SKENARIO 2 Fiks
SKENARIO 2 Fiks
1. Kata kunci
Perempuan umur 30 tahun
Sesak nafas
Dada berdebar-debar
Menggigil dan batuk-batuk
Tekanan darah 100/60 mmHg
Heart reat 132x/menit
Suhu tubuh afebris
Saturasi O2 = 100%
HR : Heart Rate adalah jumlah detak jantung per satuan waktu biasanya
dinyatakan dalamdenyut permenit atau beats perminute. Heart rate normal
orang dewasa 60-100 bpm.
PND: Paroxymal Nocturnal Dyspnea adalah sesak napas yang terjadi tiba-tiba
pada saat tengah malam setelah penderita tidur selama beberapa jam, biasanya
terjadi pada penderita penyakit jantung.
Afebris:Suhu tubuh mengalami penurunan dibandingkan keadaan sebelumnya,
disertai beberapa gejala klinis yang semakin memburuk. Suhu tubuh febris
370C-380C.
Saturasi oksigen: adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %.
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 –100 %. Dalam
kedokteran ,oksigen saturasi (SO2), sering disebut sebagai "SATS", untuk
mengukur persentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin di dalam aliran
darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin
terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen
dari arteri ke jaringan tubuh Pada sekitar 90% (nilai bervariasi sesuai dengan
konteks klinis) saturasi oksigen meningkat menurut kurva disosiasi
hemoglobin-oksigen dan pendekatan 100% pada tekanan parsial oksigen> 10
kPa. Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran relatif dari
jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini dapat
diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau optode dalam
media cair.( Hidayat, 2007).
Konjungtiva anemis:Kondisi selaput lendir yang melapisi permukaan dalam
kelopak mata dan permukaan luar berwarna putih atau pucat.Sclera Iterik :
suatu kondisi yang di tandai dengan menguningnya kulit dan bagian putih
pada bola mata. Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis dan
transparan yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan melekat erat ke tarsus (Vaughan, 2010). Di tepi
superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pasa
formiks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episkera
menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke
septum orbital di formiks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-
lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar
permukaan konjungtiva sekretorik ( Vaughan, 2010).
JVP :Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah
tekanan sistem vena yang dapat diamati secara tidak langsung. Jugular vena
pressure (JVP) atau tekanan system vena yang dapat diamatisecara tidak
langsung. Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapatdilakukan dengan
metode invasive memasukkan kateter yang dihubungkandengan
sphygmomanometer melalui vena subclavia dextra yang diteruskanhingga ke
vena centralis (vena cava superior ). Distensibilitas vena-vena di leher dapat
memperlihatkan adanya perubahanvolume dan tekanan di dalam atrium kanan.
Terdapat 2 buah vena jugularispada leher yaitu vena jugularis interna dan vena
jugularis eksterna.Pemeriksaan JVP menunjukkan keadaan ‗input‘ jantung.
Vena jugularis yangbiasa digunakan yakni vena jugluaris interna karena
berhubungan langsungdengan vena cava superior dan atrium kanan. (Waskito,
2008)Tekanan normal pada atrium kanan ekuivalen dengan tekanan
kolomdarah setinggi 10-12 cm. Jadi, apabila pasien berdiri atau duduk tegak,
vena jugularis interna akan kolaps dan bila pasien berbaring, vena terisi penuh.
Bilapasien berbaring sekitar 45°, maka pulsasi vena jugularis akan tampak
tepat diatas klavikula; maka posisi ini digunakan untuk pemeriksaan denyut
vena jugularis (JVP). Kepala pasien diletakkan pada bantal, denganleher fleksi
dan pandangan lurus ke depan. Sebaiknya tidak menegangkanmuskulus
sternomastoid, karena vena jugularis interna tepat berada dibawahnya.
(Waskito, 2008)
Mur-mur : Suara jantung abnormal yang dapat didengar dengan stetoskop.
Murmur adalah bunyi yang terdengar terus-menerus selama periode sistolic,
diastolic atau keduanya. Penyebab umum murmur adalah regurgitasi balik
(kebocoran katup, defek septum
Atrium atau ventrikel, atau hubungan arteriovenosa); aliran ke depan melalui
katup yang Sempit atau cacat; aliran darah berkecepatan tinggi yang melalui
katup normal atau katup abnormal; vibrasi struktur longgar didalam jantung
(chordate tendineae). Murmur jantung dapat digambarkan sebagai nada
rendah atau gemuruh dengan jangkauan frekuensi 60-100 Hz. Murmur dapat
bernada menengah, kasar atau keras dengan jangkauan frekuensi 100-150 Hz,
dan juga dapat bernada tinggi dengan frekuensi lebih besar dari 300 Hz.
