Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD PROVINSI NTB
NOMOR : ..../...../...../.....
TENTANG.............................

PANDUAN KAMAR ISOLASI

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tenaga medis yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi
yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena Tenaga Medis dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah
pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak
yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya. Menurut
penelitian apabila tenaga medis terkena infeksi akibat kecelakaan maka resikonya 1%
mengidap hepatitis fulminan, 4% hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus
(Syamsuhidajat & Wim de Jong, 1997). Tahun 1997 CDC (Center For Desease Control)
melaporkan ada 52 kasus petugas kesehatan lain HIV akibat kecelakaan di tempat kerja,
sedangkan 114 orang petugas kesehatan lain di duga terinfeksi ditempat kerja. ICN (2005)
melaporkan bahwa estimasi sekitar 19-35% semua kematian pegawai kesehatan pemerintah
di Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Sedangkan di Indonesia data ini belum terlaporkan.
Namun dari kejadian tersebut, resiko perawat mempunyai andil yang paling besar untuk
tertular akibat terpapar cairan dan tertusuk jarum, sehingga berkembang upaya untuk
mencegah terinfeksi dari paparan HIV (Nurmartono, 2006).

Seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap
penularan penyakit.Hal ini karena daya tahan tubuh pasien yang relative menurun. Penularan
penyakit terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit disebut infeksi nasokomial. Infeksi
nasokomial dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain.
Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat
di rumah sakit. Pemularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan sebagainya.

1
Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas kesehatan
atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya suatu langkah
pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. Salah satu upaya adalah
dengan menyediakan fasilitas ruang isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien dengan
penyakit infeksi yang dianggap berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien
lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

Ruangan isolasi tersebut di rancang sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan


infeksi rumah sakit artinya pasien yang dirawat dapat diamati secara intensif dan pasien tidak
dapat menularkan penyakitnya kepada dokter, perawat, dan pasien lain serta pengunjung
Rumah Sakit. Dua aspek terpenting dalam pembangunan fisik perawatan atau bangsal isolasi
adalah bagaimana penataan ruang baik menyangkut pola ruang maupun ruangan agar pungsi
ruangan sebagai pencegahan penyakit dapat berfungsi secara optimal.

B. Tujuan
1. Sebagai panduan bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB untuk
dapat melaksanakan Isolasi pada pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.
2. Sebagai panduan pelaksanaan Isolasi pada pasien yang merupakan salah satu upaya
rumah sakit dalam menegah infeksi rumah sakit.
3. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan.
4. Mencegah terjadinya Infeksi pada pasien rawat inap atau pasien dengan penurunan daya
tahan tubuh.

C.Definisi
1.Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien
dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika rnereka mendapat
perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada
pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.

2.Ruang isolasi adalah tempat yang mampu merawat pasien yang memerlukan perawatan
isolasi mulai pemeriksaan awal sampai perawatan lanjutan dan terintegrasi semua aspek
pelayanan dalam satu tempat (satu pintu) Sena mampu menciptakan lingkungan yang
aman dan kontaminasi bagi seluruh komponen

2
3.Ruang isolasi adalah Suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular
agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan
petugas kesehatan.

4.Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara negatif
(Negative Pressure) dimana tekanan udara di ruang isolasi negatif terhadap area
disekitarnya untuk mencegah penyakit-penyakit yang mudah mengkontaminasi seperti
tuberculosis, cacar air (vancella), herpes zoster, dan measles (rubella),sedangkan pasien
yang memiliki sistem imun yang lemah seperti pada pasien HIV dan pasien yang
mendapat transplantasi sumsum tulang belakang (Bone Marrow Transplant)
menggunakan ruang isolasi dengan tekanan udara positif (Positive Pressure) dimana
tekanan udara di ruang isolasi positif terhadap area sekitarnya untuk melindungi pasien
dari kontaminasi luar.

5.Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

3
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
1.Penggunaan kamar isolasi diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang
mengidap penyakit infeksi menular yang dianggap mudah menular dan berbahaya;
2. Pelaksana Panduan ini adalah semua elemen rumah sakit beserta pasien dan
keluarga.

