TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut.
Pada Beton Mutu Tinggi Yang Mengandung Fly Ash Sebagai Pengganti
Curing dengan suhu uap terhadap kuat tekan beton dan mortar mutu
pengganti semen pada campuran beton dan mortar mutu tinggi. Hasil
dari penelitian ini diperoleh bahwa nilai kuat tekan beton umur 3 hari, 7
dengan umur 3 hari, 7 hari, dan 28 hari. Sedangkan Nilai kuat tekan
beton paling tertinggi terjadi pada umur 56 hari, pada variasi 20%
kuat tekan mortar umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari dengan menggunakan
kuat tekan tertinggi terjadi pada umur 28 hari dengan subtitusi limbah
10
fly ash 0% Sebesar 64,51 MPa dibandingkan dengan umur 3 hari, dan 7
hari. Sedangkan nilai kuat tekan mortar umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari
relatif menurun dan kuat tekan tertinggi terjadi pada umur 28 hari
b. Penelitian oleh Mira Setiawati (2018) dengan judul “Fly Ash Sebagai
semen terhadap kuat tekan beton. Persentase fly ash yang digunakan
Fly ash sebesar 2,5%. Beton akan diuji pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari
diperoleh bahwa nilai kuat tekan tertinggi pada penggunaan 12,5% fly
peningkatan 27,95%. Pada awal umur beton nilai kuat tertinggi pada
kekuatan beton. Persentase penggunaan fly ash 12,5% pada beton akan
c. Penelitian oleh Sindy Natalia Polii dkk (2018) dengan judul “Pengaruh
11
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan abu
batu bara terhadap kuat geser tanah lempung dengan variasi campuran
0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25%. Hasil dari penelitian ini diperoleh
1,265 gr/cm3 pada campuran 25% abu batu bara. Untuk nilai kohesi
terbesar yaitu 6,3526 t/m2 pada campuran 20% abu batu bara.
Sedangkan untuk nilai sudut geser dalam (Ø) = 17° pada campuran 15%
dan 25% abu batu bara dan tegangan geser terbesar pada campuran 25%
dengan nilai t = 12,4899 kN/m2. Semakin besar jumlah abu batu bara
d. Penelitian oleh A Luher Ola dkk (2018) dengan judul “Komposit Bata
Beton Ringan Dari Fly Ash & Bottom Ash Limbah Batu Bara Pabrik
fly ash dan bottom ash sebagai pengganti agregat pasir, dengan perekat
yang terbaik adalah dengan kode sampel A-5 (5 L fly ash tanpa bottom
ash) dan kode sampel A-7 (2,5 L fly ash dan 2,5 L bottom ash) dengan
nilai kuat tekan rata-rata (19,06 dan 19,15 kg/cm²) dan bobot isi
(1160,19 kg/m³ dan 1242,65 kg/m³) serta penyerapan air (21,96 % dan
12
14,96 %). Nilai kuat tekan dan penyerapan air memenuhi persyaratan
%. The using of recycled aggregate and fly ash must be limited to get
volumenya, karena harga yang relatif murah dibandingkan harga bahan bakar
pengganti BBM, di satu sisi sangat menguntungkan, namun di sisi lain dapat
menimbulkan masalah. Masalah utama dari penggunaan batu bara adalah abu
batu bara yang merupakan hasil sampingan pembakaran batu bara. Sejumlah
penggunaan batu bara akan menghasilkan abu batu bara sekitar 2-10 %. Pada
13
saat ini, pengelolaan limbah abu batu bara (fly ash dan bottom ash) hanya
Fly ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batu
bara pada pembangkit tenaga listrik. Ada tiga tipe pembakaran batu bara pada
industri listrik yaitu dry bottom boilers, wet-bottom boilers dan cyclon
furnace. Apabila batu bara dibakar dengan tipe dry bottom boiler, maka
kurang lebih 80% dari abu meninggalkan pembakaran sebagai fly ash dan
masuk dalam corong gas. Apabila batu bara dibakar dengan wet-bottom boiler
sebanyak 50% dari abu tertinggal di pembakaran dan 50% lainnya masuk
dalam corong gas. Pada cyclon furnace, di mana potongan batu bara
digunakan sebagai bahan bakar, 70-80 % dari abu tertahan sebagai boiler slag
dan hanya 20-30% meninggalkan pembakaran sebagai dry ash pada corong
gas. Tipe yang paling umum untuk pembakaran batu bara adalah pembakaran
dry bottom seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Wardani, 2008).
14
Dahulu fly ash diperoleh dari produksi pembakaran batu bara secara
sederhana, dengan corong gas dan menyebar ke atmosfer. Hal ini yang
menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan, karena fly ash hasil dari
tempat pembakaran batu bara dibuang sebagai timbunan. Fly ash dan bottom
ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memerlukan
memanfaatkan limbah fly ash untuk keperluan bahan bangunan teknik sipil,
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), fly ash dan bottom ash
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
15
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
kode limbah D220, D221, D222 dan D223 dapat dinyatakan sebagai limbah
dan atau uji karakteristik. Di mana dalam daftar limbah B3 dari sumber yang
spesifik fly ash dengan kode limbah D223 adalah sebagai berikut dalam Tabel
2.1.
16
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, penelitian toxisitas abu batu bara
pemanfaatan abu batu bara tersebut untuk kehidupan mahluk hidup dengan
penelitian ini berasal dari PLTU yang berada di Sumatera dan Kalimantan.
bahwa keseluruhan uji hayati contoh abu batu bara tersebut terhadap kutu air,
ikan mas dan mencit memberikan hasil bahwa bahan-bahan uji tersebut relatif
ash) mempunyai butiran yang halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45
sekitar 4%. Fly ash memiliki specific gravity antara 2,15-2,6 dan
pembakaran batu bara bituminous lebih kecil dari 0,075 mm. Fly ash
rata abu terbang batu bara jenis sub-bituminous 0,01 mm– 0,015 mm,
17
Fly ash merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang
bara (lihat Gambar 2.2). Pada intinya fly ash mengandung unsur kimia
antara lain silika (SiO2), alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan
(Wardani, 2008).
dari fly ash adalah tipe batu bara, kemurnian batu bara, tingkat
18
Menurut ASTM C618 (dalam Wardani, 2008) fly ash dibagi
menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas F dan kelas C, Tapi berdasarkan
kelas C, dan kelas N. Perbedaan utama dari fly ash kelas F dan C adalah
Walaupun kelas F dan kelas C sangat ketat ditandai untuk digunakan fly
ash yang memenuhi spesifikasi ASTM C618, namun istilah ini lebih
umum digunakan berdasarkan asal produksi batu bara atau kadar CaO.
Yang penting diketahui, bahwa tidak semua fly ash dapat memenuhi
19
diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly ash
serpih; tufa dan abu vulkanik atau batu apung, dikalsinasi atau
semen, namun dengan kehadiran air dan ukurannya yang halus, oksida
silika yang dikandung di dalam fly ash akan bereaksi secara kimia
(Djiwantoro, 2001).
20
menyebabkan pencemaran pada air. Fly ash telah banyak digunakan di
kontribusi fly ash pada pemakaian portland cement, batu bata, beton
A. Portland Cement
21
(50%) pada perencanaan campuran beton, bahkan untuk ”Roller
telah dicapai dengan Pozzocrete (fly ash yang diproses) pada ”The
B. Batu Bata
yang tidak teratur. Hal ini terjadi ketika batu bata tersebut kontak
dengan air dan reaksi kimia yang terjadi menyebabkan batu bata
dia menemukan sesuatu yang baru terdiri dari fly ash dan air.
22
Metode pembuatan batu bata ini dapat dikatakan
Batu bata dari fly ash kelas C dan di press dengan mesin Baldwin
menunjukkan bermacam bentuk dan warna batu bata dari fly ash
(Wardani, 2008).
Gambar 2.4 Variasi Bentuk dan Warna Batu Bata dari Fly Ash
(Sumber : Wardani, 2008)
23
C. Beton Ringan
bahan aditif dalam beton bisa sebagai pengisi (filler) yang akan
24
5. Foam (neopor-600): 423 liters
silika
9. Mengurangi penyusutan
25
10. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton.
(Lincolen, 2017) :
26
Fly ash dapat efektif digunakan untuk bahan timbunan
F. Grouting
G. Stabilisasi Tanah
27
2008) yang bertujuan untuk mengevaluasi potensi pelepasan
28
kapur karena fly ash kelas C mempunyai sifat self cementing
(Wardani, 2008).
