Anda di halaman 1dari 10

Tugas Matakuliah: BK Pernikahan dan Keluarga

RESUME MATERI MATAKULIAH BK PERNIKAHAN DAN KELUARGA

Semester Genap Tahun 2017/2018

Oleh:

( Ajirna / 150402107 )

A. Pendahuluan

Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok
kecil dalam masyarakat. Peranan keluarga, sangat strategis dalam menentukan masa depan
masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Namun, sering terjadi keluarga kehilangan peran dan
fungsinya. Karena itulah, diperlukan adanya bimbingan dan konseling perkawinan dan keluarga. Oleh
karena itu perlu adanya bimbingan konseling pernikahan dan keluarga yang diharapkan dapat
memberi bantuan dan kemudahan para anggota keluarga yang bermasalah untuk keluar dari
masalah yang mereka hadapi.
B. Latar Belakang Kehidupan Keluarga
1. Degradasi Nilai-nilai. Kehidupan masyarakat khususnya keluarga tidak terlepas dari sistem nilai
yang ada di masyarakat tersebut. Sistem nilai sangatlah menentukan perilaku sebuah
masyarakat. Berbagai sistem tersebut adalah; nilai-nilai agama, adat-istiadat, nilai-nilai sosial,
dan nilai-nilai kesakralan keluarga.
2. Kondisi Keluarga Modern, Keluarga Modern memiliki ciri utama yaitu ditandai dengan adanya
kemajuan dan perkembangan di berbagai bidang, minsalnya bidang pendidikan yang
berdampak pada kemampuan berbahasa seseorang dan keterampilan-keterampilan lainnya
yang diperoleh dari pendidikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) minsalnya. begitu pula
halnya dari segi ekonomi dan pergaulan.
3. Krisis Keluarga, Krisis keluarga artinya kehidupan keluarga dalam keadaan kacau, tidak
terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya,
yang pada akhirny krisis keluarga ini dapat berujung pada perceraian dikarenakan kondisi
keluarga yang sangat labil. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab krisis keluarga:
a. Kurang atau putus komunikasi di antara anggota keluarga terutama ayah dan ibu,
b. Sikap egosentrisme (sifat buruk yang saling mementingkan kepentingan diri sendiri),
c. Masalah ekonomi (kemiskinan minsalnya, sangat berdampak dalam kehidupan keluarga),
d. Masalah kesibukan (suatu yang sudah biasa bagi masyarakat modern terutama di kota-kota),
e. Masalah pendidikan (Pengetahuan dapat berdampak pada pemahaman dalam keluarga),
f. Masalah perselingkuhan (dapat mengakibatkan tidak harmonis dan pada akhirnya bercerai),
g. Jauh dari agama (segala sesuatu keburukan datang dikala kita jauh dari ajaran agama).
4. Upaya Mengatasi Krisis Keluarga.

Kecerdasan emosional adalah perpaduan kemampuan afektif dan kemampuan kognitif


yang menjelma dalam perilaku manusia tentang sadar diri dan kendali diri, ketekunan, dan motivasi.

Menurut saya, adanya kekacauan dalam keluarga terutama oleh seorang siswa karena
adanya respon-respon tertentu yang tidak sesuai atau bertentangan dengan siswa tersebut.

C. Sejarah Konseling Keluarga


1. Perkembangan Konseling Keluarga

sejarah perkembangan konseling keluarga di dunia berasal dari daratan Eropa dan Amerika
Serikat. Awal permulaan abad ke-20 berasal dari Eropa, namun perkembangan yang lebih semarak
adalah pada tahun 60-an dan seterusnya di Amerika Serikat. Perbedaan yang mencolok adalah
bahwa aliran Amerika Serikat telah berorientasi teoritis (academic setting), sedangkan Eropa hanya
berawal dari praktisi (para dokter terutama dokter kandungan) tanpa memikirkan aspek teoritisnya.

a. Perkembangan Awal di Eropa dan di Amerika

Pada tahun 1919 yakni setelah perang dunia I, Magnus Hirschfeld mendirikan klinik
pertama untuk pemberian informasi dan nasehat tentang masalah seks di Berlin Institute for Sexual
Science. Pusat informasi dan advis yang sama didirikan pula di Vienna pada tahun 1922 oleh Karl
Kautsky dan kemudian pusat lain didiriakan lagi di Berlin pada tahun 1924. Usaha lain segera
diorganisir yaitu di negeri-negeri Eropa Utara terutama di Denmark dan Swedia.

