Anda di halaman 1dari 7

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

03
KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA

KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA PATI


NOMOR : SK/ -KPMH/VIII/2019

TENTANG
PANDUAN INFORMED CONSENT
KEPALA KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA PATI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA PATI

Menimbang : a. bahwa informed consent adalah kesepakatan yang dibuat seorang


klien untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah
informasi yang lengkap, termasuk risiko terapi dan fakta yang
berkaitan dengan terapi tersebut, telah diberikan oleh dokter.
b. bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien ,
informed consent sangat diperlukan untuk melindungi
hak&kewajiban petugas;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a
dan b, maka perlu Panduan Informed Consent yang ditetapkan
dalam Keputusan Kepala Klinik;
Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasyankes;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA


TENTANG PANDUAN INFORMED CONSENT

KESATU : Panduan Informed Consent dengan susunan sebagaimana lampiran


yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini
KEDUA : Panduan Informed Consent sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM
KESATU keputusan ini dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan
kegiatan di Klinik Pratama Marga Husada;
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari terjadi perubahan dan atau terdapat kesalahan dalam
Keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pati
pada tanggal Oktober 2019
Kepala Klinik Pratama Marga Husada

dr. Eko Yulianto


Pembina/NIP 1967071219990310001

Tembusan:
1. Kakesdam IV/Diponegoro;
2. Dandenkesyah 04.04.03;
3. Arsip.
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.03
KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA
Lampiran SK Kepala Klinik Pratama Marga
Husada
Nomor : SK/ -KPMH/X/2019
Tanggal : Oktober 2019

PANDUAN INFORMED CONSENT


KLINIK PRATAMA MARGA HUSADA PATI

A. PENGERTIAN

Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat
penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik untuk
kepentingan dokter maupun pasien.
Menurut john M. echols dalam kamus inggris – Indonesia(2003), informed berarti
telah diberitahukan, teleh disampaikan,telah diinformasikan.sedangkan consent
berarti persetujuan yang yang diberikan kepada seseorang untuk berbuat sesuatu.
Menurut Jusuf Hanifah (1999), informed consent adalah persetujuan yang
diberikan pasien kepada dokter setelah diberi penjelasan. Dalam praktiknya,
seringkali istilah informed consent disamakan dengan surat izin operasi (SIO) yang
diberikan oleh tenaga kesehtan kepada keluarga sebelum seorang pasien dioperasi,
dan dianggap sebagai persetujuan tertulis. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa
informed consent bukan sekedar formulir persetujuan yang didapat dari pasien, juga
bukan sekedar tanda tangan keluarga, namun merupakan proses komuniksi. Inti dari
informed consent adalah kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien,
sedangkan formulir hanya merupkan pendokumentasian hasil kesepakatan. sehingga
secara keseluruhan dapat diartikan bahwa telah mendapat penjelasan tentang
tindakan apa yang akan dilakukan oleh petugas medik dan telah disetujui oleh
keluarga dengan ditandai oleh penandatanganan surat persetujuan tindakan medik.
Persetujuan tindakan adalah kesepakatan yang dibuat seorang klien untuk
menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang lengkap, termasuk
risiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut, telah diberikan oleh
dokter. Oleh karena itu, persetujuan tindakan adalah pertukaran antara klien dan
dokter. Biasanya, klien menandatangani formulir yang disediakan oleh institusi.
Formulir itu adalah suatu catatan mengenai persetujuan tindakan, bukan persetujuan
tindakan itu sendiri.
Mendapatkan persetujuan tindakan untuk terapi medis dan bedah spesifik adalah
tanggung jawab dokter. Meskipun tanggung jawab ini didelegasikan kepada perawat
di beberapa institusi dan tidak terdapat hukum yang melarang perawat untuk menjadi
bagian dalam proses pemberian informasi tersebut.

B. TUJUAN
Keberadaan informed consent sangat penting, karena mengandung ide moral,
seperti tanggung jawab (autonomi tidak terlepas dari tanggung jawab). Jika individu
memilih untuk melakukan sesuatu, ia hanya bertanggung jawab terhadap pilihannya
dan tidak bisa menyalahkan konsekuensi yang akan terjadi. Ide moral lain adalah
pembaruan. Tanpa autonomi, tidak ada pembaruan dan jika tidak ada pembaruan,
masyarakat tidak akan maju.
Sehingga tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi
yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk
menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan
yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat
menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Informed consent mempunyai peran dan manfaat yang sangat penting dalam
penyelenggaraan praktik,yaitu :
1. Membantu kelancaran tindakan medis. Melalui informed consent, secara tidak
langsung terjalin kerjasama antara tenaga medis dan klien sehingga memperlancar
tindakan yang akan dilakukan. Keadaan ini dapat meningkatkan efisiensi waktu
dalam upaya tindakan kedaruratan.
2. Mengurangi efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi. Tindakan medis
yang tepat dan segera, akan menurunkan resiko terjadinya efek samping dan
komplikasi.
3. Mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit, karena pasien
memiliki pemahaman yang cukup terhadap tindakan yang dilakukan.
4. Meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan mutu ditunjang oleh tindakan yang
lancar, efek samping dan komplikasi yang minim, dan proses pemulihan yang
cepat
5. Melindungi tenaga medis dari kemungkinan tuntutan hukum. Jika tindakan medis
menimbulkan masalah, tenaga medis memiliki bukti tertulis tentang persetujuan
pasien.

