Anda di halaman 1dari 9

Kerikil menurut KBBI butiran batu lebih besar daripada pasir dan lebih kecil daripada kerakal (kira-

kira sebesar biji kacang tanah atau biji Nangka). Secara teoritis, kerikil mulanya berasal dari magma
yang keluar dari perut bumi dalam kondisi panas dan bersifat cair yang mengalir dari letusan gunung
aktif. Magma tersebut mengalami pendinginan oleh udara menjadi batuan beku yang salah satunya
dapat menjadi kerikil. Dalam ilmu Teknik sipil, kerikil memiliki peran yang sangat besar. Mulai dari
pembuatan beton, jalan, bangunan untuk menahan air, dll. Walaupun ketersediaan kerikil sangat
melimpah dialam, namun tak semuanya dapat digunakan secara langsung oleh manusia. Ada yang
perlu disaring terlebih dahulu maupun dipecah menjadi ukuran yang diinginkan. Maka dari itu,
dalam makalah ini akan disampaikan mengenai beberapa informasi mengenai peran kerikil dan
parameter uji yang dapat dilakukan pada kerikil untuk kepentingan ilmu Teknik sipil.

Peran kerikil
PEMBAHASAN
Kerikil
Kerikil (agregat kasar) adalah material yang tertahan pada saringan No. 8 (2,36 mm).
Kerikil untuk campuran beraspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering,
awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainya serta mempuyai
tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking
yang baik dengan material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis
perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunya
daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
1. Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji dengan goresan
batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.
2. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan). Jika
diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
3. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 1
%.
4. Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali
5. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %
6. Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar gradasi
7. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara bidang-
bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau
berkas tulangan

Syarat Gradasi Agregat Kasar Syarat gradasi agregat kasar (kerikil) menurut British
Standar (BS) disajikan pada tabel sebagai berikut :

A. PERANAN KERIKIL
 Kerikil memegang peranan yang penting dalam campuran beton,karena menempati
sebagian besar dari total volume beton. Berikut ini peranan kerikil diantaranya;
1. Menghemat penggunaan semen Portand
2. Mengurangi penyusutan pada beton
3. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
4. Menghasilkan beton yang padat dan kokoh jika gradasinya baik
 Kerikil juga memiliki peranan penting dalam hal perkerasan jalan seperti
permodelan Tellford dMaccadam

Model Tellford & Penetrasi Maccadam

B. JENIS-JENIS KERIKIL
1. Berdasarkan asalnya,
 Kerikil alam, kerikil yang terbentuk dari proses alam( erosi dan degradasi) sehingga
minimal dari proses pengolahan.
 Kerikil melalui proses pengolahan, yaitu hasil pengolahan kerikil alam, misalnya
batu gunung atau sungai yang kemudian di pecah lagi agar dapat digunakan sebagai
agregat konstruksi
 Kerikil Buatan, merupakan kerikil pengisi/pelengkap karena kekurangan agregat
alam. contoh agregat buatan : Klinker dan Breeze.
2. Berdasarkan berat jenisnya,
 Kerikil berat, yaitu kerikil yang memiliki berat jenis lebih dari 2,8. Penggunaannya
pada bahan bangunan yang terkena radiasi sinar X. Contoh : Magnetit
 Kerikil normal, yaitu agregat yang memiliki berat jenis sekitar 2,5 – 2,7. Biasa
digunakan sebagai campuran pembuatan beton.
 Agregat ringan, yaitu agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0. Di pakai
dalam pembuatan beton ringan. Contohnya adalah batu apung.

C. BENTUK BUTIRAN

Bentuk butiran menempati kedudukan yang sangat penting dalam perencanaan suatu
campuran beton / konstruksi lainya. Sebagai contoh di beton, sifat ekonominya ditentukan
oleh bentuk butiran dan gradasi dari agregat. Bentuk butiran agregat ditentukan oleh dua
sifat yang tidak saling tergantung yaitu kebulatan/ ketajaman sudut dan sperikal yaitu rasio
antara luas permukaan dengan volume butir. Bentuk butiran berpengaruh pada luas
permukaan agregat, jumlah air pengaduk pada beton, kestabilan/ ketahanan (durabilitas)
pada beton, kelecakan (workalbility), dan kekuatan beton. Adapun partikel agregat
dibedakan menjadi beberapa bentuk:
a. Bulat (Rounded) : Agregat ini mengalami pengikisan oleh air sehingga umumnya
berbentuk bulat. Partikel agregat bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak
kecil sehingga menghasilkan interlocking yang lebih kecil dan mudah tergelincir.
Rongga udaranya 33%. Ikatan antar agregat bulat kurang kuat sehingga kurang cocok
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi.
b. Lonjong (Elongated) : Partikel agregat bentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai
atau bekas endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya > 18
kali diameter rata-rat. Indeks kelonjongan (elongated index) adalah perbandingan
dalam persen dari berat agregat lonjong terhadap berat total. Sifat interlockingnya
hampir sama dengan yang berbentuk bulat. Kekuatan tekan agregat ini buruk.
c. Kubus (Cubical) : Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari
mesin pemecah batu (crusher) yang mempunyai bidang kontak yang lebih luas,
berbentuk bidang rata sehingga memberikan interlocking/ saling mengunci yang lebih
besar. Dengan demikian kestabilan yang diperoleh lebih besar dan lebih tahan terhadap
deformasi yang timbul. Agregat berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai
bahan konstruksi perkerasan jalan.
d. Pipih (Falky) : Agregat pipih yaitu agregat yang lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-
rata. Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran, pemadatan,
ataupun akibat beban lalu lintas. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai
perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat
digambarkan sama dengan uang logam.
e. Tak beraturan (Irregular) : Partikel agregat yang tidak beraturan. Rongga udara pada
agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta
semen. Ikatan agregatnya belum cukup baik.
f. Bersudut : Agregat ini terbentuk di tempat-tempat perpotongan bidang dengan
permukaan kasar. Rongga udara berkisar antara 38%-40%. Ikatan agregatnya baik/
kuat. Agregat ini juga digunakan untuk bahan lapis perkerasan.
g. Agregat Pipih dan Panjang : Agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar
daripada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

D. TEKSTUR PERMUKAAN

Selain memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada permukaan
perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik mikro maupun makro) juga merupakan faktor
lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan durabilitas campuran beton. Ukuran
susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur buatan, dan besarnya
gaya yang bekerja pada permukaan utiran yang telah membuat licin atau kasar permukaan
tersebut. Semakin kasar tekstur permukaan agregat maka konstruksi lebih stabil
dibandingkan dengan permukaan halus.. Jenis agregat bedasarkan tekstur permukaannya
dapat dibedakan sebagai betikut:
a. Agregat licin/ halus (glassy) : Agregat ini membutuhkan sedikit air dan bermutu
rendah dalam konstruksi. Agregat ini terbentuk dari pengikisan oleh air, atau akibat
patahnya batuan berbutir halus, oleh sebab itu agar dapat menghasilkan campuran
beton dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih dahulu.
Pemecahan ini dimaksudnkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang kasar pada
bidang pecahnya dan mengubah bentuk butir agregat.
b. Berbutir (granular) : Partikel pecahan agregat ini berbentuk bulat dan seragam.
c. Kasar (rough) : Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada
campuran beton karena kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut
dari pengerasan atau perpindahan. Kekerasan permukaan agregat juga akan
memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan.
d. Sangat Kasar (very rough) : Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar
memiliki koefisien gesek yang tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk
berpindah tempat sehingga akan menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu
penggunaan agregat bertekstur halus dengan proporsi tertentu kadang-kadang
dibutuhkan untuk membantu meningkatkan workabilitasnya.
e. Kristalin (crystalline) : Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampak
dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
f. Sarang Lebah (honeycombs) : Pori-pori dan rongga pada agregat ini sangat tampak
melalui pemeriksaan visual.

E. BERAT JENIS DAN DAYA SERAP


Berat Jenis Kerikil
Berat jenis agregat ialah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama (makatanpa satuan). Karena butiran agregat umumnya mengandung pori-pori
yang ada dalam butiran dan tertutup/tidak saling berhubungan, maka berat jenis dibedakan
menjadi dua istilah, yaitu :
a) Berat jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori
b) Berat jenis semu (berat jenis tampak) jika volume benda padatnya termasuk pori
tertutupnya.

Untuk agregat tertentu yang pori tertutupnya kecil, sering kedua istilah di atas
dianggap sama, dan disebut berat jenis saja. Dengan demikian maka secara matematika
dapat ditulis :
Bj= Wb/Wa
dengan :
Wb = berat butir agregat
Wa. = berat air dengan volume air sama dengan volume butir agregat

Berat Volume/Berat Satuan


Volume kerikil terdiri atas :
1. volume butiran (zat padatnya)
2. volume pori tertutup
3. volume pori terbuka.
Berat satuan kerikil ialah berat kerikil dalam satu satuan volume bejana,
dinyatakan dalam kg/liter atau ton/m3. Jadi berat satuan ialah berat akerikil dalam satu satuan
bejana, (dalam bejana terdiri atas volume butir (meliputi pori tertutup) dan volume pori
terbukanya).
Dengan demikian maka secara matematika dapat ditulis sebagai berikut:
Bsat= Wb/Vt
dengan :
Wb = berat butir-butir agregat dalam bejana
Vt =Vb+Vp
Vt = volume total bejana,
Vb = volume butiran keriki; dalam bejana,
Vp = volume pori terbuka antar butir-butir agregat dalam bejana.

F. ABSORPSI DAN KADAR AIR

Air yang terkandung didalam kerikil akan mempengaruhi jumlah air yang dipergunakan
dalam campuran (mix). Kerikil yang basah akan membuat campuran lebih basah, dan
sebaliknya. Jadi kandungan air di dalam kerikil harus diketahui. Perubahan kadar air tidak
hanya tergantung dari proses pengiriman, tetapi juga pengaruh dari cuaca (hujan, atau panas
terik), dan lamanya penyimpanan. Ada 4 kondisi kandungan air di dalam kerikil :
a. Kering Oven (Oven dry). Bisa didapat dengan memasukkan kerikil ke dalam oven
selama 24 jam, pada temperature 105 – 1100 C.
b. Kering Udara (Air dry). Bagian luarnya kering, namun di dalamnya masih terdapat air,
keadaan ini dapat biasa terjadi dilapangan bila terjemur. Saturated Surface Dry (SSD).
Keadaan ini merupakan keadaan teorititis yang ideal, yaitu butir didalam jenuh air
(saturated), namun disebelah luarnya masih kering, kondisi ini dipakai sebagai dasar
dari perhitungan Mix – design.
c. Lembab (Moist). Selain bagian dalamnya jenuh air, bagian luar juga basah, keadaan
ini didapatkan dengan merendam agregat selama 24 jam.

G. KEKUATAN DAN KEKERASAN


Dalam pengujian kekuatan kerikil untuk beton ini, terdapat beberapa cara dan istilah
yang dipergunakan oleh beberapa negara. antara lain kekuatan hancur, nilai kekuatan pukul
( impact ), dan kekuatan aus, contoh :
a. British standart ( BS – 812 – 1967 ), memakai cara dengan mencari kekuatan hancur (
crushing value ), kekuatan pukul ( impact value ) , ten percent fine value
b. ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin× Angels,
dan ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh uji agregat
kasar ( cara uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03 – 2417 – 1997)
c. Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. Kekuatan
dinyatakan dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap berat
contoh uji.
Kekerasan merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi sering dipakai
sebagai indeks secara umum untuk kualitas kerikil. Untuk mengetahui kekerasan atau sifat
tahan abrasi dengan pengujian berikut, yaitu dengan menggunakan mesin Los Angeles,
mesin Rudolf dan mesin Rockwell. Kekerasan atau kekuatan butir-butir kerikil tergantung
dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lkatan antara butir satu dengan lainnya. Kerikil
yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban
uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak
dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat diandalkan. Kekerasan sedang mungkin
justru lebih menguntungkan, karena dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi,
atau pembasahan dan pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dan dengan demikian
membantu mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton. Butiran yang lemah
dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahan terhadap abrasi yang kuat
diperlukan. Modulus elastisitas agregat juga penting diketahui karena memberikan
konstribusi dalam modulus elastisitas beton.

H. SUBSTANSI PERUSAK PADA AGREGAT


Yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah kotoran yang melekat pada agregat
misalnya lumpur, debu, tanah liat, dan kotoran lain. Bahan – bahan tersebut dapat
mengurangi kelekatan pada pasta semen ke batuan. Karena pengaruh buruk tersebut
jumlahnya pada kerikil tidak boleh lebih 1%.

I. SIFAT TERMIS AGREGAT


Sifat termis yang penting adalah koefisien muai dan panas jenis kerikil. Perlu di
perhatikan bila terjadi perbedaan temperatur yang cukup tinggi, dan bila agregat termasuk
kerikil terdiri dari bermacam-macam jenis batu yang koefisien muainya amat berbeda. Hal
ini dapat menyebabkan perbedaan regangan yang mengakibatkan tegangan dalam
tambahan dan bisa menyababkan lepasnya ikatan.
Sifat termal agregat mempengaruhi keawetan dan kualitas lain dari betonnya. Sifat-sifat
utama sifat termal agregat yaitu (Tjokrodimulyo,1996)
(1) Koefisien muai
(2) Panas jenis
(3) Penghantar panas