Sekiar tahun 1932 terdapat beberapa ratus pusat-pusat konseling pernikahan dan keluarga
(marriage and family counseling) di Jerman dan di Austria (Stone, 1950). Pusat-pusat ini memberikan
informasi mengenai keluarga berencana, perkawinan, dan konseling keluarga. Pada saat itu
masyarakat telah menerima anggapan bahwa maslah-masalah perkawinan dan keluarga hendaknya
dibantu oleh tenaga-tenaga profesional yang telah dilatih menangani masalah-maslah tersebut.
Sedangkan Di AS ada dua penentu yang masing-masing berkaitan dalam perkembangan gerakannya,
yaitu adanya perkembangan pendidikan keluarga dan munculnya konseling perkawinan dan
keluarga.

b. Sejarah Baru Konseling Keluarga

Pada tahun 1957 dalam sidang tahunan American Orthopsychiatric Association (AOA) oleh
Bowen dicatat sebagai munculnya family therapy tingkat nasional. Dimana pada bulan mei 1957
terjadi rapat seksi tentang keluarga pada bidang AOA itu. Dalam sidang itu dapat dicatat dua hal,
yaitu munculnya kesadaran di antara para pelopor untuk gerakan itu, dan munculnya karir praktik
keluarga pada terapis-terapis yang kurang berpengalaman.

Dekade 60-an adalah dekade anak dan remaja dalam gerakan family therapy (Olso et. A
1980). Jelasnya pada dekade ini muncul pengujian ide-ide dalam literatur dan perkembangan family
therapy secara nasional di AS. Muncullah para psikiatris Donald Jackson, dan kemudian Bateson
Project sampai tahun 1962.

c. Sejarah Konseling Keluarga di Indonesia

Perkembangan konseling keluarga di Indonesia tertimbun oleh semaraknya perkembangan


bimbingan dan konseling di sekolah pada masa tahun 60-an.

d. Beberapa Tokoh Konseling Keluarga


1. Virginia Satir adalah seorang psikiatris pekerja sosial yang berafiliasi dengan Chicago
Psychiatric Institute (CPI). Satir juga merupakan orang pertama yang menjadi direktur
Esalen Institute di Big Sur, California, dalam pengajaran/pelatihan psikologi humanistik,
2. Jay Haley. Bidang bakat Haley dapat dilihat pada bukunya “The Strategies of
Psychotherapy”. Haley juga terlibat dalam berbagai riset dalam bidang family therapy.
3. Salvadore Minuchin. Menurut Minuchin, faktor-faktor penting yang menentukan pola
interaksi dalam keluarga ialah; struktur keluarga, batas-batas wewenang anggota keluarga,
proses sistem keluarga dan pembagian tugas dalam keluarga.
e. Pertumbuhan Konseling Keluarga

Mengikuti penemuan konseling keluarga (family therapy) tahun 50-an dan


operasionalisasinya tahun 60-an, gerakan konseling keluarga telah tumbuh dalam model yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Dimana pertumbuhan itu tampak pada hal-hal; rentangan masalah, para
pakar/praktisi, publikasi ilmiah, dan training para anggota.

2. Klasifikasi Konseling Keluarga

Dalam proses perkembangan konseling keluarga terdapat dua dimensi orientasi, yaitu:

a. Orientasi praktis pada tahun 60-an, yaitu orientasi yang lebih menekankan bahwa kebenaran
tentang perilaku tertentu diperoleh dari pelaksanaan proses konseling di lapangan.
b. Orientasi teoritis, adalah upaya untuk menemukan landasan teori yang cocok dari praktisi.
3. Kematangan adalah keadaan individu yang menunjukkan berkembang sepenuhnya, yang
ditandai oleh kemampuan aktualnya dalam membuat pertimbangan secara dewasa.
4. Menurut hukum perundang-undangan kekeluargaan karena perkawinan adalah pertalian
keluarga yang terdapat karena perkawinan antara seorang laki-laki dengan keluarga sedarah
dari istrinya.
5. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat saya pahami bahwa sejarah konseling keluarga
itu bermula dari daratan Eropa, dan kemudian berkembang di Amerika.

