Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM TRPPBS

FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

METODE PENCAMPURAN, PEMBUATAN, PERAWATAN, DAN


PENGUJIAN BETON

Dosen Asistensi

Dr. Ridho Bayu Aji, ST.,MT.

Disusun oleh

Faizal Saditya A. S (10111710000058)

Dirgantoro Prakoso (10111710000059)

Nur Chabibi (10111710000060)

Ricky Chandra (10111710000061)

Anisa Adum R (10111710000062)

Dewa Ramadhana A (10111710000063)

Nanda Amar K (10111710000063)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2019
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami selaku mahasiswa- mahasiswi teknologi beton dan bahan
bangunan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dapat menyelesaikan penyusunan
laporan praktikum ini. Segala hambatan dan rintangan yang kami alami dalam proses
penyusunan laporan ini telah menjadi sebuah pelajaran bagi kami untuk meningkatkan
kinerja dan kesolidaritasan kelompok kerja sehingga laporan ini diharapkan dapat menjadi
laporan yang baik. Keberhasilan penyusunan laporan ini merupakan kerja keras kelompok
kami yang tentunya tidak lepas dari pengarahan beberapa pihak.tidak lupa kami
menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu dosen dan assisten.

Kami harapkan laporan ini dapat membantu para pembaca untuk mengerti tentang pengujian
aspal sesuai SNI dalam mata kuliah teknologi beton dan bahan bangunan. Tetapi kami juga
menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, untuk itu kami
selalu menerima kritik dan saran membangun bagi majunya laporan ini.

Surabaya, Nopember 2019

Kelompok 1
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB 1 METODE PERENCANAAN BETON.......................................................................... 4
1.1 Dasar teori ........................................................................................................................ 4
1.2 Standar pengujian............................................................................................................. 6
1.3 Data perencanaan beton ................................................................................................... 7
1.4 Langkah kerja................................................................................................................... 7
BAB 2 METODE PEMBUATAN BETON .............................................................................. 8
1.1 Dasar teori ........................................................................................................................ 8
1.2 Standar pengujian........................................................................................................... 10
1.3 Data pembuatan beton .................................................................................................... 10
1.4 Langkah kerja................................................................................................................. 10
BAB 3 METODE PERAWATAN BETON ............................................................................ 11
1.1 Dasar teori ...................................................................................................................... 11
1.2 Standar pengujian........................................................................................................... 12
1.3 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 12
1.4 Langkah kerja................................................................................................................. 12
BAB 4 METODE PENGUJIAN BETON (KUAT TEKAN) .................................................. 13
1.1 Dasar teori ...................................................................................................................... 13
1.2 Standar pengujian........................................................................................................... 14
1.3 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 14
1.4 Langkah kerja................................................................................................................. 14
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB 1
METODE PERENCANAAN BETON

1.1 Dasar teori


a. Perencanaan campuran

Perencanaan campuran beton (mix design) adalah suatu langkah yang sangat penting
dalam pengendalian mutu beton. Campuran yang salah akan mempengaruhi
kemudahan pelaksanaan maupun performa beton dalam pemakaian.

Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat
dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.

Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi
saat dalam kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup
kuat dan tahan lama.

Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton


tersebut akan berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat,
atau kondisi cuaca yang ekstrim.
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

b. Proporsional

Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.
Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat.
Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan
pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.

c. Semen

Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan
meningkat. Semen (bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat
agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai yang paling halus.

d. Air

Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup
digunakan untuk melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif,
dan mudah dikerjakan (workable).

e. Rasio air-semen

Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin
besar, kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu,
rasio air-semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau
kadar sulfat yang ada di lingkungan tersebut.

f. Agregat

Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer,
“lunak”, seperti tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan
akan cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.

Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu,
kelihatan getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.

1.2 Standar pengujian


SNI 7656-2012 Tata cara pemilihan campuran untuk beton normal, beton berat dan
beton massa

SNI 2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal


PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1.3 Data perencanaan beton


1. Analisa ayak (gradasi) agregat halus dan agregat kasar;
2. Bobot isi agregat;
3. Berat jenis, penyerapan air, dan kadar air agregat;
4. Air pencampur yang dibutuhkan beton berdasarkan pengalaman dengan
menggunakan agregat yang ada;
5. Hubungan antara kekuatan dan rasio air-semen atau rasio air terhadap semen+bahan
bersifat semen lainnya;
6. Berat jenis semen atau bahan bersifat semen lainnya bila digunakan.

