Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU BEDAH REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2020

UNIVERSITAS HALUOLEO

KANKER RONGGA MULUT

Oleh:

Indah Permatasari

K1A1 13 135

Pembimbing:

dr. Faruly Wijaya S. Limba Sp.B-K Onk

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
KANKER RONGGA MULUT
Indah Permatasari, Faruly Wijaya S. Limba
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker kepala dan leher adalah masalah yang serius dan paling umum
terjadi di dunia saat ini. Salah satu bentuknya adalah kanker rongga mulut.
Kanker rongga mulut berada pada posisi teratas dalam urutan enam jenis
keganasan yang paling umum terjadi di Asia. Keganasan pada rongga mulut
sering kali jarang terdeteksi hingga seorang individu mengalami suatu keadaan
yang mengganggu fungsi normal dari mulut. Diperkirakan insiden setiap
tahunnya sekitar 275.000 untuk kanker rongga mulut dan 130.300 untuk
kanker tenggorokan dan hampir 75% terjadi di negara sedang berkembang.1,2
Kanker rongga mulut yang merupakan bagian dari kanker kepala dan leher
itu sendiri, termasuk dalam penyakit yang berbahaya dan bersifat letal serta
merupakan salah satu keganasan yang sifatnya melemahkan dan merusak
bentuk sehingga menjadi cacat. Beberapa area di dunia dengan insiden
tertinggi untuk kanker rongga mulut adalah di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, Eropa bagian Barat dan Timur, Amerika Latin dan Karibia dan
bagian Pasifik. Tingginya insiden kanker rongga mulut pada beberapa
populasi, sangat erat kaitannya dengan gaya hidup mereka.1
Kanker Rongga Mulut adalah kanker urutan ke 12 yang sering terjadi di
dunia, dan merupakan kanker urutan ke 8 yang sering terjadi di negara-negara
berkembang, sekitar 25% - 40% merupakan Karsinoma Sel Skuamosa Lidah
(KSSL). Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) merupakan
keganasan yang berasal dari epitel mukosa rongga mulut. Kanker ini adalah
jenis terbanyak untuk keganasan rongga mulut (lebih dari 90% dari seluruh
jenis kanker rongga mulut). 3,4
Menurut penelitian di Amerika Serikat, pada tahun 2011 sekitar 7.900
kematian terjadi yang diakibatkan oleh tumor gas rongga mulut dengan lebih
dari 90% adalah squamous sel karsinoma. Di India khususnya di Kerala
kejadian tumor ganas rongga mulut sangat tinggi yaitu sekitar 20% dari
seluruh keganasan. Di Indonesia menurut data Analisis Riskesdas 2007 yaitu
2-5% dari seluruh keganasan merupakan kanker rongga mulut, sedangkan di
tahun 2012 tercatat sebanyak 5.329 penderita dan diperkirakan meningkat
sebanyak 21,5% di tahun 2020.4,5
Penyebab kanker rongga mulut sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti, hal ini disebabkan karena penyebab terjadinya kanker adalah multi
faktorial dan kompleks. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kanker rongga mulut yaitu faktor lokal meliputi kebersihan rongga
mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, karies gigi, faktor luar antara lain
merokok, peminum alkohol, menyirih, virus, faktor host meliputi usia, jenis
kelamin, nutrisi, imunologik dan genetik. Risiko terjadinya kanker ini akan
lebih meningkat apabila digabung antara faktor- faktor predisposisi tersebut,