D. Konseling Keluarga dengan Pendekatan Sistem


a. Perspektif Sistem dalam Keluarga

Perubahan paradigma konseling keluarga telah terjadi, yaitu sejak pandangan bahwa klien
bermasalah bersumber dari gejala intrapsikik pribadinya, kemudian muncul pandangan bahwa
masalah klien bukan maslah pribadi dan intrapsikik, tetapi merupakan masalah sistem keluarga.

1. Teori Sistem Secara Umum

Paradigma baru dalam teori sistem dipengaruhi oleh teori biologi dan kedokteran dengan
tokohnya Bertalanffly (1929). Menurut teori sistem itu bahwa bagian-bagian membentuk
keseluruhan. Teori sistem ini, dapat diambil empat konsep penting, yaitu; keseluruhan (wholeness),
umpan balik (feed back), homeostatis, dan equifinality.

2. Konselor Berpikir Sistem

Pengaruh berpikir sistem telah mengubah cara-cara konselor memandang perilaku klien
yang terganggu. Dalam suatu studi tentang schizophrenia, Bateston menyimpulkan bahwa perilaku
yang terganggu itu bukanlah “negatif” akan tetapi disebabkan adanya fungsi schizophrenia pada
semua anggota keluarga.

3. Penggabungan dan Integrasi Pendekatan Konseling

Secara umum ada tiga isu yang selalu berkembang tentang kontradiksi kedua pendekatan
konseling keluarga tersebut, diantaranya:

1) Isu Masa Lalu vs Isu Masa Kini


2) Isi vs Proses (content vs process)
3) Intrapsikik vs Konteks Interpersonal
b. Konseling Keluarga Struktural: Salvador Minuchin
Teori dan teknik konseling keluarga struktural ini dikembangkan akhir tahun 1976 oleh
Minuchin. Orientasi struktural terutama sekali untuk menangani masalah keluarga. Praktik konseling
keluarga struktural berdasarkan konsep-konsep kunci sebagai berikut:

1) Keluarga sebagai sistem manusia yang mendasar


2) Fungsi subsistem dalam sistem keluarga
3) Karakteristik aturan-aturan sistem dan subsistem
4) Pengaruh-pengaruh keterlibatan perilaku antara anggota keluarga
5) Evolusi pola-pola transaksi.

E. Memahami Konseling Keluarga


1. Perubahan Kehidupan Keluarga

Keluarga dapat dikatakan mengalami tekanan dan kecemasan karena hebatnya pengaruh
dari luar yaitu masalah pekerjaan, ingin berkuasa, persaingan kekayaan dan sebagainya.

Sementara pada konseling keluarga dan sekolah, banyak kasus siswa yang bersumber
dari iklim kehidupan keluarga yang tidak sehat, demikian juga betapa berpengaruhnya kondisi
psikologis guru terhadap siswa.

2. Pengertian Konseling Keluarga

Family Counseling atau konseling keluarga melalui sistem keluarga adalah upaya bantuan
yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi
keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi dasar
kemauan membantu dari anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.

F. Teori-teori Konseling Keluarga


1. Pengantar

Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan dan praktik
konseling. Teori dalam pendekatan konseling tersebut dapat digunakan apabila kita memahaminya.

2. Pendekatan Psikoanalisis

Aliran psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Feud pada tahun
1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari
alam ketidaksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan seperti puncak gunung es.

a. Dinamika Kepribadian
1) Insting, adalah suatu pernyataan psikologis dari suatu sumber perangsang somatik yang
dibawa sejak lahir. Freud membagi insting menjadi dua, yaitu inting hidup dan insting mati.
2) Kecemasan. Freud mengemukakan tiga macam kecemasan, yaitu; kecemasan realistis,
neurotis, dan kecemasan moral yang bersumber pada super ego atau kecemasan hati.
b. Proses Konseling. Sesuai dengan alirannya, maka setiap kegiatan konseling diwarnai oleh
fisafat dan teori. Adapun tujuan konseling psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tidak disadari menjadi
sadar kembali, dimana proses konselingnya dititikberatkan pada usaha konselor.
3. Terapi Terpusat pada Klien (Client Centered Therapy)

Adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara
konselor dan klien, agar tercipta gambaran yang serasi dengan kenyataan klien yang sebenarnya.

a. Tujuan Konseling, yaitu untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri
(mandiri) dan berkemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
b. Proses Konseling, dari kedatangan klien secara suka rela dan pada akhirnya menentukan
pilihan yang akan ia ambil sebagai suatu perencanaan yang akan direalisasikan oleh klien.
c. Teknik Konseling, dalam teknik yang diutamakan adalah sifat-sifat konselor, diantaranya;
(Acceptance) menerima klien apa adanya, Congruence, Understanding, Nonjudgemental.
4. Terapi Gestalt. Terapi Gestalt dikembangkan oleh Frederick S. Pearl (1894-1970). Menurut
Pearls individu itu selalu aktif sebagai keseluruhan. Individu bukanlah jumlah dari bagian-
bagian semata.
a. Tujuan Konseling, adalah membantu klien menjadi individu yang merdeka, berdiri sendiri.
b. Landasan Bagi Proses Konseling, proses konseling mengikuti lima hal yang penting, yaitu;
Pemolaan (patterning), pengawasan (control), potensi, kemanusiaan, dan kepercayaan.
c. Proses Perubahan Perilaku
1) Transisi, yaitu keadaan klien dari selalu ingin dibantu oleh lingkungan kepada mandiri.
2) Avoidance dan unfinished business, adalah usaha klien lari dari emosi, peristiwa-peristiwa,
pemikiran-pemikiran (unfinished business) yang terlambat dikemukakan oleh klien.
3) Impasse, yaitu individu atau konselor yang bingung, kecewa, terhambat
4) Here and Now, yaitu penangan kasus adalah di sini dan di masa kini.
5. Terapi Behavioral, Terapi behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dan
Skinnerian. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi
(treatment) neurosis.
a. Tujuan Konseling, adalah membantu klien membuang respons-respons yang lama yang
merusak diri, dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat.
b. Hubungan Klien dan Konselor, konselor memegang peranan aktif dan langsung .
c. Teknik-teknik Konseling, diantaranya; desensitisasi sistematik, assertive training, aversion
therapy (pemberian hukuman dan penguatan), dan home work (latihan rumah bagi klien)
6. Logotherapy Frankl, Terapi logo dikemukakan oleh Frankl pada tahun 1938. Menurut Frankl
makna hidup itu harus dicari oleh manusia. Di dalam makna tersebut tersimpan nilai kreatif,
pengalaman dan sikap.
a. Tujuan Konseling, agar dalam maasalah yang dihadapi klien dapat menemukan maknanya.
b. Teknik Konseling, kemampuan dalam menggali hal-hal yang bermakna dari diri klien.
7. Rational Emotive Therapy (RET), RET dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis
pada tahun 1962. Pendekatan ini menyatakan bahwa manusia adalah objek yang sadar akan
objek-objek yang dihadapinya.
a. Tujuan Terapi, adalah untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir,
keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional dan seoptimal mungkin.
b. Proses Terapi, konselor berusaha menunjukkan kepada klien kesulitan yang dihadapi
sangant berhubungan dengan keyakinan irrasional dan membuat klien meninggalkan
pikirannya yang irrasional tadi diganti dengan pemikiran baru yang rasional, memberi
tantangan kepada klien.
c. Teknik-teknik Konseling, yaitu teknik yang berusaha menghilangkan gangguan emosional
yang merusak diri (berdasarkan emotive experiential).

Behaviorisme, adalah teori yang bertitik tolek dari anggapan yang mengetengahkan
tingkah laku sebagai bidang kajian psikologi tanpa mengacu kepada kesadaran atau gagasan
mentalitas.

Menurut saya, dalam teori konseling di atas memiliki tujuan yang sama, yaitu mengubah
tingkah laku.