Murmur yang sering timbul pada penderita kelainan jantung di Indonesia
dapat digolongkan menjadi sistolik, diastolik dan kontinu. Murmur jantung
sistolik dapat menggunakan prisip kalkulasi kompetensi untuk menyatakan
criteria keberhasilan pengelompokkan masukannya
Sumber: Jurnal Ecotipe, Vol.1, No.1, April 2014
Gallop : Gangguan irama jantung. stilah irama derap digunakan untuk bunyi
jantung rangkap tiga yang menyerupai derap lari seekor kuda. Irama derap
disebabkan adanya satu atau lebih bunyi ekstra. Penting untuk membedakan
apakah bunyi ekstra terjadi pada saat sistole atau diastole. Irama derap
protodiastolik terdiri atas bunyi jantung I, II, III. Irama derap presistolik terdiri
atas bunyi jantung IV, I, II. Bila terdiri atas bunyi jantung III dan IV disebut
irama derap sumasi. Irama derap pada neonatus menunjukkan adanya gagal
jantung, juga ditemukan pada miokarditis mitral.
RH :(Ronkhi) yaitu bunyi pernapasan abnormal. Adalah bunyi gaduh yang
dalam. Terdengar selama : ekspirasi.Penyebab : gerakan udara melewati jalan
napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan akibat
sekresi, odema. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar
kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus.
Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena
secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar
waktu inspirasi. Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar
tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar,
disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat
halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di
alveoli misalnya pada pneum
Aksis normal : Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai
dengan 120° (ada yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini
adalah proyeksi dari arah jantung sebenarnya (jika normal dong :)). Pada
kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing
lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif
jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:
Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+).
Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki
kiri bermuatan positif (+)
Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan
kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan
kiri bermuatan positif (+)
Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana
tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen (potensial nol)
Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki
kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA),
dimana tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.
INR: International Normalized Ratio merupakan suatu ratio untuk menilai
mudah atau tidaknya sesorang terjadi clot/bekuan darah.
Pitting Oedema :edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan
ringan pada ujung jari.Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung
bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah
terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal
selama mengalami edema (Brunner and Suddarth, 2002).
BU : (Bunyi Usus) adalah bentuk dan gerak perut yang timbul. Bising usu
adalah bunyi gemerincing pada usus yang dapat didengar melalui stetoskop,
bising orang sehat akan terdengar pada orang sehat, sendangkan bising usus
tak normal biasanya mendakan tidak sehatnya seseorang. Kebisingan adalah
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu
pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang
yang terpapar (Babba 2007)
ASTO : adalah antibody yang paling dikenal dan paling sering digunakan
untuk indikator terdapatnya infeksi trepetococcus. ASTO (Anti-Streptolysin
Titer O) adalah suatu tes untuk mengukur titer antibodi sebagai penanda
apakah pernah terinfeksi dengan bakteri Streptococcus beta hemolyticus.
ASTO dinilai bermakna bila titernya > 200. Memang biasanya bakteri tersebut
dapat menyebabkan infeksi amandel atau farings. Yang dikhawatirkan dengan
peningkatan ASTO adalah dapat menimbulkan komplikasi ke jantung dan
ginjal. Kami menyarankan Anda untuk berkonsultasi mengenai hal ini lebih
lanjut ke dokter spesialis penyakit dalam. Kemungkinan dokter Anda
mencurigai penyakit jantung rematik. Untuk melakukan pemeriksaan ini, Anda
akan diminta untuk tidak makan maupun minum selama 6 jamASTO ( anti-
streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering
digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80
% penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan
kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap
streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung
reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus
GDS : (Gula Darah Sewaktu) adalah hasil pengukuran yang dilakukan
seketika waktu itu tanpa ada puasa.
CRV : (C-Reactive Ptotein) adalah suatu protein yang dihasilkan terutama saat
terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh.
Sesak nafas
Dada
berdebar-
debar
Ada riwayat
demam
Batuk
TD :
100/60mmH
g
Nadi
132x/menit
OP (-)
PND (+)
SB :
AFEBRIS
Konjungtiva
anemis (+)
S1 & S2
IREGULER
MUR-MUR
(+)
GALOP (-)
PULMO
RONCHI
(+)
WHEEZING
(+)
ABDOMEN
: Hepar
teraba 3 jari,
tepi tumpul,
rata lien
tidak teraba
membesar
Leukosit
10.400
6. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui lebih lanjut tentang penyakit-penyakit yang menyebabkan sesak nafas.
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosis seperti EKG.
7. Informasi tambahan
1. Penyakit yang dapat menyebabkan sesak nafas :
CORONER HEARD FILE LURE (CHF)
Gagal jantung kongnitiv adalah keadaan patofisiologi berupa kelainan
fungsi jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (mansjoer,2003).
ARITMIA JANTUNG
Pengertian : gangguan irama jantung yang merujuk pada setiap
gangguan frekuensi regularitas, lokasi asal atau konduksi implus listrik
jantung.
Etiologi : peradangan jantung, gangguan sirkulasi koroner, gangguan
keseimbangan elektrolit, gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom
yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Pengertian : penyakit jantung koroner dikenal dengan jantung
arteriosklerosi, yang juga termasuk jenis penyakit jantung yang menyumbang
kematian tertinggi. Penyakit jantung coroner adalah suatu keadaan dimana
erjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah coroner.
Sumber rasa sakit berasal dari pembuluh coroner yang menyempit atau
tersumbat. Rasa sakit tidak enak seperti ini ditindih beban berat di dada bagian
tengah adalah keluhan klasik penderita penyempitah pembuluh darah coroner.
Kondisi yang perlu diwaspadai adalah jika rasa sakit di dada muncul
mendadak dengan keluarnya keringat dingin yang berlangsung lebih dari 20
menit serta tidak berkurang dengan istirahat. Serangan jantung terjadi apabila
pembuluh darah coroner tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat otal.
Sebagian penderita PJK mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak nafas,
dan mengeluh rasa lemas bahkan pingsan (Yahya, 2010).
Etiologi : disaat darah menuju jantung terhambat yang disebabkan oleh lemak,
penimbunan lemak yang akan menyebabkan pembuluh semakin sempit dan
darah sulit untuk mengalir dengan lancar sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner.
INFARK MIOCARD AKUT
Infark miocard akut adalah kematian sel miokardium akibat
terlepasnya plak aterosklerotik dari salah satu arteri koroner yang
mencetuskan terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan
spasme koroner. Diagnosa IMA dapat dilakukan dengan cara: anamnesis,
abnormalis Elektrokardiogram (EKG), peningkatan Creatinin Kinase
Myocardial Band (CKMB), dan cardiac specific troponin (cTn)T. Infark
miokard akut merupakan salah satu bagian dari sindrom coroner akut (SKA)
yang merupakan kondisi yang sangat mengancam jiwa, yaitu terjadi nekrosis
yang ireversibel dari otot jantung (Samad Ghaffari, dkk. 2010. European
society of cardiology, 2012).
ANGINA PECTORIS
Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan
sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada
waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya. Nyeri dada pada angina pektoris disebabkan
karena timbulnya iskemia miokard.
2. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
contohnya EKG.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal fisiologis yang
dihasilkan oleh aktivitas listrik jantung. Salah satu informasi penting yang
dapat diambil dari sinyal EKG adalah aktivitas kelistrikan jantung yang
membentuk gelombang PQRST, Parameter ini biasanya digunakan untuk
melihat keadaan jantung normal dan tidak normal.
Elektrokardiogram yang normal menunjukkan defleksi / pembelokkan
yang dihasilkan dari aktivitas atrial dan ventricular sebagai perubahan
kecenderungan tegangan/voltage dan polaritas (positif dan negatif) terhadap
waktu. Defleksi pertama atau P wave adalah hasil eksitasi atria; Defleksi
kompleks QRS adalah hasil eksitasi (depolarisasi) ventrikel dan T wave
sebagai hasil recovery ventrikel (repolarisasi).
