana posisi
3
kepala dan tubuh ditinggikan 45o hingga 60o dimana posisi lutut
perubahan saturasi oksigen pada pasien dengan asma bronkial sebesar 3,6
pada perubahan saturasi oksigen. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
Dahlia Rumah Sakit Dr. Ario Wirawan Salatiga" menyatakan bahwa hasil
hemoglobin (Smeltzer & Bare, 2013, hlm.197). Kondisi ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hafiizh & Basuki (2013) yang berjudul Pengaruh
4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adhitya Kusuma Bakti (2015)
yang berjudul pengaruh pursed lip breathing exercise terhadap penurunan tingkat
sesak napas pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) yang menunjukkan
adanya pengaruh pursed lip breathing exercise terhadap penurunan tingkat sesak
breathing exercise terhadap penurunan tingkat sesak napas pada penyakit paru
pasien asma adalah buteyko breathing. Buteyko breathing adalah tehnik yang
buteyko terhadap ACT (Asthma Control Test). Kondisi ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Melastuti, Erna dan Husna, Lailya (2015)
Masyarakat Semarang.
B. Rumusan Masalah
efektivitas metode Pursed Lip Breathing dan Buteyko Breathing dalam posisi
5
fowlerter hadap Perubahan Saturasi pada Pasien Asma Bronkial di Ruang
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
Zalecha.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
6
mahasiswa khususnya tentang efektivitas metodePursed Lip Breathing dan
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Zalecha.
b. Bagi Pasien
sesak.
7
d. Bagi Institusi Pendidikan
Zalecha.
yang sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Asma
a. Definisi
berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat
2015)
saluran nafas yang ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada
yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi
2015).
9
Jadi, dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu penyakit yang
b. Etiologi
suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
adalah:
1) Allergen
10
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus,
saluran pernapasan.
3) Tekanan jiwa
atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul
5) Obat-obatan
11
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada
dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
12
memiliki reseptor untuk IgE.Sel eosinofil, makrofag, dan tombosit
rentan.
Bila orang suda rentan itu terpapar dua kali atau lebih dengan
alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah
monophosphate(cAMP).
degranulasi sel. Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali
13
rokok/dapur, bau-bauan yang tajam, dan lainnya baik yang berupa
nafas.
14
dominan akibatnya terjadi bronkhus sehingga menimbulkan sesak
c. Klasifikasi
1) Berdasarkan Kegawatannya
a) Asma Bronkhial
debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi.
Kusuma, 2015).
b) Asma Kardial
15
nocturnal paroxymul dispnea.Biasanya terjadi pada saat penderita
c) Status Asmatikus
16
oksigen. Terapi oksigen yang digunakan pada pasien status
2. APE ≥
80% nilai
2. Serangan dapat
terbaik.
mengganggu
3. Variabiliti
aktivitas dan tidur
APE 20-
30%
III. Persisten Harian >1x/minggu APE 60 – 80%
sedang 1. Gejala setiap hari 1. VEP1 60 –
2. Serangan 80% nilai
mengganggu prediksi
aktivitas dan tidur 2. APE 60 –
3. Membutuhkan 80% nilai
bronkodilator terbaik
17
setiap hari 3. Variabiliti
4. APE >
30%
IV. Persisten Kontinyu Sering APE ≤ 60%
Berat 1. Gejala terus 1. VEP1 ≤
menerus 60%nilai
2. Sering kambuh prediksi
Aktivitas fisik terbatas 2. APE ≤
60% nilai
terbaik.
Variabiliti
APE >
30%
Sumber : (Morton, PG dkk, 2012)
a) Asma alergik/Ekstrinsik
sejak kanak-kanak.