misalnya merokok dengan minum alkohol, menyirih dengan tembakau.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak
terkoordinasi dengan jaringan normal, tumbuh terus menerus meskipun
rangsang yang menimbulkan telah hilang, dan tidak dapat dikontrol oleh
tubuh. Tumor berdasarkan sifat terbagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor juga dapat terjadi pada rongga mulut, dimana dapat menyerang
lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang, kelenjar ludah dan
kelenjar getah bening.5
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik berasal
dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam
mulut. Sarkoma, tumor ganas ondotogen pada maksila/mandibula dan
karsinoma kulit pipi tidak termasuk kanker rongga mulur.6
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI RONGGA MULUT
Rongga mulut adalah bagian dari saluran cerna yang dimulai dari
vermilion sampai perbatasan soft dengan hard palate dan papilla
circumvallate lidah. Jadi yang termasuk dalam regio ini adalah bibir, mukosa
bukal, ginggiva, dasar mulut, lidah dua pertiga depan, hard palate dan
trigonum retromolar.6
Bibir yang membentuk celah terbuka pada mulut merupakan bagian organ
spesial pada manusia. Bibir berperan dalam menahan makanan dalam mulut
dan membentuk kata-kata saat berbicara. Fungsi lain adalah membentuk
ekspresi wajah seperti tersenyum dan mengerutkan dahi. Bibir berwarna lebih
gelap dari kulit disekitarnya karena mengandung sangan banyak pembuluh
darah (kapiler).6
Lidah merupakan organ muskular yang sangat fleksibel dalam rongga
mulut berperan untuk proses pengunyahan, pengecapan, menelan makanan
dan untuk berbicara. Organ ini melekat ke dasar mulut dengan permukaan
atas dilapisi papillae yang memberikan tekstur permukaan yang kasar.
Papillae mengandung pori-pori kecil yang terdapat reseptor pengecapan (taste
bud). Terdapat 4 jenis reseptor pengecapan (manis, asin, asam, pahit) yang
berada pada lokasi tertentu di permukaan lidah.6
Otor-otot ekstrinsik melekatkan lidah ke bagian eksternal, yang termasuk
otot ini adalah hioglosus, genioglosus, palatoglosus, pharingoglosus dan
stiloglosus. Otor-otot intrinsik yang berada didalam lidah, merupakan
pembentuk masa lidah yang paling banyak. Otot intrisik ini berjalan vertikal,
tranversal dan longitudinal. Dengan struktur otot ekstrinsik dan intrinsik
seperti ini memungkinkan lidah betgerak lincah. Otot-otot lidah di-inervasi
oleh nervus hipoglosus (N.XII) untuk motoriknya. Sensasi untuk perabaan
(touch sensation) dari lidah 2/3 depan dibawa oleh N.Trigeminus(N.V cabang
lingualis) dan dari 1/3 belakang lidah dibawa oleh N.Glosophalingeus (N.IX).
Sensasi untuk pengecapan (taste sensation) dari lidah 2/3 depan disarafi oleh
cabang chorda tympani dari N.fasialis (VII) yang dibawa ke lidah melalui
N.lingualis dan 1/3 belakang lidah melalui N.glosopharingeus. Vaskularisasi
lidah terutama disediakan oleh arteri lingualis.6
Atas dari rongga mulut adalah palatum, yang memisahkan dengan rongga
hidung. Bagian depan yang berupa tulang dilapisi mukosa adalah palatum
durum (hard palate), bagian belakang yang tersusun oleh jaringan lunak
