Anda di halaman 1dari 38

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ASMA BRONKHIAL

BAB I

KONSEP MEDIK

A. Pengertian

Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek,

sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit gangguan

jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode

bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang

menyebabkan penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008).

Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :

- Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas

- Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi

- Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik

- Bersifat reversible

Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat atau

bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan.

Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan

pengamatan 1-2 jam. (Medlinux,2008)

Gambaran klinis Status Asmatikus : Penderita tampak sakit berat dan sianosis. Sesak nafas,

bicara terputus-putus. Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab

penderita sudah jatuh dalam dehidrasi berat. Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin
masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas,

gelisah kemudian jatuh ke dalam koma. (Medlinux,2008)

B. Klasifikasi Asma

1. Berdasarkan Etiologi

a) Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang

spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan

aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu

predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus

spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

(Medicafarma,2008)

Asma Ekstrinsik dibagi menjadi :

1) Asma ekstrinsik atopik Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:

 Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik dan dapat

diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1

 Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehdupan, 85% kasus

timbul sebelum usia 30 tahun

 Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber,

dengan serangan asma yang berbeda-beda


 Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat ringannya gejala yang

timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai dengan gejala yang

lebih berat, maka prognosis menjadi jelek.

 Perubahan alamiah terjadi karena adanya kelainan dari kekebalan tubuh pada

IgE yang timbul terutama pada awal kehidupan dan cenderung berkurang di

kemudian hari

 Asma bentuk ini memberikan tes kulit yang positif

 Dalam darah menunjukkan kenaikan kadar IgE spesifik

 Ada riwayat keluarga yang menderita asma - Terhadap pengobatan

memberikan respon yang cepat

(Medicafarma,2008)

2) Asma ekstrinsik non atopik Memiliki sifat-sifat antara lain:

 Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam-macam alergen yang

spesifik

 Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi

yang tersensitasi dapat menjadi positif

 Dalam serum didapatkan IgE dan IgG yang spesifik

 Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau di kemudian hari

(Medicafarma,2008)

b) Intrinsik/idiopatik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak

spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh

adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis

kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.

(Medicafarma,2008)

Sifat dari asma intrinsik :

 Alergen pencetus sukar ditentukan

 Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit memberi hasil negative

 Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asma dicetuskan oleh

penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda

 Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas 30 tahun dan

disebut juga late onset asma

 Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali

menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid.

 Perubahan patologi yang terjadi sama dengan asma ekstrinsik, namun tidak dapat

dibuktikan dengan keterlibatan IgE

 Kadar IgE serum normal, tetapi eosinofil dapat meningkat jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan asma ekstrinsik

 Selain itu tes serologi dapat menunjukkan adanya faktor rematoid, misalnya sel LE

 Riwayat keluarga jauh lebih sedikit, sekitar 12-48%

 Polip hidung dan sensitivitas terhadap aspirin sering dijumpai

(Medicafarma,2008)

c) Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik

dan non-alergik. (Medicafarma,2008)

2. Berdasarkan Keparahan Penyakit


a) Asma intermiten

Gejala muncul <> 80%

b) Asma ringan

Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi <> 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan

PEV1 > 80%

c) Asma sedang (moderate)

Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma

malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja

cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan <>

d) Asma parah (severe)

Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari

sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 <>

(Muchid dkk, 2007)

3. Berdasarkan terkontrol atau tidaknya asma

Dibagi menjadi 3 yaitu asma terkontrol, asma terkontrol sebagian (partial), dan asma tak terkontrol.

Karakteristik Terkontrol Terkontrol partial Tak terkontrol

Gejala harian Tidak ada (<2> >2 kali per minggu 3 atau lebih dari

Keterbatasan aktifitas Tidak Beberapa karakteristik asma

Gejala asma malam Tidak Beberapa terkontrol partial terjadi

hari dalam seminggu

Kebutuhan akan obat- Tidak (<2> >2 kali per minggu


obatan pelega

Fungsi paru (PEF atau Normal < style="color: black;">


PEV1)

Eksaserbasi Tidak Satu atau lebih dalam Satu kali dalam


setahun beberapa minggu
(Muchid dkk, 2007)

C) Etiologi

Penyebab asma masih belum jelas, diduga yang memegang peranan utama ialah reaksi

hiperreaktivitas dari trakea dan bronkus , tetapi penyebabnya belum diketahui dengan pasti.