18
penyebab.Serangan dari asma idiopatik atau nonalergik menjadi
(Soemantri, I, 2009)
d. Manifestasi klinis
produktif, pilek, nyeri dada, takikardi, retraksi otot dada, nafas cuping
Program (Nurarif, A.H dan Hardhi Kusuma, 2015), tanda dan gejala
Gejala
Dispnea Saat Saat berbicara Pada saat Saat istirahat
beraktivitas istirahat
19
Bicara Dalam kalimat Dalam frasa Dalam kata- Diam
kata
Tanda
Posisi tubuh Mampu Lebih suka Tidak mampu Tidak mampu
berbaring duduk berbaring berbaring
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali >30 kali/menit
pernapasan >30 kali/menit
Penggunaan Biasanya tidak Umumnya Biasanya ada Gerakan
obat bantu ada ada torakoabdominal
pernapasan (paradoksal)
Suara napas Mengi sedang Mengi keras Mengi keras Gerakan udara
pada selama selama sedikit tanpa
pertengahan ekspirasi inspirasi dan mengi
sampai akhir ekspirasi
ekspirasi
Frekuensi <100 100-120 >120 Bradikardia
jantung reaktif
(kali/menit)
Pulsus <10 10-25 Seing>25 Sering kali tidak
paradoksus ada
(mmHg)
Tanda dan Ringan Sedang Berat Gagal nafas yang
Gejala mungkin terjadi
Status mental Mungkin Biasanya Biasanya Bingung atau
agitasi agitasi agitasi mengantuk
Pengkajian fungsional
PEF (% yang >80 50-80 <50/respons <50
diprediksi atau terhadap terapi
terbaik secara berlangsung
personal) <2 jam
SaO2 (% >95 91-95 <91 <91
udara ruangan)
PaO2 (mmHg, Normal >60 <60 <60
udara ruangan)
PaCO2 <42 <42 >42 >42
(mmHg)
Sumber : National Asthma Educational and Prevention Program (Keperawatan Kritis)
e. Patofisiologi
20
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast, kemudian
21
pernapasan-ventilasi, difusi gas, atau transpor gas oleh darah-dan dapat
disebabkan oleh setiap kondisi yang mengubah satu atau semua bagian
22
f. Pathway
Peningkatan permiabilitas
vaskuler akibat kebocoran
protein dan cairan dalam
jaringan
Gelisah Intoleransi
Ketidakefektifan
Mukosa
aktivitas
kering bersihan jalan
Risiko
Gangguan Pola Tidur infeksi
Ansietas
23
g. Komplikasi
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam
dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut
2) Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”,
oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik
napas distal karena obstruksi jalan udara minor dan ruptur alveolar
3) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-
24
bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Atelektasis
4) Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang
yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai
(Lubis, 2008)
5) Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap
tubuh.
6) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana
25
perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
2. Posisi Fowler
a. Definisi
kepala dan tubuh ditinggikan 45o hingga 60o dimana posisi lutut
b. Tujuan
pasien.
c. Rasional
a. Definisi
26
pernapasan.Pursed lip breathing adalah teknik pernapasan dengan cara
b. Tujuan
Breathing
27
Menghembuskan nafas secara pelan dan merata menggunakan bibir
meniup lilin.
a. Definisi
28
yang memiliki nilai saturasi diatas nilai normal (<95%) meningkat
menjadi 60% yang memiliki nilai saturasi diatas nilai normal (<95%).
b. Tujuan
3) Ambil nafas kecil selama 2 detik dan hembuskan nafas kecil selama
29
dapat menyebabkan pengambilan napas besar setelah mengukur
control pause.
1) Duduk tegak
harus berada tepat di atas bibir atas, cukup dekat dengan lubang
cukup ambil udara untuk mengisi lubang hidung dan tidak lagi.
bergerak.