G. Aplikasi Teori-teori Konseling


1. Pendekatan psikoanalisis. Aliran psikoanalisis dalam konseling keluarga memberi penjelasan
tentang latar belakang kehidupan keluarga sebagai pemahaman terhadap pola-pola intrapsikik
yang terbuka dalam konseling keluarga, sebagai contoh seorang bapak yang selalu ingat
kepada ayahnya yang “rasanya masih hidup bersamanya” diamana ia memperlakukan anak-
anaknya sama seperti ia diperlakukan ayahnya dulu.
2. Pendekatan Terpusat pada Klien. Rogers (1961) menulis tentang implikasi konseling terpusat
pada klien terhadap kehidupan keluarga , dalam bukunya “On Becoming a Person” dia
menekankan bahwa hubungan dalam keluarga dapat dihidupkan atas suatu dasar yang wajar,
jujur, asli, perasaan dengan keterbukaan.
6. Konseling Keluarga Pendekatan Gestalt. Tujuan Kempler adalah untuk menggunakan sesi-sesi
konseling keluarga dijadikan sebagai ajang untuk berpartisipasi oleh anggota keluarga secara
aktif, ketimbang mereka hanya sebagai penenton dan komentator situasi keluarganya belaka,
yang semestinya adanya saling kepedulian.
7. Aplikasi Teori Behavioral dalam Konseling Keluarga. Liberman (1981) mengemukakan tiga
bidang kepedulian teknis bagi konselor, juga sebagai ciri utama dari pendekatan behavioral,
yaitu; kreasi dari gabungan terapeutik yang positif, membuat analisa yang fungsional terhadap
masalah-masalah dalam keluarga, dan implementasi prinsip-prinsip behavioral, yakni
reinforcement dan modeling di dalam konteks interaksi dalam keluarga.
8. Konsep-konsep Logothetapy dalam Konseling Keluarga. Konsep dasar logotherapy ditulis oleh
Frankl pada tahun 1946 dalam bahasa Jerman, dan pada tahun 1959 dalam bahasa inggris.
Publikasi dan konsep-konsep logotherapy populer setelah keluar tulisan Frankl dalam bukunya
“Man’s Search for Meaning” pada tahun 1962. Logotherapy bertujuan agar klien dapat
menghadapi masalah dapat menemukan makna dari penderitaannya.
9. Konseling Keluargaan Rational-Emotive. Penekanan dari usaha konseling adalah bahwa
keluarga hanya memiliki sedikit saja kekuatan untuk mengubah secara langsung orang lain.
Anggota keluarga ditunjukkan sebagai suatu keluarga, dimana mereka mempunyai kekuatan
untuk mengontrol pikiran dan perasaan secara individual. Setiap individu dalam keluarga
berada dalam keadaan mengawasi perubahan perilakunya.
10.Pendekatan Eksistensial dalam Konseling Keluarga. Asumsi dasar dari keluarga adalah bahwa
anggota keluarga membentuk nasibnya melalui pilihan-pilihan yang dibuatnya sendiri.
11.Pendekatan Konseling Keluarga Menurut Aliran Adler. Pendekatan Adler adalah unik dalam
memberikan perhatian khusus terhadap hubungan-hubungan antara saudara kandung
dan posisi seseorang di dalam keluarga.
12.Pendekataan Transactional Analysis (TA) dalam Konseling Keluarga. Erskine (1982)
menyatakan bahwa prosedur-prosedur TA dapat diadaptasikan kepada berbagai masalah
dalam keluarga. TA menyediakan unsur-unsur terapeutik bagi menghadapi masalah kognitif,
afektif dan secara perilaku nyata (behavioral).

Clien centered counseling adalah suatu sistem psikoterapi yang berdasarkan asumsi bahwa
klien atau subjek adalah dalam posisi terbaik mengatasi problem-problemnya yang dihadapinya.
Menurut pendapat saya, ada beberapa teori yang dikemukakan di atas yang juga kurang
efektif dilakukan dalam konseling keluarga, seperti halnya teori psikoanalisis.

