Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL KEGIATAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PT. AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA
BATU HIJAU

Oleh :

SYARIF KURRAHMAN 19.01.511.001

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK METALURGI 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL
PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun Oleh :

Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Mahasiswa

Syarif Kurrahman
NIM : 19.01.511.001

Mengetahui dan Menyetujui :

Kaprodi Teknik Metalurgi Dosen Pembimbing

Syamsul Hidayat. M.si Fauzi Widyawati, S. Tr.,MT


NIP. 198903242019091358 NIP.199202052017824197

2
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

I. SEKILAS DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FTUI


Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Teknologi Sumbawa didirikan pada tahun 2011
sebagai salah satu program studi di Fakultas Teknik Universitas Teknologi Sumbawa.
Teknik Metalurgi berkonsentrasi kepada rekayasa ilmu bahan baik logam maupun non
logam yang dapat diterapkan di berbagai industri, khususnya industri manufaktur dan
pertambangan. Teknik Metalurgi dikembangkan dalam rangka memproduksi material yang
memiliki kinerja tinggi sekaligus melakukan fungsi kendali dalam rangka meminimalkan
kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada material dalam kondisi lingkungan
tertentu.
Seiring dengan perkembangan rekayasa di bidang material teknik yang terus berusaha
menciptakan material dengan sifat-sifat tertentu, maka Jurusan Teknik Metalurgi
Universitas Teknologi Sumbawa mengembangkan kurikulum yang terkonsentrasi tidak
hanya terbatas kepada material logam tetapi juga secara bertahap merambah ke material
non-logam seperti polimer, keramik dan komposit. Melalui ini, para mahasiswa Teknik
Metalurgi diharapkan dapat mengembangkan dirinya dalam konsentrasi logam, keramik,
polimer dan komposit serta analisa bahan tersebut dalam rangka peningkatan sifat
material.

II. MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTEK


Maksud dan tujuan mengajukan proposal kerja praktek di PT. NEWMONT NUSA
TENGGARA adalah untuk melaksanakan salah satu mata kuliah wajib yang ada dalam
kurikulum pendidikan Teknik Metalurgi, yaitu Mata Kuliah Kerja Praktek sehingga dapat
memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar kesarjanaan. Tujuan kerja praktek secara
umum adalah memahami aplikasi dari teori-teori dasar yang telah dipelajari di perkuliahan
pada dunia industri sekaligus dapat mengaplikasikan teori-teori tersebut dengan kondisi
nyata di lapangan. Adapun secara rinci, tujuan kerja praktek adalah sebagai berikut:

3
a. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib di Teknik Metalurgi yang merupakan prasyarat
bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
b. Mengamati secara langsung penggunaan teori–teori dasar yang telah diajarkan selama
proses perkuliahan di lapangan terutama teori pengolahan mineral, teori metalurgi
ekstraksi, teori pembentukan logam dan teori pengolahan limbah.
c. Memperluas wawasan dan pengalaman mengenai kondisi kerja di dunia industri sebagai
bekal untuk terjun ke dunia kerja.
d. Mendapatkan kesempatan dalam menganalisa setiap permasalahan yang mungkin terjadi
di lapangan dan mengetahui solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut.
e. Memperoleh pengetahuan mengenai pengembangan sistem pengajaran dalam rangka
menyelaraskan dunia pendidikan dengan dunia industri.
f. Menjalin hubungan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak universitas
dengan pihak industri atau penyedia lapangan kerja.