47,7 juta ton dan untuk kebutuhan energi campur sebesar 58,5 juta
ton, sehingga akan dihasilkan fly ash dan bottom ash sebesar 5% x
58,5 juta ton per tahun, tidak termasuk fly ash dan bottom ash
hasil dari PLTU baru seperti di Rembang, Cilacap dll, serta dari
industri yang baru. Berarti penghasilan fly ash sekitar 15.000 ton
29
2.2.3 Perbandingan Fly Ash & Semen Portland
tiga kemiripan sifat ke dua material tersebut, yaitu sifat fisik, sifat
A. Perbandingan Fisik
Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Fisik Fly Ash dan Semen Portland
B. Perbandingan Kimia
Tabel 2.4 Perbandingan Sifat Kimia Fly Ash dan Semen Portland
30
unsur pokok dari kedua material ini, karena unsur-unsur tersebut
antara fly ash dan semen Portland dapat dilihat pada tabel di atas.
2.3 Agregat
mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% dari
volume mortar atau beton. Walau hanya bahan pengisi, akan tetapi agregat
(Tjokrodimuljo, 1996).
31
Agregat juga adalah suatu bahan yang berasal dari butir-butir batu
pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun
buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau
kelompok yaitu:
Butiran yang lebih kecil dari 0,15 mm dan 5 mm dinamakan silt atau
Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 38 mm; 25 mm;
19 mm; 12,5 mm; 9,6 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,425 mm;
0,150 mm untuk koral. Untuk pasir lubang ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18
lebih besar dari 4,75 mm. Sedangkan butiran agregat yang kecil disebut
agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,75 mm (Mulyono,
2005).
dikenal empat fraksi. Yaitu bongkah, kerikil, pasir dan bahan halus dengan
32
a. Bongkah (cobbles) : butiran diatas 75 mm (3 inci);
4,75 mm (No.4);
d. Kerikil halus, butiran yang lolos saringan ¾ inci tertahan saringan 4,75
mm (No.4);
0,075 mm (No.200) ;
saringan 20 mm (No.10) ;
g. Pasir medium, butiran yang lolos saringan 2,0 mm (No. 10) tertahan
h. Pasir halus, butiran yang lolos saringan 0,425 mm (No. 40) tertahan
i. Bahan halus ( fines), butiran yang lolos saringan 0 ,075 mm (No. 200).
33
2.3.1 Agregat Halus
yang ukurannya tidak melebihi 0,5 cm, biasanya berbentuk pasir. Pasir
yang berasal dari dasar sungai ataupun letusan gunung berapi biasanya
jauh lebih diminati karena bentuknya yang tajam dan bersudut dapat
dibandingkan pasir laut yang berbentuk bundar akibat dari proses abrasi
(2010) agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari
batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mm. Pasir sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar.
Butiran dari mineral yang lain mungkin juga masih ada pada golongan
karena beberapa sebab, pasir dapat diperoleh dari dalam tanah, pada
dasar sungai atau tepi laut. Oleh karena itu pasir dapat digolongkan
menjadi 3 macam:
a. Pasir Galian
34
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah
dicuci.
b. Pasir Sungai
Daya lekat antar butir – butirnya agak kurang karena butir yang
yang lain.
c. Pasir Laut
garaman.
menjadi 5 (lima) yaitu Pasir sungai, Pasir gunung, Pasir laut, Pasir dari
distribusi ukuran butiran agregat halus menjadi empat daerah atau zone
yaitu : zone I (kasar), zone II (agak kasar), zone III (agak halus) dan
35
Tabel 2.5 Batas – Batas Gradasi Agregat Halus
adalah jenis tanah yang bersifat kohesif atau plastis, sedang pasir
(Hardiyatmo, 2002).
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda.
Tanah yang benar-benar kering terdiri dari dua fase, yang disebut
partikel padat dan udara pengisi pori (selanjutnya disebut udara pori).
Tanah yang jenuh sempuma (fully saturated) juga terdiri dari dua fase,
yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah yang jenuh sebagian
36
terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat, udara pori, dan air pori
(Hardiyatmo, 2002).
(Hardiyatmo, 2002).