Diduga karena hambatan sebagian sistem adrenergic, kurangnya enzim adenilalkilase dan

meningginya tonus sistem parasimpatik. Bila terdapat kelebihan tonus parasimpatik maka akan

mudah terjadi spasme bronkus. Faktor genetik, biokimiawi, saraf otonom, imunologis, infeksi ,

endokrin, psikologis dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses terjadinya

manifestasi asma. Karena itu asma disebut penyakit yang multifaktorial. Alergi ( atopi )

merupakan salah satu faktor pencetus asma yang diturunkan secara genetik tapi caranya

belum diketahui dengan pasti.

D) Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar

bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda

asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai

berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody

Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi

dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003). Pada asma, antibody ini terutama melekat

pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus

dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut

meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan

menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal

pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus

dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi

sangat meningkat. (Tanjung, 2003).

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi

karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi

sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan

volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung,

2003).

E) Gejala Klinis

Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih

pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang

disertai serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut

dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin

lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih berat. (Medicafarma,2008).

Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau

lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan

otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali.

Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu,

makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat. (Medicafarma,2008).
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk

dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien

dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak

napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi

pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita

tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan

PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan

memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta

meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi

sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat

respons hipoksemia. (Medicafarma,2008).

F) Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.

 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan

viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. (Medicafarma,2008)

Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, atau asidosis.

 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana

menandakan terdapatnya suatu infeksi.

 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan

dan menurun pada waktu bebas dari serangan. (Medicafarma,2008)

2. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan

gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga

intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan

yang didapat adalah sebagai berikut:

- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin

bertambah.

- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat

dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

(Medicafarma,2008)

3. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi

yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel. (Medicafarma,2008)

4. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan

disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise

rotation.

- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle

branch block).

- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau

terjadinya depresi segmen ST negative. (Medicafarma,2008)

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan

sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan

spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%

menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.

Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk

menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan

spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008).

G) Penatalaksanaan
Pendidikan / Edukasi Kepada Penderita Dan Keluarga

Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang komprehensif,

dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter Puskesmas di satu

pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di pihak lain.

Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter

Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.

(Medlinux,2008).

Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya adalah:

1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara

sempurna, bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena

faktor tertentu bisa kambuh lagi, bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa

dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang secara teratur. (Medlinux,2008)

2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti :

Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan spora

jamur. Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.

Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan. Keadaan udara : polusi, perubahan hawa

mendadak, dan hawa yang lembab. Infeksi saluran pernafasan. Pemakaian narkoba atau

napza serta merokok. Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan. Stres fisik atau

kelelahan. (Medlinux,2008)

Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu

dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien,

faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama
tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari

faktor-faktor si atas. (Medlinux,2008).

3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan

mengurangi serangan : Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan

(bersifat individual). Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.

Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza. Menghindari kontak dengan

hewan diketahui menjadi penyebab serangan. Berusaha menghindari polusi udara

(memakai masker), udara dingin dan lembab. Berusaha menghindari kelelahan fisik dan

psikis. Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan

pilek. Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis

maupun obat profilaksis. Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan

banyak minum air hangat guna membantu pengenceran dahak. Manipulasi lingkungan :

memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di lingkungan dengan temperatur hangat.

(Medlinux,2008)

4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan yang diberikan oleh

dokter : Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus. Steroid : untuk menghilangkan

atau mengurangi peradangan. Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan

dahak. Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya infeksi

saluran nafas. (Medlinux,2008)

5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.

6. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera

mencari pertolongan dokter. (Medlinux,2008) Penderita dan keluarganya juga harus

mengetahui beberapa pandangan yang salah tentang asma, seperti :


a) Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal

keadaan bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.

b) Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.

c) Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat

bila sesak nafas berkurang atau hilang. (Medlinux,2008)

Pengobatan Simptomatik

Tujuan Pengobatan Simpatomimetik adalah :

a. Mengatasi serangan asma dengan segera.

b. Mempertahankan dilatasi bronkus seoptimal mungkin.

c. Mencegah serangan berikutnya. (Medlinux,2008)

Obat pilihan untuk pengobatan simpatomimetik di Puskesmas adalah :

a) Bronkodilator golongan simpatomimetik (beta adrenergik / agonis beta).

 Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan ampul 2 cc. Dosis

dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg

BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.

 Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan peroral. –

Salbutamol. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg. Salbutamol

merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan efek samping minimal. Dosis :

3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB (Medlinux,2008)

b) Bronkodilator golongan teofilin


 Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral atau IV.

 Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240 mg/ampul. Dosis

intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang 6-8 jam kemudian , bila tidak ada

perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB

(Medlinux,2008)

c) Kortikosteroid. Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai dalam keadaan

pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun kronis tidak memberikan hasil

yang memuaskan dan keadaan asma yang membahayakan jiwa penderita (contoh : status

asmatikus). Dalam pemakaian jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam

dosis besar baik oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. Obat pilihan hidrocortison

dan dexamethason (Medlinux,2008)

d) Ekspektoran. Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan

menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan

dikeluarkan. Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung antihistamin,

sedian yang ada di Puskesmas adalah Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih (OBP),

Glicseril guaiakolat (GG) (Medlinux,2008) e. Antibiotik Hanya diberikan jika serangan asma

dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan

suhu yang meninggi. (Medlinux,2008)

Pengobatan Profilaksis

Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling rasional, karena sasaran

obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya

pengobatan profilaksis berlangsung dalam jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai

berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.

b. Menekan hiperaktivitas bronkus.

Hasil yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :

a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.

b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.

c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.

d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan meringankan

beratnya serangan.

Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :

- Steroid dalam bentuk aerosol.

- Disodium Cromolyn.

- Ketotifen.

- Tranilast.

(Medlinux,2008)

BAB II

PROSES KEPERAWATAN
A. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem

Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot

aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada

auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.

Sistem Cardiovaskuler: Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.

Sistem Persyarafan / neurologi: Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran

: gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.

Sistem perkemihan: Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak

nafas.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal: Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi

terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.

Sistem integumen: Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

B. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi

1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas

berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.

Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang efektif

dan pola nafas dalam batas normal.


Kriteria hasil : PO2 dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif,

cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada

Intervensi :

- Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila diperlukan

( oksigen 2 ml dengan kanule ).

- Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam.

- Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry.

- Kaji kenyamanan posisi tidur anak.

- Monitor efek samping pengobatan; monitor serum darah;theophyline dan catat kemudian

laporkan dokter. Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia.

- Berikan cairan yang adekuat per oral atau peranteral

- Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada, ajarkan batuk dan nafas dalam

efektif setelah pengobatan dan pengisapan sekret ( suction ).

- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan

kecemasan.

- Berikan terapi bermai sesuai usia.

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.


Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.

Intervensi :

- Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahann fatigue, iritabel, tachycardia, tachypnea.

- Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak

lelah, berikan istirahat yang cukup.

- Intrusikan pada orang tua untuk tetap berada didekat anak.

- Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan posisi.

- Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.

- Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah terapi.

- Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan untuk meningkatkan ventilasi,dan memperluas perkembangan

psikososial.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

Tujuan : Kecemasan menurun

Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa tenang

dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

Intervensi :
- Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut, dan

ajarkan untuk berimajinasi.

- Pertahankan lingkungan yang tenang ; temani anak, dan berikan support.

- Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal

- Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.

- Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.

- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan

menurunnya intake cairan.

Goal : Status hidrasi adekuat

Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia

dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.

Intervensi :

- Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur grapitasi

urin atau berat jenis urin ( nilai 1.003-1030 ).

- Monitor elektrolit

- Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah

- Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan caiaran (overload)
- Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan

bronkospasme ( air dingin ).

- Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas (750-2000 ml),

tergantung usia dan berat badan.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.

Goal : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai

usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.

Intervensi :

- Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi perasaan.

- Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress

- Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan

- Informasikan kepada orang tua tentang kondisi anak

- Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.

6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.

Goal : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti

regimen terapi yang diberikan.


Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan program

medik atau perawatan.

Intervensi :

- Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi.

- Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.

- Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus.

- Jelaskan tentang pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu pemberian dan

pemeriksaan darah.

- Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang.

- Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.

- Jelaskan tentang pentingnya terapi bermain sesuai usia.

Perencanaan Pemulangan

 Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.

 Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

 Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan

lainnya.

 Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.

 Ajarkan penggunaan nebulizer.


 Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping, waktu

pemberian.

 Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

 Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

 Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 Juni 2009 dari Medicafarma:
http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-bronkiale.html

Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial. Diakses 27 Juni 2009 dari Medicine
and Linux: http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-bronkial.html

Muchid, dkk. (2008, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma . Diakses 27 Juni
2009 dari Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Depkes RI:
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.pdf

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media Acsulapius. FKUI.
Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI.
Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

uhan Keperawatan Anak dengan Asma Bronchial

A. Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten, reversibel dimana trakheobronkhial berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai
rangsangandengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun
hasil dari pengobatan.

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor Predisposisi
- Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus.
2. Faktor Presipitasi
- Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri,
dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan
dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Contoh: perhiasan, logam, dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga,
dan debu.
- Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita
diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya
karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
- Olah raga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan juka
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma.

C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap penctus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara: seseorang alergi membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal
 reaksi alergi. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien),
faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding
bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Bronkhiolus
sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi.pada penderita asma biasanya dapat melakukan
inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in
dapat menyebabkan barrel chest.

E. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan
asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain:
silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi,
dan pernafasan cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada
malam hari.

F. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau
yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon
(refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat
dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus)
atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura
yang menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di
paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.

G. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya
mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawat.
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisioterapi
e. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat: Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec),
terbutalin (bricasma).
b. Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin
Retard), Teofilin (Amilex)
Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati
bila minum obat ini.
- Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi
merupakan obat pencegah serangan asma. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya
baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen
Mempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini
adalah dapat diberikan secara oral.

H. Pencegahan Serangan Asma pada Anak


1. Menghindari pencetus
Cara menghindari berbagai pencetus serangan pada asma perlu
diketahui dan diajarkan pada keluarganya yang sering menjadi
faktor pencetus adalah debu rumah. Untuk menghindari pencetus
karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur
anak:
- Sprei, tirai, selimut minimal dicuci 2 minggu sekali. Sprei dan
sarung bantal lebih sering. Lebih baik tidak menggunakan
karpet di kamar tidur atau tempat bermain anak. Jangan
memelihara binatang.
- Untuk menghindari penyebab dari makanan bila belum tau
pasti, lebih baik jangan makan coklat, kacang tanah atau
makanan yang mengandung es, dan makanan yang
mengandung zat pewarna.
- Hindarkan kontak dengan penderita influenza, hindarkan
anak berada di tempat yang sedang terjadi perubahan cuaca,
misalnya sedang mendung.
2. Kegiatan fisik
Anak yang menderita asma jangan dilarang bermain atau berolah
raga. namun olahraga perlu diatur karena merupakan kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak. Pengaturan dilakukan dengan cara:
- Menambahkan toleransi secara bertahap, menghindarkan
percepatan gerak yang mendadak
- Bila mulai batuk-batuk, istirahatlah sebentar, minum air dan
setelah tidak batuk-batuk, kegiatan diteruskan.
- Adakalanya beberapa anak sebelum melakukan kegiatan
perlu minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan masa lalu
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya
- Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor
lingkungan
b. Aktivitas
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas
- Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
bentuan melakukan aktivitas sehari-hari
- Tidur dalam posisi duduk tinggi
c. Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas
atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat
tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan
bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d. Sirkulasi
- Adanya peningkatan tekanan darah
- Adanya peningkatan frekuensi jantung
- Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis
e. Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f. Asupan nutrisi
- Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
- Penurunan berat badan karena anoreksia
g. Hubungan sosial
- Keterbatasan mobilitas fisik
- Susah bicara atau bicara terbata-bata
- Adanya ketergantungan pada orang lain