H. Proses dan Tahapan Konseling Keluarga

Proses konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan


oleh berbagai faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari satu orang. Secara
umum proses konseling berjalan menurut tahapan sebagai berikut:

1. Pengembangan Rapport, hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan


pengembangan rapport merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling
percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien.
2. Pengembangan Apresiasi Emosional, pada saat yang masing-masing anggota keluarga yang
tadinya dalam keadaan terganggu komunikasi atau bahkan dalam keadaan “sakit”, mulai
terlihat berinteraksi di antara mereka dan dengan konselor. Ada dua teknik konseling keluarga
yang efektif yaitu, sculpting dan role playing.
3. Pengembangan Alternatif Modus Perilaku, aplikasi perilaku tersebut dilakukan melalui praktik
di rumah. Mungkin konselor memberi suatu daftar perilaku baru yang akan dipraktikkan
selama satu minggu, kemudian melaporkannya pada sesi konseling keluarga berikutnya.
4. Fase Membina Hubungan Konseling, fase ini harus terjadi di tahap awal dan tahap berikutnya
dari konseling yang ditandai dengan adanya rapport sebagai kunci kelancaran dari konseling.
5. Memperlancar Tindakan Positif, dengan mengajarkan keterampilan/melatih skill yang baru.

Istilah bimbingan dan konseling mulai digunakan sebagai pengganti istilah bimbingan
penyuluhan yang sebenarnya digunakan dalam keputusan Menpan No. 26/1989.

Menurut saya, untuk proses konseling semestinya harus dengan seorang ahli profesional.

I. Teknik-teknik Konseling Keluarga

Sesuai dengan pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di bab-bab yang lalu,


maka ada dua pendekatan yang akan dikemukakan, berikut teknik-teknik konseling sesuai
pendekatan.

1. Teknik Konseling Keluarga dalam Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh Perez (1979) mengembangkan sepuluh teknik
konseling keluarga, yaitu; Sculpting (mematung), role playing (bermain peran), silence (diam),
confrontation (konfrontasi), teaching via questioning, listening (mendengarkan), recapitulating
(mengikhtisarkan), summary (menyimpulkan), clarification (menjernihkan), dan reflektion (refleksi).

2. Skill Individual yang Perlu Dikuasai Konselor


a. Teknik-teknik yang Berhubungan dengan Pemahaman Diri, yang terdiri dari tujuh teknik.

Kreativitas konselor adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau menciptakan bentuk-
bentuk baru dalam seni dalam memimpin jalannya proses konseling.

J. Ketahanan Keluarga
1. Latar Belakang, Gejala perpecahan dan gejolak keluarga akhir-akhir ini makin terasa.
Berbagai indikator mudah dilihat, minsalnya perceraian, pertengkaran suami istri, kenakalan
anak (menentang orang tua, mencuri, berjudi, dan yang paling membingungkan makin
banyaknya kasus kehamilan diluar nikah. Gejala tersebut bersumber dari berbagai faktor,
diantaranya; ketidakberfungsian sistem keluarga, keluarga materialistik, istri berkuasa, serta
ketidakharmonisan hubungan seksual.
2. Kekacauan Keluarga, Kehidupan keluarga di zaman kemajuan industri dan teknologi rentan
mengalami berbagai cobaan. Banyak sekali kesibukan keluarga yang berorientasi ekonomi,
ibu-ibu bekerja untuk menambah biaya keluarga yang makin membengkak, hingga sering
urusan anak-anak diserahkan pada pembantu. Selain itu, keluarga juga sering dipengaruhi
oleh dunia global terutama bidaya orang barat.
K. Penutup
1. Kesimpulan

Pada awalnya konseling pernikahan dan keluarga berorientasi pada bantuan


terhadap masalah-masalah hubungan seksual, dan problem perkawinan pada umumnya.
Namun, orientasi ini sudah tidak memadai lagi jika dihubungkan dengan perkembangan
dunia modern yang pesat. Pandangan bahwa pasangan suami-isteri pasien yang harus
disembuhkan, sudah selayaknya diakhiri.

L. Daftar Rujukan

H. Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), Bandung: CV Alvabeta, 2009.

KH. Ahmad Mudjab Mahalli dan H. Ahmad Rodli Hasbullah, Hadis-hadis Muttafaq ‘Alaih,
Jakarta: Kencana, 2004.

Thantawy R., M.A, Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Grasindo, 2005.

Anda mungkin juga menyukai