disebut soft palate (palatum mole). Rongga mulut juga mengandung kelenjar
liur, kelenjar ini mensekresikan cairan saliva yang mengandung enzim
amilase. Saliva juga mengandung enzim lisozim yang mampu membunuh
bakteri.6
Gambar.1. Anatomi Rongga Mulut dari depan.7
C. EPIDEMIOLOGI
Karsisoma rongga mulut merupakan kanker nomor 6 paling banyak di
dunia dan mencakup 30% dari kanker kepala dan leher. Di Amerika Serikat
pada tahun 2005, diperkirakan 20.000 kanker terjadi di rongga mulut dan
sekitar 5.000 kematian akibat kanker rongga mulut. Pria lebih sering dari
wanita (3-4:1) namun terdapat kecenderungan insiden pada wanita meningkat
karena kebiasaan merokok meningkat. Rata-rata didiagnosis pada usia dekade
keenam sampai ketujuh namun ada juga yang mendapatkan sebagian besar
(70%) pada usia di atas 40 tahun. Insiden rata-rata 100.000/tahun antara
negara maju, negara berkembang hampir sama. Insiden tertinggi pada pria
adalah di perancis yaitu 13/100.000. Insiden tertinggi dunia adalah di India
dengan angka kejadian kanker rongga mulut 20 – 25/100.000 (setiap tahun
ditemukan 75.000-80.000 kasus baru), insiden terendah di Jugoslavia yaitu
0,2/100.000. 6
Insiden kanker rongga mulut di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
frekuensi relatif di Indonesia diperkirakan 1,5% - 5% dari seluruh kanker.
Karsinoma rongga mulut paling sering mengenai lidah (40%),dasar mulut
(15%) dan bibir (13%). Lebih dari 90-95% kanker rongga mulut adalah
karsinoma sel skuamous. Kurang dari 5% adalah adenokarsinoma
(adenocystic dan karsinoma mukoepidermoid yang berasal dari kelenjar liur
minor).6
Kanker lidah berkisar 37% dari kanker rongga mulut berlokasi lidah.
Diperkirakan setiap tahunnya terdapat 5500% kasus baru (AS), pria banding
wanita adalah 3:1. Kanker lidah pada 2/3 depan mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan dasar lidah (1/3 posterior). Kanker pada dasar umumnya
berdiferensiasi buruk, sudah ada metastasis ke kelenjar getah bening saat
ditemukan dan umumnya didiagnosis pada stadium lanjut. 6
Kanker bibir berkisar 35-30% kanker rongga mulut berlokasi di bibir,
dengan histopatologinya lebih dari 90% adalah karsinoma sel skuamous dan
>90% berada di bibir bawah. Pada bibir atas diperkirakan 6% dan komisura
3%.6
Kanker dasar mulut berkisar 10% kanker rongga mulut berlokasi didasar
mulut. Limah pulut persen akan muncul metastasis ke kelenjar getah bening
yang merupakan prediktor prognosis buruk. Lebih dominan diderita pria
(80%) dengan median usia 55065 tahun dan insiden diperkirakan 0,6/100.00
penduduk (AS).6
D. FAKTOR RISIKO
Merokok dan alkohol adalah faktor risiko utama dalam SCC dari rongga
mulut. Adapun faktor lainnya seperti mengunyah pinang dan tembakau telah
terlibat dalam populasi Asia.8
Tembakau mengandung banyak molekul karsinogenik, terutama
hidrokarbon polisiklik dan nitrosamin. Penurunan kejadian kanker rongga
mulut telah dilaporkan dalam 15 tahun terakhir, secara luas dikaitkan dengan
penurunan penggunaan tembakau.8
Alkohol dan tembakau tampaknya memiliki efek sinergis dalam etiologi
Squamous cell carcinoma (SCC) rongga mulut dan orofaring. Namun,
alkohol dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker bahkan pada orang yang