1.4 Langkah kerja


1. Penentuan proporsi campuran
2. Pemilihan slump
3. Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum
4. Perkiraan air pencampur dan kandungan udara
5. Pemilihan rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen
6. Perhitungan kadar semen
7. Perkiraan kadar agregat kasar
8. Perkiraan kadar agregat halus
9. Penyesuaian terhadap kelembaban agregat
10. Pengaturan campuran percobaan
11. Pemilihan proporsi campuran beton massa
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB 2
METODE PEMBUATAN BETON

1.1 Dasar teori


Beton adalah material utama yang digunakan dalam pembuatan bangunan. Beton terdiri
dari pasta, agregat dan admixture. Dalam membuat suatu beton dengan mutu tertentu
perlu ditentukan jumlah pasta dan agregat yang sesuai. Pasta adalah campuran semen dan
air yang digunakan untuk merekatkan agregat-agregat dalam beton. Jumlah pasta pada
pembuatan beton sekitar 30-40% dari volume dan berat total beton. Sedangkan jumlah
agregat sebesar 60-70%.

Dalam suatu proses pembuatan beton, yang perlu diperhatikan ada kekuatan,
keekonomisan, dan durabilitas bahan dari beton tersebut. Durabilitas adalah daya tahan
suatu bahan terhadap beban yang akan diterimanya. Pembuatan beton melalui proses
perhitungan kadar air,jumlah semen dan jumlah agregat yang diperlukan. Setelah proses
perhitungan, akan dilakukan proses pembuatan beton dengan bahan-bahan yang telah
dihitung. Setelah beton terbentuk, dilakukanlah proses perawatan selama 28 hari. Pada
hari ke 28, kualitas beton hanya memenuhi 70% dari kondisi normalnya.

Pada proses perawatan beton diusahakan agar temperatur ruang perawatan jangan terlalu
dingin, juga beton diusahakan jangan terlalu kering karena akan menyebabkan getas. •
semen dan air Semen merupakan bubuk kering yang berupa partikel-pertikel halus.
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen
memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan
berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen
yang digunakan dalam pembutan beton adalah semen hidrolik.

Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan
massa. Semen hidrolik juga terdiri dari beberapa jenis, seperti semen semen portland,
semen portland abu terbang, semen portland putih, dll. Semen portland terbuat dari
campuran kalsium, silika, alumunium dan oksida besi. Pada penggunaannya di lapangan,
bahan-bahan semen portland dibuat atau ditambahkan dari zat kimia lain. Contohnya,
semen portland abu terbang yang merupakan hasil poemanfaatan kembali dari produksi
pembakaran gas. Air juga sangat dibutuhkan dalam pembuatan beton, karena air dapat
mempercepat proses kimiawi pada beton.Sehingga dapat memudahakn pengerjaan.

Pada reaksi kimia beton, hanya 1/3 bagian air yang diperlukan untuk reaksi. Air
bermanfaat dalam mencegah penyusutan plastis. Tapi dapat merendahkan permeabilitas
dan kekuatan beton. Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk
pasta. Fungsi dari pasta ini adalah untuk merekatkan agregat sehingga tidak mudah
goyah. Selain itu, semen juga berfungsi dalam mengeraskan dan membentuk beton agar
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

padat. Proporsi dari kedua campuran semen dan air menentukan sifat-sifat dari beton
yang dibentuk agregat

Agregat merupakan pengisi beton yang digunakan untuk membuat volume stabil. Selain
itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat sangat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang
dihasilkan, seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada
beton adalah menghasilkan beton yang murah, menimbulkan volume beton yang stabil,
dan mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut Agregat alami dapat
diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada batuan induk yang lebih
besar.

Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang menyerupai bentuk kubus atau
bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil secara kimiawi. • admixture dan
additif Admixture atau zat tambahan lainnya adalah bahan yang tidak harus dipakai dalam
pembuatan beton,karena dipakai hanya jika ingin mendapatkan suatu jenis beton yang
membutuhkan bahan,selain semen dan agregat. Contoh-contoh zat admixture :

• super-plasticizer : digunakan untuk mengurangi jumlah campuran air

• pembentuk gelembung udara : meninggikan sifat kedap air

• retarder : memperlambat pengerasan, memperpanjang waktu pengerjaan

• bahan warna : memberi bahan warna Persiapan dalam Perencanaan Campuran Beton

Perbandingan air dengan semen (rasio W/C). faktor air semen berdasarkan perbandingan
berat. dari tabel didapatkan nilai rasio W/C maksimum yang diizinkan untuk berbagai
jenis struktur dan sifat lingkungan Slump sebagai ukuran kekenyalan adukan beton.
Slump merupakan perbedaan tinggi dari adukan dalam suatu cetakan berbentuk kerucut
terpancung terhadap tinggi adukan setelah cetakan diambil. Batasan slump bagi jenis
elemen struktur dinyatakan dalam tabel. Nilai pada tabel berlaku untuk pemadatan dengan
alat pengetar.