III. LATAR BELAKANG


Dewasa ini perkembangan yang terjadi di dunia sangat cepat, tidak hanya dalam
kemajuan teknologi yang berbasis kepada material saja, tetapi hal lain seperti semakin
mudahnya dan semakin bermanfaatnya eksplorasi sumber daya alam yang ada di dunia
yang digunakan untuk kemajuan kehidupan manusia dan peradaban nantinya.
Pertambangan emas dan tembaga di Indonesia merupakan salah satu pertambangan
terbesar di dunia dan menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Hal ini menunjukkan
bahwa pertambangan merupakan alat vital bagi negara dan memiliki peranan penting
untuk mewujudkan salah satu tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum.
Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan itu diperlukan pengelolaan dan kerja yang
profesional serta didukung oleh peralatan industri yang modern sehingga menghasilkan
produksi yang efektif, efisien dan berkualitas global.
PT. Newmont Nusa Tenggara yang berlokasi di Batu Hijau, Sumbawa Besar, Nusa
Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu perusahan pertambangan terbesar di
Indonesia mendapat kepercayaan pemerintah untuk mengelola sumber daya alam mineral,
yaitu emas dan tembaga. Untuk mendukung produksinya PT. Newmont Nusa Tenggara

4
memerlukan beberapa tenaga ahli yang menguasai bidangnya, dan salah satu bidang yang
dibutuhkan adalah hal yang berhubungan dengan logam (Metalurgi).
Tenaga ahli dalam bidang ilmu Metalurgi dan Material tentunya dibutuhkan dalam
menjalankan produksi pertambangan ini terutama dalam mendesain dan menjalankan
proses pengolahan mineral yang didapatkan setelah melalui proses penambangan. Selain
itu, tenaga ahli dalam bidang ilmu Metalurgi dan Material dibutuhkan juga dalam
mendesain dan menjalankan proses metalurgi ekstraksi untuk mengubah konsentrat bijih
logam menjadi logam dengan kemurnian yang cukup tinggi. Tenaga ahli dalam bidang
ilmu Metalurgi dan Material juga dibekali dengan wawasan lingkungan agar setiap jenis
limbah yang berasal dari proses yang melibatkan ilmu Metalurgi dapat dilakukan
pengolahan dan daur ulang secara terpadu sehingga mampu meningkatkan nilai
ekonomisnya serta tidak membahayakan bagi lingkungan produksi.

IV. PESERTA PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Peserta Kerja Praktek di PT. NEWMONT NUSA TENGGARA adalah Mahasiswa
Angkatan 2007 Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Mahasiswa I
Nama : Syarif Kurrahman

NIM : 19.01.511.001

(Biodata lengkap dan informasi pendidikan terakhir mahasiswa tercantum dalam CV)

V. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Waktu : Maret 2020 – Mei 2020
Tempat : PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Besar
Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Indonesia

5
VI. BIDANG / SPESIFIKASI YANG DIMINATI
Bidang atau spesifikasi yang diminati untuk kegiatan kerja praktek di PT. NEWMONT
NUSA TENGGARA yang sesuai dengan minat, kurikulum dan core competence yang
diberikan di Departemen Teknik Metalurgi dan Material FTUI adalah sebagai berikut:
1. Bidang Pengolahan Mineral, yang terdiri atas:
a. Unit Operasi Kominusi Mineral (Crushing & Grinding)
b. Unit Operasi Sizing Methode Mineral (Screening & Classification)
c. Unit Operasi Concentration Mineral
2. Bidang Metalurgi Ekstraksi, yang terdiri atas:
a. Unit Operasi Ekstraksi Emas
b. Unit Operasi Ekstraksi Tembaga (Copper)
3. Bidang Pengolahan Limbah Metalurgi Ekstraksi

VII. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan masalah
Merumuskan masalah yang ada dengan cara pengamatan langsung di lapangan.
Mempelajari metode pengambilan keputusan-keputusan terdahulu.
Turut serta dalam proses pengambilan keputusan.
b. Pengumpulan data
Data-data dan keterangan diperoleh dengan cara sebagai berikut:
Studi lapangan (data lapangan).
Studi literatur (studi pustaka) yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Melakukan wawancara langsung dengan pekerja dan staf ahli.
c. Analisa data untuk pembuatan laporan
Analisa data dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh untuk kemudian
dibandingkan dengan teori-teori yang berhubungan sehingga dapat ditarik kesimpulan
atau solusi dari permasalahan yang telah dibahas. Laporan juga diharapkan memuat
analisa dan pengaplikasian tools-tools decision support system untuk menyelesaikan
permasalahan penentuan kebijakan-kebijakan baru yang akan diambil oleh pihak
manajemen PT. Newmont Nusa Tenggara.