tidak merokok. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa alkohol dapat
meningkatkan risiko kanker mulut dua kali lipat menjadi enam kali lipat
Berbagai cara dimana alkohol dapat memberikan pengaruh karsinogenik
termasuk paparan topikal yang mengarah ke efek langsung pada membran sel,
perubahan permeabilitas sel, variasi enzim yang memetabolisme alkohol, dan
/atau efek sistemik, seperti defisiensi nutrisi, defisiensi imunologis, dan
gangguan fungsi hati.8,9
Faktor lain yaitu kebiasaan mengunyah pinang karena sering dibungkus
dengan daun sirih, sekarang dianggap sebagai karsinogen tipe 1.9
Nutrisi yang buruk juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker rongga
mulut. Konsumsi tinggi buah-buahan dan sayuran dikaitkan dengan
pengurangan 40-50% dalam risiko kanker mulut. Dengan diet yang kaya
buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat membuat langkah positif untuk
mengurangi risiko terkena kanker rongga mulut. Sedangkan suplemen
makanan belum terbukti memiliki efek yang sama pada pengurangan risiko
kanker seperti halnya asupan makanan buah dan sayuran. 9,10
Faktor risiko lainnya yaitu faktor genetik. Sebagian besar karsinogen
dimetabolisme melalui sistem sitokrom p450 di hati. Jika sistem ini rusak
karena mewarisi bentuk gen tertentu (polimorfisme), risiko terkena kanker
akan meningkat. Risiko ini sangat penting dengan kejadian kanker mulut,
kepala dan leher, walaupun risikonya relatif 1,5 atau lebih rendah (yaitu,
kurang dari dua kali lipat risiko.9
Bukti terbaru menunjukkan bahwa infeksi HPV mungkin merupakan
faktor risiko independen untuk kanker pangkal lidah, tonsil, dan di tempat
lain di orofaring. HPV dapat memodulasi proses karsinogenesis pada
beberapa kanker mulut dan orofaring yang diinduksi tembakau dan alkohol,
dan dapat bertindak sebagai agen onkogenik utama untuk menginduksi
karsinogenesis di antara yang bukan perokok. Semakin banyak bukti
menunjukkan bahwa infeksi orofaringeal dapat ditularkan secara seksual.9
Faktor-faktor lain seperti kebersihan mulut yang buruk, paparan debu
kayu, konsumsi daging merah, konsumsi ikan asin, faktor host seperti
perubahan sistem kekebalan pada pasien transplantasi, dan pasien yang
terinfeksi HIV dengan AIDS telah dilaporkan sebagai faktor etiologis.8
E. GEJALA KLINIK
Mayoritas SCC (> 95%) dari rongga mulut memperlihatkan adanya ulkus
atau massa. Lesi awal bisa halus dan tampak sebagai daerah yang datar dan
berubah warna (leukoplakia atau erythroplakia) .Ulkus yang tidak sembuh
adalah gejala yang paling umum. Tumor dapat berlanjut sampai menginvasi
struktur yang berdekatan yang menyebabkan mobilitas gigi, trismus,
perubahan sensorik, yang disebut otalgia dan massa leher. Presentasi klinis
kanker bibir biasanya berupa lesi eksofitik, berkrusta dengan invasi ke otot
yang mendasarinya (terkait dengan ukuran tumor primer). Bibir yang
berdekatan sering menunjukkan kerusakan akibat sinar matahari actinic
seperti perubahan warna serta penipisan mukosa.
F. DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Ditujukan untuk mengidentifikasi keluhan utama, perjalanan
penyakit, faktor risiko, riwayat pengobatan yang telah diberikan, hasil