Untuk cara pemadatan yang lain, nilai-nilai slump dapat dinaikan 25mm lebih besar.
Ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan sesuai dengan ketentuan dengan
ketentuan dalam kemudahan pelaksanaan pengecoran dan syarat monolit beton. Dalam
tabel dijelaskan ukuran maksimum agregat maksimum yang boleh digunakan untuk
pengecoran elemen struktur. Bagi perencanaan adukan, berat air rencana dan prosentase
adanya udara yang terperangkap, ditetapkan berdasarkan pada besarnya slump rencana
dan ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan. Tabel di bawah ini menjelaskan
penentuan jumlah berat air perlu bagi setiap m3 beton berdasarkan nilai slump rencana.
Mendapatkan volume rencana agregat kasar setiap m3 beton, digunakan nilai-nilai yang
tercantum pada tabel. Menetapkan terlebih dahulu ukuran agregat kasar dan nilai modulus
kehalusan agregat halus, maka dari tabel tersebut didapat prosentase volume agregat
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

kasar/satuan volume beton. Prosentase volume berdasarkan kondisi agregat kering muka.
Nilai dalam tabel mendapatkan nilai prosentase volume dengan tingkat kekenyalan
umum. Untuk pekerjaan beton kurang kenyal, seperti bagi pekerjaan jalan, harga dalam
tabel dapat dinaikan sebanyak 10%.

1.2 Standar pengujian


SNI 2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal

SNI 1972-2008 Uji slump

1.3 Data pembuatan beton


1. Perhitungan mix design (berat air, agregat kasar, agregat halus, semen)
2. Perhitungan safety factor dari air dan semen

1.4 Langkah kerja


1. Timbang berat air, semen, agregat kasar, dan agregat halus sesuai dengan mix design
2. Siapkan dan tempatkan di wadah yang berbeda
3. Siapkan molen (dalam keadaan bersih)
4. Siapkan bekisting (pasang dan diolesi oli)
5. Campurkan air, semen, agregat kasar, dan agregat halus pada molen
6. Setelah tercampur rata, lakukan uji slump
7. Jika uji slump tidak memenuhi, maka dilakukan penambahan material dan diaduk
kembali
8. Jika uji slump memenuhi, maka langsung dituangkan ke dalam bekisting masing -
masing
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB 3
METODE PERAWATAN BETON

1.1 Dasar teori

Terdapat berbagai macam metode curing beton yang umum dilakukan baik dengan
pembasahaan sederhana, penguapan dan menggunakan membran. Pemilihan cara yang
tepat dalam melakukan pemeliharaan beton merupakan hal yang harus diperhatikan
karena sangat berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

A. Perawatan dengan pembasahan


Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab (dilakukan pada beton uji).
Menaruh beton segar dalam genangan air (dilakukan pada beton uji).
Menyelimuti permukaan beton dengan air.
Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
Menyirami permukaan beton secara continue.
Melapisi permukaan beton dengan material khusus (Curing Compound)

B. Perawatan dengan penguapan / steam


Sebelum perawatan dengan penguapan dilaksanakan, beton harus dipertahankan
terlebih dahulu dan berada pada suhu 10°-30°C selama beberapa jam. Perawatan
dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin.
Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih
dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai
sesuai dengan rencana pada umur 28 hari. Perawatan dengan penguapan
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Perawatan dengan tekanan yang rendah berlangsung selama 10-12 jam
dengan tekanan berkisar antara 40°-55°C
2. Perawatan dengan tekanan tinggi berlangsung selama 10-16 jam dengan
tekanan pada suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C.