Elektrokardiogram merupakan sinyal fisiologi yang dihasilkan oleh
aktivitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam dengan perangkat
elektrokardiograf, merupakan perangkat keras yang berfungsi mencatat
aktifitas listrik dari sebuah jantung. Prinsip kerja elektrokardiograf bekerja
dengan mengukur perbedaan potensial listrik pada tubuh manusia. Jantung
memiliki parameter fisiologi dengan tegangan 0.1-5.0 (mV) dan frekuensi
maksimal pengamatan 300 Hz [3]. Dalam standar monitoring, pengamatan
bandwidth yang digunakan lebih kecil yaitu 0.03-15.92 Hz.
8. Klarifikasi informasi
Beberapa catatan yang paling dasar yang mesti dipahami dahulu sebelum membaca
EKG yaitu:
Grafik EKG dibentuk oleh gelombang listrik yang mengalir melalui serabut
syaraf khusus yang ada pada jantung.
Listrik tersebut dibentuk oleh Nodus Sinuatria sebagai sumber primer dan
nodus atrioventrikular sebagai cadangan listrik sekunder. tetapi listrik jantung
ini dapat pula dibentuk oleh bagian lain dari jantung.
Gelombang P dibentuk oleh aliran listrik yang berasal dari nodus SA di atrium
sedangkan kompleks QRS terbentuk oleh aliran listrik di ventrikel sedangkan
PR interval terbentuk ketika aliran listrik tersebut melewati bundle His.
gelombang T terbentuk ketika terjadi repolarisasi jantung.
Arah aliran listrik ini mengarah ke apex jantung dan sejajar sumbu jantung
(lihat gambar dibawah).
Setiap lead memandang aliran listrik jantung dari sudut pandang yang
berbeda. Maka untuk mengatahui letak kelainan, perlu diperhatikan lead mana
yang mengalami kelainan dan dari sudut pandang mana lead tersebut melihat
jantung. lead dada melihat jantung dari sudut pandang horizontal.
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih
normal. Normal, 70% abnormal pada episode nyeri dada atau aktifitas berupa depresi
segmen. EKG pada Aritmia, EKG ini dapat menunjukan pola cedera iskemik dan
gangguan konduksi dimana menyatakan tipe atau sumber distrimia dan efek tidak
ketidaksimbangan elektrolit.
9. Sintesa kasus
Seorang perempuan 30 tahun, masuk rumah sakit dibawah ke UGD dengan
keluhan sesak nafas, dicetuskan dengan aktivitas jalan 200 meter sejak 2 bulan
terakhir dengan dada berdebar debar dan sesak dirasakan memberat OP (-), PND (+),
riwayat panas badan disertai mengigil dan batuk-batuk TD : 100/60 mmHg, HR : 130
x /menit SB : 0 febris, SP2O : 100%.
Kepala konjungtiva anemis (+), sklera iterik (-), leher JVP tidak meningkat,
thorax dada simetris, S1 dan S2 ireguler. Murmur (+), galop(-),pulmo: ventrikular kiri
kanan, ronch (+), weizing (-) abdomen: hepar teraba 3 jari, tepi tumpul,rata,lien tidak
teraba membesar,DBU (+) normal eksternitas: hangat, oedem (+), terjadi pitik oedem,
EKG :AVQRS aksis normal rontgen : kardiomegali. Laboratorium : Hb : 9,2 leukosit
10.400. GDS 124
Informasi yanng tertera pada modul diatas merupakan informasi umum, gejala-
gejala yang muncul merupakan gejala yang terdapat pada penyakit kardiovaskuler
sehingga pengambilan diagnosa yang pasti merupakan hal yang kurang tepat. Oleh
karena itu dengan berdasarkan gejala-gejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa
diagnosa banding yang yang masih memerlukan tahap-tahap tertentu seperti
pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan munculnya kausa penyakit dan
penegakan diagnosa yang tepat. Diagnosa banding adalah :
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN CORONER HEARD FILE LURE (CHF)
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer, 2003).
B. Etiologi
a. Secara Umum
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
karena menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibatpenumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal j antung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban
kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas,
hipertrofil otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akibatnya
akan terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme,
hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung (Brunner dan Suddart, 2000).
a. Faktor resiko
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a. Usia
Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang berusia lebih dari 55
tahun, mempunyai risiko lebih besar terkena penyakit jantung.
b. Genetik atau keturunan
Adanya riwayat dalam keluarga yang menderita penyakit jantung, meningkatkan
risiko terkena penyakit jantung. Riwayat dalam keluarga juga tidak dapat dirubah.