6
VIII. DASAR TEORI
1. PENGOLAHAN MINERAL (MINERAL PROCESSING)
Proses pertama yang dilakukan terhadap bijih setelah bijih tersebut selesai ditambang
adalah proses pengolahan mineral (mineral dressing/processing). Proses pengolahan
mineral juga sering disebut dengan istilah ore preparation, milling, ore dressing atau
ore beneficiation. Ore dressing adalah proses secara mekanik yang bertujuan untuk
memisahkan butiran bijih mineral berharga dari mineral pengganggu atau minetral
pengotor (gangue mineral) sehingga dihasilkan 2 jenis produk, yaitu fase konsentrat
mineral yang mengandung sebagian besar mineral berharga dengan kadar yang cukup
tinggi dan fase pengotor (tailing/discharge) yang mengandung mineral pengotor atau
mineral pengganggu (gangue mineral).

Karena sebagian besar bijih mineral berharga berada dalam kondisi terperangkap dalam
mineral pengganggu (gangue mineral) maka mineral-mineral tersebut harus
dihancurkan terlebih dahulu sehingga mineral berharga tersebut dapat dibebaskan dari
pengotornya. Tahapan awal dari proses pengolahan mineral (ore dressing) adalah
crushing dan grinding yang keduanya lebih dikenal dengan istilah kominusi.

Kominusi

Crushing dan grinding pada umumnya dilakukan untuk mereduksi ukuran partikel bijih
mineral melalui beberapa rangkaian proses secara bertahap. Berikut akan dijelaskan
secara lebih terperinci mengenai mekanisme crushing dan grinding:

Crushing

Terdapat 3 tahapan dalam proses crushing, yaitu sebagai berikut:

 Primary Crushing (Coarse Crushing)


 Primary crushing merupakan proses pengolahan mineral awal setelah bijih
mineral selesai ditambang.
 Primary crushing digunakan untuk mereduksi ukuran partikel bijih mineral dari
ukuran sekitar 1 meter menjadi sekitar 10 cm.

7
 Peralatan umum yang dapat digunakan untuk proses primary crushing ini
adalah:
 Jaw crusher
 Gyratory crusher
 Secondary Crushing (Intermediate Crushing)
 Secondary crushing merupakan proses pengolahan mineral lanjutan setelah
primary crushing.
 Secondary crushing digunakan untuk mereduksi ukuran partikel bijih mineral
dari ukuran sekitar 10 cm menjadi sekitar 1 – 2 cm.
 Peralatan umum yang dapat digunakan untuk proses secondary crushing ini
adalah:
 Jaw crusher
 Cone crusher
 Roll crusher
 Tertiary Crushing (Fine Crushing)
 Tertiary crushing digunakan untuk mereduksi ukuran partikel bijih mineral dari
ukuran sekitar 1 – 2 cm menjadi sekitar kurang dari 0,5 cm.
 Peralatan umum yang dapat digunakan untuk proses tertiary crushing ini adalah:
 Short head cone crusher
 Roll crusher
 Hammer mills
Grinding

Terdapat 2 tahapan dalam proses grinding, yaitu sebagai berikut:

 Coarse Grinding
 Coarse grinding digunakan untuk mereduksi ukuran partikel umpan bijih
mineral dari ukuran sekitar 50 mm menjadi produk dengan ukuran sekitar 300
mikron
 Peralatan umum yang dapat digunakan untuk proses coarse grinding ini adalah
rod mills.
 Fine Grinding

8
 Fine grinding merupakan tahapan akhir dari proses kominusi yang digunakan
untuk mereduksi ukuran partikel umpan bijih mineral dari ukuran sekitar 0,5
mm menjadi produk dengan ukuran sekitar 100 mikron yang umumnya
dilakukan dalam keadaan basah.
 Peralatan umum yang dapat digunakan untuk proses coarse grinding ini adalah
ball mills.
Secara umum tujuan utama dari proses grinding adalah sebagai berikut:

 Untuk menghasilkan ukuran partikel bijih mineral dengan derajat liberasi (degree of
liberation) yang tepat dalam proses pengolahan mineral.
 Untuk meningkatkan luas area permukaan spesifik (specific surface area) dari
partikel bijih mineral berharga untuk proses ekstraksi secara hydrometallurgy
seperti pelindian (leaching).
Proses pengolahan mineral melibatkan beberapa rangkaian unit operasi. Diagram alir
dari proses pengolahan mineral adalah sebagai berikut:

Kominusi dan konsentrasi adalah dua unit operasi primer dalam proses pengolahan
mineral yang dapat dilihat pada diagram alir di atas. Namun terdapat beragam proses
penting lainnya yang terlibat dalam proses pengolahan mineral seperti:

9
 Proses sizing yang dapat dilakukan dengan screens dan classifiers.
 Proses dewatering yang dapat dilakukan dengan thickeners, filters dan driers.
 Proses tambahan lain seperti conveying, sampling dan lain sebagainya.
Sizing Methods

Terdapat 2 jenis metode dalam industrial sizing, yaitu sebagai berikut:

 Screening
 Classification
Screening

Screening dilakukan terhadap partikel bijih mineral yang relative cukup kasar. Batas
ukuran partikel bijih mineral yang dapat dilakukan proses screening adalah sekitar 250
mikron, sementara untuk ukuran yang lebih halus dapat dilakukan proses klasifikasi.
Partikel yang lolos dari screen dinamakan undersize sementara partikel yang tertahan di
screen dinamakan oversize. Distribusi ukuran partikel hasil proses crushing dan
grinding ditentukan melalui peralatan yang dinamakan screen analysis. Untuk tujuan ini
suatu standar telah ditetapkan, yaitu American Tyler Screen Scale (Tyler Standard
Series) di mana screen number (mesh number) dinyatakan sebagai number of meshes
(openings) atau wire per linear inch. 1 inch (2.54 cm) = Number of wires * Wire
diameter + Number of apertures * Aperture size. Berikut adalah table American Tyler
Screen Scale:

10
Concentration

Unit operasi penting yang kedua dalam proses pengolahan mineral setelah pembebasan
atau liberasi partikel mineral berharga adalah pemisahan partikel mineral berharga
tersebut dari pengotornya atau sering dinamakan dengan proses konsentrasi. Proses
konsentrasi dilakukan berdasarkan perbedaan sifat fisika dan sifat kimia antara mineral
berharga dan mineral pengotor. Metode konsentrasi mineral secara fisik dapat
dibedakan sebagai berikut:

 Pemisahan berdasarkan perbedaan sifat optik dan radioaktif dari mineral dapat
dilakukan melalui:
 Hand pickling
 Optical sorting
 Radioactive sorting
 Pemisahan berdasarkan perbedaan sifat magnetic dari mineral dapat dilakukan
melalui:

11
 Low and high magnetic separation
 Dry and wet magnetic separation
 Pemisahan berdasarkan perbedaan sifat permukaan (surface chemistry) dari mineral
dapat dilakukan melalui:
 Froth flotation separation
 Pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenis specific (specific gravity) dari mineral
dapat dilakukan melalui:
 Heavy-media separation
 Gravity concentration by use of tables, jigs, cones
 Pemisahan berdasarkan perbedaan sifat konduktivitas listrik dari mineral dapat
dilakukan melalui:
 Electrostatic separation
2. METALURGI EKSTRAKSI EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan
logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa,
karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa
emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa
emas terdiri dari emas native, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa
emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua, yaitu:

 Endapan primer
 Endapan plaser
Karakterisasi mineralogi bijih emas:

 Termasuk ke dalam kelompok logam mulia (most noble metal).

12
 Terdapat dalam kondisi cukup murni (native occurrence).
 Secara umum ditemukan bersama perak, tellurium, bismuth dan kelompok logam
palladium (Palladium Group Metal/PGM).
 Tipikal bijih emas yang secara ekonomis dapat diekstraksi adalah bijih dengan
kadar 0,5 – 20 gram/ton.
Tipe dari deposit bijih emas terdiri atas:

 Placer ores
 Oxidized ores
 Primary ores
Jenis metode penambangan emas adalah sebagai berikut:

 Placer mining
Metode penambangan emas untuk tipe deposit placer ores

 Open pit
Metode penambangan emas untuk tipe deposit oxidized ores

 Underground mining
Metode penambangan emas untuk tipe deposit primary ores

Urutan tipe bijih emas dari yang paling mudah untuk diproses adalah sebagai berikut:

 Placers ores
 Oxidized ores
 free milling ores
 silver rich ores
 iron sulphide bearing ores
 arsenic sulphide bearing ores
 carbonaceous ores
 copper bearing ores
 antimony bearing ores
 gold telluride bearing ores

13
Bijih emas refraktori (refractory gold) tidak dapat diproses hanya dengan melalui
tahapan kominusi saja namun bijih tersebut membutuhkan tahapan pra olahan secara
kimia untuk mengekstraksi bijih tersebut. Faktor yang menyebabkan terbentuknya bijih
emas refraktori adalah sebagai berikut:

 Emas terperangkap di dalam quartz atau silika


 Emas terperangkap di dalam sulfida
 Bijih mengandung material carbonaceous aktif
Tahapan pengujian yang berkaitan dengan proses ekstraksi bijih emas adalah sebagai
berikut:

 Mineralogical characterization
 Exploratory testwork
 Diagnostic leaching
 Optimization testwork
 Pilot plant

Secara umum tahapan pemrosesan bijih emas adalah sebagai berikut:

14
Diagram alir (flow sheet) proses pengolahan dan ekstraksi bijih emas:

 Ore preparation:
 Proses liberasi partikel emas
 Proses penyesuaian ukuran partikel bijih untuk diproses pada tahapan
selanjutnya
 Proses konsentrasi partikel bijih secara fisik
 Proses praolahan melalui mekanisme oksidasi bijih

15
 Gold ekstraction:
 Proses ekstraksi emas dari bijihnya ke dalam bentuk larutan konsentrat
 Gold purification:
 Pemurnian atau peningkatan kadar larutan emas dari konsentratnya
 Gold production:
 Proses recovery emas dari larutan konsentratnya untuk memproduksi batangan
emas (bullion bar)
Diagram alir (flow sheet) proses recovery bijih emas/perak melalui proses sianidasi:

Amalgamasi

Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk
amalgam (Au – Hg). Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling
sederhana dan murah, akan tetapi proses efektif untuk bijih emas yang berkadar tinggi
dan mempunyai ukuran butir kasar (> 74 mikron) dan dalam membentuk emas murni
yang bebas (free native gold).

Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan,


maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam
dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan

16
dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap
tertinggal di dalam retort sebagai logam.

Sianidasi

Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan dan proses
pemisahan emas dari larutannya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi
adalah NaCN, KCN, Ca(CN)2, atau campuran ketiganya. Pelarut yang paling sering
digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut
lainnya. Secara umum reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai berikut:

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Au(CN)2- + 4OH-


4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O = 4Ag(CN)2- + 4OH-

Mekanisme leaching konsentrat bijih emas berlangsung secara elektrokimia dan difusi
seperti pada gambar berikut ini:

Kinetika reaksi leaching konsentrat bijih emas tersebut di atas dikontrol oleh reaksi
difusi oksigen dan sianida. Konsentrat bijih emas (Au) dapat dilakukan proses leaching
(pelindian) pada kondisi tekanan atmosfer normal dalam larutan Natrium Sianida
(NaCN) sesuai dengan persamaan reaksi elektrokimia sebagai berikut:

17
 Reaksi pada daerah anodik:
4Au(s) + 8NaCN(aq)  4[Au(CN)2-](aq) + 8Na+(aq) + 4e-

 Reaksi pada daerah katodik:


2H2O(l) + O2 (g) + 4e-  4OH-(aq)

Reaksi total untuk proses leaching tersebut adalah:

4Au(s) + 8NaCN(aq) + 2H2O(l) + O2 (g)  4Na[Au(CN)2](aq) + 4NaOH (aq)

Agar proses leaching dapat berjalan optimal dengan laju reaksi yang memadai maka
dapat dilakukan mekanisme pengaturan sebagai berikut:

 Perbandingan konsentrasi antara ion sianida dan gas oksigen dalam larutan leaching
adalah 6
 Komposisi larutan Natrium Sianida (NaCN) adalah sebesar 0,5%
 Tingkat keasaman (pH) dari larutan NaCN tersebut adalah 11-12.
 Konsumsi reagen sebesar 0,45 kg sianida dan 0,91 kg batu kapur (lime) per ton
konsentrat bijih emas yang diolah.
 Temperatur optimul untuk proses leaching emas adalah maksimal 88°C
Pada tahap kedua yakni pemisahan logam emas dari larutannya dilakukan dengan
pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation). Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:

2 Zn + 2 NaAu(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Au + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2


2 Zn + 2 NaAg(CN)2 + 4 NaCN +2 H2O = 2 Ag + 2 NaOH + 2 Na2Zn(CN)4 + H2

Penggunaan serbuk Zn merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang
mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk Zn yang ditambahkan kedalam larutan
akan mengendapkan logam emas dan perak. Prinsip pengendapan ini mendasarkan
deret Clenel, yang disusun berdasarkan perbedaan urutan aktivitas elektro kimia dari
logam-logam dalam larutan cyanide, yaitu Mg, Al, Zn, Cu, Au, Ag, Hg, Pb, Fe, Pt.
setiap logam yang berada disebelah kiri dari ikatan kompleks sianidanya dapat
mengendapkan logam yang digantikannya. Jadi sebenarnya tidak hanya Zn yang dapat
mendesak Au dan Ag, tetapi Cu maupun Al dapat juga dipakai, tetapi karena harganya

18
lebih mahal maka lebih baik menggunakan Zn. Proses pengambilan emas-perak dari
larutan kaya dengan menggunakan serbuk Zn ini disebut “Proses Merill Crowe”.

Perkembangan teknologi pengolahan bijih emas:

 Carbon In Pulp (CIP) Process


 Heap Leaching
 Semi AutoGeneous (SAG) Milling
 Refractory Ore Treatment
3. METALURGI EKSTRAKSI TEMBAGA (COPPER)
Mineral yang dapat diekstraksi untuk memproduksi logam tembaga adalah sebagai
berikut:

 Chalcocite (Cu2S)
 Cuprite (Cu2O)
 Malachite (Cu2CO3(OH)2)
 Chalcopyrite (CuFeS2)
Namun hanya bijih mineral Chalcopyrite (CuFeS2) saja yang pada umumnya dapat
dijadikan bijih mineral komersial penghasil tembaga karena prosesnya yang relative
mudah dibandingkan yang lainnya.

Secara umum tahapan pengolahan mineral tembaga dan proses ekstraksi konsentrat
bijih tembaga melalui jalur pyrometalurgi adalah sebagai berikut:

19
Berikut adalah diagram alir (flow sheet) ekstraksi bijih tembaga sulfida:

20
IX. PENUTUP
Kerja Praktek ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
perencanaan. Selain itu kami berharap mendapatkan suatu bimbingan serta arahan dari
pihak perusahaan agar pelaksanaan kerja praktek dapat berjalan dengan baik. Kami
berharap perusahaan turut mengevaluasi dan memberikan penilaian terhadap proses dan
hasil kerja praktek yang dilakukan sehingga tujuan kerja praktek ini dapat terpenuhi.

Besar harapan kami untuk mendapatkan kesempatan kerja praktek di PT. Newmont
Nusa Tenggara dengan waktu yang sudah ditentukan di atas. Atas perhatian dan bantuan
yang diberikan oleh Bapak/Ibu, kami mengucapkan terima kasih.

Sumbawa Besar, 01 Februari 2020

Pemohon Praktek Kerja Lapangan

Mahasiswa I

Syarif Kurrahman

NIM : 19.01.511.001

21

Anda mungkin juga menyukai