B. Prinsip Ruang Isolasi


1. Setiap pasien dengan penyakit Infeksi menular dan dianggap berbahaya dirawat di
ruang terpisah dari pasien lainnya yang mengidap penyakit bukan infeksi.
2. Penggunaan Alat pelindung diri diterapkan kepada setiap pengunjung dan petugas
kesehatan terhadap pasien yang dirawat di kamar isolasi.
3. Pasien yang rentan infeksi seperti pasien luka bakar, pasien dengan penurunan
sistem imun dikarenakan pengobatan atau penyakitnya, dirawat di ruang (terpisah)
isolasi rumah sakit.
4. Pasien yang tidak termasuk kriteria diatas dirawat diruang rawat inap biasa.
5. Pasien yang dirawat dirung isolasi, dapat di dipindahkaa keruang rawat inap biasa
apabila telah dinyatakan bebas dari penyakit atau menurut petunjuk dokter
penanggung jawap pasien.

C. Kewajiban dan Tanggung Jawab

1.Seluruh Staf Rumah Sakit


a.Mematuhi peraturan yang ditetapkan di kamar isolasi
2.Perawat Instalasi Rawat Inap
a.Melakukan pelayanan kesehatan terhadappasien di kamar isolas;i
b.Menjaga terlaksananya peraturan ruang isolasi yang ditetapkan;
c.Mencegah terjadinya infeksi terhadap pengunjung kamar isolasi atau pasien yang
dirawat di kamar isolasi.

4
3.Dokter Penanggung Jawab Pasien

a.Menetapkan diagnosa pasien dan menentukan apakah pasien memerlukan perawatan di


ruang Isolasi;
b.Memastikan pasien yang membutuhkan perawatan di ruang isolasi mendapat perawatan
secara benar
4.Kepala Instalasi/ Kepala Ruangan

a.Memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik


b.Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam Ruang Isolasi dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali insiden tersebut.
5.Direktur

a.Memantau dan memastikan peraturan di Ruang Isolasi terlaksana dengan baik.


b.Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap masalah yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan perawatanpasien di ruang Isolasi

5
BAB III

TATA LAKSANA

A. MANAJEMEN PELAYANAN PASIEN ISOLASI

1. Sebelum transfer pasien


a.Pakaikan masker medis/bedah pada pasien jika ada dan yang dapat ditolerir pasien
2. Sebelum kontak pada setiap pasien
a.Gunakan masker medis/bedah
b.Mencuci tangan
c.Gunakan air dari pasien.
d.Cucilah dan sterilkan tubuh/peralatan diantara pasien.
e.Gantilah sanmg tangan (iika bisa) dan cucilah tangan pasien.
3. Jika menggunakan aerosol buatlah prosedur (misal intubation, bronchoscopy,CPR,
Suction)

a. Hanya staf tertentu yang boleh keluar masuk ruangan


b.Gunakan jubah medis
c.Gunakan particulate respirator (rnisal EU FFP2, US NIOS-certified N95) jika ada
d.Gunakan pelindung mata, lalu kenakan sarung tangan
e.Lakukan prosedur terencana dalam ruangan berventilasi yang memenuhi syarat.
4. Sebelum membawa pasien ke area khusus (ruang karantina atau sejenisnya)

a.Batasi akses keluar-masuk dan perhatikan rambu-rambu kendali infeksi


b.Sediakan perlengkapan khusus pasien jika ada
c.Pastikan jarak kurang dari 1 meter (3.3 kaki) antara pasien dan area pengunjung.
d.Pastikan dipatuhinya tata-tertib setempat dalam penggantian linen dan kebersihan
ruangan.
5. Sebelum memasuki area khusus (ruang karantina atau sejenisnya)
a.Gunakan masker medis/bedah
b.Mencuci tangan

6
6. Sebelum meninggalkan area khusus (ruang karantina atau sejenisnya)

a.Lepaskan peralatan pelindung personal (sarung tangan, jubah, masker, dan pelindung
rnata)
b.Buanglah barang-barang yang memang hams dibuang sesuai dengan peraturan setempat
c.Mencuci tangan
d.Mencuci dan mensterilkan peralatan untuk pasien dan perlengkapan pribadi pasien yang
dikenakan pasien.
e.Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai peraturan tentang sampah klinis.

7. Sebelum meninggalkan pasien suspect/positif

a.Beritahukan instruksi dan materi untuk pasien/petugas terkait mengenai pernapasan


higienis/etika batuk atau bersin
b.Beritahukan peraturan di ruang karantina, kendali infeksi dan pembatasan kontak social
c.Catat alamat dan nomor telepon pasien.