Namun informasi tersebut sangat penting bagi dokter. Jadi informasikan kepada
dokter apabila orang tua anda, kakek atau nenek, paman / bibi, atau saudara ada
yang menderita penyakit jantung.
c. Penyakit Lain
Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko penyakit jantung. Diskusikan
dengan dokter mengenai penanganan diabetes dan penyakit lainnya. Gula darah
yang terkontrol baik dapat menurunkan risiko penyakit jantung.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah
a. Kolesterol
Kolesterol terdiri dari kolesterol baik dan kolesterol jahat. HDL adalah kolesterol
baik sedangkan LDL adalah kolesterol jahat. Kolesterol total yang tinggi, LDL
tinggi, atau HDL rendah meningkatkan risiko penyakit jantung.
b. Hipertensi
Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung. Jika tekanan darah anda tinggi,
berolahragalah secara teratur, berhenti merokok, berhenti minum alkohol, dan jaga
pola makan sehat. Apabila tekanan darah tidak terkontrol dengan perubahan pola
hidup tersebut, dokter akan meresepkan obat anti hipertensi (obat penurun tekanan
darah).
c. Merokok dan Minum Alkohol
Merokok dan minum alkohol terbukti mempunyai efek yang sangat buruk.
Berhentilah minum alkohol merokok. Dan jangan merokok di dekat atau samping
orang yang tidak merokok.
d. Gemuk (overweight atau obesitas)
Kegemukan membuat jantung dan pembuluh darah kita bekerja ekstra berat. Diet
tinggi serat (sayuran, buah-buahan), diet rendah lemak, dan olah raga teratur dapat
menurunkan berat badan secara bertahap dan aman. Diskusikan dengan dokter
untuk menurunkan berat badan secara aman.
e. Kurang Aktifitas Fisik
Kurang aktivitas fisik juga berdampak tidak baik bagi kesehatan. Olahragalah
secara teratur untuk mencegah penyakit jantung (Brunner dan Suddarth, 2000).
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association terbagi dalam 4
kelainan fungsional :
Derajat I : timbul sesak pada aktifitas fisik berat, aktivitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan keluhan.
Derajat II : timbul sesak pada aktifitas fisik sedang ditandai dengan adanya
ronchi basah halus dibasal paru, S3 galop dan peningkatan tekanan vena
pulmonalis.
Derajat III : timbul sesak pada aktifitas fisik ringan ditandai dengan edema
pulmo.
Derajat IV : timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau istirahat
ditandai dengan oliguria, sianosis, dan diaphoresis.
C. Patofisiologi
Kelainann fungsi otot jantung disebabkan oleh karena coronary arteri disease /
embulsi, kelainan congenital, G3 Hematologi dan ketidakseimbangan suplay
oksigen. Akibatnya terjadi obstruksi arteri koroner, sehingganya suplay darah ke
arteri koroner berkurang. Berkurangnya suplai darah mengakibatkan 3 masalah
terjadi yakni menurunnya kontraktilitas jantung, iskemi jaringan miokard dan
iskemi yang berlangsung lama.
Menurunya kontraktilitas jantung mengakibatkan penurunan CO2 dan O2
menurun ke perifersehingga kerja dari metabolisme sel menurun yang
mengakibatkan individu merasakan kelemahan dan mengakibatkan intoleransi
aktivitas.
Akibat dari terjadinya iskemi jaringan miokard mengakibatkan perubahan
pada metabolisme an-aerob. Dari perubahan ini memicu peningkatan produksi
asam laktat. Sehingganya merangsang sekresi mediator kimia (histamine &
bradikinin) yang kemudian menstimulus pada pusat nyeri. Akibanya nyeri
dirasakan dan terjadi gangguan rasa nyaman.
Akibat pengaruh dari lamanya iskemi berlangsung, menyebabkan infark
miokard sehingganya kerja system pompa jantung mengalami disfungsi yang
mengakibatkan dekompensasi kordis. Terjadinya dekompensasi kordis
mengakibatkan aliran balik sirkulasi darah mengalami gangguan. Maka terjadi
penumpukan cairan pada bagian ekstremitas bawah. sehingga individu mengalami
penumpukan cairan yang berlebihan.