pengobatan dan berapa lama keterlambatan. Keluhan utama biasanya
berupa :
a. Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil atau
mukosa rongga mulut.
b. Ulkus atau sariawan yang tidak ada perbaikan setelah 2 minggu
c. Benjolan atau penebalan di bibir, ginggiva atau dalam rongga mulut
d. Gigi tanggal atau gigi palsu tidak cocok lagi
e. Sulit menelan dan problem dalam mnegunyah
f. Kesukaran bicara dan perubahan suara
g. Benjolan di mandibula atau terkadang di leher
h. Perdarahan, nyeri atau kebas-kebas di bibir atau pipi
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan status general, status
regional dan status lokal. Pemeriksaan umum mengidentifikasi staus
performans dan gejala adanya metastasis jauh. Pemeriksaa lokal
dilakukan dengan inspeksi dengan bantuan penerangan dan palpasi
bimanual. Inspeksi rongga mulut mulai dari bibir sampai orofaring
posterior.6
Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan 1-2 jari dimasukan
kedalam rongga mulut, untuk dalamnya lesi dilakukan dengam bimanual.
Untuk pemeriksaan lidah dan orofaring maka ujung lidah dengan bantuan
kasa ditarik keluar. Akan lebih baik bila dibantu dengam cermin periksa.6
Setiap lesi ditentukan lokasi tumor primer, bentuknya, ukuran dalam
centimeter, infiltrasinya dan bagaimana operabilitasnya. Infiltrasi ke
nervus kranial (parastesia, nerve palsy) harus diidentifikasi dan
didokumentasi untuk evaluasi hasil terapi nantinya dan untuk kepentingan
medikolegal. Status regional dilakukan dengam inspeksi dan palpasi ada
tidaknya pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan
kontralateral. Tentukan juga lokasi, ukuran terbesar dan jumlah kelenjar
getah benih yang membesar.6
3. TAMPILAN KLINIS
a. Kanker Lidah (2/3 anterior)
Sebagian besar (75%) dari kanker rongga mulut adalah kanker
lidah. Bila terletak pada dua pertiga anterior lidah, keluhan penderita
adalah benjolan di lidah. Pada umumnya benjolan tidak nyeri kecuali
bila ada infeksi sekunder. Bila karsinoma terletak pada sepertiga
posterior lidah, biasanya tidak selalu diketahui oleh penderita dan
rasa sakit yang dirasakan biasanya dihubungkan dengan rasa sakit di
tenggorok. Pada umumnya penderita karsinoma lidah memberikan
keluhan disfagi, odinofagi, disartria, nyeri yang menjalar ke telinga
ipsilateral dan kadang-kadang trismus. Leukoplakia dan eritroplakia
yang tidak hilang dengan pengobaan biasa harus dicurigai
kemungkinan adanya keganasan.11
Keluhan lain yang sering membawa penderita berobat adalah
adanya benjolan di leher. Hampir 40% penderita datang dengan
tumor koli yang merupakan tanda stadium lanjut sehingga
menurunkan five year’s survival dari 90% menjadi 30%. Pada
stadium awal, kelainan di lidah bermanifestasi dalam berbagai
bentuk dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan atau bentuk
ulkus yang merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.
Karsinoma lidah mudah metastasis ke kelenjar getah bening
regional. Kelenjar getah bening leher yang sering terkena menurut
urutannya adalah kelenjar getah bening pada level II, I, III dan IV
berdasarkan area kelenjar getah bening leher menurut Sloan
Kattering Memorial Cancer Center.11