(a) (b)
Gambar 2.11 (a) Elemen Tanah dalam Keadaan Asli; (b) Tiga Fase
Elemen Tanah
W = Ws + Ww (2.1)
dan
V = Vs + Vw + Va (2.2)
Vv = Vw + Va (2.3)
37
Keterangan :
adalah perbandingan antara berat isi butir tanah dan berat isi air
𝑊𝑠
𝐺𝑠 = (2.5)
𝑉𝑠 𝑥 𝛾𝑤
Keterangan :
Gs = Berat Jenis
38
Vs = Volume Tanah (cm3)
untuk tanah kohesif tak organik antara 2,68 – 2,75. Nilai – nilai
berat jenis dari berbagai jenis tanah diberikan dalam tabel 2.6
jenis dalam ilmu mekanika tanah yaitu berat isi butir (γs), berat isi
air (γw) yaitu sebesar 1 gram/cm3, berat isi tanah jenuh air (γsat),
berat isi tanah bawah (γsub), dan berat isi tanah kering (γd)
39
Keterangan :
V = Volume (cm3)
Keterangan :
e = Angka Pori
dari suatu tanah disebut angka pori maksimum (emaks). Angka pori
40
minimum. Untuk mencari emaks dan emin dapat menggunakan
dan
𝐺𝑠 𝑥 𝛾𝑤
𝑒𝑚𝑖𝑛 = -1 (2.9)
𝛾𝑑(𝑚𝑖𝑛)
Keterangan :
e = Angka Pori
Gs = Berat Jenis
2002).
𝑉𝑤
𝑆𝑟 (%) = x 100 (2.11)
𝑉𝑣
41
Keterangan :
Keterangan :
42
(berbutir kasar) di lapangan. Kerapatan relatif dinyatakan dalam
Keterangan :
e = Angka Pori
Nilai berat isi total (berat isi butir + berat isi air) dapat dicari
Keterangan :
Gs = Berat Jenis
e = Angka Pori
43
Nilai berat isi tanah kering sempurna atau kondisi tanah saat Sr
Keterangan :
Gs = Berat Jenis
e = Angka Pori
Keterangan :
e = Angka Pori
Gs = Berat Jenis
kadar air tanah dengan nilai berat butir atau padat serta nilai berat total
Ww = Ws x w (2.17)
Atau,
𝑤
𝑊𝑤 = xW (2.18)
1+𝑤
44
Keterangan :
Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar (pasir dan kerikil)
ayakan dan ukuran lubang diberikan dalam tabel 2.8 berikut (Das, 1995)
45
Dalam SNI 03 – 1968 - 1990 disebutkan bahwa tujuan dari
presentase dari berat total yang disusun dalam grafik kumulatif sesuai
mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan No.200 (0,075 mm)
sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadi jernih. Tujuan dari
46
analisa kadar lumpur ini adalah untuk memperoleh presentase jumlah
bahan dalam agregat yang lolos saringan No.200 (0,075 mm), sehingga
Suspensi adalah bahan halus lolos saringan No.200 (0,075 mm) yang
melayang di dalam larutan air pencuci. Biasanya hasil dari analisa kadar
(𝑤1 −𝑤2 )
𝑊𝐿 (%) = x 100 (2.19)
𝑤1
Keterangan :
antara dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tidak
hasil kombinasi makroskopis dari dua atau lebih komponen yang berbeda,
dengan tujuan untuk mendapatkan sifat – sifat fisik dan mekanik tertentu yang
(1999), bahan komposit berarti dua atau lebih bahan yang berbeda yang
47
digabung atau dicampur serta makroskopis menjadi suatu bahan yang
saling tidak larut atau menggabungkan sepenuhnya satu sama lain. Biasanya,
yaitu:
yaitu matrik (bahan pengikat) dan filler (bahan pengisi). Filler adalah bahan
komposit bisa berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matrik
secara umum berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit.
48
Berdasarkan bahan penguat, material komposit dapat diklasifikasikan
serpihan.
gelas, serat karbon, serat aramid dan sebagainya. Serat ini bisa disusun
secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam
rasio aspek yang besar, yaitu rasio panjang terhadap diameter harus
serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu
49
Komposit Laminat merupakan jenis komposit yang terdiri dari
dua lapis atau lebih yang digabungkan menjadi satu dan setiap
dari empat jenis yaitu komposit serat kontinu, komposit serat anyam,
dalam matriks. Komposit yang terdiri dari partikel dan matriks yaitu
butiran (batu, pasir) yang diperkuat semen atau bahan pengikat lain
yang serupa yang kita jumpai sebagai beton, pasta maupun mortar.
Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga bersifat
50
isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan koheren
baik.
perembesan.
Sifat lain tanah yang dipengaruhi oleh pelumasan butir-butir tanah oleh
air adalah kepadatan dimana butir-butiran merapat lebih dekat sebagai akibat
keluarnya udara. Hal ini dilakukan dengan menggunakan beban statis atau
dinamis pada tanah dengan jumlah tumbukan yang sesuai standar atau
51
(Compaction) adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan memperkecil
perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah ini. Pemadatan bertujuan
menggunakan daya pemadatan tertentu) pada berbagai kadar air yang makin
kemudian menurun yang disebut sebagai kondisi tanah jenuh air (SR = 100%)
(Das, 1995).
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Tingkat kepadatan suatu tanah diukur dari nilai berat keringnya
(γ). Berat volume kering tidak berubah oleh adanya kenaikan kadar air.
kemudian berubah kadar airnya (misalnya oleh hujan), maka berat volume
kering tetap tidak berubah, sepanjang volume total tanah tetap. Hal ini karena
kepadatan atau berat volume kering dinyatakan oleh γd = Ws/V, bila berat
butiran (W) dan volumetotal (V) tetap maka γ juga tetap (Craig, 1989).
tanah menjadi kecil. Apabila pemadatan dilakukan pada tanah yang telah
ditambah air, maka air akan melumasi butir - butir tanah sehingga butir-butir
tersebut akan merapat lebih dekat dan tanah menjadi padat. Untuk usaha
52
pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air
dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat. Apabila tanah terus ditambah
air, maka mulai kadar air tertentu, tanah akan menjadi jenuh. Sehingga
maksimum disebut sebagai kadar air optimum (wopt). Umumnya, makin tinggi
53
pelaksananya yang praktis, sampel yang dibutuhkan juga tidak banyak. Dalam
diperoleh dari percobaan pemadatan. Pengujian kuat tekan bebas termasuk hal
menghasilkan harga cu yang sedikit lebih kecil dari harga yang didapat dari
Tekan Bebas
0) dan lateral support (σ3 = 0), jadi hanya ada beban vertikal ( σ1 = 0) dengan
54
memberikan deformasi. Beban vertikal yang menyebabkan contoh tanah
menjadi retak di bagi dengan satuan luas yang di koreksi (A) disebut
Tekanan aksial yang terjadi pada tanah dapat ditulis dalam persamaan
berikut :
𝑃
σ =𝐴 (2.19)
Keterangan:
Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh baik dalam
asli (disturbed sampel), dimana ada pembebanan cepat, air tidak sempat
mengalir keluar dari benda uji. Pada lempung jenuh, tekanan air pori dari
dalam benda uji pada awal pengujian negatif (tegangan kapiler). Tegangan
55
aksial yang diterapkan di atas benda uji berangsur – angsur bertambah sampai
(2.20)
Keterangan:
Secara teoritis, nilai Δσf pada lempung jenuh seharusnya sama seperti
(2.21)
Keterangan:
Hasil uji tekan bebas biasanya tidak begitu meyakinkan bila digunakan
untuk menentukan nilai parameter kuat geser tanah tak jenuh (Hardiyatmo,
= 3D, Dimana D = diameter contoh tanah dan L = tinggi contoh tanah. Sebab
56
3D, berlaku sebagai kolom, akan ada bahaya tekuk. Jadi yang ideal adalah : L
: D = 2 : 1.
diperoleh dari hasil uji tekan bebas mendekati sama dengan hasil uji triaksial
pada kondisi keruntuhan, beberapa hal yang harus dipenuhi, antara lain (Holtz
a. Benda uji harus 100% jenuh, kalau tidak, akan terjadi desakan udara di
dalam ruang pori yang menyebabkan angka pori (e) berkurang sehingga
b. Benda uji tidak boleh mengandung retakan atau kerusakan yang lain.