D. Manifestasi Klinis
a. Ortopnue yaitu sesak saat berbaring
b. Dipsneu on effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktifitas
c. Paroxymal noctural dipsneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam hari
disertai batuk
d. Berdebar-debar
e. Lekas lelah
f. Batuk-batuk
g. Peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan
sesak nafas.
h. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum
dan penambahan berat badan.
E. Penatalaksanaan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal,
kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala
timbul pada saat beraktivitas biasa. Regimen penanganan secara progresif
ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut
dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat
menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih
agresif . Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal
yangsederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus
diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk
menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan
otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring
dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkanflebotrombosis. Pemberian
antikoagulan mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk
mengendalikan gejala.
Penatalaksanaan:
a. Istirahat
b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan dieresis akan mengurangi edema. Pada saat
pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea,
ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi
keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu
gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi
kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan
premature saling berganti ), dan takikardia atria proksimal
d. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air
melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang
hari agar tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari,
intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat
mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretik, pasien
juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk
menghindari terjadinya tanda- tanda dehidrasi.
e. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma
cardial, hati- hati depresi pernapasan
f. Pemberian oksigen
g. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung
untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto torax
mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang
menegaskan diagnosa Congestive Hearth Failure.
b. EKG
mengungkapkan adanya takiardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan Akut Miokard Infark).
c. Pemeriksaan Lab
Meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, Kalium,
Natruin, Calsium, Ureum, gula darah.
d. Analisa Gas Darah
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
e. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, dan
terapi diuterik.
f. Skan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding.
g. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal
jantung kongestif(Dongoes, 2002).
G. Prognosis
Mortalitas I tahun pada pasien dengan gagal jantung cukup tinggi (20-60%)
dan berkaitan dengan derajat keparahannya. Data Frimingham yang dikumpulkan
sebelum penggunaan vasodilatasi untuk gagal jantung menunjukkan mortalitas I
tahun rerata sebesar 30% bila semua pasien dengan gagal jantung dikelompokkan
bersama, dan lebih dari 60% pada NYHA kelas IV.Maka kondisi ini memiliki
prognosis yang lebih buruk daripada sebagian besar kanker. Kematian terjadi
karena gagal jantung progresif atau secara mendadak (diduga karena aritmia)
dengan frekuensi yang kurang lebih sama. Sejumlah faktor yang berkaitan dengan
prognosis gagal jantung, yaitu :
a. Klinis : semakin buruk gejala pasien, kapasitas aktivitas, dan gambaran klinis,
semakin buruk prognosis.
b. Hemodinamik : Semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup, dan fraksi
ejeksi, semakin buruk prognosis.
c. Biokimia : Terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinefrin, renin,
vasopresin, dan peptida natriuretik plasma. Hiponatremia dikaitkan dengan
prognosis yang lebih buruk
d. Aritmia : Fokus Ektopik ventrikel yang sering atau takikardia ventrikel pada
pengawasan EKG ambulatori menandakan prognosis yang buruk. Belum jelas
apakah aritmia ventrikel hanya merupakan penanda prognosis yang buruk atau
apakah aritmia merupakan penyebab kematian.
Insidensi keseluruhan tahunan stroke atau tromboemboli pada gagal jantung
sebesar 2%. Faktor predisposisi antara lain adalah imobilitas, curah jantung
rendah, dilatasi ventrikel atau aneurisma. Resiko tahunan stroke pada penelitian
gagal jantung sekitar 1,5% pada gagal jantung ringan/sedang dan 4% pada yang
berat, dibandingkan dengan 0,5% pada kontrol.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Data Demografi
Biodata
1) Nama : Nn.X
2) Umur : 30 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama :-
5) Alamat :-
6) Suku/Bangsa :-
7) Pekerjaan :-
8) Pendidikan :-
9) Status kawin :-
10) Diagnosa Medis : CHF
11) Penanggung jawab :-
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit : Klien mengeluh sesak nafas akibat berjalan 200
meter sejak 2 bulan terakhir..
2) Keluhan Utama : sesak nafas dan disertai dengan dada berdebar-
debar
3) Riwayat Keluhan Utama : P : sesak nafas
Q:-
R : di dada
S:-
T:-
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu: -
B. Riwayat Kesehatan Keluarga :-
C. Pola Kehidupan Sehari-hari :-
D. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda vital
TD : 100/60 mmHg
SB : Afebris (37,5-40 0C)
N : 132x/menit
BB :-
TB :-
Saturasi : 100%
2) Kesadaran : -
3) GCS
Eye :-
Motorik : -
Verbal : -
4) Pemeriksaan Fisik :
E. Pemerisaan Penunjang :
EKG : APQRS, Aksis normal, rontgen kardiomegali.