30
7) Cobalah untuk mempertahankan kebutuhan udara selama sekitar 4
menit
Langkah 3: Menggabungkan
5. Saturasi Oksigen
a. Definisi
31
b. Pengukuran saturasi oksigen
32
3) Tissue oksigen saturasi (StO2) dapat diukur dengan spektroskopi
c. Oksimetri
mendekatkan sensor pada jari tangan, jari kaki, hidung, cuping telinga,
dengan kabel listrik dan oksimetri yang tidak terhubung dengan kabel
33
oksigen dan terdeoksigenasi dalam darah arteri perifer disebut
antara lain:
1) Hemoglobin
2) Sirkulasi
3) Aktivitas
34
B. Kerangka Teori
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Rancangan Penelitian
36
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian
K-A O I1 O1-A
K-B O I2 O1-B
Keterangan :
napas
saturasi pada subjek yang diteliti. Sehingga tersaji data-data tersebut secara
37
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
2017).
2. Sampel Penelitian
500.
b. Bila sampai dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap
38
d. Penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
3. Teknik Sampling
intervensi 2.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
(Nursalam,2017).
sebagai berikut :
39
1) Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani surat
91-95 %.
b. Kriteria Ekslusi
(Nursalam,2017).
sebagai berikut :
40
D. Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Variabel Penelitian
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, &
saturasi.
2. Definisi Operasional
2017).
41
Tabel 4.2 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Alat Skala
No Variabel Definisi Operasional Parameter Kategori
Ukur Ukur
1. Variabel Bebas Merupakan pemberian Pemberian teknik Tabel Ordinal 1 = Pursed Lip
/ Independen : teknik napas pursed lip napas pursed lip Observasi Breathing
Pursed Lip breathing dengan cara breathing atau 2 = Buteyko
Breathing menghirup udara teknik napas Breathing
melalui hidung dan buteyko breathing
mengeluarkan udara pada pasien asma
dengan cara bibir bronkial.
dirapatkan pada pasien
asma bronkial yang
masuk ke IGD RSUD
Ulin
42
Alat Skala
No Variabel Definisi Operasional Parameter Kategori
Ukur Ukur
2 Variabel Saturasi oksigen adalah Pemeriksaan Oksimetri Ratio Normal = 95-99
Terikat / nilai persentase saturasi oksigen %
Dependen : hemoglobin (Hb) yang (SpO2)
berikatan dengan menggunakan Tidak normal =
Perubahan oksigen dalam arteri pulse oximetry < 95%
saturasi yang ditujukan sebagai yaitu dengan cara
derajat kejenuhan atau mendekatkan
saturasi (SpO2) yang sensor pada jari
diukur pada saat tangan ataupun
sebelum pemberian jari kaki dengan
teknik napas pursed lip nilai normal 95 –
breathing dengan 99 %. Adapun
buteyko breathing serta merk yang
diukur kembali pada digunakan adalah
menit ke-5, ke-10, dan Fingertip Pulse
ke-15 setelah diberikan Oximeter yaitu
posisi fowler beserta salah satu jenis
teknik napas. pulse oximetry
yang tidak
terhubung dengan
kabel listrik.
Spesifikasinya
dilengkapi
dengan layar
OLED 2 warna, ,
konsumsi daya
rendah, bisa
digunakan secara
terus menerus
selama 40 jam,
resoluai 1%,
keakuratan 2%
(70%-99%).
43
F. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Instrumen
Fingertip Pulse Oximeter yaitu salah satu jenis pulse oximetry yang tidak
a. Data Primer
pada saat pasien yang mendapat serangan asma bronkial datang berobat
44
ke ruang paru RSUD Ratu Zalecha Martapura. Langkah-langkah yang
lip breathing dalam posisi fowler dan responden yang datang kedua
dicatat pada lembar observasi yang sudah disiapkan oleh peneliti pada
responden.
b. Data Sekunder
45
3. Prosedur Eksperimen
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
keselamatan pasien.
sampiran.
punggung.
46
dangkal melalui hidung dan mengeluarkan udara secara perlahan
posisi fowler pada kelipatan 5 menit (menit ke-5, ke-10, dan ke-15).
9) Menilai saturasi pasien dimulai saat pasien tiba ke Ruang paru dan
kelengkapannya.