J. KUALITAS YANG DI HARAPKAN

Kualitas yang terutama diharapkan dari agregat kasar adalah :


a. Kekuatan
b. Bentuk butir
c. Gradasi

Selain itu ruang kosong harus minimum. Sebagai contoh, beton yang di buat dari kerikil
dapat mempunyai ruang kosong 34% sedangkan yang di buat dari batu pecah 39%.
Sementara kualitas agregat halus antara lain :
a. Sound secara fisik, tahan terhadap pengaru beku-cair
b. Bentuknya baik, bentuk kubikal atau bulat lebih baik daripada yang sangat bulat dan
pipih. Pemakaian pasir hasil penggilingan umumnya menambah kekuatan tekan dan
lentur.
c. Tergradasi dengan baik, akan memiliki persentase ruang kosong yang minimal dan luas
permukaan minimal.
K. PENGAMBILAN AGREGAT

Indonesia memiliki tempratur yang panas dengan kelembaban yang tinggi.sehingga


pada batunya terjadi pelapukan oleh cuaca. Kerikil di indonesia terdiri dari batuan muda
secara geologis misalnya basalts, dolomit, andesit, porfirit, tuff, abu.. Batuan yang lebih
dalam misalnya granit dan batuan maritim hasil sedimentasi misalnya sandstone limestone,
marlstone . Meskipun diayak terlebih dulu dan mungkin juga disiram sebelum dikirm
variasi masih mungkin terjadi.

L. PENGOLAHAN KERIKIL

Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan kerikil dan pasir dengan mutu
tinggidan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian
(excavating), pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan
ukuran.
Akan tetapi,pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha di atas, tetapi
dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan pengyerahan agregat di
lapangan.
- Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti lempung
dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena bahan-bahan
tersebut tidak dikehendaki.
- Pemisahan bahan-bahan yng tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
dipertimbangkan apabila tebal lapisan lebih dari 15 meter)
- Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan pencucian.
- Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting)
- Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan
(beltcoonveyor) ke tempat pengolahanagregat
- Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan
pencucian bahan baku.
- Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan
pemecah batu.
- Untuk menentukan ukuran dari agregat, agaregat kasar disarng menggunakan
saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
- Dalam proses penyaringan, sekitar 70% dari bahan yang disaring harus lolos
sehingga efisiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.

M. PENYIMPANAN

Kerikil harus disimpan sedemikian untuk menjaga mutu yang disyaratkan dan siap
untuk dipakai. Kerikil harus ditempatkan pada tempat yang keras, permukaan yang bersih,
bila dianggap perlu harus ditempatkan sedemikian hingga memudahkan pemeriksaan setiap
waktu. Bagian tempat dari daerah penyimpanan harus ditinggikan dan miring kearah
samping untuk membentuk drainase yang layak terhadap kelembaban yang berlebihan.
Kerikil harus disimpan dengan cara sedemikian untuk mencegah segregasi dan untuk
memelihara gradasi dan kadar air. Persediaan agregat tidak boleh langsung terkena sinar
matahari. Kontraktor diwajibkan menjaga kondisi kerikil terhadap kadar air, suhu, gradasi
dan lain-lain supaya tetap/konstan selama penyimpanan dan selama dibawa ke tempat
pencampuran. Misalnya, jika bagian atas dari kerikil yang tidak terlindung dibawa
ketempat pencampur menyebabkan temperatur adukan menjadi sangat tinggi dan mutu
menurun.

DAFTAR PUSTAKA

http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/3-bab-ii-agregat.pdf
http://andykasipil.blogspot.com/2012/02/gradasi-agregat.html
http://tekniksipil-45.blogspot.com/2011/07/gradasi-agregat.html
http://yayan20.blogspot.com/2009_09_01_archive.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17719/4/Chapter%20II.pdf
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11004-7-572822629470.pdf
http://kopertis11.net/jurnal/sains/VOL%202%20NO.1%20APRIL%202010/BENNY%20MUKH
TAR-%20PENGARUH%20PEMAKAIAN%20PASIR.pdf
http://edwardvianst.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.aggregateresearch.com/article.aspx?ID=30766
http://belajarsipil.blogspot.com/2012/09/penetapan-agregat-dan-kebutuhan-air.html
http://pendidikanteknikbangunanundana.blogspot.com/2012/06/modul-3-mk-struktur-dan-
teknologi-beton.html
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15443-Paper-pdf.pdf
http://rumah12.blogspot.com/2012/12/agregat-dan-persyaratan-agregat.html
http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/buat%20web/RSNI%202005/RSNI/PUstran/RSNI
%20T-01-2005.pdf
http://digilib.unila.ac.id/437/8/BAB%20II.pdf
http://normanray.files.wordpress.com/2010/10/kuliah-3c-agregat-compatibility-mode.pdf
http://oktabloger.blogspot.com/2011/09/agregat.html
http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/3-bab-ii-agregat.pdf
http://eprints.undip.ac.id/5254/1/Trisni.pdf

tidak semua daftarpustaka digunakan

Anda mungkin juga menyukai