8. Setelah meninggalkan pasien

a.Buanglah atau bersihkan peralatan khusus untuk pasien sesuai peraturan setempat
b.Gantilah dan cucilah linen tanpa mengucek
c.Bersihkan ruangan sesuai peraturan setempat
d.Buanglah sampah yang terkontaminasi virus sesuai aturan tentang sampah klinis

B.Syarat Kamar lsolasi


1.Lingkungan harus tenang
2.Sirkulasi udara harus baik
3.Penerangan harus cukup baik
4.Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memu¬dahkan untuk observasi pasien dan
pembersihannya
5.Tersedianya WC dan kamar mandi
6.Kebersihan lingkungan harus dijaga
7.Tempat sampah harus tertutup
8.Bebas dari serangga
9.Tempat alat tenun kotor harus ditutup
10.Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci dengan memakai disinfektan.

7
C.Ruang Perawatan isolasi ideal terdiri dari :
a).Ruang ganti umum
b).Ruang bersih dalam
c).Ruang jaga perawat
d).Ruang rawat pasien
e).Ruang dekontaminasi
f).Kamar mandi petugas

D.Kriteria Ruang Perawatan Isolasi ketat yang ideal


1).Perawatan Isolasi (Isolation Room)
a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2
2).Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air SuctionSystem
d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2
3).Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)
a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruangrawat isolasi
d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2
4).Area Sirkulasi (Circulation Corridor)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m

8
5).Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)
a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

E.Syarat Petugas Yang Bekerja Di Kamar Isolasi


1.Harus sehat
2.Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic
3.Pakaian rapi dan bersih
4.Tidak memakai perhiasan
5.Kuku harus pendek
6.Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi
7.Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker, sarung tangan, dan
sandal khusus
8.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
9.Berbicara seperlunya
10.Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi
11.Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi

F. Alat-alat
1.Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia
2.Selalu dalam keadaan steril
3.Dari bahan yang mudah dibersihkan
4.Alat suntik bekas dibuang pada tempat tertutup dan dimusnahkan
5.Alat yang tidak habis pakai dicuci dan disterilkan kembali
6.Alat tenun bekas dimasukkan dalam tempat tertutup

9
G. Kategori Isolasi
Kategori isolasi yang dilakukan sesuai dengan patogenesis dancara penularan / penyebaran
kuman terdiri dari isolasi ketat, isolasi kontak, isolasi saluran pernafasan, tindakan
pencegahan enterik dan tindakan pencegahan sekresi.Secara umum, kategori isolasi
membutuhkan kamar terpisah, sedangkan kategori tindakan pencegahan tidak memerlukan
kamar terpisah.
1.Isolasi Ketat
Tujuan isoasi ketat adalah mencegah penyebaran semua penyakit yang sangat menular, balk
melalui kontak langsung maupun peredaran udara.Tehnik ini kontak langsung maupun
peredaran udara.Tehnik ini mengharuskan pasien berada di kamar tersendiri dan petugas yang
berhubungan dengan pasien harus memakai pakaian khusus, masker, dan sarung tangan Berta
mematuhi aturan pencegahan yang ketat. Alat¬alat yang terkontaminasi bahan infektsius
dibuang atau dibungkus dan diberi label sebelum dikirim untuk proses selanjutnya. Isolasi
ketat diperlukan pada pasien dengan penyakit antraks, cacar, difteri, pes, varicella dam herpes
Zoster diseminata atau pada pasien imunokompromis.
Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruangperawatan isolasi ketat yaitu:
a).Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negativedibanding tekanan di
koridor.
b).Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam
c).Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi denganmenggunakan filter HEPA (High-
Efficiency Particulate Air)
Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri.Pasien tidak boleh membuang ludah
atau dahak di lantai -gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

2.Isolasi Kontak
Bertujuan untuk mencegah penularan penyakit infeksi yang mudah ditularkan melalui kontak
langsung.Pasien perlu kamar tersendiri, masker perlu dipakai bila mendekati pasien, jubah
dipakai bila ada kemungkinan kotor, sarung tangan dipakai setiap menyentuh badan
infeksius. Cuci tangan sesudah melepas sarung tangan dan sebelum merawat pasien lain.
Alat-alat yang terkontaminasi bahan infeksius diperlakukan seperti pada isolasi ketat. Isolasi
kontak diperlukan pada pasien bayi baru lahir dengan konjungtivitis gonorhoea, pasien
dengan endometritis, pneumonia atau infeksi kulit oleh streptococcus grup A, herpes
simpleks diseminata, infeksi oleh bakteri yang resisters terhadap antibiotika, rabies, rubella.