1. Pengolahan Data
47
informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan
teknik napas pursed lip breathing atau buteykobreathing dari menit ke-
a. Editing
b. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada penelitian ini
48
Adapun pengkodean data hasil penelitian yang digunakan
2 = buteyko breathing
komputer.
c. Pembersihan Data
memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu
analisa.
d. Penetapan Skor
2. Analisis Data
suatu data dengan ringkas agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai
49
berpasangan atau dependent T test atau sering diistilahkan dengan Paired
Sample T test dan uji T dua sampel bebas atau Independent T test.
pada kedua kelompok (teknik napas pursed lip breathing dengan teknik
kemaknaan / nilai probabilitas (p)< 0,05. Uji T dua sampel bebas ini dapat
dahulu tetapi jika hasil data transformasi tidak berdistribusi normal, maka
a. Analisa Univariat
50
breathingdapat dilakukan dengan membuat tabel distribusi penggunaan
Nilai tersebut sebagai nilai tengah (central tendency). Salah satu aspek
pusat atau nilai sentral dari suatu gugus data (himpunan pengamatan)
yaitu:
persamaan berikut:
∑𝑥
𝑛
=
51
2) Median, adalah nilai pengamatan yang terletak di tengah gugus data
dari dua data yang berada di tengah gugus data. Oleh karena itu,
sama besar, 50% dari pengamatan terletak di bawah median dan 50%
Keterangan:
b. Analisa Bivariat
(Dahlan, S, 2011).
Keterangan:
n : Banyaknya sampel
d
𝑡=
S𝑑 /√n
Keterangan :
n : Banyaknya sampel
53
buteyko breathingdalam posisi fowlerterhadap perubahan saturasi pada
H. Etika penelitian
sediakan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
jamin peneliti, hanya data-data tertentu saja yang akan di laporkan sebagai
54
BAB IV
untukkelompokpasienasmabronkhialdenganpemberianmetodebuteyko breathing.
55
No. Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Laki-laki 3 30
2. Perempuan 7 70
Jumlah 10 100
Teknik
No Saturasi (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Pernapasan
1 Pursed Lip 91 1 20
Breathing
93 1 20
94 3 60
2 Buteyko 90 1 60
56
Breathing 92 3 20
94 1 20
memiliki saturasi 94% pada metode pursed lip breathing dan sebanyak
breathing.
5.3 berikut:
96 2 40
98 2 40
2 Buteyko Breathing 94 3 60
57
95 1 20
96 1 20
1. Analisis Univariat
breathing
berikut:
58
Tabel 5.4 Distribusi Saturasi Responden Sebelum dan Sesudah
Penggunaan Metode Pursed Lip Breathing Pasien Asma
Bronkial di Ruang paru RSUD Ratu Zalecha
Nilai Saturasi
1 PLB1 Fowler 91 94 95 95 95
2 PLB2 Fowler 93 95 96 96 96
3 PLB3 Fowler 94 97 98 98 98
4 PLB4 Fowler 94 98 98 98 98
5 PLB5 Fowler 94 95 96 96 96
59
Median 94 95 96 96 96
Modus 94 95 96 96 96
Std.
1.303 1.64317 1.34164 1.34164 1.34164
Deviasi
Minimum 91 94 95 95 95
Maksimum 94 98 98 98 98
Berdasarkantabeltersebutdapatdiketahuibahwarata-rata
sebesar 96.6 %.
breathing
60
Nilai Saturasi
1 BB1 Fowler 92 93 94 94 94
2 BB2 Fowler 94 95 96 96 96
3 BB3 Fowler 90 94 93 94 94
4 BB4 Fowler 92 94 94 93 94
5 BB5 Fowler 92 94 94 94 94
Median 92 94 94 94 94
Modus 92 94 94 94 94
Std.
1.41421 0.70711 1.09545 1.09545 0.89443
Deviasi
61
Maksimum 94 95.00 96 96 96.00
Berdasarkantabeltersebutdapatdiketahuibahwarata-rata
fowlersebesar 94.4%.
2. Analisa Bivariat
Wilcoxon.