C. Perawatan dengan membrane


Membran yang digunakan untuk perawatan beton ini merupakan penghalang
fisik untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering
dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar film
yang continue, melekat dan tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang
halus dan tidak membahayakan beton. Lembaran plastik atau lembaran lain yang
kedap air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan
menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan perkerasan
beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah
waktu pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah
atau sebelum perawatan dengan pembahasan.
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1.2 Standar pengujian


SNI 2493-2011 “Tata cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium”

1.3 Alat dan Bahan


1. Wadah yang berisi air
2. Beton
3. Membran atau terpal atau wadahnya di tempat yang tidak terkena matahari

1.4 Langkah kerja


1. Setelah beton sudah padat (sekitar 1 hari) langsung dilepas dari bekisting
2. Dimasukkan ke dalam air untuk direndam selama 28 hari atau sesuai perencanaan
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

BAB 4
METODE PENGUJIAN BETON (KUAT TEKAN)

1.1 Dasar teori


Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya tekan dalam setiap
satu satuan luas permukaan beton. Secara teoritis, kekuatan tekan beton dipengaruhi oleh
kekuatan komponen-komponennya yaitu; pasta semen, volume rongga, agregat, dan
interface (hubungan antar muka) antara pasta semen dengan agregat. Dalam pelaksanaannya
di lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah: Nilai faktor air
semen. Untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan, diperlukan faktor air semen
minimal 0,35. Jika terlalu banyak air yang digunakan, maka akan berakibat kualitas beton
menjadi buruk. Jika nilai faktor air semen lebih dari 0,60, maka akan berakibat kualitas beton
yang dihasilkan menjadi kurang baik. Rasio agregat-semen. Pasta semen berfungsi sebagai
perekat butir-butir agregat, sehingga semakin besar rasio agregat-semen semakin buruk
kualitas beton yang dihasilkan, karena kuantitas pasta semen yang menyelimuti agregat
menjadi berkurang. Derajat kepadatan. Semakin baik cara pemadatan beton segar, semakin
baik pula kualitas yang dihasilkan. Pemadatan di lapangan biasa dilakukan dengan potongan
besi tulangan ø16 yang ditumpulkan, atau dengan alat bantu vibrator. Umur beton. Semakin
bertambah umur beton, semakin meningkat pula kuat tekan beton. Pada umumnya,
pelaksanaan di lapangan, bekisting dapat dilepas setelah berumur 14 hari, dan dianggap
mencapai kuat tekan 100% pada umur 28 hari. Cara perawatan. Beton dirawat di
laboratorium dengan cara perendaman, sedangkan di lapangan dilakukan dengan cara
perawatan lembab (menutup beton dengan karung basah) selama 7-14 hari. Jenis semen.
Semen tipe I cenderung bereaksi lebih cepat daripada PPC. Semen tipe I akan mencapai
kekuatan 100% pada umur 28 hari,

Semen PPC diasumsikan mencapai kekuatan 100% pada umur 90 hari. Jumlah semen.
Semakin banyak jumlah semen yang digunakan, semakin baik kualitas beton yang dihasilkan,
karena pasta semen yang berfungsi sebagai matriks pengikat jumlahnya cukup untuk
menyelimuti luasan permukaan agregat yang digunakan. Kualitas agregat yang meliputi: a)
gradasi, b) teksture permukaan, c) bentuk, d) kekuatan, e) kekakuan, dan f) ukuran
maksimum agregat. Prosedur pengujian kuat tekan beton di Indonesia dapat dilakukan
dengan mengacu SNI : 03-1974-1990. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji kuat tekan
beton meliputi: a) kondisi ujung benda uji, b) ukuran benda uji, c) rasio diameter benda uji
terhadap ukuran maksimum agregat, d) rasio panjang terhadap diameter benda uji, e) kondisi
kelembaban, f) suhu benda uji, g) arah pembebanan terhadap arah pengecoran, h) laju
penambahan beban pada compression testing machine, dan i) bentuk geometri benda uji.
PROGRAM TRPPBS
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

1.2 Standar pengujian


SNI 03-1974-1990 “Metode pengujian kuat tekan beton”

1.3 Alat dan Bahan


1) cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;
2) tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung dibulatkan, dibuat
dari baja yang bersih dan bebas karat;
3) mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air;
4) timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh;
5) mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan;
6) satu st alat pelapis (capping);
7) peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata, dan talam;
8) satu set alat pemeriksa slump;
9) satu set alat pemeriksaan berat isi beton.

1.4 Langkah kerja


1) letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
2) jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 per detik;
3) lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang
terjadi selama pemeriksaan benda uji;
4) gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji

Anda mungkin juga menyukai