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus
akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan
dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan
gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
- Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation
- Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni
terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)
- Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma
tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaan spirometri tdak saja penting untuk menegakkan
diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan
efek pengobatan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme
Tujuan: mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi
bersih dan jelas
Intervensi:
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio
inspirasi/ekspirasi
- Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan,
penggunaan obat
- Tempatkan klie pada posisi yang nyaman. Contoh:
meninggikan kepala TT, duduk pada sandaran TT
- Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu,
asap,dll
- Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari
sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai
indikasi.
2) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai
oksigen
Tujuan: perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi:
- Kaji/awasi secara rutin keadaan kulit klien dan membran
mukosa
- Awasi tanda vital dan irama jantung
- Kolaborasi: .berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi
hasil AGDA dan toleransi klien
- Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia
- Penurunan getaran vibrasi diduga adanya penggumpalan
cairan/udara
- Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik.
3) Cemas pada orang tua dan anak b.d penyakit yang
dialami anak
Tujuan: menurunkan kecemasan pada orang tua dan anak
Intervensi untuk orang tua:
- Berikan ketanangan pada orang tua
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian dan
informasi (Waley & Wong, 1989)
- Mendorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan anaknya
- Konsultasi dengan tim medis untuk mengetahui kondisi
anaknya.
Intervensi untuk anak:

- Bina hubungan saling percaya


- Mengurangi perpisahan dengan orang tuanya
- Mendorong untuk mengekspresikan perasaannya
- Melibatkan anak dalam bermain
- Siapkan anak untuk menghadapi pengalaman baru, misal:
pprosedur tindakan
- Memberikan rasa nyaman
- Mendorong keluarga dengan memberikan pengertian informasi
(Waley & Wong, 1989).
4) Risiko tinggi kopong keluarga tidak efektif b.d tidak
terpenuhinya kebutuhan psikososial orang tua
Tujuan: koping keluarga kembali efektif
Intervensi:
- Buat hubungan dengan orang tua yang mendorong mereka
mengungkapkan kesulitan
- Berikan informasi pada orang tua tentang perkembangan anak
- Berikan bimbingan antisipasi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan
- Tekankan pentingnya sistem pendukung
- Anjurkan orang tua untuk menyediakan waktu sesuai
kebutuhan
- Bantu orang tua untuk merujuk pada ahli penyakit
- Informasikan kepada orang tua tentang pelayanan yang
tersedia di masyarakat.

J. Bibliografi
- Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik. EGC: Jakarta.
- Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada
Praktik Klinis. EGC: Jakarta.
- Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
- Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.

Asma Bronkial

Asma bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah
dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya terbatas
pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan, sesak napas, batuk
berdahak, napas berbunyi (mengi), dll.

Asma bronkial merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
yakni penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang
telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:

o Asma Bronkial (asma/bengek)


o Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah)
o Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)

Faktor penyebab PPOK salah satunya adalah polusi udara yang berasal dari asap
rokok, cerobong pabrik/industri, asap kendaraan bermotor. Semakin tua usia
seseorang akan semakin lama menghisap udara yang berpolusi dan semakin besar
kecenderungan untuk menderita sindrom PPOM.

Definisi Asma Bronkial

Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang
ditandai dengan:

 Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara “mengi” (bunyi yang
meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas)
 Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah
 Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket
 Perasaan menjadi gelisah dan cemas

Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit


saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat
hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan)
terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah
derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa
pengobatan.
Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan yang berakibat timbulnya sesak
napas adalah gabungan dari keadaan berikut:

 Kejang/berkerutnya otot polos dari saluran pernapasan


 Sembab/pembengkakan selaput lendir
 Proses keradangan
 Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran
pernapasan

Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan
komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik.
Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang,
bakteri, jamur, virus, dll.

Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus,
maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel
tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif)
terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari
tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan
(hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

 Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan


berkontraksi/memendek/mengkerut
 Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
 Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi
reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya
menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri,
keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang
timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas
tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.

Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari
dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-
batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa
diobati.

Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi
sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang
bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas,
posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang
tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius.

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus
terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat
sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki
menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun.

Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan
bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang
terdekat.