62
tidakberdistribusi normal, sehingga uji yang digunakanadalah
ujimannwhitney.
a. Uji T Wilcoxon
Standar Z
Paired test Mean P Value N
Deviasi
Sebelum
Pursed Lip 93.200 1.30384
Breathing
-2.060 .039 5
Sesudah
Pursed Lip 96.6000 1.34164
Breathing
(Paired Samples Test) . Nilai P value pada tabel di atas yaitu 0.039.
63
fowler pada pasien asma bronkialdi Ruang Paru RSUD Ratu
Zalecha.
5.10berikut:
Nilai P value pada tabel di atas yaitu 0.034. Dapat disimpulkan jika
64
Tabel 5.10 Hasil Analisis Menggunakan Uji Mann Whitney pada
penggunaan metode pursed lip breathing dan buteyko
breathing dalam posisi fowlerpada pasien asma bronkialdi
Ruang Paru RSUD Ratu Zalecha
P Mean
Independen T test α Z N
Value Difference
Equal
variances 0.05 0,021 .2000 -2.300 10
Nilai
assumed
Saturasi
Equal
Oksigen
variances not 0.05 0,021 .2000 -.2.300 10
assumed
Nilai α0.552. Nilai P value pada tabel di atas yaitu 0.021. Dapat
65
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Adhitya Kusuma. 2015. Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap
Penurunan Tingkat Sesak Napas pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. (diakses dari:
http://eprints.ums.ac.id/40106/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf)
Brunner and Suddarth. 2010. Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China: LWW.
Brunner dan Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Bull, Eleanor dan David Price. 2007. Simple Guide Asma. Jakarta: Erlangga.
66
http://poltekkes-mataram.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/artikel-H-Awan
-Dramawan-4-edit.pdf pada 9 November 2019 pukul 16.40 wita)
Hafiizh, Edwin, dkk. 2013. Pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Penurunan
Respiratory Rate (RR) dan Peningkatan Pulse Oxygen Saturation (SpO2)
pada Penderita PPOK. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(diakses dari: http://eprints.ums.ac.id/25567/2/4.BAB_1.pdf pada 2
November 2019 21.58 wita)
67
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3432/1/08E00886.pdf pada
15 Oktober 2019 pukul 16.00 wita)
Melastuti, Erna dan Husna Lailya. 2015. Efektivitas Teknik Pernafasan Buteyko
terhadap Pengontrolan Asma di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Semarang. Semarang: Universitas Islam Sultan Agung Semarang. (diakses
dari: http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm/article/download/466/387
pada 27 Oktober 2019 pukul 17.16 wita)
Natalia, Dewi dkk. 2010. Efektifitas Latihan Pernapasan Teknik Buteyko Dalam
Peningkatan Saturasi Oksigen Pada Asma Bronkial Di RSUP Banyumas.
(diakses dari: http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/do wnload.php?id=335
pada 10 Oktober 2019 pukul 10.00 wita)
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Richards, Ann dan Sharon Edwards. 2013. A Nurse's Survival Guide to The Ward.
United Kingdom: Churcill Livingstone.
Rohman, Dodi. 2015. Efektivitas Latihan Nafas Dalam (Deep Breathing Exercise)
terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada Pasien dengan
Asma di Puskesmas 1 Rakit Kabupaten Banjarnegara. Purwokerto:
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (diakses dari:
http://repository.ump.ac.id/648/3/bab2_dodirohman_keperawatan.pdf pada
16 Oktober 2019 pukul 12.46 wita)
Smeltzer, Suzanne C . 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC.
69
Yiannakopolou, Eugenia. 2018. Pneumothoraks, Pneumomediastinum,
Subcutaneous Emphysema: Serious Complications of Atshma. University of
West Attica (diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/330218682_pneumothorax_pneu
momediastinum_subcutaneous_emphysema_serious_complication_of_asth
ma/fulltext/ pada 15 Oktober 2019 pukul 15.50 wita)
70