C. BENTUK – BENTUK INFORMED CONSENT


Informed consent harus dilakukan setiap kali akan melakukan tindakan medis,
sekecil apapun tindakan tersebut. Menurut depertemen kesehatan (2002), informed
consent dibagi menjadi 2 bentuk :
1. Implied consent
Yaitu persetujuan yang dinyatakan tidak langsung. Contohnya: saat akan
mengukur tekanan darah ibu, ia hanya mendekati si ibu dengan membawa
sfingmomanometer tanpa mengatakan apapun dan si ibu langsung menggulung
lengan bajunya (meskipun tidak mengatakan apapun, sikap ibu menunjukkan
bahwa ia tidak keberatan terhadap tindakan yang akan dilakukan bidan/ perawat).
2. Express Consent
Express consent yaitu persetujuan yang dinyatakan dalam bentuk tulisan atau
secara verbal. Sekalipun persetujuan secara tersirat dapat diberikan, namun
sangat bijaksana bila persetujuan pasien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena
hal ini dapat menjadi bukti yang lebih kuat dimasa mendatang. Contoh, persetujuan
untuk pelaksanaan anestesi lokal.
Yang berhak menandatangani informed consent
1. Pasien dewasa 21 tahun atau sudah menikah dalam keadaan sehat
2. Keluarga pasien bila umur pasien 21, pasien dengan gangguan jiwa, tidak
sadar,atau pingsan
3. Pasien < 21 tahun/ sudah menikah dibawah pengampuan dan gangguan mental,
persetujuan diberikan pada wali
4. Pasien < atau belum menikah dan tidak punya wali/ wali berhalangan,
persetujuan diberikan pada keluarga atau yang bertanggung jawab pada pasien
5. Dalam keadaan pasien tidak sadar dan tidak ada wali/ keluarga terdekat dan
dalam keadaan darurat yang perlu tindakan medik segera tidak dibutuhkan
informed consent dari siapapun

Syarat syah informed consent menurut The Medical Denfence Union dalam
bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice yaitu
1. diberikan secara bebas
2. diberikan pada orang yang sanggup memberikan perjanjian
3. telah dijelaskannya bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien
memahami tindakan itu perlu dilakukan
4. mengenai sesuatu yang khas
5. tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama

D. TATA CARA INFORMED CONSENT


Permenkes RI NO 585/MenKesh/Per/IX/1989
1. Penjelasan langsung dari dokter yang melakukan tindakan medis dan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
2. Tidak ada unsur dipengaruhi/ mengarahkan pasien pada tindakan tertentu, semua
putusan diserahkan pasien dan dokter hanya menyarankan dan menjelaskannya
3. Menanyakan ulang kembali apakah sudah mengerti
4. Lembar informed consent diisi oleh pasien/keluarga/ wali

Persetujuan atau kesepakatan antara tenaga kesehatan dan klien harus mencakup:
1. Pemberi penjelasan, yaitu tenaga kesehatan.
2. Penjelasan yang akan disampaikan yang memuat lima hal yaitu:
a. Tujuan tindakan medis yang akan dilakukan,
b. Tata cara tindakan yang akan dilakukan,
c. Resiko yang mungkin dihadapi,
d. Alternatif tindakan medik dari setiap alternatif tindakan,
e. Prognosis, bila tindakan itu dilakukan atau tidak.
3. Cara menyampaikan penjelasan .
4. Pihak yang berhak menyatakan persetujuan yaitu pasien, tanpa paksaan dari pihak
manapun.
5. Cara menyatakan persetujuan (tertulis atau lisan). Dalam praktiknya, consent dapat
diberikan oleh pasien secara langsung atau oleh keluarga/ pihak yang mewakili
pasien dalam keadaan darurat.
E. UNSUR-UNSUR INFORMED CONSENT
Suatu informed consent baru sah diberikan oleh pasien jika memenuhi minimal 3
(tiga) unsur sebagai berikut :
1. Keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh dokter
2. Kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan
3. Kesukarelaan (tanpa paksaan atau tekanan) dalam memberikan persetujuan.

Jenis tindakan yang memerlukan informed consent


1. Tindakan-tindakan yang memerlukan pemberian anestesi lokal
2. Tindakan-tindakan untuk menegakkan diagnosis
3. Tindakan-tindakan yang bersifat terapeutik.

Hal yang membatalkan informed consent


 keadaan darurat medis
 ancaman terhadap kesehatan masyarakat
 pelepasan hak pemberian consent pada pasien
 pasien tanpa pendamping yang tidak kompeten memberikan consent

F. SANKSI HUKUM TERHADAP INFORMED CONSENT


1. Sanksi pidana
Apabila seorang tenaga kesehatan menorehkan benda tajam tanpa persetujuan
pasien dipersamakan dengan adanya penganiayaan yang dapat dijerat Pasal 351
KUHP
2. Sanksi perdata
Tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang mengakibatkan kerugian dapat
digugat dengan 1365, 1367, 1370, 1371 KUHP
3. Sanksi administratif
Pasal 13 Persetujuan tindakan mengatur bahwa :
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien atau
keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin praktik.

G. BILA TERJADI PENOLAKAN INFORMED CONSENT

Dalam pelaksanaanya tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan


tindakan medik yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter
maupun tenaga kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga
mempunyai hak menolak usul tindakan yang akan dilakukan. Tidak ada hak dokter
yang dapat memaksa pasien mengikuti anjuran, walaupun dokter menganggap
penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan yang
diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter meminta pasien
atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medik
yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai