Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Indikator Komprehensif Pengelolaan SDA Lingkungan Hidup
Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Indikator Komprehensif Pengelolaan SDA Lingkungan Hidup
1. Pendahuluan
Saat ini metoda yang paling mendapat perhatian banyak pihak dalam hubungannya
dengan penyusunan strategi bisnis adalah Balanced Scorecard (BSC). Termasuk dalam
menyusun strategi lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya alam, akan kita lihat sedikit
mengenai metoda tersebut dalam uraian di makalah ini.
Tujuan penulisan makalah ini antara lain:
- Memberikan penjelasan gambaran umum praktek penggunaan metoda BSC dalam
manajemen sumber daya alam dan lingkungan proaktif
- Memberikan penjelasan gambaran umum pengelolaan sumber daya alam – lingkungan
hidup dalam kerangka manajemen strategis bervisi sustainable development
2.1 Sejarah
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan dalam Harvard
Business Review metode pengukuran mereka: ‘The Balanced Scorecard – Measures That
Drive Performance’. BSC adalah alat yang menyediakan pada para manajer pengukuran
komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran
strategisnya. Metoda ini menjelaskan bagaimana aset intangible dimobilisasi dan
dikombinasikan dengan aset intangible dan tangible untuk menciptakan proposisi nilai
pelanggan yang berbeda dan hasil finansial yang lebih unggul (Kaplan dan Norton, 2001).
Norton dan Kaplan menempatkan BSC sebagai alat bagi organisasi (termasuk yang
berasal dari sektor publik dan non-profit) untuk mengelola kebutuhan pemegang saham
relevannya. Lebih jauh mereka menyarankan BSC sebagai alat untuk memperbaiki aliran
informasi dan komunikasi antara top eksekutif dan manajemen menengah dalam
perusahaan. BSC ingin memperbaiki sistem konvensional pengontrolan dan akuntansi
dengan memperkenalkan fakta lebih kualitatif dan non-finansial.
Pertimbangan sasaran finansial serupa dengan sistem tradisional manajemen dan
akuntansi. Satu perbaikan penting dari BSC terletak pada fokusnya mendorong nilai bagi
profitabilitas masa depan perusahaan. Perspektif pasar bertujuan mengidentifikasi segmen
pelanggan dan pasar relevan yang berkontribusi pada sasaran finansial. Dalam istilah
manajemen barbasis pasar dari perusahaan, dimensi ini membuat mampu mencapai proses-
proses dan produk internal yang sejalur dengan keperluan pasar. Dalam dimensi internal
processes, perusahaan harus mengidentifikasi dan menstrukturkan secara efisien proses-
proses pendorong nilai internal yang vital terkait dengan sasaran pelanggan dan pemegang
Gambar 1. Contoh hubungan sebab-akibat dan indikator leading-lagging (Zingales et.al., 2002)
Selama ini keberlanjutan secara lingkungan dan sosial tetap terpisah dari strategi bisnis
inti tradisional dan sistem manajemen yang berdasarkan semata menuju indikator kinerja
finansial. Satu alasan mengapa begitu sulit untuk berhubungan dengan sustainabilitas
perusahaan terletak pada kelebaran konsep itu sendiri. Kurangnya definisi apa batasannya
yang dimaksud isu-isu sosial itu sendiri menjadi hambatan terbentuknya SBSC. Aspek
sosial seringkali dipandang sebagai aspek lingkungan lebih lunak karena itu lebih sulit
dihitung (Epstein, 2001).
Perumusan Strategi
Pada perkembangan selanjutnya
(1993-1995), Balance Scorecard
diterapkan untuk menghasilkan
rencana strategic yang
komprehensif dan koheren
Perencanaan Strategik
Penyusunan Program
Pemantauan
Gambar 4. Perkembangan Peran Balanced Scorecard dalam Sistem Manajemen Strategik (Mulyadi,
2001).
Proses – Centric
Perspektif Perspektif
Pembelajaran dan Customer
Pertumbuhan
People – Centric
Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga BSC. Kelemahan BSC antara
lain (Lee et.al., 2000):
Secara umum BSC menyediakan pada pihak eksekutif bentuk kerangka kerja
komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi organisasi kedalam bentuk set ukuran
kinerja. Contoh dimensi pengukuran dari setiap perspektif BSC seperti pada Tabel 2
berikut.
Inti perbedaan kedua frasa sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah:
• SDA (natural resources) berfokus pada aset sumberdaya yang siap dikelola.
• Lingkungan hidup (environment) berfokus dengan akibat atau dampak dari kegiatan
manusia yang dapat merusak kekayaan alam tersebut.
Bila lingkungan tidak rusak dapat menjadi sumber daya yang siap diexploitasi (dengan
cara bijaksana agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya). Mengelola sumber
daya alam dan lingkungan hidup terutama berfokus pada para aktor manusianya, pelaku
ekonomi, pada strategi apa yang perlu ditempuh agar sumber daya alam dan lingkungan
tetap lestari dan secara optimal dimanfaatkan dengan berkelanjutan (sustainable).
indikator
Pengelolaan SDA LH komprehensif
Masing-masing pihak akan saling berinteraksi dan memiliki ciri strategi pengelolaan
lingkungan tersendiri dengan kesamaan umum yaitu visi bersama mewujudkan kondisi
sustainable development.
Indikator pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan untuk setiap fihak memiliki
kesamaan visi namun misi yang diembannya berbeda. Maka indikator pengelolaan
strategisnyapun berbeda-beda. Disamping fihak Pemerintah yang berperan sebagai
regulator dan koordinator, peran pengusaha sebagai pelaku usaha, tentunya masyarakat
sebagai pengguna dan pengontrol aktifitas yang dilakukan dan kebijakan yang diterapkan
akan sangat menentukan keberhasilan penerapan indikator pengelolaan sumberdaya alam
tersebut.
4.2 Pengusaha
Dalam menerapkan indikator pengelolaan sumberdaya alam, berpulang pada sejauh
mana visi dan misi berkelanjutan yang diemban. Kemudian translasi visi, misi tersebut
menjadi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan bisnis. Contohnya
seperti tercantum dibawah ini.
Perusahaan XYZ
Visi: mencapai tingkat perusahaan terbaik dalam pengelolaan lingkungan
(Environmental Excellence) dan berusaha menuju proses zero waste
Modal organisasi ada 3: modal fisik (aset fisik), modal manusia (human capital), dan
modal struktural (structural capital).
Customer:
C1 = Meningkatkan kepuasan - Penjualan produk - Kedalaman hubungan (pemasar vs
pelanggan lewat fitur lingkungan lingkungan meningkat pelanggan)
(aman, hemat energi, kuat, tahan lama) (segmen lingkungan terukur)
C2 = Meningkatkan loyalty pelanggan - Kesetiaan pelanggan - Survay pelanggan
lewat after sales service
Internal:
I1 = Disain produk yang inovatif - Jumlah disain yang - Anggaran R& D bagi inovasi produk
(aman, hemat, kuat, tahan lama) tawarkan fitur lingkungan lingkungan meningkat
I2 = Perbaikan proses : efisiensi + - Tingkat kecacatan menurun - Intensitas perangkat kualitas yang dipakai
efektifitas - Metoda efisiensi atau kualitas
I3 = Responsive service - Minta waktu isi kesan dan - Jumlah intensitas kontak lanjut dengan
pesan dari pelanggan pelanggan
I4 = Mengerti pelanggan -- --
I5 = Pemasaran tahu dan mengerti fitur - Menguji pengetahuan fitur - Pelatihan fitur lingkungan
lingkungan lingkungan di tenaga
pemasaran
Learning:
L1 = Pelatihan organisasional - Pemasaran -> mengerti produk --
(pemasaran, produksi, lingkungan) - Produksi -> efisiensi - Jumlah metoda kualitas yang dipakai
- Lingkungan -> efisiensi - Jumlah metoda kualitas yang dipakai
L2 = Sistem informasi akurat -- - informasi strategis
L3 = Prosedur menjamin kepuasan - Produktifitas dan keluhan - penghargaan terkait produktifitas
karyawan dan penghargaan karyawan
Selanjutnya jenis dan ukuran indikator tersebut tergantung pada misi spesifik dan
strategi spesifik aktor ekonomi masyarakat.
Untuk membuat BSC efektif sebagai rerangka sustainabilitas terutama di sektor pelayanan
publik, harus dimodifikasi minimal di 3 hal:
- Tingkat kepentingan pengukuran finansial sebaiknya dirubah untuk mengenali bahwa
fungsi utama pemerintah adalah bukan menghasilkan uang namun memperbaiki
kualitas hidup warga.
- Pengukuran finansial harus diperluas dengan menggabungkan atribut non-finansial
seperti kinerja lingkungan dan sosial
- Komponen pelanggan harus dikembangkan dengan memasukkan pemegang saham lain
Misi:
Melalui kepemimpinan sipil yang kuat, penyediaan jasa berkualitas tinggi, dan
pengembangan kemitraan positif, Dewan Distrik Strabane akan meningkatkan posisinya
sebagai otoritas lokal yang tinggi dan mempromosikan distrik tersebut sebagai tempat yang
baik untuk tinggal, bekerja, berinvestasi, dan berkunjung.
Area fokus:
1. Otoritas lokal yang memimpin
Menjadi otoritas lokal memimpin melalui kepemimpinan sipil, pengiringan, dan
ekuitas.
Dengan perubahan yang bakal terjadi pada administrasi publik, kita ingin
mengkonsolidasikan kemajuan yang dibuat dalam otoritas lokal memimpin di area-area
kunci. Kita akan meneruskan untuk merangkum inovasi dan menata contoh-contoh
kesempurnaan.
Tema ini juga mengenai mengembangkan peran kepemimpinan sipil Dewan untuk
kemajuan strategis distrik tersebut, menjadikannya melalui proses lobby untuk
infrastruktur yang lebih baik, mempromosikan investasi kedepan atau memperbaiki
imej distrik tersebut. Ini juga melibatkan meletakkan orang-orang lokal di pusat
aktifitas dengan menata untuk mengembangkan hubungan antara mereka dan Dewan.
Bagian fundamental dari kepemimpinan Dewan ini adalah memastikan akses yang
sama pada semua jasa-jasa Dewan dan menempatkan kesetaraan di pusat
pengembangan kebijakan.
3. Mentransformasi Strabane
Bertindak sebagai katalis kunci untuk regenerasi dan meningkatkan peluang-peluang
ekonomi distrik tersebut.
Dewan Distrik Strabane akan menggunakan tema strategis ini untuk membangun
momentum yang diperoleh dengan cara baik usaha-usaha regenerasi dan peningkatan
Rencana Komunitas untuk pengembangan turis lebih jauh, investasi lapangan kerja dan
kedalam dalam distrik tersebut. Kita beroperasi dalam lingkungan dinamis, global,
dengan banyak hal diluar kontrol kita. Namun pendekatan kemitraan, terintegrasi kita
untuk pengembangan lokal berarti kita siap menghadapi tantangan baru dan ketenangan
kita mengambil keunggulan dari peluang-peluang baru. Kita akan juga menggunakan
Hasil
Setelah penerapan BSC diperoleh hasil seperti tertera pada Tabel 7 berikut.
7. Kesimpulan
Pengembangan BSC kedalam setiap bentuk organisasi baik profit dan non-profit
memang memungkinkan dengan sedikit modifikasi pada implementasi misi dan perspektif
prioritas yang diinginkan seperti perspektif finansial digantikan oleh perspektif pemenuhan
kualitas pelanggan.
BSC adalah metoda yang cukup fleksibel diterapkan perusahaan yang ingin tidak hanya
sekedar mengukur aspek finansial semata namun ingin mengetahui parameter pendukung
kesuksesan finansial organisasi dimasa datang, sehingga sustainabilitas organisasi dapat
lebih terjamin.
Untuk menerjemahkan prinsip BSC kedalam indikator pengelolaan sumberdaya alam –
lingkungan perlu dilakukan secara hati-hati agar benar-benar mampu terintegrasi dengan
aktifitas bisnis organisasi tersebut. Hal ini terkait dengan jaringan infrastruktur informasi
yang ada dan kuat-tidaknya budaya yang melekat dalam organisasi tersebut.
Secara umum, penentuan indikator penerapan BSC dalam pengelolaan sumber daya
alam akan tergantung pada:
8. Referensi
- ______, Draft Corporate Strategy 2002 - 2005, Strabane District Council, 2002
- Abbott, Robert M., Johnson, Scott D., Dieckhoner, Tracy, Embedding Sustainability In
The Business of City Government: An Opportunity for Seattle, Working Paper, AS,
2002
- Bekkering, Diederik, Balanced Scorecard for Shell Hydrogen and for The Knowledge
Age, Tesis, University of Groningen, 2002
- KPMG, Beyond the numbers: linking value with value, Working Paper, KPMG
Assurances and Advisory Service Center, 2000
- Lee, S.F., Ko, Andrew Sai On, Building Balanced Scorecard With SWOT Analysis, and
implementing ‘Sun Tzu’s The Art of Business Management Strategies’ on QFD
Methodology, Management Auditing Journal 15/1/2 (2000), h.68-76, MCB University
Press, 2000
- Mulyadi, Balanced Scorecard, Salemba Empat, Universitas Gajah Mada, 2001
- Norton, David P., Kaplan, Robert S., The Balanced Scorecard: Translating Strategy
Into Action, HBS Press, 1996
- Zingales, F., Rourke, Anastasia O., Hockerts, Kai, Balanced Scorecard and
Sustainability, State of the Art Review, Working Paper, Center for Management and
Environmental Resources, France, 2002