Dengan kata lain benda uji harus utuh dan merupakan lempung
dalam keadaan utuh, dan bahkan sering terjadi pula lempung normally
c. Tanah harus terdiri dari butiran sangat halus. Tekanan kekang efektif
merupakan fungsi dari tekanan pori residu (-ur). Hal ini berarti bahwa
penentuan kuat geser tanah dari uji tekan bebas hanya cocok untuk
tanah lempung.
57
pengeringan benda uji akan menambah tegangan kekang dan dapat
menghasilkan kuat geser yang lebih tinggi. Waktu yang cocok biasanya
σ1 – σ3 ) saat runtuh. Untuk tahap – tahap atau cara – cara uji kuat tekan bebas
Menurut Bowles (1993) bahwa definisi kuat geser tanah yaitu suatu
beban yang dikerjakan pada suatu masa tanah akan selalu menghasilkan
lampu di bawah beban tersebut. Kekuatan geser suatu tanah dapat juga
58
didefinsikan sebagai tahanan maksimum dari tanah terhadap tegangan geser
di bawah suatu kondisi yang diberikan (Smith, 1992). Kuat geser tanah
strength.
terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan
tegangan geser. Hubungan fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser
(2.22)
Keterangan :
(kN/m2)
59
Coulomb (1776) mendefinisikan ƒ(σ) seperti pada persamaan sebagai berikut
τ = 𝑐 + 𝜎 tan 𝜙 (2.23)
Keterangan :
c = Kohesi (kN/m2)
berbentuk garis lengkung seperti pada gambar 3 dimana untuk sebagian besar
normal dan kekuatan geser (Das,1995). Tanah, seperti halnya bahan padat,
60
Jika tegangan–tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat
geser tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan –
akan pernah terjadi, karena sebelum tegangan yang terjadi mencapai titik R,
di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori (Hardiyatmo, 2002).
Kuat geser tanah pasir dapat ditentukan dari salah satu uji triaksial atau
uji geser langsung. Kelebihan tekanan air pori akibat adanya beban yang
bekerja diatas tanah pasir dalam kondisi jenuh adalah nol. Hal ini disebabkan
air pori relatif cepat menghambur keluar tanpa menimbulkan tekanan yang
61
berarti. Jadi, dapat dianggap bahwa kondisi pembebanan pada tanah pasir
satu sama lain dan rapat. Sebelum kegagalan geser terjadi, hubungan yang
saling mengunci ini menambah perlawanan gesek pada bidang geser. Setelah
tegangan puncak tercapai pada nilai ∆L yang rendah, tingkat penguncian antar
tegangan geser menjadi konstan, yaitu pada nilai tegangan batasya. Derajat
hubungan saling mengunci antar butiran akan sangat besar pada tanah pasir
yang bergradasi baik dengan bentuk butiran yang bersudut. Dalam keadaan
Pada pasir yang tidak padat (lepas), derajat penguncian antar butir kecil,
suatu nilai yang menuju nilai tegangan batas, dengan tidak ada nilai tegangan
geser puncak. Tiap kenaikan tegangan geser, akan diikuti oleh pengurangan
volume benda uji. Pada tegangan vertikal dan tegangan sel yang sama, nilai
tegangan geser batas dan angka pori untuk pasir tidak padat dan pasir padat
mendekati sama. Bendauji tanah pasir dikatakan pada nilai banding pori kritis
jika tercapai keadaan volume beda uji yang tetap tidak berubah pada proses
62
Tabel 2.11 Nilai Tipikal Sudur Geser (ϕ) Pada Tanah Pasir
Tabel 2.12 Hubungan Kerapatan Relatif (Dr) dan Sudut Geser dalam
1956)
Pada tanah lempung jenuh air bila mengalami pembebanan akan terjadi
kekang saja, akan tetapi bergantung pula pada sejarah tegangan. Demikian
pula pembebanan tak terdrainase, nilai tekanan air pori sangat tergantung dari
tekanan air pori akan lebih cepat daripada tanah lempung (Hardiyatmo, 2002)
Cara pengujian geser langsung ini terdapat dua cara yaitu, tegangan
yang sama besarnya setiap kali sampai runtuh. Keruntuhan akan terjadi
sepanjang bidang bagi kotak besi tersebut. Pada uji regangan terkendali, suatu
kecepatan gerak mendatar tertentu dilakukan pada bagian belahan atas dari
arloji ukur horizontal. Untuk pedoman dalam pengujian kuat geser langsung
3420-2016.
64
65