Pengenalan Jenis Serangan Asma Bronkial

Pengenalan jenis serangan asma berkaitan erat dengan cara pengobatannya. Serangan
asma/bengek ada 2 macam, yaitu:

1. Serangan asma bronkial karena otot polos saluran napas yang berkerut
(Asma Episodik)

Serangan asma bronkial/bengek hanya sekali-sekali, ada periode bebas sesak


napas, serangan “mengi” mungkin terjadi misalnya sewaktu jogging, makan suatu
makanan yang kebetulan alergi, mencium binatang piaraan, dsb.

Jenis ini memberikan respon yang baik terhadap pemberian obat pelonggar nafas
hirup (inhaler) dimana merupakan obat yang paling aman dengan sedikit efek
samping yang minimal. Dapat juga diberikan obat pelonggar napas dalam bentuk
tablet maupun sirup.
2. Serangan asma bronkial karena proses peradangan saluran pernapasan
(Continuing Asma/Asma Berkelanjutan)

Penderita asma bronkial/bengek ini tidak pernah merasakan benar-benar bebas


sesak, jadi hampir setiap hari menderita “mengi”. Saluran pernapasannya
mengalami keradangan sehingga mempunyai resiko untuk terjadi serangan lebih
sering, walaupun telah diberikan obat pelonggar napas.

Oleh karenanya, penderita memerlukan obat tambahan berupa anti keradangan


(biasanya keluarga steroid).

Pengobatan Penyakit Asma

Asma tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, sehingga penderita asma
dapat mencegah terjadinya sesak napas akibat serangan asma.

Kurangnya pengertian mengenai cara-cara pengobatan yang benar akan


mengakibatkan asma salalu kambuh. Jika pengobatannya dilakukan secara dini, benar
dan teratur maka serangan asma akan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas:


1. Pengobatan Asma Jangka Pendek
2. Pengobatan Asma Jagka Panjang

Pengobatan Asma Jangka Pendek

Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan
sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan yang melebarkan saluran
pernapasan yang menyempit.

Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab


selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Macam
obatnya adalah:

A. Obat untuk mengatasi penyempitan jalan napas

Obat jenis ini untuk melemaskan otot polos pada saluran napas dan dikenal
sebagai obat bronkodilator. Ada 3 golongan besar obat ini, yaitu:

- Golongan Xantin, misalnya Ephedrine HCl (zat aktif dalam Neo Napacin)
- Golongan Simpatomimetika
- Golongan Antikolinergik
Walaupun secara legal hanya jenis obat Ephedrine HCl saja yang dapat diperoleh
penderita tanpa resep dokter (takaran < 25 mg), namun tidak tertutup
kemungkinannya penderita memperoleh obat anti asma yang lain.
B. Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan napas

Obat jenis ini termasuk kelompok kortikosteroid. Meskipun efek sampingnya


cukup berbahaya (bila pemakaiannya tak terkontrol), namun cukup potensial
untuk mengatasi sembab pada bagian tubuh manusia termasuk pada saluran
napas. Atau dapat juga dipakai kelompok Kromolin.
C. Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan.

Jenis ini tidak ada dan tidak diperlukan. Yang terbaik adalah usaha untuk
mengencerkan dahak yang kental tersebut dan mengeluarkannya dari jalan napas
dengan refleks batuk.

Oleh karenanya penderita asma yang mengalami ini dianjurkan untuk minum
yang banyak. Namun tak menutup kemungkinan diberikan obat jenis lain, seperti
Ambroxol atau Carbo Cystein untuk membantu.

Pengobatan Asma Jangka Panjang

Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan pengobatan ini
untuk pencegahan serangan asma.

Pengobatan asma diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Penghentian pemakaian
obat ditentukan oleh dokter yang merawat.

Pengobatan ini lazimnya disebut sebagai immunoterapi, adalah suatu sistem


pengobatan yang diterapkan pada penderita asma/pilek alergi dengan cara
menyuntikkan bahan alergi terhadap penderita alergi yang dosisnya dinaikkan makin
tinggi secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaannya terhadap
bahan tersebut (desentisasi) atau mengurangi kepekaannya (hiposentisisasi).

Anda mungkin juga menyukai