Laboratorium : -
Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengeluh sesak nafas TD : 100/60 mmHg
2. Klien mengatakan sesak
HR : 132x/menit
dirasakan memberat
S : afebris
3. Sesak napas dirasakan saat
Sat : 100%
beraktifitas dengan berjalan 200
meter
Pathway
Obstruksi arteri
koroner
Mengetahui
Mandiri aktivitas
Bantu pasien secara teratur
dalam aktivitas kepada pasien
sehari-hari yang tercukupi
teratur sesuai
kebutuhan
(ambulasi,
berpindah,
bergerak dan
perawatan diri). Mengetahui
pasien istrahat
Bantu pasien untuk secara teratur
menjadwalkan
periode istirahat.
- Memastikan
asupan gizi
Kolaborasi : pasien
konsulkan dengan tercukupi
ahli gizi mengenai
cara meningkatkan
asupan energy dari
makanan. - Memastikan
pasien tidak
Healt education : memendam
perasaan
anjurkan pasien
mengungkapkan
perasaan secara
verbal mengenai
keterbatasan yang - Memastikan
pasien
dialami. mengenali
aktivitas yang
instruksikan memicu gejala.
pasien/SO untuk
mengenali tanda
dan gejala
kelelahan yang
memerlukan
pengurangan
aktivitas. .
Kelebihan Volume cairan NOC NIC
(00026) Status Monitor cairan :
nutrisi Observasi
Domain 2 : Nutrisi :asupanmakanan Monitor
dancairan. asupandanpengelua Memastikan
Kelas 5 : Hidrasi Masukkedalamtub ran asupan dan
uhlebihdarisuatupe pengeluaran
Definisi : riode 24 jam. secara teratur
Peningkatan Retensi Perilakupat Monitor beratbadan
Cairan Isotonik uh : Memastikan
Diet yang BB pasien
disarankan. tidak
Batasan Karakteristik : Tindakanpribadiun meningkat
- Dispnu tukmenigikutifeko Mandiri secara drastic
- Dispnu nocturnal mendasimakanand Berikan cairan
- Edema an intake dengan tepat Memastikan
- Ortopnea cairanolehseorang cairan dapat
- Penambahan professional terpenuhi
beratbadandalamwaktusa kesahatan, Kolaborasi
ngatsingkat untukkondisikeseh Konsultasikankedo
- Asupanmelebihih atantertentu kterjikapengeluaran Memastikan
aluaran urinkurangdari 0,5 asupan cairan
- Ansietas Setelah dilakukan mil/kg/jam pasien
tindakan atauasupancairan terpenuhi
Faktor yang keperawatan dalam orang
berhubungan : waktu ... x24 jam dewasakurangdari
- Gangguanmekani diharapkan 2000 dalaam 24
smeregulasi kelebihan volume jam
- Kelebihanasupan cairanteratasi
cairan dengan kriteria
- Kelebihanasupan hasil: Monitor tanda-
natruim Dispnuterata tandavital :
si
Tidakadanya Observasi
dispnunoktural - Identifikasikemung
Edema kinanpenyebabperu
teratasi bahantanda-tanda Memastikan
Tidakadanya vital TTV tetap
ortopnea - Monitor dalam keadaan
Penambahan tekanandarah, nadi, normal
beratbadansecara suhu, dan status Memastikan
normal pernapasandenganc TD, Nadi,
Asupantidakl epat Suhu, dan
agimelebihihaluara status
n pernapasan
Ansietasterat dalam keadaan
asi normal
Mandiri
- Auskultasitekanan
darah di
kedualengandanba Memastikan
ndingkan TD kedua
lengan dalam
keadaan
- Ambilnadi apical normal
dan radial
secaraasimultandan Memastikan
perhatkanperbedaa perbedaan
nnyadengantepat antara nadi
apical dan
radial
http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4830
http://perawatemergensi.blogspot.co.id/2009/08/sesak-nafas-pada-orang-tua.html
http://www.sabda.org/c3i/book/export/html/4830
http://perawatemergensi.blogspot.co.id/2009/08/sesak-nafas-pada-orang-tua.html
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/171