Gambar 2. Carsinoma Sel Squamous pada lidah 7


b. Kanker Dasar Mulut
Lesi umunya adalah karsinoma sel skuamousa dengan differensiasi
ringan sampai sedang. Terkadang juga muncul dari kelenjar liur
berupa adenokarsinoma, adenoid kistik karsinoma dan
mucoepidermoid karsinoma. Lesi premaligna menyebabkan simptom
minimal, dan didiagnosa tergantung pada pemeriksaan yang teliti.
Plake putih (leukoplakia) akan muncul menjadi karsinoma bila tidak
diterapi dengan tepat. Plake kemerahan (eritoplakia) sering (90%)
merupakan kanker invasif, karsinoma in situ atau displasia epitel harus
serius di evaluasi untuk diagnosis yang tepat.6
Gambar 3. Leukoplakia pada lidah dan dasar mulut. 12
c. Kanker Bibir
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor yang paling
umum pada kanker bibir, diikuti oleh karsinoma sel basal. Bentuk
kanker bibir non-mukosa yang paling umum muncul yaitu dari tumor
kelenjar liur minor, sebaliknya pada kanker bibir, mukosa bibir atas
lebih sering terlibat daripada mukosa bibir bawah. Manifestasi klinis
kanker bibir biasanya berupa lesi eksofitik, berkrusta dengan invasi
ke otot (tergantung dengan ukuran tumor primer). Bibir yang terkena
sering menunjukkan gambaran actinic karena kerusakan akibat sinar
matahari yaitu berupa perubahan warna, penipisan mukosa dan
leukoplakia.13
Terdapat 3 tipe karsinoma sel skuamous bibir yakni eksofilik,
endofilik dan verrucous (jarang). Verrucous, eritema, ulkus yang tidak
kunjung sembuh dan hiperkeratosis mungkin merupakan gambaran
malignasi. Lesi tersebut yang menetap selama 2 minggu harus
dibiopsi. Limfadenopati umunya pertama muncul ke kelanjar getah
bening submental dan submandibular baru ke kelenjar getah bening
jugular. Tumor pada bibir atas dapat bermetastasis ke kelenjar getah
bening preauricular. 13,6
Gambar 4. a) Cheilitis kronis yang terkait dengan leukoplakia, b)
cheilitis aktinik kronis yang akhirnya berubah menjadi karsinoma
sel skuamosa pada seluruh batas vermilion bawah. 12
d. Kanker Palatum Durum
Tampilan klinis karsinoma sel skuamous palatum adalah berupa
lesi ulkus, umumnya asimptomatis pada stadium dini dan sangat nyeri
pada stadium lanjut. Gambaran lain adalah masa di palatum, berdarah,
foul odor (bau mulut), gigi tanggal dan ill-fitting dentures.
Pseudoepitheliomatous hyperplasia dan necrotizing sialometaplasia
adalah lesi jinak yang mempunyai tampilan (mimik) yang serupa
dengan karsinoma sel skuamous, harus dibedakan dengan
histopatologi. Melanoma maligna di palatum umumnya licin, lesi
hitam terkadang coklat atau kecoklatan. Sarkoma kaposi adalah lesi
kebiruan (bluish) umumnya telihat pada pasien dengan human
immnunodefisiensi virus (HIV). Frekuensi tipe histopatologi dari
kanker palatum adalah 53% karsinoma sel skuamous, 15% adenoid
cystic carsinoma, 10% mucoepidermoid carcinoma, 4%
adenocarcinoma, 4% anaplastic carcinoma dan lain 14%.6
Gambar. 5 Eritoplakia pada palatum mole dan orofaring dengan
sedikit komponan keratosit. Lesi ini berpotensi untuk menjadi
squamous sel karsinoma.12
e. Kanker Ginggiva
Kanker ginggiva sering terlihat sebagai perubahan mukosa yang
disertai leukoplakia. Tumor yang lebih ekstensif akan mengakibatkan
gigi goyang, berdarah atau nyeri, kemudian menginvasi tulang
disekitarnya. Ekstensi tumor dapat melibatkan dasar mulut, mukosa
bukal, palatum dan sinus maksilaris. Kanker pada trigonum retromolar
dapat menyebabkan trismus karena terlibat pterygomandibular space,
pterygoid, dan otot-otot bukinator.6

Gambar 6. Leukoplakia pada ginggiva.12


f. Kanker Mukosa Bukal
Pada stadium dini asimptomatis atau teraba oleh lidah. Ulserasi
dapat menyebabkan nyeri lokal. Obstruksi duktus stenses’s dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar parotis. Nyeri disebarkan ke
telinga diikuti nervus lingualis dan nervus dentalis. Ekstensi tumor
dapat menyebabkan trismus karena infiltrasi tumor ke otot masseter.6

Gambar 7. Leukoplakia pada mukosa bukal.12


4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Biopsi
Prosedur untuk mengambil sampel jaringan dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop di laboratorium patologi untuk
menentukan apakah sel itu mengandung sel kanker. Biopsi
merupakan salah satu pemeriksaan untuk memastikan diagnosis
kanker. Adapun jenis biopsi berikut tergantung pada lokasi dan luas
tumor. 14
Punch biopsi adalah prosedur biopsi yang paling umum untuk lesi
di rongga mulut. Pada biopsi ini, menggunakan instrumen khusus
dengan pisau bundar untuk mengambil jaringan silinder pada area
yang dicurigai. 14
Biopsi insisi dengan menggunakan pisau bedah untuk mengambil
seluruh tumor atau bagian dari tumor. Kemudian mengirim sampel
jaringan ke laboratorium untuk menentukan apakah tumornya jinak
atau ganas. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila
tumor besar (diatas 1 cm) atau tumor inoperable. Biopsi eksisi
dilakukan pada tumor yang kecil (1 cm atau kurang), eksisi yang
dilakukan ialah eksisi luas seperti operasi definitif yaitu 1 cm dari
tepi tumor. Bila terdapat fasilitas potong beku, biopsi insisi hanya
dapat dilakukan bila tumor inoperable, oleh karena prosedur ini
meningkatkan penyebaran sel-sel tumor yang dapat mengakibatkan
tumor menjadi inoperable.6,14
b. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Pemeriksaan ini tidak selalu dilakukan pada tumor bibir dan
rongga mulut, tetapi dapat direkomendasikan jika benjolan atau
massa terdeteksi di leher. Dapat dilakukan pada tumor primer atau
pada metastasis ke kelenjar getah bening. Namun hasil pemeriksaan
masih tingkat sitologi ini, belum bisa dijadikan pegangan untuk
menentukan terapi definitif. 6,14
c. X-Ray Thorax
Untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke paru-paru
atau organ lain di dada.14
d. Computed Tomography (CT) Scan
Pemeriksaan ini memungkinkan untuk menentukan dengan tepat
lokasi tumor dan memeriksa penyebaran kanker. CT scan kepala/
leher /dada secara rutin digunakan dalam menilai kanker mulut dan
sangat baik dalam melihat kerusakan kortikal, metastasis limfonodus
servikal dan paru.7,14
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI pada leher sangat baik dalam mengevaluasi jaringan lunak
pada tumor, luasnya infiltrasi ke sumsum tulang belakang atau
rahang atas serta penilaian ketelibatan intra atau perineural.7
f. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi, digunakan baik secara intraoral untuk tumor yang
dapat diakses, atau lebih umum untuk penilaian limfo nodus serviksal
yang dikombinasikan dengan aspirasi jarum halus untuk penilaian
limfo nodus serviks yang mencurigakan.7
g. Positron Emission Tomography (PET) Scan
Untuk PET scan, dokter akan menyuntikkan zat radioaktif ke
dalam aliran darah pasien. Zat ini akan terkumpul ke dalam sel-sel
ganas (kanker) dalam tubuh. Kemudian digunakan PET scan untuk
mendeteksi area-area ini dari radioaktivitas dan menemukan lokasi
pasti kanker di dalam tubuh pasien.14
h. Panorex
Panorex adalah pemeriksaan sinar-X panoramik gigi dan tulang
rahang yang biasa digunakan oleh dokter gigi. Dokter menggunakan
sinar-X panoramik untuk membantu menemukan kanker dan untuk
mengevaluasi kesehatan gigi sebelum terapi radiasi. Panorex dapat
membantu menentukan apakah kanker telah menyebar ke tulang
rahang. 14
5. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
a. Tipe Histologi
Tabel 1. Tipe Histologi
No Tipe Histologi ICD.M
1 Squamous cell carc. 5070/3
2. Adenocarcinoma 8140/3
3. Adenoid cyst.carc 8200/3
4. Ameloblastic carc 9270/3
5. Adenolymphoma 8561/3
6. Mal. mixed tumor 8940/3
7. Pleomorphic carc 8941/3
8. Melanoma maligna 8720/3
9. Lymphoma maligna 9590/3-9711/3

Sebagian besar (±90%) kanker rongga mulutberasal dari mukosa


yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa
dengan diferensiasi baik, tetapidapat pula berdiferensiasinya sedang,
jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu
rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrohistiocytoma atau
tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu diperiksa dengan teliti
apakah tumor itu benar suatu tumor ganas rongga mulut (C00-C06)
ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak pipi, kulit atau tulang yang
mengadakan invasi ke rongga mulut.15
b. Derajat Diferensiasi
Tabel 2. Derajat differensiasi
Derajat diferensiasi
GRADE KETERANGAN
G1 Differensiasi baik
G2 Differensiasi sedang
G3 Differensiasi jelek
G4 Tanpa differensiasi = anaplastik