10
3.Isolasi Saluran Pernafasan
Tujuannya untuk mencegah penyebaran pathogen dari saluran pernafasan dengan cara kontak
langsung dan peredaran udara. Cara ini mengharuskan pasien dalam kamar terpisah, memakai
masker dan dilakukan tindakan pencegahan khusus terhadap buangan nafas / sputum,
misalnya pada pasien pertusis, campak, tuberkulosa paru, infeksi H. influenza.

4.Tindakan Pencegahan Enterik


Tujuannya untuk mencegah infeksi oleh pathogen yang berjangkit karena kontak langsung
atau tidak langsung dengan tinja yang mengandung kuman penyakit menular. Pasien ini dapat
bersama dengan pasien lain dalam satu kamar, tetapi dicegah kontaminasi silang melalui
mulut dan dubur. Tindakan pencegahan enteric dilakukan pada pasien dengan diare infeksius
atau gastroenteritis yang disebabkan oleh kolera, salmonella, shigella, amuba, campy/obacter,
Crytosporidium, Ecoli pathogen.

5.Tindakan Pencegahan Sekresi


Tujuannya untuk mencegah penularan infeksi karena kontak langsung atau tidak langsung
dengan bahan purulen, sekresi atau drainase dari bagian badan yang terinfeksi.Pasien tidak
perlu ditempakan di kamar tersendiri.Petugas yang berhubuangan langsung harus memakai
jubah, masker, dan sarung tangan. Tangan harus segera dicuci setelah melepas sarung tangan
atau sebelum merawat pasien lain. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan pada waktu
penggantian balutan.Tindakan pencegahan sekresi ini perlu untuk penyakit infeksi yang
mengeluarkan bahan purulen, drainasea atau sekresi yang infeksius.

6.Isolasi Protektif
Tujuannya untuk mencegah kontak antara pathogen yang berbahaya dengan orang yang daya
rentannya semakin besar, atau melindungi seseorang tertentu terhadap semua jenis pathogen,
yang biasanya dapat dilawannya.Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang
mempermudah terlaksananya tindakan pencegahan yang perlu.Misalnya pada pasien yang
sedang menjalani pengobatan sitoststika atau imunosupresi.

11
H. Lama Isolasi
Lama isolasi tergantung pada jenis penyakit, kuman penyebab dan fasilitas laboratorium,
yaitu :
1.sampai biakan kuman negative (misalnya pada difteri, antraks)
2.sampai penyakit sembuh (misalnya herpes, limfogranuloma venerum, khusus untuk luka
atau penyakit kulit sampai tidak mengeluarkan bahan menular)
3.selama pasien dirawat di ruang rawat (misalnya hepatitis virusAdan B, leptospirosis)
4.sampai 24 jam setelah dimulainya pemberian antibiotika yang efektif (misalnya pada sifilis,
konjungtivitis gonore pada neonatus).

Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi


a).Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan AlatPerlindungan Diri (APD).
b).Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
c).Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaianumum, masukkan dalam
kantung binatu berlabel infeksius.
d).Mandi dan cuci rambut (keramas)
e).Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
f).Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah daripintu masuk.

I. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan biasa :


a.Terbukti bukan kasus yang mengharuskan untuk dirawat di ruang isolasi.
b.Pasien telah dinyatakan tidak menular atau telah diperbolehkan untuk dirawat di ruang
rawat inap biasa oleh dokter.
c.Pertimbangan lain dari dokter.

12
I. PROSEDUR TEKNIK ISOLASI

1. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan yang terpenting,dirancang untuk untuk diterapkan dalam perawatan


seluruh pasien dalam RS,baik terdiagnosis infeksi ,diduga terinfeksi atau
kolonisasi.Diciptakan untuk mencegah transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan
atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada. Strategi utama untuk PPI ,menyatukan
Universal Precautions dan Body Substance Isolation adalah kewaspadaan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien
di semua fasilitas kesehatan.