6. STADIUM
Klasifikasi yang digunakan saat ini adalah sistem TNM edisi 7 yang
dipublikasikan oleh AJCC. Untuk penentuan stadium ini dibutuhkan
pemeriksaan tumor primer, kelenjar getah bening dan pemeriksaan
penunjang.11
Tabel 3. Klasifikasi sistem TNM menuut AJCC edisi ke -7, untuk
kanker bibir dan rongga mulut.11
Tumor primer Kelenjar getah Metastasis jauh
bening regional
Tx Tumor Nx metastasis kel Mx Metastasis
primer tidak limfe jauh tidak
dapat dinilai regional tidak dapat dinilai
dapat dinilai
TO tidak tampak NO tidak teraba MO tidak ada
tumor pembesaran metastasis jauh
kelenjar
Tis Tumor in situ N1 diameter < 3 M1 terdapat
cm, tunggal, metastasis jauh
ipsilateral
T1 diameter < 2 N2a diameter 3-6
cm cm, tunggal,
ipsilateral
T2 diameter N2b diameter < 6
antara 2- 4 cm, multipel,
cm ipsilateral
T3 diameter > 4 N2c diameter < 6
cm cm, bilateral
atau
kontralateral
T4a tumor invasi
ke korteks
tulang, otot
lidah
profunda atau
otot luar
lidah, sinus
maksila, kulit
wajah
T4b tumor invasi
ke celah
posterior gigi
molar, plat
pterigoid,
basis kranii,
a. Karotis
interna

7. PENATALAKSANAAN
Tujuan akhir dari penatalaksaan kanker rongga mulut adalah
tercapainya penyembuhan kuratif, perservasi dan restorasi fungsi dan
kosmetik, squele minimal, dan pencegahan terjadinya second primary
cancer. Modalitas terapi untuk kanker rongga mulut adalah
pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan rehabilitasi oral.6
a. Pembedahan
Pembedahan berupa eksisi luas merupakan terapi utama untk
kanker rongga mulut. Margin yang adekuat (beserta jaringan sehat
disekitarnya 1-1,5 cm) dilakukan untuk tindakan kuratif. Defek
operasi dapat sembuh sekunder, ditutup dengan skin graft, atau
direkonstruksi dengan flap lokal, flap regional atau free flap.
Diseksi leher radikal dilakukan bila secara klinis terdapat
pembesaran kelenjar getah bening. Diseksi leher elektif dilakukan
untuk tumor ukuran besar (T3 dan T4), tumor dengan invasi dalam
lebih dari 4 mm atau dengan faktor prognosis buuruk lainnya.
Tumor primer yang berlokasi di pertengahan (midline)
memerlukan diseksi bilateral karena risiko penyebaran ke sisi leher
kontralateral ≥ 20%. Diseksi elektif dilakukan pada level I-III tapi
terkadang dianjurkan sampai level IV disebabkan kemungkinan
adanya skip metastasi.6
Terdapat 5 teknik pendekatan operasi pengangkatan tumor
primer rongga mulut yakni peroral, mandibulotomi, lower cheeck
flap, upper cheeck flap dan visor flap.

Gambar 8. Variasi Pendekatan Operasi pada Kanker Rongga


Mulut : a). Peroral, b). Mendibulotomy, c) Loer Cheeck Flap, d)
Visor Flap, e) Upper Cheeck Flap.8

Approchperoral dilakukan hanya dengan membuka mulut


selebar mungkin dan dipertahankan dengan mouth gagel mond speder (alat
pembuka mulut), tindakan ini di gunakan pada lesi kecil pada 2/3 lidah bagian
depan, dasar mulut, gusi, mukosa pipi, hard dan soft palate. Contoh operasi yaitu
glosektomi parsial, eksisi tumor dasar mulut, eksisi tumor pada hard dan soft
palate dan reseksi tumor pada upper alveolus.
8. PROGNOSIS
9. KOMPLIKASI

DAFTAR PUSTAKA
2. WHO. 2019. Indonesia Source: Globocan 2018. International
Agency for Research on Cancer. Page 1
3. WHO 2019. World Source : Globocan 2018. International Agency
for Research on Cancer. Page 1
4. Tan, Winston. 2019. Bone Health and Breast Cancer Management.
MedScape.
5. Schapira, Lidia. 2011. Update Guideline for Bone Metastatic of
Breast Cancer. Medscape
6. Chansky, Howard. 2018. Metastatic Bone Disease Treatment &
Management. MedScape
7. Weigelt, Britta., Peterse, Johannes., Vant, Laura.

Anda mungkin juga menyukai