Kewaspadaan Standar dilaksanakan saat menghadapi


a.Darah
b.Semua cairan tubuh,sekresi,ekskresi kecuali keringagtampak mengandung darah atau
tidak
c.kulit yang tidak intak
d.mukus membrane
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien. meliputi :
a.Kebersihan tangan
1).Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar kontaminasi
patogen dari dan ke permukaan.
2).Bila tangan tampak kotonrnengandung bahan berprotein,cai1an tubuh,cuci tangan
dengan sabun biasa/antimikroba dengan air
3).Bila tangan tidak tampak kotor,atau setelah membuang kotoran dengan sabun biasa
+ air,dekontaminasi dengan alkohol handrub
4).Sebelum kontak langsung dg pasien
5).Setelah menyeutuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi ,kulit yg tidak utuh,ganti
verband
6).Setelah kontak dg kulit pasien yg utuh
7).Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih
8).Segera setelah melepas sarung tangan.
9).Setelah kontak dg benda mati (termasuk alat medik) di area pasien
10).Cuci tangan dg sabun biasa dan air mengalir bila kontak dg diduga spora,karena
alkohol, klorhexidin,iodofor alctifltasnya lemah terhadap spora.

13
11).Jangan memakai kuku palsu,saat kontak langsung dengan pasien.
12).Cegah kontaminasi saat melepas APD
13).Sebelum keluar ruangan pasien,melepas APD,membuang APD
b. Sarung tangan

1).Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh,kulit utuh yg potensial
terkontaminasi

2).Pakai Sesuai ukuran tangan jenis tindakan

3).Pakai sarung tangan sekali pakai saat merawat pasien langsung

4).Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan

5).Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh bahan


terkontaminasi dan permukaan lingkungan, sebelum beralih ke pasien lain

6).Jangan memakai sarung tangan l pasang untuk pasien yang berbeda

7).Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih

c. Masker, Goggle, Face shield

1).Pakailah untuk melindungi mukus membran mata, hidung, rnulut :selama


melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko terjadi
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi.

2).Pilih sesuai tindakan yang akan dikeljakan

3).Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah transmisi
melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat ( batuk, bersin dari pasien )

4).Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pd pasien tidak diduga
infeksi.

14
d. Gaun

1).Kenakan gaun ( bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
ku1it terkontaminasi selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien.

2).Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan dikerjakan dan perkiraan
jumlah cairan yang mungkin akan dihadapi.

3).Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien
lain ataupun ke lingkungan.

2. Kewaspadaan berdasar transmisi

Sebagai tambahan Kewaspadaan Standar, terutama setelah terdiagnosis jenis infeksinya


Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi
a.Kontak.
b.Melalui droplet
c.Melalui udara (Airbome)
d.Melalui common vehicle ( makanan, air, obat, peralatan)
e.Melalui vektor ( lalat, nyamuk, tikus)
Catatan: Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara.

J. PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP


PENURUNAN IMUNITAS

1. Hindari orang terdekat.


Hindari hubungan dengan orang-orang yang sakit. Bila Anda sedang sakit, menjaga
jarak dari orang lain untuk melindungi mereka dari penyakit juga.
2. Tinggallah di rumah ketika Anda sakit.
Jika memungkinkan, tinggal di rumah dari pekerjaan, sekolah, dan errands bila Anda
sakit. Anda akan membantu mencegah orang lain dari penangkapan Anda sakit.
3. Lindungi mulut dan hidung.
Menutupi mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin. Hal itu dapat
mencegah orang-orang di sekitar anda dari penyakit.
4. Bersihkan tangan Anda.Mencuci tangan anda akan membantu melindungi Anda dari
kuman.

15
BAB IV
DOKUMENTASI

A.Laporan
Laporan dilakukan oleh Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi. Evaluasi tingkat
keberhasilan serta tindak lanjut sebaiknya dilakukan setiap bulan. Monitoring pelayanan
terhadap pasien yang memerlukan isolasi untuk mencegah terjadinya perluasan infeksi.

B.Lembar Monitoring Kepatuhan Cuci Tangan

C.Lembar Monitoring Kepatuhan Penggunaan APD

16
BAB V

PENUTUP

Dengan telah tersusunnya Panduan Kamar Isolasi Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat, harapan kami dapat dijadikan sebagai dasar penatalaksanaan
pasien dengan indikasi isolasi sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi, serta
mendukung penurunan infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB.

Panduan kamar isolasi ini sebagai pijakan awal dan tentunya harus senantiasa diperbaiki.
Saran dan masukan dari pemerhati buku ini sangat kami nantikan.

17

Anda mungkin juga menyukai